ANIMASI 2 DIMENSI
Disusun oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hikmat dan
anugerahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu acuan oleh praktisi di dunia
animasi.
Makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Dengan itu disampaikan terimakasih kepada:
1. Orangtua
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………….………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………….…………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………..……….….……………………1
B. Rumusan Masalah…………..………………….…………...2
C. Tujuan…………………………..…………..……………….2
D. Manfaat……………………..…………………….....………2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Animasi……………..……………….….……..……….……3
B. Storyboard…………..……………….…………..…………..4
C. Layout……………………….……….…..………………….5
BAB III PEMBAHASAN
A. Prinsip dalam Perancangan Layout Animasi …………….....7
B. Teknik dalam Perancangan Layout Animasi.…………….....8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………..…………………........12
B. Saran.………………………………..……………………..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….………….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
kreatif dan masalah-masalah kreatif yang harus ditempuh. Dengan proses
dan teori yang terus disempurnakan maka proses kreatif yang stagnan akan
dapat lebih cepat diatasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
ii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Animasi
Pada saat ini animasi dapat digolong kan menjadi beberapa jenis
menurut tekniknya, yaitu:
1
http://en.wikipedia.org/wiki/Animation, diakses 28 November 2014, pukul
19.06 WIB.
2
Richard Williams, The Animator’s Survival Kit, (London: Faber and Faber),
hal. 34.
ii
animasi 2 dimensi dapat berupa digital maupun manual yang biasa
disebut hand-drawn animation.3
2. Animasi 3 dimensi, adalah teknik pembuatan animasi dengan
menggunakan 3 sumbu yaitu, X,Y, dan Z dalam sebuah sofware
animasi 3D. 4
3. Animasi Stop-motion, adalah teknik animasi yang memadukan
pengambilan gambar dengan teknik fotografi secara berulang dan
penggerakan benda.
B. Storyboard
3
Bambi Bambang Gunawan, Nganimasi Bersama Mas Be , (Jakarta: Elex
Media Computindo, 2013), hal. 27.
4
Id, hal. 28.
5
Mark T. Byrne, Animation: The Art of Layout and Storyboarding,
(Kildare:Leixlip, Co, 1999), hal. 11.
ii
artist akan mendapat penjelasan oleh sutradara tentang pemikirannya dalam
hal-hal tertentu, kemudian dia akan mendapat contoh dari suara sang
karakter untuk menentukan emosi dan model sheet karakter, jika desain
akhir karakter sudah selesai, meskipun hal ini tidak seharusnya perlu karena
desain final dari karakter dapat ditambahkan nantinya. 6
C. Layout
6
Id, hal. 162.
7
Tony White, Animation: From Pencils to Pixels , (Elsvire: Focal Press,
2006), hal. 300.
ii
dramatisasi adegan, berdasarkan sket dari storyboard. Layout artist
mendesian latar belakang, menyarankan pola gerakan pada animator,
mengindikasika nposisi kamera untuk tercapainya adegan yang paling
efektif yang akan menceritakan cerita dalambentuk yang paling
menghibur”.8
8
Frank Thomas, Ollie Johnson, Disney Animation: The Illusion of Life,
(South Carolina: Abbeville Press, 1981), hal. 210.
ii
BAB III
PEMBAHASAN
Pada era keemasan animasi, tiga orang animator dari Walt Disney
Studio mengajukan sebuah gagasan tentang bagaimana seorang layout artist
berfikir dan merencanakan sebelum dia membuat sebuah layout. Animator
tersebut adalah Ken Anderson, Ken O’Cornor, dan Don Griffith, dan
prinsip-prinsip akan pembuatan layout mereka adalah:
1. One Quick Look: Layout harus simpel dan direct, seperti layaknya
poster,serta harus menjual ide adegan tersebut.
2. Perfected Sketch: Render yang berlebihan tidak akan membantu
memperbaiki penggambaran awal yang sudah buruk.
3. Clear Direction: Arah dan orientasi audien terhadap apa yang terjadi
di dalam layar harus selalu terjaga, merupakan hal yang tersulit dan
harusperhatikan.
