Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengelola satuan pendidikan
disyaratkan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat
mendukung pelaksanaan tugasnya. Kompetensi menuntut kemampuan kognitif,
kondisi afektif, nilai-nilai, dan ketrampilan tertentu yang khas dan spesifik
berkaitan dengan karakteristik jabatan atau tugas yang dilaksanakan.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu kompetensi
sosial yang berguna untuk menjalin komunikasi secara lisan dan tulisan dengan
masyarakat sekolah baik di luar maupun di dalam. Kompetensi sosial kepala
sekolah sebagaimana tertulis dalam peraturan Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
bahwa kepala sekolah harus bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan
memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Ada pun ruang
lingkup yang saya bahas dalam makalah ini yaitu pendekatan, teknik dan
instrumen pengukuran kompetensi sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial?
2. Apa saja dimensi kompetensi sosial?
3. Bagaimana pendekatan yang digunakan dalam kompetensi sosial?
4. Bagaimana teknik yang digunakan dalam kompetensi sosial?
5. Bagaimana instrumen pengukuran dalam kompetensi sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi sosial.
2. Untuk mengetahui substansi kompetensi sosial.
3. Untuk menambah informasi terkait pendekatan yang digunakan dalam
kompetensi sosial.

1
2

4. Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam kompetensi sosial.


5. Untuk mengetahui instrumen pengukuran dalam kompetensi sosial.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah informasi mengenai kompetensi sosial.
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang dimensi kompetensi sosial.
3. Dapat memberikan wawasan tentang pendekatan kompetensi sosial.
4. Dapat memberikan pengetahuan tentang teknik kompetensi sosial.
5. Dapat mengetahi instrumen pengukuran kompetensi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Sosial


Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa
Inggris, competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.
Menurut Sahertian dalam Wahyudi (2012) mengartikan kompetensi sebagai
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan latihan dengan standar dan kualitas
tertentu sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan. Seorang dinyatakan
kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja sebagai suatu
keahlian selaras dengan bidangnya. Kompetensi menuntut kemampuan kognitif,
kondisi afektif, nilai-nilai, dan ketrampilan tertentu yang khas dan spesifik
berkaitan dengan karakteristik jabatan atau tugas yang dilaksanakan.
Kompetensi mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan
kualitas interaksi antarpribadi. Menurut Denham, dkk (2003) dalam Kompri
(2017) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi,
hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien, baik dengan peserta didik, guru, orang tua/wali dan
masyarakat sekitar, sehingga seseorang memiliki kompetensi sosial akan tampak
menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan, komunikatif dan
kooperatif. Jadi, kompetensi sosial kepemimpinan merupakan hubungan yang
dilakukan kepala sekolah dengan masyarakat atau warga sekolah dalam menjalin
interaksi yang bersifat sosial.

B. Dimensi Kompetensi Sosial


Dimensi kompetensi sosial kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam
Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007,
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah bahwa kepala sekolah harus:

3
4

1. Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah


a) Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan
kemajuan sekolah.
b) Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan
orang tua siswwa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah
c) Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah
terkait dalam rangka pengembangan sekolah.
d) Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan
stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
a) Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.
b) Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan
c) Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga
atau kegiatan masyarakat lainnya.
d) Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
a) Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai
problem finder).
b) Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)
c) Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat dan pemerintah dalam
memecahkan masalah kelembagaan.
d) Mampu bersikap objektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik
internal sekolah.
e) Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.
f) Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain.

C. Pendekatan Kompetensi Sosial


Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
kompetensi sosial. Pendekatan tersebut bertujuan agar kepala sekolah mampu
menjalin komunikasi, interaksi, kerja sama, memiki kepekaan sosial dan
menumbuhkan partisipasi di dalam kehidupan masyarakat sekolah. Adapun
pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan sifat (trait approach), pendekatan
5

