Perkawinan Yahudi
Perkawinan Yahudi
1 Raja-raja 16:31
Konteks
16:31 Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat,
maka ia mengambil u pula Izebel, anak v Etbaal 7 , raja orang Sidon, menjadi
isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal w dan sujud menyembah
kepadanya.
Ezra 9:2
Konteks
9:2 Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan s orang-
orang itu 8 untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah
t benih u yang kudus 9 dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan
Ezra 10:3
Konteks
10:3 Marilah kita sekarang mengikat perjanjian k dengan Allah kita, bahwa kita akan
mengusir l semua perempuan itu 10 dengan anak-anak yang dilahirkan mereka,
menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita.
Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat.
Nehemia 10:30
Konteks
10:30 Pula kami tidak akan memberi anak-anak perempuan kami kepada penduduk
negeri, ataupun mengambil anak-anak perempuan mereka bagi anak-anak lelaki
r kami.
l. Karena dianggap membahayakan iman kepada Allah, perkawinan
campuran dilarang.
Pada jaman itu, Israel identik dengan politeisme (penyembahan terhadap ilah yang
majemuk dalam rupa dewa-dewi) dan bar-barian. Populasi Israel sehagai pemuja
Allah (monoteis, "beradab") saat itu jauh lebih kecil jika dibandingkan
bangsa¬bangsa besar lain di sekitarnya (politeis, "bar-bar"). Oleh karena itu hampir
dipastikan yudaisme akan luntur jika terjadi perkawinan campuran. Maka
pernikahan dengan bangsa non-Israel dilarang. ( Lihat: Ulangan 7:1-11; Keluaran
34:12-16; Maleakhi 2:10-15; Ezra 2:59-62; Nehemia 7:61-64: 13:23-29)
II. Namun di sisi lain, kita tak dapat memungkiri bahwa di dalam PL,
kawin campur juga dibeberkan sebagai sebuah kenyataan yang tidak
dapat dihindari.
Di sini kita melihat bahwa pernikahan dengan wanita non-Israel diijinkan agar umat
tidak terjatuh pada dosa kejahatan perang, dalam hal perlakuan biadab terhadap
para wanita tawanan perang.
Pernikahan Tak Lazim Boaz dan Rut
Boaz, seorang pemilik tanah yang kaya, makan serta minum sepuas-puasnya dan
bersantai di atas tumpukan besar biji-bijian. Kemudian, hari panen berakhir, dan
setiap orang mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Boaz, yang merasa
puas, sekarang menutupi dirinya dan tertidur.
Perjumpaan Diam-Diam
Pada tengah malam, Boaz terbangun karena menggigil kedinginan. Rupanya, ada
yang telah menyingkapkan penutup kakinya, dan seseorang sedang berbaring persis
di kakinya! Karena tidak mengenali siapa yang ada dalam kegelapan itu, ia bertanya,
”Siapakah engkau?” Terdengar suara wanita menjawab, ”Aku adalah Rut, budak
perempuanmu, dan hendaklah engkau membentangkan punca bajumu atas budak
perempuanmu ini, karena engkau adalah orang yang berhak membeli kembali.”—Rut
3:1-9.
Dalam kegelapan, mereka berbicara berdua saja. Kaum wanita tidak pernah didapati
seperti ini di lantai pengirikan. (Rut 3:14) Namun, atas undangan Boaz, Rut
melanjutkan berbaring di kakinya hingga persis sebelum fajar saat ia bangun dan
pergi, agar tidak menimbulkan kritik tak berdasar.
Apakah ini adalah pertemuan romantis? Apakah pria tua dan kaya ini dengan cerdik
dirayu oleh Rut—seorang janda muda dan miskin dari sebuah negeri kafir? Atau,
apakah Boaz memanfaatkan keadaan dan kesendirian Rut malam itu? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya menyangkut soal keloyalan dan kasih kepada
Allah. Dan, fakta-faktanya pun sangat menyentuh.
Tetapi, siapakah Rut? Apa motifnya? Dan, siapakah Boaz sang pria kaya?
Di Betlehem, pada permulaan panen barli, Rut berkata kepada Naomi, ”Biarlah
kiranya aku pergi ke ladang dan memungut sisa di antara bulir-bulir biji-bijian
mengikuti siapa saja yang mengasihani aku.”—Rut 2:2.
Secara kebetulan, ia datang ke ladang milik Boaz, seorang sanak saudara bapak
mertuanya, Elimelekh. Ia meminta izin kepada pengawas di situ untuk memungut
sisa. Kerajinannya dalam bekerja sangat menonjol, dan sang pengawas
menceritakan hal ini kepada Boaz.—Rut 1:22–2:7.
