Anda di halaman 1dari 42

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Integrasi Ekonomi

2.1.1 Teori Integrasi Ekonomi

Batasan defenisi yang baku tentang Integrasi Ekonomi diantara para

ekonom belum juga ditemukan saat ini. Para ekonom mengembangkan defenisi

integrasi ekonomi dari berbagai sudut pandang yang berbeda satu sama lain.

Ditengah perbedaan tersebut, Jovanovic dengan ringkas telah mendokumentasi

berbagai definsi integrasi yang berkembang hingga saat ini, antara lain definisi

dikemukakan oleh T. Balassa yang mengemukakan definisi integrasi sebagai

bentuk penghapusan diskriminasi serta kebebasan bertransaksi (integrasi negative)

dan sebagai bentuk penyerahan kebijakan kepada lembaga bersama (integrasi

positif). Selain itu didefinisikan konsep dinamis melalui penghapusan

diskriminasi diantara negara yang berbeda, maupun dalam konsep statis dengan

melihat ada tidaknya perbedaan dalam diskriminasi. Sementara, Holzman

menyatakan integrasi ekonomi sebagai situasi dimana dua kawasan menjadi satu

atau mempunyai satu pasar yang ditandai harga barang dan faktor produksi yang

sama diantara dua kawasan tersebut. Definisi tersebut mengasumsikan tidak ada

hambatan dalam pergerakan barang, jasa, dan faktor produksi diantara dua

kawasan dan adanya lembaga-lembaga yang memfasilitasi pergerakan tersebut.

Secara umum integrasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses

dimana sekelompok Negara berupaya untuk meningkatkan tingkat

kemakmurannya (Suprima, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Suprima (2010), definisi integrasi ekonomi secara umum adalah

pencabutan (penghapusan) hambatan-hambatan ekonomi diantara dua atau lebih

perekonomian (negara). Secara operasional, didefinisikan sebagai pencabutan

(penghapusan) diskriminasi dan penyatuan politik (kebijaksanaan) seperti norma,

peraturan, prosedur. Instrumennya meliputi bea masuk, pajak, mata uang, undang-

undang, lembaga, standarisasi, dan kebijaksanaan ekonomi.

2.1.2 Proses Terbentuknya Integrasi Ekonomi

Ada beberapa tahapan integrasi ekonomi menurut intensitas integrasi

(Suprima, 2010), yaitu :

1. Free trade Area (FTA).

Dua negara atau lebih dikatakan membentuk FTA apabila mereka sepakat

untuk menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan

perdagangan baik dalam bentuk tarif maupun non tariff terhadap semua barang

yang diperdagangkan diantara mereka; sedangkan terhadap negara-negara lain

yang bukan merupakan anggota masih tetap diperlakukan menurut ketentuan di

masing-masing negara. Setiap negara anggota bebas menentukan tarifnya terhadap

arus perdagangan internasional dari negara-negara bukan anggota.

2. Customs Union (CU).

Dua negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat

untuk menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan

perdagangan dalam bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang dan jasa

Universitas Sumatera Utara


yang diperdagangkan di antara sesama mereka; sedangkan terhadap negara-negara

lain yang bukan anggota juga akan diberlakukan penyeragaman ketentuan.

3. Common Market (CM).

Dua negara atau lebih akan dikatakan membentuk CM jika terpenuhi

kondisi CU plus mengizinkan adanya perpindahan yang bebas seluruh faktor

produksi di antara sesame negara anggota.

4. Economic Union (EU).

Dua negara atau lebih dikatakan membentuk EU jika terpenuhi kondisi

CM plus adanya harmonsasi dalam kebijakan-kebijakan makroekonomi nasional

di antara sesama negara anggota. Dengan begitu dapat dihindari adanya

kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan dan kontroversial satu sama lain.

5. Total Economic Integration (TEI).

Kondisi ini terwujud apabila telah terjadi penyatuan kebijakan

makroekonomi maupun social dan memfungsikan suatu badan atau lembaga yang

bersifat “supra nasional” dengan kewenangan yang cukup luas dan sangat

mengikat semua negara anggotanya.

2.1.3 Sekilas Tentang AFTA.

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari

negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan

dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN

dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan

Universitas Sumatera Utara


pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi

Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA

ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan

dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan

dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN

dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam

waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan

terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective

Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan

suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga

menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non

tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya

kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai

Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan

Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015

(Badan Kebijakan Fiskal,2011).

Pusat Kebijakan Pendapatan Negara-Departemen Keuangan Republik

Indonesia (2011) mengkategorikan produk dalam General Exception sebagai

produk-produk yang secara permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-

AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi

manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi

dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-produk dalam kelompok senjata

dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai

General Exception.

Universitas Sumatera Utara


A. Tujuan AFTA

Tujuan dari pendirian AFTA dalam Pusat Kebijakan Pendapatan Negara-

Departemen Keuangan Republik Indonesia (2011) yaitu:

1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif

sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global

2. Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).

