Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERSYARAFAN DAN GANGGUAN PERNAFASAN
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga

Oleh Kelompok 5

Anita Rosyana Putri 1708177


Diah Mitra Hutasoit 1708194
Fitrilia Nurjananah 1708211
Rahmawati 1708254
Rifal Rifadly 1708263
Yosep Suherlan 1708305

Tk. 3A

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DAERAH DI SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya penyusun masih di berikan kekuatan, kesehatan, dan
kemudahan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada jungjunan
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan kita semua selaku
umatnya.
Penyusun bersyukur dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Gangguan Sistem Persyarafan Dan Gangguan
Pernafasan” dengan tepat waktu sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keeperawatan Keluarga.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah di waktu mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi pembaca.

Sumedang, 23 September2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
2.1 Konsep Stroke ....................................................................................
2.2 Konsep TBC .......................................................................................
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Penyakit Stroke Dan
TBC? .................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................
3.1 Kasus ..................................................................................................
3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga ..........................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................
SAP ..........................................................................................................
LEMBAR BALIK ....................................................................................
LEFLET ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu
memang penyakit-penyakit tersebut di derita oleh orang tua terutama yang berusia
60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena
penyakit stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien
di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup,
terutama pada orang muda perkotaan modern.
Stroke menjadi permasalahan terbesar di dunia yang dapat menyebabkan
kelumpuhan bahkan sampai kematian. Kelemahan pada sisi tubuh adalah
komplikasi yang dapat timbul pada penderita stroke yang menyebabkan
keterbatasan dalam rentang gerak sendi.
Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana
WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit
ini, sebagian besar berada di negara berkembang di antara tahun 2009-2011
hampir 89% penduduk dunia menderita TB. Dimanadeperkirakan semua kasus Tb
didunia sebanyak14 juta lebih pada umumnya menyerang kelompok usia
produktif.
Fenimena TB di Indonesia menurut Riskesdas, 2007 TB adalah penyebab
kematia nomor dua setelah stroke. Berdasarkan fakta, memang cakupan penemuan
masihdibawah target yang ditetapkan, yaitu 57% dari 70% pada tahun 2005.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami dapat merumuskan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut :
1 Bagaimana Konsep Penyakit Stroke?
2 Bagaimana Konsep Penyakit TBC?
3 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Penyakit Stroke
Dan TBC?
1.3 Tujuan
1 Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Stroke?
2 Untuk Mengetahui Konsep Penyakit TBC?
3 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Penyakit
Stroke Dan TBC?
BAB II
LANDASAN TEORI
3.1 Stroke
2.3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke juga asalah
gangguan peredaran dara otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak
sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi saraf otak ( Sudoyo,A) Istilah
sroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.

2.3.2 Jenis-Jenis Stroke


Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik:
1. Stroke iskemik ( non hemoragik)
Yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke
iskemik dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
a. Stroke trombotik
Proses terbentuknya trombus yamg membuat penggumpalan
b. Stroke embolik
Tertutupya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sistemik
Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
2. Stroke Hemoragik
Adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik
dibagi menjadi dua tipe yaitu
a. Hemoragik intraserebral
Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
b. Hemoragik subaraknoid
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisa jaringan yang menutupi otak).
2.3.3 Penyebab Stroke
2.1.3.1 Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian
yaitu :
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebrsl adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang
tidak umum. Beberapa paisen dapat mengalami pusing, perubahan kognitif atau
kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dibedakan dari hemoragi
intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak
terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada
beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau mataterial lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokartiditis infektif,
penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal adalah
tempat-tempat di asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral
tengah atau cabang=cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral.
4 Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena kontriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
5 Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Hemoragi dapat terjadi beberapa tempat yaitu :
a. Di luar dura mater
Hemoragi ekstradural atau epidural adalah kedaruratan bedah neuro
yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur
tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri mengines lain.
b. Di bawah dura mater
Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan di vena robek.
Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan
tekanan pada otak.
c. Di ruangan subarakhnoid
Hemoragi subarakhnoid dapat terjadi akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area
sirkulus Willisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di
dalam otak dapat menjadi tempat aneurisme.
d. Di dalam substansi otak
Hemoragi intraserebral pendarahan yang terjadi di substansi dalam
otak paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis
serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan stroke:
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
1) Jenis Kelamin
Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita
2) Usia
Makin tinggi usia, makin tinggi pula resiko terkena stroke
3) Keturunan
Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b. Faktor yang dapat dirubah( reversible)
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung
3) Kolestrol tinggi
4) Obesitas
5) Diabetes melitus
6) Poli setemia
7) Stress emosional
c. Kebiasaan hidup
1) Merokok
2) Peminum alkohol
3) Obat-obatan terlarang
4) Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolestrol.

2.1.4 Manifestasi Klinis


1. Kehilangan Motorik
Diawal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis
dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. Apabila refleks tendon dalam
ini muncul kembali (biasanya dalam 48 jam), peningkatan tonus didertai dengan
spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat
dilihat.
2. Kehilangan Komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang brtanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
3. Gangguan Presepsi
Presepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi presepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasi dan kehilangan sensori.
a. Disfungsi presepsi visual, seseorang yang terkena stroke dapat kehilangan
setengah lapang pandangnnya atau yang disebut homonimus hemianopsia.
b. Gangguah hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dalam area spesial) sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia
kiri. Pada keadaan ini pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan mencocokan pakaian ke bagian tubuh.
c. Kehilangan sensori, karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan
atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemempuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik,
Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini
masalah frustasi dalam program rehabilitas mereka.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, dan luasnya area cedera.
Hipoksia serebral dapat diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Embolisme serebral dapat terjadi setelah
infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