Boaz adalah penyembah Allah yang saleh. Setiap pagi, Boaz menyapa para
pemanennya dengan kata-kata, ”Semoga Allah menyertai kamu,” dan mereka
membalas, ”Semoga Allah memberkati engkau.” (Rut 2:4) Setelah mengamati
kerajinan Rut dalam bekerja dan mengetahui keloyalannya kepada Naomi, Boaz
membuat pengaturan khusus bagi Rut dalam memungut sisa. Singkatnya, ia berkata
kepada Rut, ’Tinggallah di ladangku; engkau tidak perlu pergi ke ladang lain.
Tetaplah berada dekat dengan pekerja-pekerja wanitaku; engkau akan aman
bersama mereka. Aku telah memerintahkan pria-pria muda itu agar tidak
menyentuhmu. Jika engkau haus, mereka akan menimbakan air untukmu.’—Rut
2:8, 9.
Rut sujud ke tanah dan mengatakan, ’Bagaimana sampai aku mendapatkan belas
kasihan di matamu, padahal aku ini orang asing?’ Boaz menjawab, ’Aku telah
memperoleh laporan lengkap mengenai semua yang telah engkau lakukan kepada
ibu mertuamu sesudah kematian suamimu—bagaimana engkau meninggalkan
bapakmu, ibumu, sanak saudaramu, dan negeri asalmu untuk berada di antara
suatu bangsa yang sebelumnya tidak kaukenal. Semoga Yehuwa memberimu upah
atas cara engkau bertindak. Semoga Ia memberimu upah yang sempurna.’—Rut
2:10-12.
Boaz tidak sedang berupaya membuat Rut sayang kepadanya. Pujian yang ia
berikan tulus. Rut dengan ramah merendah, berterima kasih kepadanya atas
penghiburan yang menenteramkan hati itu. Ia menganggap hal itu tidak layak
baginya dan ia terus bekerja bahkan lebih keras lagi. Kemudian, pada waktu-makan,
Boaz memanggil Rut, ’Datanglah, makanlah roti dan celupkanlah potongan rotimu ke
dalam cuka.’ Ia makan sampai kenyang dan menyisakan makanan untuk dibawa
pulang buat Naomi.—Rut 2:14.
Pada petang hari, Rut telah memungut sekitar 22 liter barli. Ia membawanya pulang
beserta sisa makanan itu untuk Naomi. (Rut 2:15-18) Karena senang dengan
kelimpahan itu, Naomi bertanya, ”Di mana engkau memungut sisa hari ini? . . .
Semoga orang yang memberikan perhatian kepadamu diberkati.” Setelah tahu
bahwa orang itu adalah Boaz, Naomi mengatakan, ”Kiranya dia diberkati Yehuwa,
yang tidak menahan kebaikan hatinya yang penuh kasih dari orang-orang yang
hidup dan yang mati. . . . Pria itu sanak saudara kita. Dia adalah salah satu dari
antara orang-orang yang berhak membeli kita kembali.”—Rut 2:19, 20.
Karena ingin mencari ”sebuah tempat istirahat”, atau rumah, bagi menantunya,
Naomi memanfaatkan kesempatan untuk mengatur permohonan pembelian kembali,
selaras dengan Hukum Allah. (Imamat 25:25; Ulangan 25:5, 6) Sekarang, Naomi
mengajari Rut suatu rencana kerja yang paling efektif, bahkan agak dramatis—suatu
cara untuk merebut perhatian Boaz. Setelah dipersiapkan dan diajari dengan baik,
dalam kegelapan malam hari, Rut pergi ke lantai pengirikan milik Boaz. Ia melihat
Boaz sedang tidur. Rut menyingkapkan penutup kaki Boaz dan menunggu hingga ia
bangun.—Rut 3:1-7.
Ketika Boaz akhirnya bangun, tindakan simbolis Rut tidak diragukan membantu Boaz
memahami arti penting permohonan Rut, yakni agar ia ’membentangkan punca
bajunya atas budak perempuannya’. Tindakan Rut membuat pria Yehuda berumur
ini sadar akan kewajibannya sebagai orang yang berhak membeli kembali, karena ia
adalah kerabat laki-laki dari mendiang suami Rut, Mahlon.—Rut 3:9.
Kedatangan Rut pada malam itu di luar dugaan. Namun, reaksi Boaz
memperlihatkan bahwa tuntutan Rut atas pembelian kembali tidaklah seluruhnya di
luar dugaan. Boaz bersedia bertindak sesuai dengan permohonan Rut.