kekuasaan (power approach), pendekatan perilaku (behaviour approach),


pendekatan situasi (situational approach).
1. Pendekatan Sifat (Trait Approach)
Keberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin.
Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan (Purwanto
dalam Basri dan Tatang).
Ghizeli dan Stogdil dalam Basri (2017) mengemukakan bahwa lima sifat
yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yaitu kecerdasan, kemamapuan
mengawasi, inisiatif, ketenangan diri,dan kepribadian. Dari hasil studi dari
tahun 1920-1950, diperoleh kesimpulan adanya tiga macam sifat pribadi
seseorang pemimpin meliputi ciri-ciri fisik, kepribadian dan kemampuan atau
kecakapan. Oleh karena itu, berdasarkan pendekatan sifat, keberhasilan
seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi, tetapi
ditentukan pula oleh kecakapan atau keterampilan (skills) pribadi pemimpin
(Wahjosumidjo dalam Basri dan Tatang).
Keterampilan yang dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin dalam
kompetensi sosial yaitu kompetensi hubungan manusiawi. Salah satu prinsip
yang ada dalam MBS yaitu adanya partisipasi/peran serta masyarakat untuk
meningkatkan mutu sekolah/pendidikan. Hubungan antara sekolah dan
masyaraat pada hakikatnya adalah suatu sarana yang cukup mempunyai
peranan yang menentukan dalam rangka usaha mengadakan pembinaan
pertumbuhan dan pengembangan murid-murid di sekolah adalah ada suatu
kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat darri segi edukatif,
maupundilihat dari segi psikologis. Bahwa hubungan sekolah dengan
masyarakat lebih banyak menekankan pada pemenuhan akan kebutuhan
masyarakat yang terkait dengan sekolah (Kompri: 2017).
Pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan
masyarakat, tetapi sekolah berusaha secara aktif serta mengambil inisiatif
untuk melakukan berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan kerja sama
harmonis. Di dalam masyarakat ada sumber daya manusia dan sumber daya
nonmanusia. Dari kedua sumber daya itu, sekolah dapat memilih dan
6

memanfaatkan untuk program pendidikan sekolah. Jika sekolah itu berhasil


memanfaatkan secara maksimal, maka hasil belajar anak akan lebih baik.
Apabila kegiatan hubungan sekolah dngan masyarakat ingin berhasil
mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat atau orang tua yang
dapat diajak kerja sama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa
prinsip-prinsip pelaksanaan harus menjadi pertimbangan diantaranya integrity,
continuity, simplicity, converage, constructiveness, adaptability (Kompri:
2017).
Ketrampilan hubungan manusiawi ini antara lain tercermin dalam
pendapat Danim (2009) yaitu:
a) Ketrampilan menempatkan diri dalam kelompok,
b) Ketrampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan,
c) Sikap terbuka terhadap kelompok kerja,
d) Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan dan
e) Penghargaan terhadap nilai-nilai etis,
f) Pemerataan tugas dan tanggung jawab
g) Itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain.
Pada sisi lain realitas peran dan kiprah seorang kepala sekolah dinilai dan
diamati baik oleh guru, anak didik, teman sejawat, dan atasannya maupun oleh
masyarakat. Pedekatan sifat lebih menekankan bagaimana kepala sekolah bisa
bersikap sosial dalam artian mempunya hubungan manusiawi terhadap
masyarakat atau warga sekolah.
2. Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan (Power Influence Aprroach)
Pendekatan ini menyatakan bahwa kewibawaan pemimpin dapat
meningkatkan semangat bawahan dalam bekerja dan mencapai tujuannya.
Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling memengaruhi dan
pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dan
bawahan (Wahjosumidjo dalam Basri dan Tatang).
Kepala sekolah bekerja sama dengan pihak intra dan mitra sekolah. Dalam
pandanan manajemen, kerja sama dimaknai dengan istilah collaboration.
Kerja sama collaboration dalam pandangan Swewart merupakan bagian dari
kecakapan “manajemen baru” yang belum tampak pada manajemen
7