2.1.6 Latihan ROM Pada Pasien Stroke


Range Of Motion (ROM) adalah suatu latihan yang menggerakkan
persendian serta memungkinkan terjadinya kontraksi serta pergerakan pada otot,
dimana latihan ini dilakukan pada masing-masing bagian persendian sesuai
dengan gerakan gerakan normal baik secara pasif ataupun aktif (Potter & Perry
2010).
Latihan ROM merupakan pergerakan atau aktivitas yang ditunjukkan
untuk memepertahankan kelenturan dan pergerakan dari tiap sendi. ROM yang
diprogramkan pada pasien stroke secara teratur terbukti berefek positif baik dari
segi fungsi fisik maupun fungsi psikologi. Fungsi fisik yang diperoleh adalah
memepertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktivitas dan fungsi secara
psikologi dapat menurunkan prespsi nyeri dan tanda-tanda depresi pada pasien
pasca stroke (Tseng, et al, 2007).
2.1.6.1 Klasifikasi Range Of Motion (ROM)
Pengklasifikasi Range Of Motion(ROM) menurut Widyawati (2010)
terdiri dari ROM aktif, ROM aktif dengan bantuan dan ROM pasif. ROM aktif
ialah latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri, pada latihan ini pasien
dipercaya dapat meningkatkan kemandirian serta kepercayaan dirinya. Latihan
yang dilakukan secara mandiri oleh pasien dan hanya dibantu oleh perawat atau
keluarga saat pasien kesulitan melakukan suatu gerakan disebut dengan ROM
aktif dengan bantuan. Sedangkan ROM pasif yaitu latihan yang dilakukan oleh
pendamping seperti perawat atau keluarga, pendamping berperan sebagai pelaku
ROM atau yang melakukan ROM terhadap pasien tersebut.
2.1.6.2 Indikasi Range Of Motion (ROM)
Indikasi dilakukkannya Latihan ROM menururt (Potter & Perry, 2005.;
Padhila, 2013) yaitu pasien yang mengalami kelemahan otot, pasien dengan tahap
rehabilitasi fisik, dan pasien dengan tirah baring lama.
2.1.6.3 Kontra Indikasi Range Of Motion (ROM)
Kontra indikasi menurut (Potter & Perry, 2005 ; Padhila, 2013) yaitu
pasien dengan kelainan sendi atau tulang, pasien tahap mobilisasi karena kasus
jantung, dan pasien dengan sendi yang terinfeksi.
2.1.6.4 Prinsip Dasar Range Of Motion (ROM)
Menurut Suratun (2008) prinsip dalam pemberian ROMterdiri atas 5
bagian yaitu :
1. Pelaksanaan ROM dapat dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari
2. ROM dilakukan secara perlahan serta tidak menimbulkan kelelahan pada
pasien
3. Dalam latihan ROM umur, diagnosa, tanda vital, serta faktor tirah baring
adalah hal yang harus di perhatikan
4. ROM dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih khusunya
pemberian ROM di lakukan oleh fisioterapi
5. Bagian-bagian yang dapat diberikan latihan ROM adalah leher, jari, tangan,
siku, bahu,tumit dan pergelangan kaki.
2.1.6.5 Langkah-langkah Range Of Motion (ROM)
Langkah-langkah Range Of Motion(ROM) merupakan latihan pada sendi,
selai pada ektremitas atas terdapat pula pada ektremitas bawah, menurut Helmi
(2013) beberapa bagian sendi yang dapat diberikan latihan Range Of
Motion(ROM) pada ektremitas bahwa yakni sebagai berikut:
1. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul dengan cara menganggakat kaki dan
bengkokkan lutut
2. Abduksi dan adduksi kaki dengan cara menggerakkan ke samping kiri dan
samping kanan menjauh dari pasien
3. Rotasi pinggul internal dan ektrenal
4. Fleksi dan ektensi jari-jari kaki
5. Intervensi dan eversi telapak kaki
Langkah-langkah ROM menurut Padhila (2013) ektremitas atas maupun
ekstremitas bawah adalah predictor keberhasilan penaganan setelah stroke. Pasien
pada nilai parese yang rendah akan lebih lama untuk kembali beraktifitas secara
mandiri. Untuk itu pasien dengan latihan ROM memiliki langkah-langkah sebagai
berikut (Terlampir).
2.1.6.6 Gerakan Menggenggam
Menggenggam (prehinsion) adalah fungsi yang sangat penting dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, prehinsion dapat diartikan sebagai fungsi yang
dilakukan ketika menggerakkan sebuah objek yang digenggam. Power grip ialah
bagian fungsional tagan yang dominan yang didalamnya terdapat spherical grip,
hook grip lateral prehinsion grip, cylindrical grip (Irfan, 2012).
Latihan menggenggam dapat dilakukan dengan tahap yaitu menutup jari-jari
untuk menggenggam, membuka tangan, serta mengatur kekuatan tangan (Irfan,
2012).Latihan menggenggam ini diharapkan agar terjadi peningkatan secara
signifikan didaerah tangan terutama pergelangan tangan (Lesmana, 2009). Latihan
yang diberikan ini terjadi perbaikan dari tonus postural melalui stimulasi atau
rangsangan yang berupa pemberian tekanan di bagian persendian, dengan hal ini
merangsang otot-otot di sendi untuk dapat berkontraksi dan meningkatkan
kemampuan otot dalam melakukan gerakan menggenggam (Victoria, 2014).Salah
satu dampak terjadinya stroke yaitu terjadinya hemiparesis. Hemiparesis ialah
kehilangan control tubuh secara sebagian. Kemampuan ini biasanya akan
melemahkan aktivitas sehari-hari(Mohan et al, 2013).
Kekuatan otot menggenggam sangat berkaitan erat dengan kinerja kegiatan
sehari-hari oleh karena itu peningkatan fungsi ektremitas atas dengan cara
stimulus sangat dianjurkan dalam meningkatkan kegiatan sehari-hari pasien pasca
stroke (Mohan et al., 2013).Latihan menggenggam bola adalah latihan yang dapat
memulihkan bagian tangan atau ektremitas atas, dalam hal ini diperlukan cara
yang baik agar dapat merangsang titik yang diperlukan agar terjadi pemulihan
yang lebih baik lagi. Pada terapi ini ROM biasanya dikombinasikan dengan bola
karet agar terapi yang diberikan lebih maksimal (Prok, 2016)
2.1.6.7 Macam-Macam Bola
Pada hakikatnya terapi tambahan ROMndengan menggunakan saran bola
terbagi atas 3 jenis bola yaitu
a. Bola tangan cina ( chinese hand balls )
Chines hand balls selain dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan
menstimulus saraf pada jari-jari juga dapat membantu memperbaiki
koordinasi tangan dan berperan sebagai stimulus pada peredaran darah dan
energi vital tubuh (Lucman, 2000; Utomo, 2008)
b. Bola Polymer
Adalah bola yang terbuat dari polymer dan sangat lentur. Bola ini dapat
meningkatkan kekuatan otot tangan, jari, dan lengan bawah. Bola ini juga
biasanya dikombinasikan dengan hangat dan dingin. Untuk terapi hangat
bola dapat dihangatkan selama 5-15 detik pada microwave, dan untuk
terapi dingin bisa diletakkan terbih dahulu dalam lemari es selama 1,5
sampai 2 jam (Utomo, 2008)
c. Bola karet
Bola ini terbuat dari bahan karet dan memiliki dua jenis yaitu permukaan
yang memiliki tonjolan dan permukaan yang halus. Cara penggunaaan
saran bola karet ini cukup dengan meremasnya secara lembut dan perlahan
dengan sesekali di tekan. Cara kerja bola karet ini biasanya dilakukan 2-3
kali dalam sehari dengan gerakan diremas 15-20 kali. Penggunaan bola
dengan ciri fisik tersebut diharapkan dapat menstilmulus titik akupuntur
terutama pada bagian tangan yang secra tidak langsung akan memberikan
sinyal ke bagian saraf sensorik pada permukaan tangan yang akan
disampaikan ke otak (Chaidir & Zuardi, 2014).
2.1.6.8 Latihan menggunakan bola karet
Langkah-langkah dalam latihan menggunakan bola karet yaitu dimulai dengan
meremas bola dengan menggunakan jari-jari tangan yaitu telapak tangan yang
lemah dibuka dan dihadapkan ke atas, bola diletakkan ditelapak tangan, tangan
pasien yang membentuk seperti mangkuk. Intruksikan pasien untuk meremas bola
tersebut sebisanya dan tanpa harus memaksaan. Gerakan ini dihitung selama 60
kali, jika sebelum 60 kali pasien sudah kelelahan maka latihan dihentikan dan
beristrahat selama 1 menit dan latihan dilanjtkan kembali (Utomo, 2008).

