Anda di halaman 1dari 8

SALAM TUK SAHABAT

Sabtu, 03 Maret 2012

MAKALAH ALAT-ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

      Hai sob, selamat datang di  http://salamtuksahabat.blogspot.com salam tuk sahabat semua,
ok deh  langsung ajja ya bagi sob yang ingin mendownload makalah Tentang Alat-alat Musik
Tradisional , baik buat tugas sekolah maupun tugas kuliah ini....
sob tinggal download ajja di bawah, itu tuh di bawah car anya ud@h tau kan...

      Maaf ini yang belum tau caranya tinggal di block ajja terus klik kanan copy .... udah di copy
tinggal kita buka ajja programnya contohnya program Ms.Word terus Paste deehh .. mudah kan..
heheheh
semoga bermanfaatnya maaf lw ada kata2 kurang atau melebih.. Trima kasih ... salam tuk
sahabat  

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang masalah


Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya dan tradisi,
salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di pulau Jawa, tepatnya di
Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian tradisional yang khas dan beragam,
selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional seperti rebab, kecapi, karinding,
angklung dan suling.
Pada saat ini, suling kurang diminati oleh anak-anak, karena saat ini banyak alat
musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah lain yang menyebabkan hal
tersebut adalah karena kurangnya media pembelajaran alat musik suling dan
kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada anak-anak.

1.2   Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1.          Kurangnya pengenalan alat musik tradisional khususnya suling kepada anak-anak
usia sekolah dasar, khususnya di kota bandung.

2.          Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional karena
tergeser oleh alat musik yang lebih modern

3.      Kurangnya media pembelajaran atau informasi tentang cara memainkan Alat Musik
Tradisional.          
     
1.3   Fokus Masalah
Penulis akan memfokuskan masalah kepada perancangan media informasi
mengenai bagaimana cara memainkan alat musik   Tradisional . Dengan memahami hal
yang berkaitan tentang suling, dengan cara membuat media informasi tentang
bagaimana memainkan alat musik Tradisiobal.
1.4   Tujuan Perancangan
Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya. Maka tujuan yang
ingin dicapai dalam perancangan buku ini adalah:
1.      Untuk mengenal alat musik tr adisional khususnya di Indonesia.

2.          Untuk menumbuhkan minat anak terhadap alat musik tradisional dan untuk
memahami bagaimana car a memainkan alat musik tersebut.

3.          Untuk membuat alternatif penyelesaian masalah mengenai kurangnya informasi


mengenai bagaimana car a bermain Alat Musik Tradisional.

1.5   Manfaat Perancangan


Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan anak-anak dapat mempelajari
suling dengan mudah serta mengembalikan gairah anak-anak untuk mempelajari alat
musik tradisional khususnya suling. Dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
khususnya anak-anak sebagai fokus segmentasin ya.
Diharapkan setelah beberapa tahun kemudian banyak generasi muda yang bisa
memainkan suling dan melastarikan salah satu alat musik tradisional, sehingga
kesenian tradisional Sunda tetap lestari.

BAB II
ALAT-ALAT MUSIK TRADISIONAL

1.      Gamelan (okestranya orang jawa)


Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai
benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi
sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik
gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan
dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan
karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk
gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa
memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak
dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling.
Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang
diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah
keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak
sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi
antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang,
paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada
setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik
gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan
pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan
selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran
wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik
sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat
musik serupa drum yang disebut  kendang, rebab dan celempung, gambang, gong  dan
seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah
bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam
pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang
panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama
gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan
komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per
oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7
nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang
besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari
beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu  gongan  serta melodinya diciptakan
dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun
sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak.
Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan
suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita
disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan
gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah
jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan
adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan
sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama
digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada
waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk
melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk
melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak
lebih ke belakang.

2.      Kecapi
Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan
sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus
dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat
asli Jawa Barat.

Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan penuh
penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat menyatukan rasa
dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat
musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa suasana
alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai terhanyut dengan buaian nada-
nada yang indah dari Kacapi.

3.      Angklung
Angklung  adalah  alat musik  multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda  di  Pulau Jawa  bagian barat. Alat
musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan
oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras
(nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi  Sunda  kebanyakan
adalahsalendro dan pelog.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya
telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme
dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad
ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung
berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber
kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos
kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan
(hirup-hurip). Masyarakat  Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda
asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman  padi.
Permainan angklung gubrag di  Jasinga,  Bogor, adalah salah satu yang masih hidup
sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung
diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri  turun ke bumi agar tanaman padi
rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam
(awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi
tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil
hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa  kerajaan Sunda, di antaranya sebagai
penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat
rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya
pemerintah  Hindia Belanda  sempat melarang masyarakat menggunakan angklung,
pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan
oleh anak- anak pada waktu itu.[rujukan?]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap  Dewi Sri  tersebut disertai dengan
pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas
sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang
bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun
dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang
berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya
arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong
dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa,
lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada  1908  tercatat sebuah misi kebudayaan dari
Indonesia ke  Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan
musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik
permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan
bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

              
                                                  
4.      Calung 
Calung  adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa)
dariangklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan,
cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-
la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam),
namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni
pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan
calung jinjing.

 Perkembangan

  Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung
jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat
Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa
tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di
Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa
Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan
Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui
kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah,
bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk
permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu
dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh calung lebih
dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater

Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung
lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang
bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K.,
Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung
(Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat
Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga
dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan,
Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.

Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan
beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada
yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan,
sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan
Hendarso.

5.      Saron

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk
keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi
pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung,
dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan
bentuk seperti palu.

Posted in: Cinta Daerah,Music,Sejarah,Tentang

BAB 3
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik tradisional adalah
warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan secara turun temurun. Alat Musik
Tradisional ini merupakan suatu cirikhas sebuah bangsa, maka menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya dengan alat alat musik tradisional merupakan kewajiban dari setiap
individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan
dilestarikan oleh setiap suku bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat di kolaborasikan
dengan musik moderen yang tidak kala menarik untuk di saksikan.

2. SARAN
Selama menjalani matakuliah kritik seni ini ada banyak kekurangan dan
kelebihannya. Misalnya kurangnya fasilitas atau media pembelajaran, dengan
menambahkan alat proyektor sebagai media pendukung mahasiswa dapat cepat tanggap
dengan apa yang sedang di pelajarinya. Pembelajaran yang langsung menyaksikan atau
langsung turun ke lapangan juga dapat membuat mahasiswa tidak merasa jenuh karena
tidak hanya belajar di dalam kelas saja, mahasiswa langsung dapat mengkritik sebuah
pertunjukan yang sedang dilihatnya.
Untuk bapak Silo walaupun bapak mengajar bukan dibidangnya namun bapak sudah
cukup baik dalam penyampaian materi matakuliah kritik seni ini namun harus
ditingkatkan lagi dalam mencapai profesionalisme kerja sebagai tenaga pendidik.
Terimakasih.

_________________________________________________________________
eet..... jangan lupa yah LIKE & Comentnya ...
ok ok ok ok ok ...!!!

endan romdon di 20.34

Berbagi

5 komentar:

exan24xxx 12 September 2012 02.36


thanks banget bro!!!!!!!!!!!!!
Balas
endan romdon 17 September 2012 00.16
ia sama2 brooo
Balas

Galih n gumilar 5 April 2013 19.12


mksh atas info'x sukses terus ea.
Balas

Elizabeth Giovanni 30 Oktober 2014 02.29


gak bisa di copy nih gan??seriuss!!??
Balas

endan romdon 12 Januari 2015 05.59


Bisa ko sok ccoba lagi
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan Pratinjau

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai