KHOIRUNNISA
163210020
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal / Skripsi ini telah diajukan oleh :
Nama Mahasiswa : Bambang Tutuko
NPM : 083210369
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT TB PADA PASIEN TB PARU DI (Studi Di Puskesmas Puri
Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto)
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan /
Diploma IV Bidan Pendidik
Ditetapkan di : JOMBANG
Pada tanggal : 28 JUNI 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO dalam konferensi bulan Juni, 2001 menyebutkan bahwa patuh
atau kepatuhan merupakan kecenderungan penderita melakukan instruksi medikasi
yang dianjurkan (National Institute for Health and Clinical Excellence dalam Gough,
2011). Kepatuhan diartikan sebagai riwayat pengobatan penderita berdasarkan
pengobatan yang sudah ditetapkan. Kepatuhan minum obat sendiri kembali kepada
kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberi pelayanan yang berhubungan
dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan selama jangka waktu pengobatan yang
dianjurkan. Sebaliknya, “ketekunan” mengacu pada tindakan untuk melanjutkan
pengobatan untuk jangka waktu yang ditentukan sehingga dapat didefinisikan sebagai
total panjang waktu penderita mengambil obat, dibatasi oleh waktu antara dosis
pertama dan terakhir (Petorson dalam Agency for Healthcare Research and
Quality,2012). Salah satu alasan utama gagalnya pengobatan atau ketidakpatuhan
penderita TB paru dalam pengobatan yaitu kurangnya motivasi untuk sembuh sehingga
pasien merasa bosan harus minum \ banyak obat setiap hari selama beberapa bulan
dan juga karena efek samping OAT yang menyebabkan mual, muntah dan pusing.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
Capaian indikator program, Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua di
Indonesia dalam jumlah penemuan penderita TB BTA positif kasus baru (di bawah
Jawa Barat). Jumlah kasus TB BTA positif sebesar 607 dengan angka kematian selama
pengobatan per 100.000 penduduk sebesar 0,55 dengan jumlah kematian sebesar 6
jiwa. Angka keberhasilan pengobatan sebesar 95,85%. Terjadi peningkatan penemuan
kasus TB hal ini dikarenakan terjadi peningkatan layanan TB DOTS selain di
Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah, RS Swasta juga mulai melaksanakan MOU
Program TB DOTS, Sehingga akses layanan TB DOTS lebih mudah di dapatkan oleh
masyarakat. Angka kesembuhan pada tahun 2016 adalah 91,89% dengan jumlah BTA
positif diobati sebanyak 530 dan yang mendapat pengobatan lengkap sebanyak 21
jiwa. (Kemenkes, 2016) .
Salah satu upaya penanggulangan dan pemberantasan TB Paru yang dilakukan
secara nasional adalah dengan sistem TOSS (temukan obati sampai sembuh) dan
meningkatkan penyuluhan baik melalui lintas sektor maupun lintas progam,
menyebarkan leflet, spanduk dan melalui media cetak selain itu juga memberikan
motivasi kepada penderita TB Paru dalam meminum obatnya. solusinya dengan
memberiakan informasi komunikasi terapeutik pada pasien minum obat TB pada
penderita TB sehingga penderita patuh dalam meminum obatnya (Kemenkes, 2014) .
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat pasien TB Paru di
wilayah kerja Upt Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Motivasi diri pada penderita TB paru
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Puri Mojokerto terhadap 54
responden diperoleh data bahwa sebagian besar penderita TB Paru mempunyai
motivasi lemah sebanyak 38 responden (70,4%) untuk yang mempunyai sedang
sebanyak 15 dengan prosentase (27,8) dan untuk mempunyai motivasi kuat
sebanyak 1 responden dengan prosentase (1,9). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi yang lemah dalam melakukan
kepatuahn minum obat TB Paru. Motivasi diri ini terjadi karena responden masih
belum memahami dengan baik dalam melakukan kepatuhan minum obat TB Paru,
Motivasi merupakan keadaan dari dalam individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2010). Menurut Uno (2013)
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam
kegiatan-kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai
harapann yang tinggi dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan
menyelesaikan pengobatanya tepat pada waktu yang telah ditentukan . Motivasi
dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan yang positif,
mempunyai harapan yang tinggi namun memiliki keyakinan yang rendah bahwa
dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoaalan yang dihadapi.
Motivasi dikatakan lemah apabila didalam diri manusia memiliki harapan dan
keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang
dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru
merupakan mutu kehidupanya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih
produktif dan berguna (Irwanto, 2008).
Motivasi merupakan hal mendasar yang membuat seseorang melakukan
tindakan. Motivasi merupahan hal yang terpenting yang membuat orang
melakukan tindakan, sehingga jelas disini bahwa motivasi yang kuat
mempengaruhi kepatuhan minum obat TB Paru.