2.2 Tuberculosis
2.2.1 Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran
pencernaan (GI) da luuka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bateri tersebut. ( sylvia A.
price) Kalsifikasi TBC menurut WHO 1991 dibagi kedalam empat kategori yaitu:
1. Kategori 1 , dutunjukan terhadap kasus batu dengan sputum positif dan kasus
baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, ditunjukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positif.
3. Kategori 3, ditunjukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang
luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang di sebut dalam kategori.
4. Kategori 4, ditunjukan terhadap TB kronik

2.2.2 Etiologi
Penyebab tuberkolosis adalah mycobacterium tubercolosis. Basisl ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultra violet. Ada dua macam mycobacteria tubercolosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkolosis usus. Tipe human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penerita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (wim de jong)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk pari-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun tahun. (Patric Davey).
Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang
terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat
mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak. Bakteri TB yang berada di udara bisa
bertahan berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya
terhirup oleh orang lain. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang
sering bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita TBC, seperti
keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas. Meski demikian, pada dasarnya
penularan TBC tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semua orang yang
menghirup udara yang mengandung bakteri TB akan langsung menderita TBC.
Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru
tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di
dalam tubuh sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika
daya tahan tubuh sedang lemah.
Ada dua kondisi yang mungkin terjadi ketika seseorang menghirup udara yang
mengandung bakteri TB (Wim de Jong), yaitu:
1. Fase 1 (fase Tuberculosis primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh.
2. Fase 2 (fase laten)
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan
reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa
terdapat ditulang panjang , vetertebra, tuba palopi, otak, kelenjar limf hilus,
leher dan ginjal.
Fase laten terjadi ketika tubuh sudah didiami bakteri TB namun sistem
kekebalan tubuh sedang baik, sehingga sel darah putih dapat melawan bakteri.
Dengan demikian, bakteri tidak menyerang dan tubuh tidak terinfeksi
TBC. Anda pun tidak mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak
berpotensi menulari orang lain. Meski begitu, bakteri dapat aktif dan
menyerang Anda kembali sewaktu-waktu, terutama saat sistem kekebalan
tubuh sedang melemah.
Meskipun dalam kondisi laten, Anda sebaiknya tetap memeriksakan diri
ke dokter guna mendapatkan pengobatan tuberkulosis. Apabila seseorang
yang sedang berada pada fase TBC laten tidak mendapatkan pengobatan,
maka ia berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi TB aktif. Begitu pula
jika penderita TB laten memiliki kondisi medis lain, seperti kekurangan gizi
(malnutrisi), aktif merokok, diabetes, atau infeksi HIV.
3. Fase 3 (fase aktif)
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ
yang lain dan yang ke dua ke ginjal setelah paru.
TBC aktif adalah kondisi ketika seseorang sudah menderita penyakit TBC.
Pada tahap ini, bakteri TBC dalam tubuh telah aktif sehingga penderitanya
mengalami gejala-gejala penyakit tuberkulosis. Penderita TBC aktif inilah yang
bisa menularkan penyakit TBC pada orang lain. Oleh karena itu, penderita TBC
aktif disarankan untuk mengenakan masker, menutup mulut ketika batuk atau
bersin, dan tidak meludah sembarangan.
Penderita TBC aktif juga perlu mendapatkan pengobatan TBC. Pengobatan ini
perlu dilakukan secara rutin selama minimal 6 bulan. Pengobatan yang tidak
selesai atau berhenti di tengah jalan dapat mengakibatkan kekebalan bakteri
terhadap obat TB, atau disebut juga TB MDR.

2.2.3 Manifestasi Klinis


Bila seseorag pasien mempunyai tanda-tanda berikut ini, anggaplah sebagai
mengidap tuberkulosis.
1. Batuk lebih dari 3 minggu /batuk berdarah
2. Nyeri dada dan sesak nafas
3. Demam lebih dari 3 minggu, 40-41oC
4. Malaise, kiringat malam
5. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
6. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
7. Pada anak: berkurang nya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh, demam tanpa sebab jelas terutama jika berlanjut sampai 2
minggu, batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze, riwat kontak
dengan pasien TB paru dewasa.

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Mansjoer, dkk (1999: hal 472), peeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan TB paru yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan seputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan
3. Tes Mantoux/ Tuberkulin : merupaka uji serologi imunoperoksidase memakai
alat histogen staining untuk menentukan adanya lgG spesifik terhadap basil
TB
4. Pemeriksaan radiologi rontgen thorax PA dan leteral
Semua ini mungkin dapat disebabkan oleh penyakit lain, akan tetapi bila
terdapat tanda-tanda diatas, dahak perlu diperiksa.
Pemeriksaan dahak jauh lebih dapat dipercaya daripada pemeriksaan rontgen.
Bila 3 kali dahak negatif, berikan pengobatan sederhana ( bukan obat anti
tuberkulosis), tetapi ulangi pemeriksaan dahak jika gejala-gejala berlanjut dan
rujuklah kesuatu klinik atau kedokter. Bila dahak positif, tuberkulosis dapat
disembuhkan dengan mudah jika pasien menjalankan secara lengkap.
Gejala-gejala akan segera menghilang tetapi pengobatan harus diteruskan
dengan teratur sesual kurun waktu pengobatan yang disarankan. Kalau tidak
tuberkulosis akan kembali dan jangka waktu pengobatan harus dimulai dari awal
lagi.
BCG adalah perlindungan yang baik terhadap tuberkulosis pada anak-anak,
khususnya terhadap bentuk tuberkulosis yang fatal, yakni meningitis tuberkulosis
dan tuberkulosis miler.

2.2.5 Hal Yang Harus Dilakukan Dan Tidak Boleh Dilakukan Pada
Tuberkulosia
1. Harus selalau dilakukan pemeriksaan dahak bila terdapat gejala-gejalayang
menimbulkan acaman tuberkolosis
2. Harus benar-benar dipastikan bahwa pasien paham ia membutuhkan jangka
waktu pengobatan yang lengkap meskipun gejala-gejalanya cepat menghilang.
3. Harus berikan penejelasaan kepada keluarganya
4. Harus memperlakukan pasien dengan ramah dan simpatik, sehingga pasien
tetap ingin meneruskan pengobatanya.
5. Harus melakukan pemerikasaan semua kontak keluarga/orang serumah,
khususnya bila mereka sakit.
6. Harus mencantumkan namanya ke dalam register tuberkolosis dan berikan ia
kartu pengobatan dengan catatan tanggal kembali berobat. Pastikan ia paham
dan mengingat harinya.
7. Harus mengirim seseorang kerumahanya apabila ia gagal kembali
padatanggalitu.
8. Harus seringkali melakukan pemeriksaan atas persediaan obat anti-
tuberkulosis anda jangan sampai kehabiasan
9. Jangan lupa bawa setiap orang yang batu kronikvmungkin menderita
tuberkulosis, khususnya biala ia demam dan berat badan berkurang.
10. Jangan lupa pemeriksaan dahak
11. Jangan lupa menindaklanjuti pasien yang tidak kembali dan bujuklah mereka
untuk melanjutkan pengobatan.