3. Meningkatkan perdagangan antara negara anggota ASEAN.

B. Jadwal Penurunan Tarif

Jadwal penurunan/penghapusan tarif bea masuk diantara negara-negara

anggota ASEAN berdasarkan inclusion list (IL) dalam Pusat Kebijakan

Pendapatan Negara-Departemen Keuangan Republik Indonesia (2011) adalah

sebagai berikut:

1. ASEAN-6 .

Tahun 2003: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2007: 80% produk

dengan tarif 0%; tahun 2010: 100% produk dengan tarif 0%.

2. Vietnam

Tahun 2006: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2010: 80% produk

dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%.

3. Laos dan Myanmar

Tahun 2008: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2012: 80% produk

dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%.

4. Kamboja

Universitas Sumatera Utara


Tahun 2010: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk

dengan tarif 0%.

C. Istilah-istilah dalam CEPT-AFTA

Ada Beberapa istilah dalam CEPT-AFTA dalam Pusat Kebijakan

Pendapatan Negara-Departemen Keuangan Republik Indonesia (2011), yaitu:

1. Fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara anggota ASEAN

apabila belum siap untuk menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-

5% pada 1 Januari 2002, dapat diturunkan pada 1 Januari 2003. Sejak

saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA sebesar maksimal 5%.

2. CEPT Produk List

a. Inclusion List (IL) : daftar yang memuat cakupan produk yang

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

o Produk tersebut harus disertai Tarif Reduction Schedule.

o Tidak boleh ada Quantitave Restrictions (QRs).

o Non-Tarif Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam

waktu 5 tahun.

b. Temporary Exclusion (TEL) : daftar yang memuat cakupan produk

yang sementara dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif,

penghapusan QRs dan NTBs lainnya serta secara bertahap harus

dimasukkan ke dalam IL.

c. Sensitive List (SL) : daftar yang memuat cakupan produk yang

diklasifikasikan sebagai Unprocessed Agricultural Products.

Contohnya beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, dan

Universitas Sumatera Utara


cengkeh, serta produk tersebut juga harus dimasukkan ke dalam

CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama.

Contohnya Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina,

Thailand harus telah memasukkan produk yang ada dalam SL ke

dalam IL pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Laos dan

Myanmar pada tahun 2015, serta Kamboja pada tahun 2017.

e. General Exception (GE) List : daftar yang memuat cakupan produk

yang secara permanen tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam

CEPT Scheme dengan alas an keamanan nasional,

keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan,

serta pelestarian objek arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of

CEPT Agreement). Contohnya antara lain senjata, amunisi, da

narkotika. Produk Indonesia dalam GE List hingga saat ini

sebanyak 96 pos tarif.

2.1.4 Metode Pengukuran Integrasi Ekonomi 1

Secara umum, indikator yang digunakan untuk mengetahui integrasi

ekonomi inernasional ada dua cara, yaitu dengan menggunakan pendekatan yang

memfokuskan pada harga dan pendekatan yang memfokuskan pada kuantitas.

Metode pengukuran integrasi ekonomi berdasarkan harga lebih disukai

oleh para cendekiawan untuk mempertimbangkan suatu ukuran secara aksioma,

yaitu pemenuhan dengan hukum satu harga {law of one price (LOP) di dalam

pasar yang secara geografis berbeda. Asumsi dari LOP memungkinkan kita untuk
1
Measuring international economic integration: theory and evidence of globalization, pg2 MPRA
paper.

Universitas Sumatera Utara


mengukur kemampuan dari integrasi dengan cara menghapuskan perbedaan harga

komoditas dan modal (aset) di wilayah yang berbeda pada pasar persaingan

sempurna. Akan tetapi, metode ini terkadang menyesatkan karena banyaknya

jenis barang yang beredar diantara satu wilayah dengan wilayah lainnya

(heterogenous goods) yang menimbulkan kesulitan dalam menentukan harga.

Cara yang paling umum atau cara yang biasa digunakan untuk mengukur

integrasi ekonomi berdasarkan kuantitas adalah tingkat keterbukaan (degree of

openness). Metode ini menggunakan total perdagangan antara satu wilayah

dengan wilayah lainnya sebagai indikator keterbukaan dan dibagi dengan GDP

(gross domestic product ). Walapun metode ini menyediakan pendekatan yang

sederhana, namun metode ini tidak lepas dari kekurangan. Pertama, metode ini

tidak memperdulikan adanya perbedaan ukuran ekonomi. Misalnya suatu daerah

yang luas pasti memiliki peranan sektor-sektor ekonomi yang lebih besar terhadap

PDB (produk domestik produk) dari pada daerah yang memiliki wilayah yang

kecil dimana peranan sektor-sektor ekonominya kecil terhadap PDB (produk

domestik produk). Kedua, tingkat keterbukaan menjadi lebih tepat ketika jumlah

dan segi penting dari koneksi perdagangan masing-masing negara mempunyai

aspek integrasi yang relevan dengan dunia lainnya, karena indikator keterbukaan

tidak memperdulikan permasalahan ini.

2.1.5 Dampak Integrasi Ekonomi

Setiap kebijakan apa pun yang ditempuh oleh individu maupun kelompok

tentunya akan memberikan dampak, baik dampak negatif maupun positif. Ada dua

Universitas Sumatera Utara


dampak yang ditimbulkan oleh integrasi ekonomi yaitu dampak kreasi dan

dampak diversi bagi perdagangan.