tradisional. Sedangkan dalam pandangan manajemn modern, kerja sama


merupakan hal yang amat mendasar dalam sebuah organisasi. Menurut
Swewart perlu seperangkat kecakapan baru yang perlu dikuasai oleh manajer
era baru yaitu harus mampu membuat mampu (enabling), memperlancar
(facilitating), berkonsultasi (conculting), bermitra (collaborating),
membimbing ( mentoring) dan mendukung (supporting). Pengertian atau dasar
utama dalam mitra adalah keahlian, yang mana masing-masing orang yang
memiliki keahlian berbeda, bekerja bersama menjadi satu kelompok atau tim
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam bersosialisasi dan
berorganisasi, kemitraan memilii kedudukan yang sentral karena esenssi dari
kehidupan sosial dan berorganisasi adalah kesepakatan bermitra. Tidak ada
organisasi tanpa kerja sama. Bahkan dalam pemberdayaan organisasi, kerja
sama adalah tujuan akhir dari setiap program pemberdayaan (Kompri: 2017).
Manajer akan ditakar keberhasilannya dari seberapa mampu ia
menciptakan kerja sama di dalam organisasi (intern) dan menjalin mitra
dengan pihak-pihak di luar organisasi (ekstern). Prinsip-prinsip organisasi
yang selama ini dikembangkan, hakikatnya merupakan perwujudan bentuk
mitra yang dilembagakan, di mana setiap orang dalam organisasi tersebut
mengakui dan tunduk terhadap organisasi (Kompri: 2017).
Kewibawaan kepala sekolah memunyai pegaruh terhadap keberhasilan
kepala sekolah dalam hubungan kerja sama antara para pemimpin dan
bawahan.
3. Pendekatan Perilaku (Behaviour Approach)
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran
bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan
itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin
itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi,
cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan
pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan
dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.
8

Menurut Mulyasa (2012) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki
agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien yakni
a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
d) Memiliki pengetahuan tentang estetika
e) Memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial
f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
g) Memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Jadi, pendekatan perilaku kepala sekolah bisa dilihat dari kemampuan
komunikasi sehari-hari di sekolah.
4. Pendekatan Situasi (Situational Approach)
Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi.
Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan
suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh
perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki
ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun
akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda,
semangat, watak dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan
perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.
Seperti kepekaan pada diri kepala sekolah. Dalam kamus besar bahasa
indonesia, kata kepekaan berarti mudah bergerak;kesanggupan bereaksi
terhadap suatu keadaan. Adapun sosial berarti berkenaan dengan masyarakat;
memperhatikan kepentingan umum. Jadi kepekaan masalah sosial dapat
diartikan sebagai kesanggupan untuk bereaksi terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi oleh masyarakat berkenaan dengan kepentingan umum.
Manusia adalah makhluk sosial, maka antara manusia mempunyai hubungan.
Berbicara mengenai hubungan berarti berbicara mengenai relasi. Setiap
manusia di dunia ini pasti memiliki relasi dan relasi yang paling dekat dengan
manusia adalah relasi dengan dirinya sendiri. Ketika manusia dapat berelasi
baik dengan dirinya, maka relasi dengan manusia lain, alam semesta dan
Tuhan juga akan terjalin baik. Relasi yang baik ini akan menimbulkan
9

kepekaan terhadap dirinya, manusia di sekitarnya , lingkungan dan Tuhan.


Relasi dengan manusia dan lingungannya inilah yang dapat menimbulkan
kepekaan sosial. Namun, pertama-tama suatu kepekaan dapat timbul dari
dalam diri setiap manusia. Ketika manusia sudah peka terhadap dirinya
sendiri, maka manusia juga akan lebih mudah peka terdahap kepentingan
masyarakat (Kompri: 2017).
Kepekaan sosial dapt dilatih dalam pribadi setiap manusia. Mulai dari
sikap peka terhadap diri sendiri, lalu terhadap orang disekitar dan masyarakat
umum. Demikian juga dengan sikap kepekaan terhadap masalah sosial.
Apabila manusia sudah peka terhadap masalah sosial dalam lingkup kecil,
maka manusia juga akan mudah untuk peka terhadap masalah dalm lingkup
luas. Jadi, dalam perwujudan kesadaran untuk mau bereaksi terhadap masalah-
masalah sosial yang menyangkut kepentingan umum, yaitu dengan tindakan
yang baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang lebih baik
serta selalu peka terhadap masalah-masalah sosial dalam lingkup kecil dan
juga lingkup yang lebih luas (Kompri: 2017).
Kepekaan sosial merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengamati
reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara
verbal maupun nonverbal. Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang
tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu
dari orang lain, entah reaksi tersebut positif ataupun negatif. Adanya kepekaan
sosia akan membuat seseorang dapat bersikap dan bertindak yang tepat
terhadap orang lain yang ada disekitarnya.