2.2.6 Strategi Penanggulanagn Tuberkulosis


Dengan meningkatnya insiden da kematian HIV/AIDS diberbagi belahan dunia
akibat dari TB yang kurang mendapat perhatian serius. Pendeminya TB trutama di
negara bagian Amerika, Afrika, Eropa tak terkecuali Asia , sehingga WhO
menetapkan suasana gawat darurat dengan menyepakati sebuah strategi stop TB
dengan menyusun blue print yang terintegrasikan dalam proyek global fund
dengan sasaran eiminasi TB pada tahun 2050 menyatakan, “Dunia Bebas TB”
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Disuatu desa terdapat suatu keluarga dengan tipe keluarga trhere generation
yang tinggal dalam satu rumah, suku bangsa sunda, agama islam, tingkat status
sosial ekonomi adalah marginal. Tahap perkembangan keluarga ini adalah tahap
keuarga dengan deawasa atau pelepasan. Dikeluarga tersebut terdapat tahapa
perkembangan yang belum terpenuhi yaitu mempersiapkan anak nya untuk hidup
mandiri. Riwayat keluarga ini, keluarga mengatakan bahwa istrinya mempunyai
penyakit stroke, sedangkan kepala keluarganya mempunyai penyakit TBC sedang
dalam pengobatan selam 5 bulan. Pada saat dikaji istrinya tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, ganti pakaian dan lain-lain, selain itu istrinya
tidak dapat menggerakan tangan dan kakinya yang sebelah kanan. Hasil
pengkajian didapat aktivitas istrinya dibantu oleh kedua anaknya, klien hanya
tertidur dan terkadang duduk di kursi roda, terlihat kuku kilen kotor dan panjang.
Data lain menunjukan klien rero sejak 3 tahun yang lalu, bibar tampak tidak
simestris, klien mengatakan kebas dan kesemuatan pada kaki dan tangan sebelah
kanan, klien terkadang tampak memijat-mijat tangan dan kaki kanan nya tidak
bisa digerakan

3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TUBERCOLOSIS PADA
TN. X DAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGIK STROKE PADA NY. X
DI DUSUN X RT/RW X DESA X KECAMATAN X KABUPATEN X

1. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. X
b. Alamat : Dsn.X RT/RW x Ds. X kec. X Kab.
X
c. Pekerjaan kepala keluarga : tidak disebutkan
d. Pendidikan kepala keluarga : Tidak disebutkan
e. Komposisi Keluarga

Imunisasi
Nama Hubungan
Status DPT POLIO
No. anggota Umur dengan L/P Agama Pendidikan Pekerjaan Ket.
kawin BCG CMP HEPATITIS
keluarga keluara 1 2 3 1 2 3

1. Tn. x - Suami L Islam Kawin - - - - - - - - - - - Sakit


2. Ny. X - Isteri P Islam Kawin - - - - - - - - - - - Sakit

Belum
3. An. X - Anak - Islam - - - - - - - - - - - Sehat
kawin

f. tipe keluarga
tipe keluarga pada keluarga Tn.X adalah tipe keluarga three generation dalam satu rumah.
g. Suku bangsa
Suku bangsa yang dianut oleh keluarga Tn. X adalah susku sunda dan tidak ada adat atau buadaya ang khusus mempengaruhi
pandangan keluarga terhadapa kesehatan dan tifda ada pandangan dalam makan
h. Agama (menurut Betty Neuman)
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. X adalah agama islam
i. Status sosial ekonomi keluarga
- Penghasialan dan pengeluaran
1. pekerjaan : tidak disebutkan
2. besar pendapatan rata-rata/ bulan : tidak disebutkan
3. besar pengeluaran rata-rata/bulan : tidak disebutkan
4. pemenuhan dasar anggota keluarga : tidak disebutkan
5. simpanan keluarga : tidak disebutkan
6. penentu/pengatur keuangan : diatur oleh Tn. X
- kebiasaan tidur/istirahat Tn X dan anggota keluarga lainya tidak
disebutkan
- pola makan per hari dalam anggota keluarga Tn. X tidak disebutkan
- personal hygiene Tn.X dan anggota keluarganya tidak disebutkan
- rekreasi Tn.X dan anggota keluargaya tidak disebutkan
2. riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. tahap perkembangan keluarga saat ini
dalam keluarga Tn. X terdapat tahap perkembangan keluarga dengan
tahap dewasa atau pelepasan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.X terdapat tahap perkembangan yang belum terpenuhi yaitu
mempersiapkan anaknya untuk hidup mandiri.
c. Riwayat keluarga inti
Isteri Tn.X mempunyai penyakit stroke, sedangakan Tn.X mempunyai
penyakit TBC yang sedang dalam pengobatan selama 5 bulan.

Pada saat dikaji isterinya tidak dapat melakukan aktivitas sehari-


hari seperti mandi, ganti pakaian, dan lain-lain. selain itu, isterinya juga
tidak dapat menggerakan tangan dan kakinya yang sebelah kanan.
Hasil pengkajian didapat aktivitas isterinya dibantu oleh keduanya
anakanya, klien hanya tertidur dan terkadang duduk di kursi roda. Terlihat
kuku klien kotor dan panjang.
Data lain ditemuakn klien rero sejak 3 tahun yang lalu, bibir tampak tidak
simetris, klien mengatakan kebas dan kesemutan pada tangan dan kakinya
sebelah kanan, klien terkadang tampak memijat tangan dan kaki kananya
yang tidak bisa digerakan.
d. Riwat keluarga sebelumnya
Tidak disebutkan
3. Lingkungan (menurut Calista Roy)
a. Karakteristik rumah
Tidak disebutkan
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tidak disebutkan
c. Mibilitas geografis keluarga
Tidak disebutkan
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tidak disebutkan
e. Sistem pendukung keluarga
Tidak disebutkan
4. Struktur Keluarga (Menurut Betty Neuman)
a. Pola komunikasi keluarga
Tidak disebutkan
b. Struktur kekuatan keluarga
Tidak disebutkan
c. Struktur peran (Menurut Calista Roy)
- Tn. X sebagai kepala keluarga bertanggung jawab apabila terdapat
masalah yang ada
- Ny.x sebagai isteri dari Tn. X tidak dapat melakukan aktivitasnya
sebagai ibu rumah tangga
d. Nilai dan norma keluarga
Tidak disebutkan
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afek
Gambaran diri (menurut Calista Roy)
- Tn.X Tidak disebutkan
- Ny. X Tidak disebutkan
b. Fungsi sosial (Menurut Betty Neuman)
Tidak disebutkan
c. Fungsi perawatan kesehatan
Tidak disebutkan
d. Fungsi reproduksi
Tidak disebutkan
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Tidak disebutkan
b. Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap situasi/ stressor
Tidak disebutkan
c. Strategi koping yang digunakan
Tidak disebutkan
d. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga memeriksakan kesehatannya ditandai dengan Tn. X yang sedang
dalam proses pengobatan penyakit TBC yang sudah klien jalani selama 5
bulan. Sedangakan isteri Tn. X diketahui mengalami reo sejak 3 tahun
yang lalu.
7. PEMERIKSAAN FISIK
No Aspek yang dikaji Tn. X Ny. X
Penampilan umum Tidak diketahui Kuku klien kotor
1.
dan panjang
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
2.