Solvatore dalam Lapipi (2005: 42) mengtakan bahwa kreasi perdagangan

(trade creation) terjadi apabila sebagian produksi domestik di suatu negara yang

menjadi anggota perserikatan pabean (integrasi ekonomi) atau dari negara luar

yang bukan anggota digantikan dengan impor yang harganya lebih murah dari

negara luar yang bukan anggota perserikatan pabean tergusur oleh impor yang

harganya lebih murah dari negara anggota lainnya. Sedangkan diversi

perdagangan (trade diversion) terjadi apabila impor yang murah dari negara luar

yang bukan anggota persrikatan pabean tergusur oleh impor yang harganya lebih

mahal dari negara anggota.

Selanjutnya Lapipi (2005: 42) mengungkapkan dampak kreasi muncul

karena selisih harga dunia dengan harga kawasan integrasi ekonomi sangat kecil,

sehingga memberikan kesejahteraan yang tinggi bagi negara-negara anggota.

Sedangkan dampak diversi muncul karena selisih harga antara harga dunia dengan

harga yang ada dalam kawasan integrasi ekonomi sangat besar, sehingga dapat

mengurangi kesejahteraan negara anggota. Secara grafis dampak kreasi dan

diversi integrasi ekonomi adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


P P

Pw+t A Pw+t A

a a
b B
pi
b
B
pi c
c C C
pw pw
D D
Dm Dm
Q Q

Grafik 2.1. Efek Kreasi dan Efek Diversi integrasi ekonomi

Pada kurva diatas, dapat dilihat bahwa sebelum terbentuknya integrasi

ekonomi, harga yang berlaku pada suatu negara adalah harga dunia ditambah

dengan tarif yang diberlakukan (pw + t). setelah dibentuk integrasi ekonomi maka

harga turun karena dibebaskan dari semua bentuk tarif sehingga terjadi harga

dalam kawasan integrasi sebesat pi. Dengan terbentuknya integrasi ekonomi akan

terjadi penurunan harga akibat efisiensi biaya produksi yang mendekati harga

dunia, sehingga surplus konsumen meningkat yaitu pada areal a & b, walaupun

penerimaan pemerintah hilang sebesar a & c. Selisih besarnya b & c akan

menentukan apakah integrasi ekonomi menimbulkan efek kreasi atau efek

diversi. Apabila b > c , maka integrasi ekonomi menimbulkan efek kreasi dan

apabila b < c , maka integrasi ekonomi memberikan efek diversi.

Berkaitan dengan dampak kreasi dan diversi integrasi ekonomi, Demelo,

Panagariya, dan Rodrick 1992; Bhagwati dan Panagariya 1996; dan Schift 1997

dalam Lapipi (2005: 43) mengungkapkan bahwa, dampak diversi muncul melalui

perdagangan antara negara anggota integrasi dengan negara non anggota integrasi,

Universitas Sumatera Utara


dimana pola spesialisasi tidak optimal karena distribusi sumber daya lintas

anggota tidak representatif dari distribusi sumber daya di dunia. Misalnya suatu

negara anggota integrasi ekonomi relatif kaya akan modal, sementara negara lain

di luar anggota kaya akan tenaga kerja, maka harga produk yang intensif tenaga

kerja pada negara di luar negara integrasi lebih murah dibanding harga produk

yang sama yang diproduksi oleh negara integrasi ekonomi, tetapi karena produk

dari luar negara anggota dikenakan tarif, maka harga yang diterima konsumen

anggota integrasi menjadi lebih mahal, sehingga terjadi pengurangan

kesejahteraan bagi konsumen dalam kawasan integrasi ekonomi. Kemudian

Cernat. L (2001) tentang penilaian kesepakatan perdagangan regional

menunjukkan bahwa kebanyakan Regional Trade Arrangements (RTAs) di afrika

tidak menimbulkan efek diversi melainkan menimbulkan efek kreasi yang lebih

besar.

2.2. Teori Perdagangan Internasional

Sobri dalam Siregar (2010) mengartikan perdagangan internasional

sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek

ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun

subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara

biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan

negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca

perdagangan.

Selanjutnya Boediono dalam Siregar (2010) mengartikan perdagangan

atau pertukaran sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak

Universitas Sumatera Utara


sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai

kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut

kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan

pertukaran atau tidak.

2.2.1. Teori Klasik

1. Merkantilis

Para penganut merkantilis berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin

ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya

akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya

emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara

maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah

harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan

mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).

Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan

surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat

tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan

mengorbankan negara lain (Siregar,2010).

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini

sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis

adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.

Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan

angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan

Universitas Sumatera Utara


konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan

laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni.

Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan

semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan

mengurangi impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan

kerja nasional (Siregar,2010).

2. Adam Smith

Adam smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan produksi hasil

tenaga kerja dan sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat

dengan doktrin Merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara

dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta

efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase

penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang

dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena

memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan

mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya

yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain (Siregar,2010).