Dengan adanya media ini seseorang akan menjadi lebih tau tentang suatu
permasalahan dan pada akhirnya akan mempunyai motivasi untuk melakukan
penyelesaian terhadap masalah yang sedang dihadapi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi lemah,
sehingga lingkup pergaulan responden masih sempit atau bergaul dengan orang-
orang disekitarnya. Keadaan ini membuat responden kurang mempunyai
informasi yang cukup luas karena mereka hanya berdiam diri. Adanya informasi
yang kurang tentang kesehatan dalam keteraturan minum obat TB tersebut
membuat responden masih belum mempunyai motivasi yang kuat dalam
melakukan kepatuhan minum obat TB Paru.
4.2.2 Kepatuhan penderita TB paru dalam minum TB paru
Hasil penelitian yang dilakukan tentang kepatuhan minum obat
menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh rendah dalam minum obat
TB paru sebanyak 49 responden (90,7%) sedangkan yang mempunyai kepatuhan
sedang sebanyak 5 responden dengan prosentase (9,3) dan untuk kepatuhan tinggi
tidak ada 0% .
Kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan
mengambarkan sejauh mana pasien berperilaku untuk melaksakan aturan dalam
pengobatan dan perilaku yang di sarankan oleh tenaga kesehatan (Niven, 2008).
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tindakan seseorang
yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan gaya hidup sesuai dengan
rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (WHO, 2012)
Kepatuhan penderita TB paru menunjukkan bahwa banyak penderita yang
tidak mematuhi aturan meminum obat TB paru. hal ini terjadi karena mereka
hanya mengkonsumsi obat TB paru yang cukup lama dan mereka enggan
mengkonsumsinya. Hal ini dapat terjadi karena banyak latar belakang yang
mempengaruhi penderita TB paru dalam bersikap dan berprilaku, yang sangat
penting dalam mendukung kondisi psikologis penderita TB Paru menjalani
pengobatan yang panjang dan lama.
4.2.3 Hubungan motivasi diri dengan kepatuhan minum obat TB Pada penderita TB
Paru
Berdasarkan data umum dan data khusus pada tabel 4.7 menunjukkan hal
ini ditunjukkan dari 54 responden yang terbanyak dalam penelitian ini adalah
responden yang terbanyak berlatar belakang pendidikan smp sebanyak 23
responden yang mempunyai kepatuhan sedang dan lemah dengan persentase
(42,6%), sedangkan faktor umur responden yang terbnyak umur 21-55 tahun
(50%). Berdasarkan pekerjaan dan jenis kelamin responden diperoleh data pada
tabel 4.2 menurut pekerjaan menunjukan bahwa dalam penelitian ini sebagian
besar responden wiraswasta yaitu sebanyak 29 responden (53,7%) karena
pekerjaannya menyita waktu sehingga lupa untuk minum obat, untuk berlatar
belakang pendidikan tabel 4.3 yang terbanyak tamat smp sebnyak 23 responden
(42,6) dan pada tabel 4.4 untuk jenis kelamin perempuan yang terbanyak 32
responden (59,3%), Bedasarkan data tabulasi silang pada tabel 4.7 menunjukan
bahwa dari 54 responden yang memperoleh motivasi kuat sebagian patuh sedang
dalam mengkosusmsi obat sebanyak 1 responden (100%) dan tidak ada pasien
patuh tinggi dan patuh rendah 0%, dalam mengkonsusmsi obat. Sedangkan yang
memperoleh motivasi diri sedang sebagian patuh rendah sebanyak 11 responden
( 73,3%) dan yang patuh sedang sebanyak 4 responden (26,7%). Untuk responden
yang memperoleh motivasi lemah seluruhnya patuh rendah dalam mengkonsumsi
obat sebanyak 38 responden (100%) patuh sedang dan patuh tinggi 0%.
Erawatyningsih dkk (2009) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru yaitu
pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan yang signifikan terhadap
ketidakpatuhan yang berobat pada penderita TB paru dan yang paling dominan
adalah faktor pendidikan. Dari berbagai faktor penyebab ketidakpatuhan minum
obat penderita TB Paru, faktor penderita sebagai penyebab utama dari ketidak
patuhan minum obat (Ivanti, 2010).
Berdasarkan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa ada motivasi
individu yang kuat pada penderita TB paru maka akan semakin patuh responden
dalam minum obat TB paru. Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara motivasi diri dengan kepatuhan minum obat TB penderita TB
Paru di Puskesmas Puri Mojokerto. bahwa mereka memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik tentang mengetahui peran dan kemampuan mereka dalam
pengobatan TB paru yang dapat memberikan manfaat. Demikian baiknya hal-hal
yang terjadi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal dari responden
itu sendiri, keyakinan dan perilaku, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta
faktor-faktor pencetus seperti kesakitan dan pengobatan. yang dialami oleh
penderita TB paru. Dengan faktor-faktor penguat responden yang berasal dari
luar, meskipun dalam faktor penguat responden itu cukup baik namun dalam
faktor lain seperti faktor pencetus atau faktor predisposisi responden yang lemah,
hal ini akan mempengaruhi tingkat responden itu sendiri. Tingkat populasi pada
saat ini sangat bervariasi karena faktor responden, hal ini terjadi karena responden
tetap berusaha untuk meminum obat sesuai dengan ketentuan dari petugas
kesehatan. karena penderita sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pengobatan TB Paru yang harus dijalani.