Tanda-tanda vital:
Tidak dikaji Tidak dikaji
- TD
karena tidak karena tidak
- Respirasi
3. disebutkan disebutkan
- Suhu
dalam kasus ) dalam kasus )
- Nadi
Kepala : (Tidak dikaji (Tidak dikaji
- Rambut karena tidak karena tidak
- Mata disebutkan disebutkan
4.
- Telinga dalam kasus ) dalam kasus )
- Hidung dan mulut

(Tidak dikaji (Tidak dikaji


karena tidak karena tidak
disebutkan disebutkan
5. Leher
dalam kasus ) dalam kasus )

(Tidak dikaji (Tidak dikaji


karena tidak karena tidak
disebutkan disebutkan
6. Abdomen
dalam kasus ) dalam kasus )

(Tidak dikaji (Tidak dikaji


karena tidak karena tidak
disebutkan disebutkan
7. Paru-paru
dalam kasus ) dalam kasus )

(Tidak dikaji (Tidak dikaji


karena tidak karena tidak
disebutkan disebutkan
8. Jantung
dalam kasus ) dalam kasus )

Ekstermitas : (Tidak dikaji (Tidak dikaji


9.
- Atas karena tidak karena tidak
- Bawah disebutkan disebutkan
dalam kasus ) dalam kasus )

8. Harapan keluarga
Tn. X dan Ny. X berharap penyakitnya dapat segera sembuh dan anggota
keluarga yang lainya tetap diberiakan kesehatan
9. Analisa Data
No. Data dan Tanda Masalah Masalah
Kesehtan Keperawatan
1. Tn. X Do : Tuberculosis Kurang
- pada saat pengetahuan
penyuluhan pada Tn. X
kelien tanpak menegenai
mengangguk kondisi, aturan
- angguk tindakan dan
- Pada saat pencegahan
penyuluhan berhubungan
klien baru dengan
tampak ketidakmampuan
mengerti keluarga dalam
mengenai mengenal
penyebaran masalah
TBC
DS:
- Klien
mengatakan
sedang
dalam
pengobatan
TBC dalam 5
bulan

2. Ny. X DO : Stroke Kurangnya


- bibir tampak pengetahuan dari
tidak anggota keluarga
simetris, mengenai hal-hal
klien yang perlu
berbicara dilakukan pada
rero, klien pasien stroke,
tampak seperti melatih
memijat ROM untuk
tanganya mengembalikan
fungsi motorik
Ny X
3. DO : Defisit Kuarangnya
- Klien terlihat perawatan kempuan klien
duduk diri (mandi dalam
dikursi roda dan gunting melakukan
terlihat kuku kuku) perawatan diri
klien kotor berkaitan dengan
dan panjang, gangguan pada
sistem motorik

PRIORITAS MASALAH
1. Kurang pengetahuan pada Tn. X menegenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
2. Kurangnya pengetahuan dari anggota keluarga mengenai hal-hal yang
perlu dilakukan pada pasien stroke, seperti melatih ROM untuk
mengembalikan fungsi motorik Ny X
3. Kuarangnya kempuan klien dalam melakukan perawatan diri berkaitan
dengan gangguan pada sistem motorik
ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnos Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Standar Intervensi Rasional
a medis keperawatan
1. TBC Kurang Tujuan Umum : Respon Tuberculosis adalah 1. Diskusikan dengan 1. Agar keluarga
pengetahuan pada Setelah 1x24 verbal penyakit menular klien mengenai mengetahui penyakit
Tn. X menegenai jam keluarga langsung yang penyakit TBC TBC.
kondisi, aturan dapat pengatasi disebabkan 2. Diskusikan dengan 2. Dengan mengetahui
tindakan dan ketidak tahuan mikrobakterium keluarga entang faktor faktor penyakit TBC
pencegahan tentang penyakit tuberkolosis. yang mempengaruhi diharapkan keluarga
berhubungan TBC TBC dapat mengenal
dengan 3. Diskusikan dengan masalah.
ketidakmampuan Tujuan khusus : Faktor yang keluarga tentang 3. Dengan mengetahui
keluarga dalam Setelah 2x25 memepengaruhi: penyebab penyakit penyebab TBC
mengenal masalah menit keluarga - Herediter TBC diharapkan keluarga
mampu - Jenis kelamin 4. Diskusikan dengan dapat mengenal
mengenali : - Usia keluarga tentang masalah
1. Keluarga - Keadaan status komplikasi TBC 4. Dengan mengetahui
mampu - Nutrisi 5. Diskusikan dengan komplikasi TBC
menyebutkan - Infeksi berulang keluarga tentang cara diharapkan keluarga
pengertian mencegah penularan dapat mengenal
penyakit TBC Penyebabnya adalah TBC masalah
2.Keluarga micobacterium 6. Tanyakan kembali 5. Dengan mengetahui
mampu tuberculosis yang pada keluarga tentang cara mencegah
menyebutkan berbentuk batang pengertian, faktor, penularan TBC
faktor yang dengan panjang 14 penyebab, akibat, diharapkan keluarga
mempengaruhi mikro. penularan, dan cara dapat mengenal
TBC pencegahan TBC. masalah
3. Keluarga Komplikasi yang 7. Berikan pujian 6. Untuk mengevaluasi
mampu sering terjadi: sejauh mana klien
menyebutkan -Perdarahan dari mengerti dan paham
faktor saluran nafas akan materi tersebut
penyebab bawah 7. Untuk mengapresiasi
terjadi TBC -Penyebaran pada dan memotivasi
4. Keluarga organ lain seperti keluarga
mampu otak, tulang,
menyebutkan persendian, dan
akibat dari ginjal.
penularan Mencegah penularan
TBC penyakit TBC:
5. Keluarga - Apabila batuk
mampu tutuplah mulut anda
menyebutkan - Jangan meludah di
cara sembarang tempat
pencegahan atau buanglah
penularan dahak ke lubang
penyakitTBC WC agar menjaga
keamanan orang
lain di sekitar
8. Stroke Kurangnya Tujuan Umum : Respon Stroke atau cedera 1. Diskusikan 1. Agar keluarga
pengetahuan dari Setelah 1x24 Verbal serebrovaskular dengan klien mengetahui tentang
anggota keluarga jam keluarga adalah kehilangan mengenai penyakit Stroke.
mengenai hal-hal dapat mengatasi fungsi otak yang penyakit Stroke
yang perlu ketidaktahuan diakibatkan oleh 2. Diskusikan 2. Dengan mengetahui
dilakukan pada tentang penyakit berhentinya suplai dengan keluarga faktor penyebab
pasien stroke, stroke darah ke bagian tentang stroke diharapkan
seperti melatih otak. Stroke juga penyebab Stroke keluarga dapat
ROM untuk Tujuan khusus : adalah gangguan 3. Diskusikan mengenal masalah.
mengembalikan Setelah 2x25 peredaran darah otak dengan keluarga
fungsi motorik Ny menit keluarga yang menyebabkan jenis penyakit
X mampu defisit neurologis Stroke 3. Dengan mengetahui
mengenali : mendadakn sebagai 4. Diskusikan jenis-jenis stroke
1. Keluarga akibat iskemia atau dengan keluarga diharapkan keluarga
mampu hemoragik sirkulasi tentang dapat mengenal
menyebutkan saraf otak. pengertian dan masalah
pengertian manfaat ROM, 4. Dengan mengetahui
penyakit stroke begitupun cara pengertian dan
2.Keluarga Penyebab Stroke: melatih otot manfaat ROM
mampu 1. Genetik dengan tehnik diharapkan dapat
menyebutkan 2. Hipertensi ROM membuat keluarga
penyebab stroke 3. Penyakitt 5. Tanyakan menyadari
3.Keluarga jantung kembali pada pentingnya
mampu 4. Obesitas keluarga tentang mengaplikasikan
menyebutkan 5. Diabetes pengertian,peny ROM pada kliem
jenis stroke mellitus ebab, jenis dan dalam keluarga
4.Keluarga 6. Kebiasaan cara latihan 5. Untuk mengevaluasi
mengetahui hidup yang ROM untuk sejauh mana klien
manfaat ROM buruk seperti klien stroke mengerti dan paham
5.Keluarga merokok, 6. Berikan pujian akan materi tersebut
mampu peminum 6. Untuk mengapresiasi
mempraktekan alkohol,obat- dan memotivasi
ROM obatan keluarga
terlarang.