Menurut Siregar (2010) Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada

besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori

murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini

memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang

diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan

Universitas Sumatera Utara


barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai

barang tersebut (Labor Theory of value).

2.2.2. Teori Modern

1. John Stuart Mill dan David Ricardo

Teori J.S.Mill dalam Siregar (2010) menyatakan bahwa suatu negara akan

menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki

comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki

comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih

murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos

yang besar). Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat

menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran di mana

kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori absolute advantage.

David Ricardo (1772-1823) dalam Siregar (2010) merupakan seorang

tokoh aliran klasik yang menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau barang

tersebut memiliki nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat

ditukarkan bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat

sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh

orang. Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang yang

dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak

ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari

pelukis ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng

gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya

terbatas tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan

membayar dari para calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah

Universitas Sumatera Utara


produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai penukarannya beradasarkan atas

pengorbanan yang diperlukan. David Ricardo mengemukakan bahwa berbagai

kesulitan yang timbul dari ajaran ajaran nilai kerja yaitu sebagai berikut :

1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan

tidak terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang

klasik dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan

untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan

semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Dari situ maka Carey

kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan teori biaya reproduksi.

2. Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih

banyak lagi jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu,

harus dihindarkan. Selanjutnya David Ricardo menyatakan bahwa

perbandingan antara kerja dan modal yang dipergunakan dalam produksi

boleh dikarakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan.

Atas dasar nilai kerja (dalam Siregar,2010), di samping “harga alami”

(natural price) ada pula “harga pasaran” (market price). Menurut aliran klasik

(Adam Smith) “harga-alami” akan terjadi bilamana masing-masing warga

masyarakat memperoleh kebebasan pilihannya untuk membuat suatu produk

tertentu yang menurutnya lebih menguntungkan dan menukarkannya bilamana

dinilai baik olehnya. Hal ini sejalan dengan pandangan kaum physiokrat.

“Harga pasaran” dapat berbeda dengan “harga alami”. di mana akan

menyesuaikan dengan keadaan penawaran dan permintaan atas barang yang

bersangkutan. Demikian pula atas dasar pertimbangan tertentu, adanya peraturan

pemerintah yang dapat menghalangi penyesuaian harga alami dengan harga

Universitas Sumatera Utara


pasaran. Tetapi bagaimanapun, harga alami akan menjadi acuan (pedoman) atas

penetapan harga pasaran (Siregar,2010).

Teori perdagangan internasional yang diketengahkan oleh David Ricardo

dimulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya

berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta

kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum

pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan

teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan

absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan

bagi kedua negara yang melakukan perdagangan (Siregar,2010).

2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) dalam Siregar (2010) menjelaskan beberapa

pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor

barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara

intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan

dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif

yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari

keunggulan Komparatif adalah :

a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam

suatu negara.

b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,

apakah labor intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O (dalam Siregar)

menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang

Universitas Sumatera Utara


menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kurva isoquant yaitu kurva

yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi

mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik

optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau

dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis

H-O dikatakan sebagai berikut :

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-

masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi

yang dimilikinya.

c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor

produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu

karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan

mahal untuk memproduksinya.

e. Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi

yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang

sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan

terjadi.

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia

yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan

mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori

Universitas Sumatera Utara


keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan

ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong

munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa

perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam

productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan)

antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan

mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut (Siregar,2010).

Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai

penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut (Siregar,2010). Teori H-O

menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing

negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang

yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .The

Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor

produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan

spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya,

masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut

memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

Ada beberapa hipotesis dalam teori perdagangan Hecksher-Ohlin (H-O)

dalam Siregar (2010), yaitu :

1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang

impor di tiap negara turun.

2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

Universitas Sumatera Utara


3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua

negara cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara

cenderumg sama.

4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital (modal) dengan

negara yang kaya Labor (tenaga kerja).

5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor

produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi.

Sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan

impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya

dan impornya padat kapital.

Seperti halnya dengan teori-teori lain, teori Hecksher-Ohlin (H-O) juga

memiliki beberapa kelamahan dalam teorinya. Adapun beberapa asumsi dalam

menjelaskan perdagangan internasional yang menjadi kelemahan teori Hecksher-

Ohlin (H-O) dalam Siregar (2010) adalah sebagai berikut :

a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam

memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering

menggunakan teknologi yang berbeda.

b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor

produksi lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar

perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada

diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan

model faktor endowment H-O.

Universitas Sumatera Utara


c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor

secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional

yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara.

Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak

mengurangi validitas model H-O.

d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu

komoditi jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena

banyak negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar

adalah dari impor.

