Pengertian
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD, 2009). PPOK/ COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY
DISEASE) merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005) PPOK
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
D. Patofisiologi
PPOK adalah sejenis penyakit paru obstruktif yang terjadi saat terdapat aliran udara
yang buruk yang tak dapat diperbaiki secara menyeluruh dan kronis serta terjadi
ketidakmampuan untuk menghembuskan napas secara penuh (memerangkap udara).
Aliran air yang buruk merupakan akibat dari rusaknya jaringan paru (dikenal sebagai
emfisema) dan penyakit saluran udara kecil yang dikenal sebagai bronkiolitis
obstruktif. Kontribusi relatif dari dua faktor ini bervariasi dari orang ke orang.
Kerusakan saluran udara kecil yang parah dapat mengakibatkan terbentuknya
kantung-kantung udara yang besar yang disebut sebagai bula yang menggantikan
jaringan paru. Jenis penyakit ini disebut sebagai emfisema bula. PPOK berkembang
sebagai reaksi inflamasi kronis akibat menghirup bahan-bahan penyebab iritasi .
Infeksi bakteri kronis juga dapat memperparah inflamasi ini. Sel-sel yang meradang
termasukgranulosit neutrofil dan makrofas, dua jenis sel darah putih. Mereka yang
merokok mengalami keterlibatan Tc1 limfosit dan mereka yang menderita PPOK
mengalami keterlibatan eosinofil yang mirip dengan yang ada pada asma. Sebagian
dari reaksi sel ini disebabkan oleh mediator peradangan seperti faktor kemotaksis.
Proses lainnya yang berperan dalam kerusakan paru adalah tekanan oksidatif yang
dihasilkan karena adanya konsentrasi tinggi dari radikal bebas dalam asap tembakau
dan dibebaskan oleh sel yang terinflamasi, dan hancurnya jaringan penghubung paru-
paru oleh protease yang kurang mengandung penghambat protease. Hancurnya
jaringan penghubung di paru-paru akan mengakibatkan emfisema, yang kemudian
menyebabkan buruknya aliran udara, dan pada `akhirnya, buruknya penyerapan dan
pelepasan gas-gas pernapasan. Penyusutan otot secara umum yang sering terjadi pada
PPOK sebagian mungkin dikarenakan mediator inflamasi yang dilepaskan paru-paru
ke dalam darah. Penyempitan saluran udara terjadi karena inflamasi dan parut di
dalamnya. Hal ini menyebabkan kesulitan saat menghembuskan napas dengan
sepenuhnya. Pengurangan aliran udara terbesar terjadi saat menghembuskan napas,
karena tekanan di dada menekan saluran udara pada saat itu. Hal ini berakibat udara
dari tarikan napas sebelumnya tetap berada di dalam paru-paru sementara tarikan
napas berikutnya telah dimulai. Hasilnya adalah peningkatan volume total udara di
dalam paru-paru yang dapat terjadi kapan saja, sebuah proses yang disebut sebagai
hiperinflasi atau terperangkapnya udara. Hiperinflasi karena olahraga terkait dengan
sesak napas di PPOK, karena menghirup napas saat paru-paru terisi setengah penuh
terasa kurang nyaman. Beberapa orang juga mengalami sedikit gejala hiperresponsif
saluran udara terhadap penyebab iritasi yang sama dengan yang ditemukan pada
asma. Tingkat oksigen rendah dan, akhirnya, tingginya tingkat karbon dioksisa di
darah dapat terjadi karena pertukaran udara yang buruk akibat berkurangnya ventilasi
karena obstruksi saluran udara, hiperinflasi, dan berkurangnya keinginan untuk
bernapas. Selama eksaserbasi, inflamasi saluran udara akan meningkat, sehingga
hiperinflasi meningkat, aliran udara pernapasan berkurang, dan transfer gas semakin
buruk. Hal ini juga akan mengakibatkan tidak cukupnya ventilasi, dan akhirnya,
tingkat oksigen dalam darah yang rendah. Tingkat oksigen rendah, jika dialami dalam
jangka waktu lama, dapat menyebabkan penyempitan arteri di paru-paru, sementara
emfisema mengakibatkan rusaknya kapilari di paru-paru. Kedua perubahan ini
berakibat meningkatnya tekanan darah di arteri pulmonari, yang dapat menyebabkan
kor pulmonale.