Jenis-jenis stroke:
1. Stroke
iskemik
2. Stroke
hemoragik
9. 4. Kurangnya Setelah Respon Klien dengan stroke 1. T e n t u k a n 1. m e m b a n t u
kempuan dilakukan Verbal memiliki kemampuan dalam
klien dalam tindakan keterbatasan dan tingkat mengantisipas
melakukan keperawatan kemampuan kekurangan i
perawatan selama 3X24 terutama dalam hal dalam merencanakan
diri jam kebutuhan aktifitas. Maka dari m e l a k u k a n pera pemenuhan
berkaitan perawatan diri itu, perawatan diri watan diri. kebutuhan secara
dengan klien terpenuhi. adalah hal yang 2. Beri motivasi individual.
gangguan Dengan kriteria penting dalam klien kepada klien 2. meningkatkan harga
pada sistem hasil: dengan stroke untuk tetap diri dan semangat
motorik 1. Klien dapat dimana dalam melakukan untuk berusaha
melakukan keterbatasan aktifitas sesuai terus-menerus
aktivitas kemampuan, kemampuan 3. kebutuhan
perawatan keluarga harus bisa 3. Berikan bantuan memenuhi
diri sesuai membantu klien perawatan diri kebutuhan
kemampua memenuhi sesuai. perawatan
n perawatan diri. 4. B e r i k a n diri klien
2. Kl i e n Selain itu, motivasi u m p a n d a n menghindari
dapat juga penting dalam b a l i k sifat bergantung
mengide mendukung proses p o s i t i f kepada perawat
ntifikasi penyembuhan klien. u n t u k 4. m e n i n g k a t k a n
kan Beberapa kali perlu s e t i a p kemandirian
keluarga juga mendatangkan u s a h a dan mendorong
untuk fisioterapi untuk y a n g dilakukan k l i e n berusaha
memberi mendukung proses nya. secara kontinyu
k a n bantu penyembuhan. 5. K o l a b o r a s i 5. m e m b e r i k a
an sesuai dengan ahli n b a n t u a n
kebutuhan. fisioterapi. y a n g
3. Keluarga m a n t a p
dapat u n t u k menge
memahami mbangan rencana
pentingnya terapi.
membantu
klien
dalam
melakukan
perawatan
diri
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TBC dan ROM

Satuan Acara Penyuluhan yang dilakukan di Keluarga X di Desa X


Kecamatan X Kabupaten X. Adapula alasan dilakukan penyuluhan di keluarga X,
agar setiap anggota keluarga dapat mengetahui tentang penyebaran TBC dan juga
cara Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot pada
penderita stroke..
Topik : TBC dan Stroke
Sub Pokok Bahasan : Penyebaran TBC dan Latihan ROM
Sasaran : Seluruh anggota keluarga
Waktu : Pukul 08:00-08:45 (selama 45 menit)
Hari,Tanggal : Kamis, 19 Desember 2019
Tempat : Keluarga X Desa X kecamatan X kabupaten X
Tim Penyuluh : Kelompok 5 UPI Sumedang
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan seluruh angota keluarga
dapat memahami dan mengerti tentang bagaimana TBC dapat menular dan juga
bagaimana cara meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan
otot pada penderita stroke.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang TBC dan ROM, setiap
anggota diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian TBC
2. Menjelaskan penyebaran TBC
3. Menjelaskan pengertian stroke
4. Mengdemonstrasikan ROM

C. Materi Penyuluhan
1. TBC dan Penyebarannya
2. Stroke dan ROM

D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

E. Media Penyuluhan
a. Lembar balik
b. Leaflet
F. Setting Tempat

AUDIENCE

PEMATERI

G. Kegiatan Penyuluhan

Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1 Pembukaan 2 Menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam dan dan mendengarkan
perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
tujuan Penyuluhan kepada penyampaian topik
sasaran dan tujuan
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan Penkes

2 Kegiatan 35 Menit 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab


Inti pengetahuan sasaran pertanyaan dari
2. Memberikan reinforcement penyuluh
positif 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan pengertian TBC materi yang
4. Menanyakan sasaran apakah disampaikan
mengerti atau tidak 3. Menanyakan hal –
5. Memberikan kesempatan hal yang belum
kepada sasaran untuk bertanya dipahami.
6. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran
7. Menjelaskan bagaimana
penyebaran TBC
8. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
9. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk bertanya
10. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran.
11. Menjelaskan pengertian stroke
12. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
13. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk bertanya
14. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran.
15. Menjelaskan pengertian ROM
16. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
17. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk bertanya
18. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran.
19. Mendemonstrasikan ROM
20. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
21. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk bertanya
22. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran.