Teori lain yang mendukung teori Heckher dan Ohlin (H-O) adalahTeori

perdagangan internasional Rybczynsky yang menjelaskan bahwa peningkatan

dalam suatu faktor produksi pendukung (endowment factor) akan menurunkan

intensitas dari faktor produksi barang yang lain. Apabila terjadi penambahan

proporsi pada suatu input yang dipakai secara intensif akan menimbulkan

penambahan proporsi output yang lebih besar lagi pada sektor tertentu dan akan

terjadi pengurangan output yang menggunakan faktor input constant non intensif,

dengan asumsi tidak ada pembalikan intensitas faktor, diversifikasi produksi dan

constant komoditi dan harga barang tersebut (Lapipi,2005: 33). Secara grafis teori

perdagangan internasional Rybcznysky dapat dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Y L

K’

Y2 E2
K

E1

L K’
K
X
O X2 X1

Grafik 2.2. Teori Perdagangan Internasional Rybczynsky

Kurva diatas menunjukkan bahwa peningkatan pada input modal (K) dari

KK ke K’K’, sedangkan input tenaga kerja (L) tetap, dapat mengakibatkan

peningkatan proporsi output Y yang intensif modal (dari Y1 ke Y2) dan

menurunkan output X yang intensif tenaga kerja (dari X1 ke X2). Dengan

kenaikan harga relatif pada barang X maka produksi barang X ditingkatkan lebih

tinggi dan produksi barang Y berkurang, dimana permintaan terhadap tenaga kerja

di sektor X lebih besar, sementara tenaga kerja yang dilepas pada sektor Y sedikit,

sehingga terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja (excess demand of labour).

Disisi lain permintaan terhadap modal sedikit sementara modal yang dilepas

sektor Y lebih besar sehingga terjadi kelebihan penawaran modal (excess supply

of capital). Terjadinya excess demand disektor tenaga kerja menyebabkan upah

tenaga kerja naik dan terjadinya excess supply disektor modal menyebabkan

penurunan sewa modal (Lapipi, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Ekspor

1. Defenisi Ekspor

Amir dalam Pelly (2010: 21) menjelaskan ekspor adalah upaya melakukan

penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai

dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

asing serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing.

Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai

sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang

juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara (Pelly,2010: 21). Yang

dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan

rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan

timbulnya industry-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang

stabil dan lembaga social yang efisien (Todaro,2000: 167).

Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang

peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat

mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong sektor

industri lain dan selanjutnya mendorong sektor perekonomian lainnya

(Pelly,2010: 21).

2. Peran Ekspor

Berdasarkan defenisi-defenisi ekspor diatas, Pelly (2010: 21)

mneyimpulkan bahwa peranan ekspor antara lain, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu.

Sebagaimana yang tekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industry

dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya

diseberang lautan daripada hanya dipasarkan didalam negeri.

b. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-

barang di pasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk

menaikkan produktifitas.

c. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri

tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital social

sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang tersebut akan dijual

di dalam negeri.

Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk

dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga

secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri

untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan

metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat

bersaing di pasar internasional (Pelly, 2010).

3. Cara Ekspor

Pelly (2010: 22) menjelaskan cara-cara yang dapat ditempuh untuk

melaksanakan ekspor, cara-cara tersebut adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum

yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi

suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan importir di luar negeri.

b. Barter

Barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan

langsung dengan barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini

pengiriman barang tidak menerima pembayaran dengan mata uang asing, tetapi

dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan

kembali pembayaran dalam mata uang domestic (misalnya rupiah).

c. Konsinyasi

Konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual

sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa.

Dalam hal pengiriman barang, sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang

tertentu (tetap) di luar negeri.

Cara penjualan di luar negeri dapat dilaksanakan dengan penjualan di

pasar bebas, atau mungkin juga dengan mengikutsertakan barang tersebut dalam

pelelangan yang biasa disebut dengan “commodities exchange”.

d. Pacaege-Deal

Dalam rangka memperluas pasar hasil bumi terutama dengan negara-

negara Sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan

Universitas Sumatera Utara


(trade agreement) dengan salah satu negara atau lebih. Pada perjanjian ditetapkan

sejumlah barang tertentu yang akan diekspor ke negara lain dan sebaliknya dari

negara lain akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut

dan kiranya yang kita butuhkan juga. Cara ini pada prinsipnya hamper sama

dengan barter, tetapi cara ini ditetapkan bebagai macam komoditi.

e. Penyelundupan (Smuggling)

Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke

negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha

penyelundupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak pada

adanya pelarian pelarian kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa

mendapatkan suatu kompensasi. Hal itu berarti suatu pengurasan atas kekayaan

negara dan masyarakat.

2.2.4. Impor

1. Defenisi Impor

Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan

di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri,

yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang luar negeri yang diolah

dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang

olahan tersebut akan kembali ke luar negeri (Pelly,2010: 25).

Pengertian impor secara yuridis menurut UU No. 10 Tahun 1995 Pasal 2

Ayat (1), yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat

Universitas Sumatera Utara


barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi pejabat Bea

dan Cukai untuk melakukan pengawasan.

2. Kebijakan Impor

Pelly (2010: 26) mengartikan kebijakan perdagangan internasional di

bidang impor sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan

pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan

mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk

melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan

devisa.

Menurut Pelly (2010: 26), kebijakan impor dapat dikelompokkan menjadi

dua macam kebijakan, yaitu :

a. Kebijakan Tariff Barrier (TB) dalam bentuk bea masuk yang terdiri dari:

1. Pembebasan bea masuk/tarif yang rendah, yaitu antara 0% sampai

dengan 5%.