4. Keep Informed, art in history: Layout artist harus selalu
memperkaya diri dengan referensi sejarah visual berupa arsitektur,
landscape, kostum, dan lain-lain.
5. Keep Informed, rendering: Terus melengkapi diri dengan
pengetahuan tentang style, medium, teksture, permukaan, komposisi,
dan teknik menggambar.
6. Keep Informed, technical information: Pengetahuan akan berbagai
macam efek teknis yang di timbulkan oleh lensa, filter, benda cair,
kaca, dan lain-lain.
7. Timing the Mood: emosi dalam suatu adegan dapat dibangun
dengan mengatur timing dan cuts.
ii
keemasan. Di era itu semua teknik dan mekanismenya berupa analog,
disamping prinsip di atas memiliki sejarah pengembangan yang panjang dan
memiliki sampel hasil yang nyata, prinsip ini terus memerlukan penyesuaian
untuk dapat lebih bermanfaat di era digial dimana lebih banyak
kemungkinan dan teknik baru dalam dunia layout animasi, yang
dimungkinkan karena adanya perkembangan teknologi.
ii
kolektif dengan lebih efisien. Denga cara ini layout artist dituntut
untuk dapat menggambar dengan cepat dan akurat, agar dapat
merespon langsung perubahan yang dirasa perlu.
2. Tradisional
Teknik ini menitikberatkan kepada proses visualisasi layout
yang sesungguhnya dan sejelas-jelasnya, sehingga semua orang
dapat mengerti apa yag sebenarnya sedang direncanakan dan dapat
menilai dengan layout tersebut. Perubahan dalam teknik ini biasanya
hanya dapat dilakukan untuk detail kecil seperti, memperlebar area
gambar agar dapat dilakukan panning kecil, atau memindahkan
berabot untuk tempat bagi karakter untuk adegan tersebut. Metode
ini akan berhasil jika layout artist memiliki cukup waktu untuk
merencanakan staging untuk seluruh babak.
9
Sumber: The Illusion of Life, halaman 216.
ii
Gambar 2. Layout Ken Anderson10
10
Ibid.
11
Id. Halaman 217.
ii
4. Long Shot dan Establishing Shot
Dalam metode setiap babak akan memiliki master shot,
dimana dalam satu frame akan ditunjukan seluruh karakter bangunan
dan properti dalam seluruh area tersebut. Master shot sering pula di
sebut Establishing Shot, karena penggunaannya sebagai pembuka
suatu babak dan membangun orientasi terhadap keseluruhan area
dari para audien. Layout utama dengan metode ini harus di rancang
dengan detail, karena merupakan acuan seluruh layout yang akan
melputi daerah tersebut.
Metode ini memungkinkan layout artist menggunakan lebih
banyak waktu untuk mendesain properti dan detail yang ada dalam
area sehingga akan mempengaruhi nuansa di area tersebut lebih
mendalam. Jika terdapat perubahan layout lain, maka layout artist
akan lebih cepat mengatasinya, di karenakan referensi tentang
keadaan sekitar sudah tersusun rapi di establishing shot.
12
Ibid
ii
Bab IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ii
DAFTAR PUSTAKA
Byrne, Mark T., 1991, Animation: The Art of Layout and Storyboarding,
Kildare: Leixlip, Co.
Frank, Thomas; Ollie Johnson, 1981, Disney Animation:The Illusion of Life,
South Carolina: Abbeville Press.
Gunawan, Bambi Bambang, 2013, Nganimasi Bersama Mas Be, Jakarta:
Elex Media Computindo.
http://en.wikipedia.org/wiki/Animation, diakses 28 November 2014 pukul
19.06 WIB.
Williams, Richard, 2001, The Animator’s Survival Kit, London: Faber and
Faber.
White, Tony, 2006, Animation: From Pencils to Pixels, Elsevire: Focal
Press.
White, Tony, 2009, How to Make Animated Films, Elsevire: Focal Press.
ii