3 Evaluasi / 8 Menit 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab


Penutup kepada sasaran tentang materi pertanyaan
yang telah disampaikan oleh 2. Mendengarkan
penyuluh kesimpulan
2. Memberikan reinforcement 3. Menjawab salam
positif
3. Menyimpulkan materi
4. Menutup acara dengan
mengucapkan salam

H. Evaluasi
1. Setiap anggota keluarga X memperhatikan dan mendengarkan materi
dengan baik
2. Setiap anggota keluarga X memahami dan mengerti tentang TBC dan ROM
3. Setiap anggota keluarga X mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan benar :
1) Apa yang dimaksud dengan TBC?
2) Bagaimana penyebaran TBC?
3) Apa yang dimaksud dengan Stroke?
4) Apa yang dimaksud dengan ROM?
4. Setiap anggota keluarga X dapat mendemonstrasikan kembali ROM

LAMPIRAN
TBC dan Stroke

1.1 Latar Belakang


Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu
memang penyakit-penyakit tersebut di derita oleh orang tua terutama yang berusia
60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena
penyakit stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien
di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup,
terutama pada orang muda perkotaan modern.
Stroke menjadi permasalahan terbesar di dunia yang dapat menyebabkan
kelumpuhan bahkan sampai kematian. Kelemahan pada sisi tubuh adalah
komplikasi yang dapat timbul pada penderita stroke yang menyebabkan
keterbatasan dalam rentang gerak sendi.
Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana
WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit
ini, sebagian besar berada di negara berkembang di antara tahun 2009-2011
hampir 89% penduduk dunia menderita TB. Dimanadeperkirakan semua kasus Tb
didunia sebanyak14 juta lebih pada umumnya menyerang kelompok usia
produktif.
Fenimena TB di Indonesia menurut Riskesdas, 2007 TB adalah penyebab
kematia nomor dua setelah stroke. Berdasarkan fakta, memang cakupan penemuan
masihdibawah target yang ditetapkan, yaitu 57% dari 70% pada tahun 2005.
1.2 TBC
1.2.1 Pengertian TBC
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran
pencernaan (GI) da luuka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bateri tersebut. ( sylvia A.
price)
1.2.2 Penyebaran TBC
Penyebab tuberkolosis adalah mycobacterium tubercolosis. Basisl ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultra violet.
Ada dua macam mycobacteria tubercolosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus.
Tipe human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari
penerita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (wim
de jong)
Setelahorganisme terinhalasi, dan masuk pari-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun tahun. (Patric Davey).
Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang
terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat
mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak.
Bakteri TB yang berada di udara bisa bertahan berjam-jam, terutama jika
ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama.
Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang
sering bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita TBC, seperti
keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas.
Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang
dibayangkan. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung
bakteri TB akan langsung menderita TBC.
Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru
tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di
dalam tubuh sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika
daya tahan tubuh sedang lemah.
1.3 Stroke
1.3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke juga asalah
gangguan peredaran dara otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak
sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi saraf otak ( Sudoyo,A) Istilah
sroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
1.3.2 Jenis-Jenis Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik:
3 Stroke iskemik ( non hemoragik)
Yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke
iskemik dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
d. Stroke trombotik
Proses terbentuknya trombus yamg membuat penggumpalan
e. Stroke embolik
Tertutupya pembuluh arteri oleh bekuan darah
f. Hipoperfusion sistemik
Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
4 Stroke Hemoragik
Adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke
hemoragik dibagi menjadi dua tipe yaitu:
c. Hemoragik intraserebral
Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
d. Hemoragik subaraknoid
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisa jaringan yang menutupi otak).
1.3.3 Penyebab Stroke
a) Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
4) Jenis Kelamin
Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita
5) Usia
Makin tinggi usia, makin tinggi pula resiko terkena stroke
6) Keturunan
Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b) Faktor yang dapat dirubah( reversible)
8) Hipertensi
9) Penyakit jantung
10) Kolestrol tinggi
11) Obesitas
12) Diabetes melitus
13) Poli setemia
14) Stress emosional
c) Kebiasaan hidup
5) Merokok
6) Peminum alkohol
7) Obat-obatan terlarang
8) Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolestrol.