Tarif ini dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti

beras, mesin-mesin vital, alat-alat militer/pertahanan/keamanan, dan

lain-lain.

2. Tarif sedang antara > 5% sampai dengan 20%.

Tarif ini dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain

yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara


3. Tarif tinggi diatas 20%.

Tarif ini dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang

lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang

kebutuhan pokok.

b. Kebijakan Non Tariff Barrier

Kebijakan non tariff barrier adalah berbagai kebijakan perdagangan selain

bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi

manfaat perdagangan internasional.

2.2.5. Perekonomian Terbuka

Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu

system ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara-

negara lain di dunia. Dalam perekonomian terbuka, sektor-sektor ekonominya

dibedakan kepada empat kelompok, yaitu : rumah tangga, perusahaan,

pemerintah, dan luar negeri (Sukirno, 2008: 202).

Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perkonomian lain

melalui cara : membeli serta menjual barang dan jasa pada pasar produk dunia,

dan membeli serta menjual aset, atau modal, seperti obligasi dan pasar saham

pada pasar keuangan dunia (Mankiw, 2006: 230).

Semakin terbuka perekonomian suatu wilayah dengan wilayah lain maka

semakin besar pula tingkat integrasi antar wilayah tersebut (MPRA Paper,2010:7).

Universitas Sumatera Utara


2.2.6. Keuntungan Melakukan Perdagangan Internasional

Ahli-ahli ekonomi yang tergolong dalam mazhab Merkantilis, yaitu ahli-

ahli ekonomi yang hidup di sekitar abad keenambelas dan ketujuhbelas,

berpendapat bahwa perdagang luar negeri merupakan sumber kekayaan untuk

suatu negara. Menurut mereka, suatu negara dapat mempertinggi kekayaannya

dengan cara menjual barang-barangnya ke luar negeri. Selanjutnya para ahli

ekonomi klasik menganalisis lebih mendalam bagaimana peranan perdagangan

luar negeri dalam perekonomian. David Ricardo mengemukakan pandangan yang

lebih logis untuk menerangkan perlunya perdagangan luar negeri dalam

mengembangkan suatu perekonomian. Teori David Ricardo yang menerangkan

mengenai keuntungan yang diperoleh dari spesialisasi dan perdaganga.

Berdasarkan teori David Ricardo tersebut negara-negara digalakkan menjalankan

system perdagangan bebas (Sukirno,2008: 360).

Sukirno (2008:360) menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh

suatu negara yang melakukan perdagangan luar negeri, yaitu :

1. Memperoleh Barang yang Tidak Dapat Diproduksi di dalam Negeri.

Setiap negara tidak dapat menghasilkan atau memproduksi semua barang-

barang yang dibutuhkannya, oleh sebab itulah mengapa berbagai negara

melakukan perdagangan antara satu sama lain. Tidak semua negara-negara maju

dapat memenuhi kebutuhan hasil perkebunan seperti karet, CPO (Crude Palm Oil)

atau minyak kelapa sawit, dan lain sebagainya. Maka negara-negara tersebut perlu

mengimpornya dari negara-negara Asia Tenggara terutama Indonesia, Malaysia

dan Thailand. Disisi lain negara-negara maju memiliki kemajuan teknologi yang

Universitas Sumatera Utara


lebih bagus dari negara-negara ASEAN, maka teknologi tersebut akan diimpor

oleh negara-negara ASEAN seperti kapal terbang, kapal selam, dan lain

sebagainya.

2. Memperoleh Keuntungan dari Spesialisasi

Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat

memperoleh keuntungan sebagai berikut :

a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan

lebih efisien.

b. Setiap negara dapat menikmati labih banyak barang dari yang

dapat diproduksi di dalam negeri.

3. Memperluas Pasar Industri Dalam Negeri.

Beberapa jenis industri telah dapat memenuhi permintaan dalam negeri

sebelum mesin-mesin (alat-alat produksi) sepenuhnya digunakan. Ini berarti

bahwa industri itu masih dapat menaikkan produksi dan meningkatkan

keuntungannya apabila masih terdapat pasar untuk barang-barang yang dihasilkan

oleh industri itu. Karena seluruh permintaan dari dalam negeri telah terpenuhi,

cara terbaik untuk memperoleh pasar adalah dengan mengekspornya ke luar

negeri.

4. Menggunakan Teknologi Modern dan Meningkatkan Produktifitas.

Dengan adanya perdagangan internasional maka suatu negara dituntut

untuk lebih mempelajari cara atau teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara

Universitas Sumatera Utara


manajemen yang lebih baik. Perdagangan internasional akan menuntut suatu

negara untuk menggunakan mesin-mesin modern agar tercipta produksi yang

bersaing dengan pasar internasional. Dengan pemakain alat-alat modern tersebut

diharapkan kualitas ekspor suatu negara semakin baik dan pada akhirnya

produkstifitas suatu negara pun diharapkan akan meningkat.