D. Teknik- Teknik Kompetensi Sosial


Menurut Kompri (2017) terdapat empat teknik yang digunakan kepala sekolah
dalam kompetensi sosial (hubungan antara sekolah dengan masyarakat) yaitu
teknik tertulis teknik lisan, teknik peragaan dan teknik elektronik.
1. Teknik tertulis
Adapun cara tertulis yang dapat digunakan meliputi:
a) Buku kecil pada permulaan tahun ajaran.
10

Berisi penjelaskan tentang tata tertib, syarat-syarat masuk, hari-hari libur,


hari-hari efektif. Kemudian buku kecil tersebut dibagikan kepada orang
tua murid.
b) Pamflet.
Pamflet merupakan selebaran yang biasanya berisi tentang sejarah
lembaga pendidikan tersebut, staf pengajar, fasilitas yang tersedia dan
kegiatan belajar. Pamflet ini selain dibagikan ke wali murid juga bisa
disebarkan ke masyarakat umum, selain untuk menumbuhkan pengertian
masyarakat juga sekaligus untuk promosi lembaga.
c) Berita kegiatan murid.
Berita ini dapat dibuat sederhana mungkin pada selebaran kertas yang
berisi informasi singkat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah
atau pesantren. Dengan membacanya orang tua murid mengetahui apa
yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut, khususnya kegiatan yang
dilakukan murid.
d) Catatan berita gembira.
Berisi tentang keberhasilan seorang murid. Berita tersebut ditulis di
selebaran kertas dan disampaikan kepada wali murid atau bahkan
disebarkan ke masyarakat.
e) Buku kecil tentang cara membimbing anak. Dalam rangka menciptakan
hubungan yang harmonis dengan orang tua, kepala sekolah atau guru dapat
membuat sebuah buku kecil yang sederhana yang berisi tentang cara
membimbing anak yang efektif, kemudian buku tersebut diberikan kepada
orang tua murid.
2. Teknik Lisan
Adapun cara lisan atau interaksi langsung yang dapat digunakan meliputi:
a) Kunjungan rumah.
Pihak sekolah dapat mengadakan kunjungan ke rumah wali murid, warga
atau tokoh masyarakat. Melalui kunjungan rumah ini guru akan
mengetahui masalah anak di rumahnya.
b) Panggilan orang tua.
11

Pihak sekolah sesekali juga memanggil orang tua murid datang ke sekolah.
Setelah datang, mereka diberi penjelasan tentang perkembangan
pendidikan di lembaga tersebut. Mereka juga perlu diberi penjelasan
khusus tentang perkembangan pendidikan anaknya.
c) Pertemauan.
Sekolah mengundang masyarakat dalam acara pertemuan khusus untuk
membicarakan masalah atau hambatan yang dihadapi sekolah. Pertemuan
ini sebaiknya diadakan pada waktu tertentu yang dapat dihadiri oleh semua
pihak yang diundang. Sebelum pertemuan dimulai acaranya disusun
terlebih dahulu. Oleh karena itu, setiap akan mengadakan pertemuan
sebaiknya dibentuk panitia penyelenggara.
3. Teknik peragaan.
Hubungan sekolah dengan amsyarakat dapat dilakukan dengan mengundang
masyarakat dengan melihat peragaan yang diselenggarakan sekolah.
Penyelenggaraan yang diselenggarakan biasanya berupa pameran keberhasilan
murid. Misalnya di TK menampilkan anak-anak bernyanyi, membaca puisi,
dan menari. Pada kesempatan itu, kepala sekolah atau guru dapat
menyampaikan program-program peningkatan mutu pendidikan dan juga
masalah atau hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan program-program
itu.
4. Teknik elektronik
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka dalm mengakrabkan
sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat, pihak sekolah dapat
menggunakan sarana elektronik, misalkan denga telepon, televisi dan radio,
sekaligus sebagai sarana untuk program pendidikan.
Dijelaskan pula oleh Soekarto Indra Fachrudi di dalam buku Kompri (2017),
bahwa ada 11 teknik yang dapat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
sekolah yang perlu diketahui oleh masyarakat. Teknik-teknik tersebut antara lain:
1. Laporan kepada orang tua murid.
Laporan yang diberikan oleh sekolah kepada masyarakat berisi laporan
tentang kemajuan anak, aktivitas anak di sekolah, kegiatan sekolah sendiri,
dan segala sesuatu yang terjadi di sekolah sehubung dengan pendidikan anak
12