Bahwa Boaz memandang tindakan Rut benar-benar bajik nyata dari kata-katanya,
”Diberkatilah kiranya engkau oleh Yehuwa, anakku. Engkau telah menyatakan
kebaikan hatimu yang penuh kasih dengan lebih baik pada kali terakhir daripada
pada kali pertama.” (Rut 3:10) Pada kali pertama, Rut mempertunjukkan kebaikan
hati yang penuh kasih, atau kasih yang loyal, kepada Naomi. Kali terakhir adalah
sewaktu ia tanpa mementingkan diri mengidentifikasi dirinya kepada Boaz, seorang
pria yang jauh lebih tua, karena ia adalah orang yang berhak membeli kembali. Rut
bersedia membesarkan keturunan atas nama Mahlon, mendiang suaminya, dan bagi
Naomi.
Keesokan paginya, Boaz memanggil seorang kerabat laki-laki, yang disebut sebagai
”Anu”, yang hubungannya lebih dekat dengan Naomi daripada Boaz. Di hadapan
penduduk dan para tua-tua kota, Boaz berkata, ’Kupikir, aku harus mengungkapkan
kepadamu hakmu untuk membeli kembali dari Naomi petak ladang milik suaminya
Elimelekh, karena ia harus menjualnya.’ Boaz melanjutkan, ’Apakah engkau akan
membelinya kembali? Jika tidak, maka akulah yang akan melakukan pembelian
kembali itu.’ Mendengar itu, Anu menyatakan bahwa ia akan melakukan pembelian
kembali itu.—Rut 4:1-4.
Namun, si Anu akan segera terkejut! Boaz kini menyatakan di hadapan semua saksi,
”Pada waktu engkau membeli ladang itu dari tangan Naomi, engkau harus
membelinya juga dari Rut, wanita Moab, yang adalah istri orang yang sudah mati
itu, untuk menegakkan nama orang yang sudah mati itu atas milik pusakanya.”
Karena takut milik pusakanya sendiri akan rusak, kerabat terdekat tersebut terpaksa
menyerahkan hak pembelian kembalinya dengan mengatakan, ”Aku tidak dapat
melakukan hal itu.”—Rut 4:5, 6.
Semua orang yang berada di gerbang berkata kepada Boaz, ”Semoga Yehuwa
memberikan karunia kepada istri yang akan masuk ke rumahmu agar menjadi
seperti Rakhel dan seperti Lea, keduanya membangun keturunan Israel; dan engkau
membuktikan nilaimu di Efrata dan membuat nama yang terpandang di Betlehem.”
—Rut 4:11, 12.
Atas restu orang-orang, Boaz mengambil Rut sebagai istrinya. Rut melahirkan
seorang anak laki-laki bagi Boaz yang dinamai Obed, dan dengan demikian Rut serta
Boaz menjadi nenek moyang Raja Daud dan oleh karenanya menjadi nenek moyang
Yesus Kristus.—Rut 4:13-17; Matius 1:5, 6, 16.
Di sepanjang kisah ini, dari sapaan awalnya yang simpatik kepada para pekerja
hingga kesediaannya menerima tanggung jawab untuk melestarikan nama keluarga
Elimelekh, Boaz terbukti sebagai pria yang menonjol—pria yang tanggap untuk
bertindak dan berwewenang. Pada waktu yang sama, ia adalah pria yang
berpengendalian diri, beriman, dan berintegritas. Boaz juga murah hati, baik hati,
murni secara moral, dan taat sepenuhnya pada perintah-perintah Yehuwa.
Rut menonjol karena kasihnya kepada Yehuwa, karena kasihnya yang loyal kepada
Naomi, dan karena kerajinan serta kerendahan hatinya. Tidak heran jika orang-
orang memandangnya sebagai ”seorang wanita yang baik sekali”. Ia tidak memakan
”roti kemalasan”, dan karena kerja kerasnya, ia bisa membagikan sesuatu kepada
ibu mertuanya yang kekurangan. (Amsal 31:27, 31) Dalam memikul tanggung jawab
bagi Naomi, Rut pasti merasakan kebahagiaan yang dihasilkan dari memberi.—Kisah
20:35; 1 Timotius 5:4, 8.
Alangkah bagusnya teladan-teladan yang kita dapati dalam buku Rut! Naomi diingat
oleh Allah. Rut menerima ”upah yang sempurna” sebagai nenek moyang Yesus
Kristus. Boaz diberkati dengan ”seorang wanita yang baik sekali”. Dan bagi kita, kita
mendapatkan teladan iman dalam diri mereka.