2.3. Globalisai

2.3.1. Defensisi globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses dimana antarindividu, antarkelompok, dan

antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama

lain yang melintasi batas negara. Globalisasi perekonomian merupakan suatu

proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan

batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan pengahapusan

seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi

kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian

internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian pada satu pihak akan

membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

2.3.2. Ciri-ciri Globalisasi

Berikut ini adalah beberapa ciri yang menandakan semakin

berkembangnya fenomena globalisasi di dunia yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-

barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa

komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan

massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya

yang berbeda.

b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling

bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,

peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi

semacam World Trade Organization (WTO).

c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa

(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional).

saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru

mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang

fashion, literatur, dan makanan.

2.3.3. Kebaikan dan Keburukan Globalisasi Ekonomi

Sukirno (2008: 381) menjelaskan bahwa peningkatan keterbukaan

berbagai negara dalam menjalankan perdagangan luar negeri diharapkan dapat

dapat memberikan kebaikan sebagai berikut :

a. Produksi global dapat ditingkatkan

Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David

Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat

digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan

Universitas Sumatera Utara


memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk

pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan

dan tabungan.

b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara

Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai

negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan

konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen

juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.

c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara

memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.

d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh

negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli

serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-

negara berkembang.

e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja

dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang

dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali

Universitas Sumatera Utara


memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama

dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam

negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

Selanjutnya Sukirno (2008: 382) menjelaskan ketidakpuasan/keburukan

yang diterima dengan adanya globalisasi, yaitu :

a. Menghambat pertumbuhan sektor industri.

Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan

luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara

berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan

proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan

demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan

kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih

cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki

perusahaan multinasional semakin meningkat.

b. Memperburuk neraca pembayaran

Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya,

apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang.

Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari

globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan

faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang

bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)

Universitas Sumatera Utara


investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat

berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.

c. Sektor keuangan semakin tidak stabil

Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi

(modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi

dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini

akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan

bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun,

dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung

menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan

di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan

ekonomi secara keseluruhan.

d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka

dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka

panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan

ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat

pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah

semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk

kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi

pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat

semakin bertambah buruk.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Pendapatan Nasional

2.4.1. Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh

rumah tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi

dalam satu periode tertentu (Wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Nasional).

Pernyataan ini dapat diterapkan dalam perekonomian daerah, dimana pendapatan

regional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga

keluarga di suatu daerah dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu

periode tertentu.

2.4.2. Istilah Pendapatan Nasional.

Sukirno (2004: 34) menjelaskan beberapa istilah pendapatan nasional,

yaitu:

a) Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau dalam istilah Inggrisnya Gross

Domestic Product (GDP) adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang

diproduksi di dalam suatu negara dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu

perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang,

barang dan jasa yang diproduksi buka saja oleh perusahaan milik penduduk suatu

negara tertentu tetapi oleh penduduk negara lain yang berproduksi di negara

tersebut.

b) Produk Nasional Bruto (PNB)

Universitas Sumatera Utara


Produk nasional Bruto (PNB), atau dalam istilah Inggrisnya disebut Gross

National Income (GNP) adalah konsep yang mempunyai arti bersamaan dengan

PDB/GDP, tetapi PNB memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang sedikit

berbeda. Dalam menghitung pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa

yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang

diproduksi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari

negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.

Dengan memperhatikan perbedaan diantara arti PDB dan PNB diatas

dapatlah dirumuskan sifat hubungan di antara Produk Domestik Bruto dan Produk

Naional Bruto, yaitu:

PDB = PNB – PFN dari LN

Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri. PFN

dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri

dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar

negeri.

c) Net National Product (NNP)

Adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah

dikurangi depresiasi (Fadhillah, 2011). Hal ini dapat dinyatakan dalam rumus

sebagai berikut :

NNP = GNP – Depresiasi (penyusutan).

d) Net National Income (NNI)

Universitas Sumatera Utara


Adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyrakat setelah

dikurangi pajak tidak langsung (Fadhillah, 2011). Hal ini dapat dinyatakan dalam

rumus sebagai berikut:

NNI = NNP – pajak tidak langsung.

2.4.3. Cara Penghitungan Pendapatan Nasional

Sukirno (2004: 33) menjelaskan tiga cara penghitungan pendapatan

nasional, yaitu:

1) Cara Pengeluaran.

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran/perbelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi

didalam negara/daerah tersebut.

Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan

pengeluaran ke atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada

empat komponen, yaitu:

A. Konsumsi Rumah Tangga

Nilai perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli

berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu dinamakan

pengeluaran konsumsi rumah tangga. Tidak semua transaksi yang

dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi. Kegiatan

rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi.

Seterusnya, sebagian pengeluaran mereka, seperti membayar asuransi dan

mengirim uang kepada orang tua (anak yang sedang bersekolah) tidak

digolongkan sebagai konsumsi karena tidak merupakan perbelanjaan

terhadap barang atau jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.