1.2.4 ROM
Range Of Motion(ROM) adalah suatu latihan yang menggerakkan
persendian serta memungkinkan terjadinya kontraksi serta pergerakan pada otot,
dimana latihan ini dilakukan pada masing-masing bagian persendian sesuai
dengan gerakan gerakan normal baik secara pasif ataupun aktif (Potter & Perry
2010).
Latihan ROM merupakan pergerakan atau aktivitas yang ditunjukkan
untuk memepertahankan kelenturan dan pergerakan dari tiap sendi. ROM yang
diprogramkan pada pasien stroke secara teratur terbukti berefek positif baik dari
segi fungsi fisik maupun fungsi psikologi. Fungsi fisik yang diperoleh adalah
memepertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktivitas dan fungsi secara
psikologi dapat menurunkan prespsi nyeri dan tanda-tanda depresi pada pasien
pasca stroke (Tseng, et al, 2007).
Klasifikasi Range Of Motion (ROM)
Pengklasifikasi Range Of Motion(ROM) menurut Widyawati (2010)
terdiri dari ROM aktif, ROM aktif dengan bantuan dan ROM pasif. ROM aktif
ialah latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri, pada latihan ini pasien
dipercaya dapat meningkatkan kemandirian serta kepercayaan dirinya. Latihan
yang dilakukan secara mandiri oleh pasien dan hanya dibantu oleh perawat atau
keluarga saat pasien kesulitan melakukan suatu gerakan disebut dengan ROM
aktif dengan bantuan. Sedangkan ROM pasif yaitu latihan yang dilakukan oleh
pendamping seperti perawat atau keluarga, pendamping berperan sebagai pelaku
ROM atau yang melakukan ROM terhadap pasien tersebut.
Indikasi Range Of Motion (ROM)
Indikasi dilakukkannya Latihan ROM menururt (Potter & Perry, 2005.;
Padhila, 2013) yaitu pasien yang mengalami kelemahan otot, pasien dengan tahap
rehabilitasi fisik, dan pasien dengan tirah baring lama.
Kontra Indikasi Range Of Motion (ROM)
Kontra indikasi menurut (Potter & Perry, 2005 ; Padhila, 2013) yaitu
pasien dengan kelainan sendi atau tulang, pasien tahap mobilisasi karena kasus
jantung, dan pasien dengan sendi yang terinfeksi.
Prinsip Dasar Range Of Motion (ROM)
Menurut Suratun (2008) prinsip dalam pemberian ROMterdiri atas 5
bagian yaitu :
6. Pelaksanaan ROM dapat dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari
7. ROM dilakukan secara perlahan serta tidak menimbulkan kelelahan pada
pasien
8. Dalam latihan ROM umur, diagnosa, tanda vital, serta faktor tirah baring
adalah hal yang harus di perhatikan
9. ROM dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih khusunya
pemberian ROM di lakukan oleh fisioterapi
10. Bagian-bagian yang dapat diberikan latihan ROM adalah leher, jari, tangan,
siku, bahu,tumit dan pergelangan kaki.
Langkah-langkah Range Of Motion (ROM)
Langkah-langkah Range Of Motion(ROM) merupakan latihan pada sendi,
selai pada ektremitas atas terdapat pula pada ektremitas bawah, menurut Helmi
(2013) beberapa bagian sendi yang dapat diberikan latihan Range Of
Motion(ROM) pada ektremitas bahwa yakni sebagai berikut:
6. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul dengan cara menganggakat kaki dan
bengkokkan lutut
7. Abduksi dan adduksi kaki dengan cara menggerakkan ke samping kiri dan
samping kanan menjauh dari pasien
8. Rotasi pinggul internal dan ektrenal
9. Fleksi dan ektensi jari-jari kaki
10. Intervensi dan eversi telapak kaki
Langkah-langkah ROM menurut Padhila (2013) ektremitas atas maupun
ekstremitas bawah adalah predictor keberhasilan penaganan setelah stroke. Pasien
pada nilai parese yang rendah akan lebih lama untuk kembali beraktifitas secara
mandiri. Untuk itu pasien dengan latihan ROM memiliki langkah-langkah sebagai
berikut (Terlampir).
Gerakan Menggenggam
Menggenggam (prehinsion) adalah fungsi yang sangat penting dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, prehinsion dapat diartikan sebagai fungsi yang
dilakukan ketika menggerakkan sebuah objek yang digenggam. Power grip ialah
bagian fungsional tagan yang dominan yang didalamnya terdapat spherical grip,
hook grip lateral prehinsion grip, cylindrical grip (Irfan, 2012).
Latihan menggenggam dapat dilakukan dengan tahap yaitu menutup jari-jari
untuk menggenggam, membuka tangan, serta mengatur kekuatan tangan (Irfan,
2012).Latihan menggenggam ini diharapkan agar terjadi peningkatan secara
signifikan didaerah tangan terutama pergelangan tangan (Lesmana, 2009). Latihan
yang diberikan ini terjadi perbaikan dari tonus postural melalui stimulasi atau
rangsangan yang berupa pemberian tekanan di bagian persendian, dengan hal ini
merangsang otot-otot di sendi untuk dapat berkontraksi dan meningkatkan
kemampuan otot dalam melakukan gerakan menggenggam (Victoria, 2014).Salah
satu dampak terjadinya stroke yaitu terjadinya hemiparesis. Hemiparesis ialah
kehilangan control tubuh secara sebagian. Kemampuan ini biasanya akan
melemahkan aktivitas sehari-hari(Mohan et al, 2013).
Kekuatan otot menggenggam sangat berkaitan erat dengan kinerja kegiatan
sehari-hari oleh karena itu peningkatan fungsi ektremitas atas dengan cara
stimulus sangat dianjurkan dalam meningkatkan kegiatan sehari-hari pasien pasca
stroke (Mohan et al., 2013).Latihan menggenggam bola adalah latihan yang dapat
memulihkan bagian tangan atau ektremitas atas, dalam hal ini diperlukan cara
yang baik agar dapat merangsang titik yang diperlukan agar terjadi pemulihan
yang lebih baik lagi. Pada terapi ini ROM biasanya dikombinasikan dengan bola
karet agar terapi yang diberikan lebih maksimal (Prok, 2016)
Macam-Macam Bola
Pada hakikatnya terapi tambahan ROMndengan menggunakan saran bola
terbagi atas 3 jenis bola yaitu
d. Bola tangan cina ( chinese hand balls )
Chines hand balls selain dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan
menstimulus saraf pada jari-jari juga dapat membantu memperbaiki
koordinasi tangan dan berperan sebagai stimulus pada peredaran darah dan
energi vital tubuh (Lucman, 2000; Utomo, 2008)
e. Bola Polymer
Adalah bola yang terbuat dari polymer dan sangat lentur. Bola ini dapat
meningkatkan kekuatan otot tangan, jari, dan lengan bawah. Bola ini juga
biasanya dikombinasikan dengan hangat dan dingin. Untuk terapi hangat
bola dapat dihangatkan selama 5-15 detik pada microwave, dan untuk
terapi dingin bisa diletakkan terbih dahulu dalam lemari es selama 1,5
sampai 2 jam (Utomo, 2008)
f. Bola karet
Bola ini terbuat dari bahan karet dan memiliki dua jenis yaitu permukaan
yang memiliki tonjolan dan permukaan yang halus. Cara penggunaaan
saran bola karet ini cukup dengan meremasnya secara lembut dan perlahan
dengan sesekali di tekan. Cara kerja bola karet ini biasanya dilakukan 2-3
kali dalam sehari dengan gerakan diremas 15-20 kali. Penggunaan bola
dengan ciri fisik tersebut diharapkan dapat menstilmulus titik akupuntur
terutama pada bagian tangan yang secra tidak langsung akan memberikan
sinyal ke bagian saraf sensorik pada permukaan tangan yang akan
disampaikan ke otak (Chaidir & Zuardi, 2014).
Latihan menggunakan bola karet
Langkah-langkah dalam latihan menggunakan bola karet yaitu dimulai dengan
meremas bola dengan menggunakan jari-jari tangan yaitu telapak tangan yang
lemah dibuka dan dihadapkan ke atas, bola diletakkan ditelapak tangan, tangan
pasien yang membentuk seperti mangkuk. Intruksikan pasien untuk meremas bola
tersebut sebisanya dan tanpa harus memaksaan. Gerakan ini dihitung selama 60
kali, jika sebelum 60 kali pasien sudah kelelahan maka latihan dihentikan dan
beristrahat selama 1 menit dan latihan dilanjtkan kembali (Utomo, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Anita, Fransiska. Dkk. 2018. Pengaruh Latihan Range Of Motion Terhadap
Rentang Gerak Sendi Ekstremitas Atas Pada Pasien Pasca Stroke Di
Makassar. Nomor 01 Volume 03. Journal Of Islamic Nursing
Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif
Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca stroke. Idea Nursing Journal
Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Nizar, Muhamad. 2017. Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nurarif, Amin Huda., dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Harun, Muherman. (Ed). 2002. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika.
LEMBAR BALIK
LEAFLET
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Anita, Fransiska. Dkk. 2018. Pengaruh Latihan Range Of Motion Terhadap
Rentang Gerak Sendi Ekstremitas Atas Pada Pasien Pasca Stroke Di
Makassar. Nomor 01 Volume 03. Journal Of Islamic Nursing
Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif
Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca stroke. Idea Nursing Journal
Helmi , Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Nizar, Muhamad. 2017. Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nurarif, Amin Huda., dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Harun, Muherman. (Ed). 2002. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika.

Anda mungkin juga menyukai