Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap
keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan
kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan pada umur atau jumlah
persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan kesuburan.
Konseling merupakan aspek yang penting dalam Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
(KR). Dengan melakukan konseling petugas kesehatan membantu klien dalam memilih dan memutuskan
jenis kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu
klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatan keberhasilan KB. Konseling
adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan
hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang lengkap akan memberikan keleluasaan kepada
klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan digunakan.
Penggunaan alat kontrasepsi pada wanita pasangan usia subur sangat penting karena dapat mengatur
angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga, membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan
penduduk, serta menjaga kesehatan wanita usia subur.
Permasalahan
Menurut SDKI (2012), 11% wanita berstatus kawin di Indonesia mempunyai kebutuhan pelayanan KB
yang tidak terpenuhi (unmet need), 4% karena ingin menunda kelahiran anak berikutnya untuk jangka
waktu dua tahun atau lebih, 7% karena tidak ingin mempunyai anak lagi dan 62% kebutuhan KB yang
terpenuhi (met need), 27% wanita kawin menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan kelahiran, 35%
untuk membatasi jumlah anak. Persentasi wanita kawin yang memerlukan pelayanan KB saat ini di
Indonesia adalah 73%, dimana85% diantaranya telah terpenuhi kebutuhannya. Jika semua kebutuhan
pelayananKB terpenuhi, maka prevalensi kontrasepsi diantara wanita kawin di Indonesiasaat ini dapat
ditingkatkan dari 62% menjadi 73%.
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan oobjektif-objektif tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan& mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Menurut data WHO setiap tahun lebih dari 600000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan saat
melahirkan, 99 % kematian terjadi di negara berkembang. Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu
merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Program keluarga berencana
dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara. Keluarga berencana dapat menyebabkan
penurunan jumlah kelahiran karena setiap kehamilan yang berkaitan dengan beberapa resiko dapat
dihindari. Keluarga berencana juga dapat mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya
kehamilan pada wanita yangsangat muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan
jumlah kehamilanyang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi ancaman
bagi kesehatan wanita.