Universitas Sumatera Utara


B. Pengeluaran Pemerintah

Pembelian pemerintah ke atas barang dan jasa dapat digolongkan

kepada dua golongan yang utama yaitu konsumsi pemerintah dan investasi

pemerintah. Yang termasuk konsumsi pemerintah adalah pembelian ke

atas barang dan jasa yang akan dikonsumsikan, seperti membayar gaji

guru sekolah, membeli alat-alat tulis dan kertas serta membeli bensin

untuk kenderaan pemerintah. Sedangkan investasi pemerintah meliputi

pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah

sakit, dan irigasi. Memberikan beasiswa, bantuan untuk korban banjir, dan

subsidi-subsidi pemerintah tidak digolongkan sebagai pengeluaran

pemerintah ke atas produk nasional karena itu bukanlah untuk membeli

barang dan jasa.

C. Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta

Pembentukan modal tetap sektor swasta atau lebih sering dinyatakan

sebagai investasi, pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli

barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa

yang akan datang. Dalam pengumpulan data mengenai investasi,

pengeluaran tersebut dibedakan kepada tiga jenis perbelanjaan berikut:

• Pengeluaran ke atas barang modal dan perlatan produksi

• Perubahan-perubahan dalam nilai invenstori pada akhir tahun

• Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal

D. Ekspor Neto

Universitas Sumatera Utara


Nilai ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu tahun tertentu

dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama dinamakan

ekspor neto.

2) Cara Produksi atau Produk neto.

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai

tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha

dalam perkonomian. Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional

mempunyai dua tujuan penting yaitu:

A. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi dalam

mewujudkan pendapatan nasional.

B. Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali, yaitu

dengan hanya menghitung produksi neto yang diwujudkan pad berbagai

tahap proses produksi.

3) Cara pendapatan.

Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara

menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang

digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Faktor-faktor produksi seperti

tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian kewirausahaan apabila digunakan untuk

mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu

tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan

upah, modal memperoleh bunga dan keahlian kewirausahaan memperoleh

keuntungan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Universitas Sumatera Utara


Berbagai penelitian terdahulu tentang integrasi ekonomi baik secara

regional maupun secara global sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Lapipi (2005) yang berjudul Analisis Efek

Integrasi Ekonomi Asean dan Manfaatnya Bagi Perdagangan Negara-Negara

Asean. Penelitian ini mencoba menganalisa peningkatan perdagangan,

peningkatan efisiensi ekonomi dan daya saing yang tinggi antara negara-negara

anggota ASEAN dengan menggunakan gravity model dan panel data, dimana

pada hasil penelitian ini integrasi ekonomi ASEAN telah meningkatkan

perdagangan ASEAN secara umum, namun belum memberikan manfaat pada

peningkatan perdagangan yang signifikan pada masing-masingg negara ASEAN.

Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenomena perdagangan intra

industry trade sangat tinggi dan perdagangan barang-barang komponen sangat

dominan yang dapat mendukung ASEAN sebagai production base.

Penelitian lainnya dilakukan oleh United States International Trade

Commission (2010) yang berjudul ASEAN: Regional Trends in Economics

Integration, Export Competitiveness, and Inbound Investment for Selected

Industries. Penelitian ini menggambarkan kecenderungan dalam integrasi

regional, daya saing ekspor, dan penanaman modal untuk enam industri dalam

ASEAN, yaitu: komponen komputer, pakaian tenunan berbahan kapas, kayu lapis

kayu keras dan pelapis lantai, bagian kendaraan bermotor, dan minyak kelapa

sawit. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa kemudahan untuk

mengimpor dan mengekspor bervariasi diantara negara-negara ASEAN. Prosedur

perdagangan yang paling mudah untuk diselesaikan adalah di negara Singapura,

Universitas Sumatera Utara


Thailand, dan Malaysia, dan yang paling sulit adalah di negara Laos dan

Kamboja.

ASEAN Single Window (ASW) adalah salah satu usaha yang paling nyata

untuk memfasilitasi perdagangan di antara negara anggota. Dengan

memungkinkan pertukaran yang cepat dan menggunakan standarisasi data, maka

upaya ini memiliki potensi untuk meningkatkan perdagangan. Namun,

pengembangan ASW ini sangat lambat.

2.7. Kerangka Pemikiran

Terbentuknya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada

tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, melahirkan suatu kerjasama dibidang

ekonomi untuk mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan

antara sesama negara anggota yang disebut dengan Asian Free Trade Area

(AFTA).

AFTA yang bertujuan untuk memperluas pasar/perdagangan negara

anggota, menyebabkan penurunan harga (karena tariff dikurangi/dihapuskan),

meningkatkan daya saing antara mitra dagang melalui biaya-biaya yang lebih

rendah dengan skala ekonomi yang lebih luas, akan memicu padatnya arus lalu

lintas barang di suatu wilayah. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat

keterbukaan suatu wilayah terhadap wilayah lainnya semakin besar. Dengan

besarnya tingkat keterbukaan tersebut maka diharapkan akan mempercepat

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah

Universitas Sumatera Utara


ASEAN

AFTA

PENINGKATAN PENGEMBANGAN PENURUNAN


DAYA SAING PASAR HARGA

LALU LINTAS
BARANG

KETERBUKAAN
EKONOMI

NERACA
PERDAGANGAN

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai