Mengetahui,
Leader CO Leader
Menyetujui,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah Suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan
fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskular (Rahayuningsih, 2012).
Hal ini akan menimbulkan gejala berupa nyeri, pembengkakan, dan
terbentuknya lepuhan (Grace dan Borley, 2006). Semua luka bakar
(kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat menimbulkan
komplikasi berupa syok, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit,
infeksi sekunder, dan lain-lain (Rismana, et all., 2013).
Luka bakar dapat terjadi dimana saja, sewaktu-waktu dan
seringkali tidak terduga sehingga korban tidak mendapatkan pertolongan
pertama yang benar dan biasanya masyarakat yang pertama kali
menjumpai untuk melakukan upaya pertolongan pertama (Pranata, 2011).
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga
sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO, 2014),
memperkirakan bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap
tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari 1.000.000
orang menderita luka bakar sedang-berat per tahun. Di Bangladesh,
Columbia, Mesir, dan Pakistan, 17% anak dengan luka bakar menderita
kecacatan sementara dan 18% menderita kecacatan permanen. Sedangkan
di Nepal, luka bakar merupakan penyebab kedua cedera tertinggi, dengan
5% kecacatan.
Menurut data American Burn Association (2015), di Amerika
Serikat terdapat 486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan
medis, 40.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu,
2
sebanyak 3.240 kematian terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar.
Penyebab terbanyak terjadinya luka bakar adalah karena trauma akibat
kecelakaan kebakaran, kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak
dengan listrik, zat kimia, dan benda panas. Di Indonesia, prevalensi luka
bakar pada tahun 2013 sebesar 0.7%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
adalah Papua 2.0% dan Bangka Belitung 1.4% (Depkes, 2013).
Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar penting dilakukan
untuk mencegah komplikasi seperti dehidrasi, infeksi dan kematian
(Rahayuningsih, 2012). Keluarga atau orang awam biasanya memberi obat
pada luka bakar seperti pasta gigi, minyak goreng, kecap, margarin,
betadin (Kirana, 2013). Penanganan gawat darurat fase prehospital
terlibat juga unsur-unsur masyarakat non tenaga kesehatan termasuk
keluarga sebelum medapatkan perawatan di rumah sakit (Herkutanto,
2007).
Perawatan prehospital merupakan bagian utama dari pertolongan
pertama, dimulai dari tempat kejadian sampai perawatan medis di peroleh
(Shivastava & Goel, 2010). Penanganan pertama luka bakar oleh keluarga
adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat kejadian degan
cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa
kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari (Suriati,
2010).
Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain
komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama. Proses
penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inflamasi,
proliferasi, dan maturasi. Pertama, fase inflamasi yang berlangsung sejak
terjadinya luka hingga 3-4 hari. Pada fase ini terjadi perubahan vaskuler
dan proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan
mengeluarkan serotonin, serta mulai timbul epitelisasi. Kedua, fase
proliferasi yang berlangsung sejak berakhirnya fase inflamasi hingga hari
ke-21. Pada fase inflamasi, terjadi proliferasi fibroblas, angiogenesis, dan
proses epitelisasi. Ketiga, fase maturasi, terjadi sejak hari ke-21 hingga 1-2
tahun dimana terjadi proses pematangan kolagen, penurunan aktivitas
3
seluler dan vaskuler. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang
berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal (Pradipta, 2010).
Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan sering kali pada kecelakaan masal dan
paling terbanyak ditemukan terjadi di rumah adalah luka bakar derajat II
(Nurdiana, Hariyanto, & Musrifah, 2008).
Berdasarkan data prevalensi pada RSUD KOJA di ruang Salmon
lantai 5 bedah blok B terdapat kasus luka bakar yang dihitung sejak 3
bulan (September, Oktober dan November) terdapat 24 pasien yang
mengalami luka bakar.
B. Rumusan Masalah
Kurangnya pengetahuan pasien atau keluarga pasien di Ruang Salmon
RSUD Koja Jakarta Utara tentang Penanganan Awal Luka Bakar di
Rumah.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman pasien atau keluarga pasien di Ruang
Salmon RSUD Koja Jakarta Utara tentang Penanganan Awal Luka
Bakar di Rumah.
2. Tujuan Khusus
a) Pasien atau keluarga pasien mengetahui dan memahami
pengertian luka bakar
b) Pasien atau keluarga pasien mengetahui penyebab luka bakar
c) Pasien atau keluarga pasien mengetahui faktor yang
mempengaruhi berat ringannya luka bakar
d) Pasien atau keluarga pasien mengetahui klasifikasi derajat luka
bakar
e) Pasien atau keluarga pasien mengetahui penanganan awal luka
bakar di rumah
4
D. Tema Kegiatan
Penyuluhan Penanganan Awal Luka Bakar di Rumah pada Pasien
di Ruang Salmon RSUD Koja Jakarta Utara Oleh Mahasiswi Profesi
NERS Universitas Binawan.
G. Metode Pelaksanaan
1. Presentasi
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Door prize
H. Media
1. Laptop
2. LCD
3. Layar
4. Mikrofon
5. Speaker
6. Kursi
I. Materi (Terlampir)
5
J. Setting Tempat
Keterangan :
: Layar : Pejabat
: Leader : Pasien
: Co Leader : Fasilitator
: Observer
6
7
K. Susunan Panitia
1. Leader : Qonita Fauziah, S.Kep
Tugas : Bertanggung jawab terhadap jalannya acara mulai
dari perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan
hingga evaluasi serta mengkoordinasikan
pelaksanaan acara.
berlangsung.
8
L. Susunan acara
9
awal luka bakar
dirumah
M. Rencana Anggaran
1. Kesekretariatan
a. Print dan Fotocopy SAP : Rp
b. Print dan Laminating Booklet : Rp
c. Print Leaflet : Rp
d. Print dan Fotocopy Lembar Penilaian : Rp 5.000
Jumlah : Rp
10
c. Air mineral botol 5 x 5000 : Rp 25.000
Jumlah :Rp 220.000
N. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Undangan datang tepat waktu
b. Mahasiswa datang tepat waktu
c. Acara dimulai sesuai jadwal yang telah dibuat
d. Semua peralatan siap digunakan sebelum acara dimulai
2. Evaluasi Proses
a. Undangan aktif dan berpartisipasi selama jalannya acara sampai
selesai.
b. Mahasiswa menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing.
c. Semua peserta memperhatikan seluruh materi yang dipaparkan
oleh pihak Universitas Binawan.
3. Evaluasi hasil :
a. 80 % kehadiran undangan
b. 80 % pasien mampu mengetahui tentang Penanganan Awal Luka
Bakar di Rumah
11
DAFTAR PUSTAKA
Adibah & Winasis, R .(2014). Udoctor: Pertolongan pertama luka bakar, (online),
(http://udoctor.co.id/, diakses 3 november 2019).
Barbara, et al. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta:
EGC.
Fitriana, R., N. (2014). Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak UsiaPra-Sekolah Di Desa Jombor
Bendosari Sukoharjo. Surakarta: Artikel Stikes Kusuma Husda Surakarta.
Grace, Pierce, A. & Borley, N., R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga.
Gurnida, D., A. & Lilisari,M. (2011). Dukungan Nutrisi pada Penderita Luka Bakar Bagian
Ilmu Kesehatan. Bandung : Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Nina, R. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70%
Daun Lidah Buaya Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Surakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah.
Prabhat Shrivastava & Arum Goel. (2010). Prehospital care in burn injury.
12
LAMPIRAN
A. Pengertian
Luka bakar adalah Suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus
listrik,bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme
dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama
sistem kardiovaskular (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar,hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah
ketidakseimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan
serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).
B. Etiologi
1. Luka bakar ternal
Luka bakar ternal (panas) disebabkan oleh karena terpaparnya atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena
terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau
terkena permukaan logam yang panas (Fitriana,2014)
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontak jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Kosentrasi zat kimia, lamanya kontak
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri
karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industry, pertanian dan militer (Rahayuningsih,2012)
3. Luka bakar listrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringanya
13
Luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang
terlihat dipermukaan tubuh (Fitriana, 2014).
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebakan oleh terpaparnya dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini serigkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran (Rahayuningsih, 2012).
14
D. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
15
permukaan tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka
bakar kecil (Gurnida dan Lilisari, 2011).
16
(Rahayuningsih, 2012).
d. Mekanisme injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk
menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar
yang mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada
luka bakarelectric, panas yang dihantarkan melalui tubuh,
mengakibatkan kerusakan jaringan internal (Rahayuningsih,
2012).
e. Usia
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak
anak kelompok usia dibawah 6 tahun bahkan sebagian besar berusia
kurang dari 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat
kerja yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut
usia dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali
memerlukan perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Dalam
tahun tahun terakhir ini daya tahan hidup dimana penderita dapat
kembali pada keadaan sebelum cedera pada penderita lanjut usia
mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan
populasi umum luka bakar lainnya.
17
3. Jangan oleskan pasta gigi, minyak, krim, mentega dan jangan
pecahkan bulla atau lepuhan kulit.
18
LAMPIRAN
19
20