sekolah. Laporan ini dapat dilakukan sekali dalam tiga atau empat bulan,
semesteran atau tahunan.
2. Bulletin bulanan.
Bulletin bulanan dapat di usahakan oleh guru, staf sekolah,dan para orang tua
yang dapat diterbitkan satu bulan sekali. Bahkan dapat juga melibatkan murid,
sambil memberikan latihan dan membentuk kader dari pihak murid. Isi
bulletin bulanan ini adalah tentang kegiatan sekolah, artikel-artikel guru dan
murid (bisa juga artikel dari orang tua murid, pengumuman-pengumuna
sekola, berita-berita sekolah, dan berita-berita msayarakat yang perlu
diketahui sekolah dan lain sebagainya.
3. Penerbitan surat kabar.
Apabila dimungkinkan, sekolah dapat menerbitkan surat kabar sekolah. Isinya
menyangkut segala aspek yang menunjang kesuksesan program pendidikan.
Artikel-artikel yang dimuat punharus berkaitan dengan dunia pendidikan
sesuai dengan bidang yang dipelajari anak didik. Berita-berita yang di muat
hendaknya juga berita –berita yang memiliki nilai didik.
4. Pameran Sekolah.
Pameran sekolah merupakan metode yang sangat efektif untuk memberikan
gambaran tentang keadaan sekolah dengan berbagai hasil aktivitasnya.
Masyarakat dapat melihat secara langsung keadaan sekolah dengan
mengunjungi pameran tersebut. Tempat penyelenggaraan pameran dapat di
dalam kelas atau di luar kelas, yaitu di halam sekolah. Bahkan dapat juga
diluar sekolah.
5. Open house.
Open house merupakan suatu metode mempersilahkan masyarakat yang
berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan dan hasil kerja
murid dan guru yang diadakan pada waktu yang telah terjadwal. Pada saat
itulah masyarakat dapat melihat secara langsung proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah itu. Dari gambaran ini, masyarakat dapat memberikan
penilaian atas pelaksanaan pendidikan di sekolah tersebut.
6. Kunjungan ke sekolah (school visitation).
13

Kunjungan orang tua murid pada saat pelajaran berlangsung yang


dimaksudkan agar para orang tua murid berkesempatan melihat anak-anaknya
pada waktu mengikuti pelajaran. Bagus kiranya apabila setelah orang tua
mengadakan kunjungan ini kemudian diadakan diskusi untuk memecahkan
masalah yang timbul menurut pengamatan para orang tua. Kunjungan ke
sekolah ini dapat dilaksanakan sewaktu-waktu, sehingga mereka dapat melihat
kewajaran yang terjadi di sekolah itu.
7. Kunjungan ke rumah murid (home visitation).
Kunjungan kerumah murid dilakukan untuk melihat latar belakang kehidupan
murid di rumah. Penerapan metode ini akan mempererat hubungan antara
sekolah dengan orang tua murid. Masalah-masalah yang di hadapi murid di
sekolah dapat dibicarakan secara kekeluargaan dan persahabatan intim. Guru
yang berkunjung ke rumah orang tua murid harus bersikap bijaksana , hati-hati
dan ramah tamah, terutama dalam menanggapi problema yang dikemukakan
oleh orang tua.
8. Melalui penjelasan oleh staf sekolah.
Kepala sekolah hendaknya berusaha agar semua personal sekolah turut aktif
mengambil bagian dalam menyukseskan program hubungan sekolah dengan
masyarakat. Para personal sekolah dapat memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang kepentingan sekolah, organisasi sekolah dan semua
kegiatan sekolah. Kepala sekolah dapat menanamkan loyalitas para staf
dengan mengikutsertakan mereka bekerja. Mereka harus berpegang teguh
pada etika jabatan.
9. Gambaran keadaan sekolah melalui murid.
Murid juga dapat id dorong untuk memberikan informasi kepada masyarakat
tentang keadaan sekolah. Jangan sampai bahkan menyebar isu-isu yang tidak
baik mengenai sekolah kepada masyarakat. Apabila sekolah memiliki
pemancar radio., maka media ini dapat dimanfaatkan agar murid berbincang-
bincang dalam siaran mengenai situasi sekolah.
10. Melalui radio dan televisi.
Radio dan televise memiliki daya yang kuat untuk menyebarkan pengaruh
melalui informasi yang disirkannya. Radio dan televise ceapt sekali
14

membentuk “public opinion” yang sangat dibutuhkan dalam program


hubungan sekolah dengan masyarakat ini. Melalui radio telivisi, masyarakat
akan lebih mengenal situasi dan perkembangan sekolah. Melalui radio dan
telivisi sekolah dapat menyampaikan berita-berita dan pengumuma-penguman
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, termasuk apabila ada
permohonan sumbangan dari pihak sekolah.
11. Laopran tahunan.
Laporan tahunan disusun oleh kepala sekolah untuk diberikan kepada pemilik
sekolah atau pada kantor kementrian P dan K kecamatan yang membawanya
atau kepada atasan langsungannya. Kepala sekolah dapat menugaskan kepada
stafny atau langsung dia sendiri memberikan informasi tersebut yang
berkenaan dengan isi laporan tahunannya. Isi laporan tahunan tersebut anatara
lain mencangkup: kegiatan yang telah dilakukan, kurikulum, personalia,
anggaran dan situasi murid.

E. Instrumen Pengukuran
Menurut Sugiono dalam Direkorat Tenaga Kependidikan (2008) instrument
penilitian yaitu alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur
fenomena alam serta sosial yang sesuai dengan variable penelitian.
1. Kuesioner atau angket
Angket atau kuesioner pada umumnya digunakan sebagai instrument
peneletian suervei. Jenis pertanyaan yang ada dalam kuesioner adalah jenis
pertanyaan yang dibutuhkan dalam laporan.
2. Wawancara
Wawancara memiliki tingkat kemudahan sendiri dibandingkan dengan
kuesioner karena jika wawancara tidak melakukan perhitungan secara
statistika, namun begitu dalam wawancara membutuhkan waktu yang relative
lama dibandingkan dengan angket.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek
penelitian dengan saksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan mencatat
setiap keadaan yang relevan dengan tujuan penilitian.
15

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara lain untuk dapat memperoleh data responden danin
forman. Dengan dokumentasi, peniliti memperoleh informasi dan berbagai
macam sumber.
5. Tes
Tes sebagai instrument penilitian, khususnya dalam pengumpulan data
penilitian merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, dan bakat.
Instrumen pengukuran kompetensi sosial dapat dilakukan dengan patokan
capaian kompetensi dimana kompetesi yang dimiliki kepala sekolah dinilai
berdasarkan dimensi sosial. Tahap pertama yaitu mengisi butir penilaian sesuai
pertanyaan atau alternatif penerapan patokan. Selanjutnya menjawab sejauh mana
tingkat penilaian kompetensi yang dimiliki dalam kompetensi sosial dan disertai
dengan bukti praktik yang dilakukan. Setelah penilaian, skor yang diperoleh
dihitung dan diukur sejauh mana keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan
kompetensi sosial.
Contoh Instrumen pengukuran untuk kepala sekolah sebagai berikut:
INSTRUMEN PENILAIAN
KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH
NO PERNYATAAN SKALA PENILAIAN
TP P JR SR SL
KepalaSekolah :
1 Melibatkan Guru dalam penyusunan
program jangka panjang Sekolah
2 Melibatkan Guru dalam penyusunan
program jangka pendek Sekolah
3 Menyelenggarakan sekolah berdasarkan
pada renstra
4 Melakukan analisis kebutuhan sekolah
5 Melibatkan Guru dalam penyusunan
analisis kebutuhan sekolah
16

6 Memimpin pengembangan organisasi


sesuai dengan kebutuhan
7 Melibatkan Guru dalam pengembangan
organisasi
8 Berusaha meningkatkan sumber daya
manusia
9 Memiliki kepekaan terhadap perubahan
10 Memanfaatkan perubahan sebagai
pengembangan sekolah

11 Berusaha menciptakan budaya organisasi


yang kondusif
12 Berusaha menciptakan iklim organisasi yang
kondusif
13 Memberdayakan Guru dan staf secara
optimal
14 Mengelolasarana dan prasarana secara
optimal
15 Melibatkan guru dalam mengelola sarana
dan prasarana
16 Mempersiapkan Penerimaan siswa baru
terlebih dahulu
17 Melibatkan Guru dalam Penerimaan siswa
baru
18 Menyusun progran pengelolaan keuangan
19 Melakukan Pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip akuntabel dan
transparan
20 Melakukan Pengelolaan keuangan secara
efektif dan efisien
17

21 Melakukan Ketatausahaan sekolah sesuai


dengan program yang disusun
22 Melakukan Ketatausahaan sekolah sesuai
dengan tujuan sekolah
23 Melakukan layanan khusus dalam
mendukung kegiatan pembelajaran

24 Mengelola Sistem Informasi sekolah


dalam mendukung pengambilan keputusan
25 Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran
26 Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan manajemen
sekolah
27 Melakukan monitoring pelaksanaan
program kegiatan sekolah dengan prosedur
yang tepat
28 Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tepat
29 Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tepat
30 Merencanakan tindak lanjut hasil evaluasi
pelaksanaan kegiatan sekolah dengan
prosedur yang tepat
TOTAL :
TOTAL KESELURUHAN :
KETERANGAN
TP : Tidak Pernah dengan skor :0
P : Pernah :1
JR : Jarang dengan skor :2
SR; : Sering dengan skor :3
SL : Selalu dengan skor :4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompetensi sosial merupakan kemampuan kepala sekola dalam hubungan
bermasyarakat dengan siswa, guru dan warga sekolah. Kepala sekolah dalam
rangka menunjang kemampuan sosial tersebut harus memiliki kemampuan dalam
hal kepekaan sosial, kemudian dilanjutkan dengan faktor memberikan bantuan
kepada pihak lain, komunikasi, bekerja sama, dan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial.
Pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan sifat (trait approach),
pendekatan kekuasaan (power approach), pendekatan perilaku (behaviour
approach), pendekatan situasi (situational approach). Adapun tekniknya yaitu
teknik tulis, lisan, peragaan dan elektronik. Sedangkan instrumen atau alat bantu
yang digunakan dalam kompetensi sosial yaitu kuesioner atau angket, wawancara,
observasi, dokumentasi dan tes.

B. Saran
Adanya makalah ini, saya berharap kepala sekolah mampu melakukan
pendekatan kepada masyarakat atau warga sekolah dalam menjalin hubungan
sosial. Kepala sekolah dalam melakukan pendekatan sebaiknya didukung dengan
teknik dan instrumen pengaturan. Adanya hal tersebut dapat memaksimalkan
kompetensi sosial kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya.

18
DAFTAR RUJUKAN

Basri, H dan Tatang. 2015. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka


Setia.
Danim, S. 2009. Manajemen Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Direkorat Tenaga Kependidikan. 2008. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah.
Departemen Pendidikan Nasional.
Kompri. 2017. Standarisasi Kompetensi Kepala Sekolah: Pendekatan Teori Untuk
Praktik Profesional. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah/Madsarah.
Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.

19

Anda mungkin juga menyukai