E. Penatalaksaan
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
5. Pengobatan simtomatik.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
palingefektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya
disebabkanoleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-
0.56/hari ataueritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat)
dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B.
Cacarhalis yang memproduksi B. LaktamasePemberiam antibiotik seperti
kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yangmengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepatkenaikan peak
flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila
terdapatinfeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik
yang kuat.
c. Fisioterapi
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
dengan PaO2(7,3Pa (55 MMHg) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan
bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untukitu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi
F. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise,
· Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
· Keletihan
· Gelisah, insomnia
· Kelemahan umum/kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
· Peningkatan tekanan darah
· Peningkatan frekuensi jantung
·Distensi vena leher· Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung
· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAPdada)
· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dansianosis perifer· Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Integritas Ego
Gejala :
· Peningkatan factor resiko
· Perubahan pola hidup
Tanda :
· Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. Makanan/ cairan
Gejala :
· Mual/muntah
· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
· ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
· penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema(bronchitis)
Tanda :
· Turgor kulit buruk· Edema dependen
· Berkeringat
5. Hyegene
Gejala :
·Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukanaktivitas
sehari-hari
Tanda:
· Kebersihan buruk, bau badan
6. Pernafasan
Gejala :
· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema)khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas
(asma); rasa dadatertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma)
· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun. Produksi
sputum (hijau, puith, ataukuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis)
· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dinimeskipun
dapat menjadi produktif (emfisema)
· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasandalam
jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara,
rami katun, serbukgergaji
· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan
mendengkur, nafas bibir (emfisema)
· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
· Dada: gerakan diafragma minimal.
· Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);menyebar,
lembut ataukrekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengisepanjang area paru
pada ekspirasi dankemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau
tidak adanya bunyi nafas (asma)
· Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara denganemfisema);
bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)
· Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
· Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan;
warna merah
(bronchitis kronis, “biru mengembung”).
Pasien dengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna
kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.
· Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. Keamanan
Gejala :
· Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
· Adanya/berulang infeksi
· Kemerahan/berkeringat (asma)
8. Seksualitas
Gejala :
· penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala :
· Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
· Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
· Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
·Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress
pernafasan
· Keterbatasan mobilitas fisik· Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain
G. Pathways keperawatan
H. Diagnosa keperawatan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
I. Perencanaan keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1 Bersihan jalan napas tidakefektif Respiratory status: Beri pasien 6 sampai
b.d bronkokontriksi, peningkatan
ventilation 8 gelascairan/hari
produksisputum, batuk
tidakefektif,kelelahan/berkurangnyatenaga Respiratory status: kecuali terdapat kor
dan infeksi bronkopulmonal.
Airway patency pulmonal.
Aspiration Control Ajarkan dan berikan
Kriteria hasil: dorongan penggunaan
Mendesmontrasikan teknik
batuk efektif dan pernapasandiafragmat
suara nafas yang ik dan batuk.
bersih, tidak ada Bantu dalam
sianosis dan pemberian
dyspnea (mampu tindakannebuliser,
mengeluarkan inhaler dosis terukur
sputum, mampu Lakukan drainage
bernafas dengan posturaldengan
mudah, tidak ada perkusi dan vibrasi
pursed lips) pada pagi hari dan
Menunjukan jalan malam hari sesuai
nafas yang paten yang diharuskan.
(klien tidak merasa Instruksikan pasien
tercekik , irama untukmenghindari
nafas, frekuensi
pernafasan dalam iritan seperti
rentang normal, asaprokok, aerosol,
tidak ada suara suhu yang ekstrim,dan
nafas abnormal) asap.
Mampu
mengidentifikasikan Ajarkan tentang
dan mencegah tanda-tanda
factor yang dapat diniinfeksi yang harus
menghambat jalan dilaporkan padadokter
nafas. dengan segera:
peningkatansputum,
perubahan warna
sputum,kekentalan
sputum,
peningkatannapas
pendek, rasa sesak
didada,keletihan.
Berikan antibiotik
sesuai
yangdiharuskan.
Berikan dorongan
pada pasienuntuk
melakukan imunisasi
terhadap influenzae.
2 Pola napas tidakefektif Respiratory status: Ajarkan klien latihan
berhubungandengan napas
ventilation bernapasdiafragmatik
pendek,mukus, bronkokontriksidan iritan
jalan napas Respiratory status: dan pernapasan
Airway patency bibirdirapatkan.
Vital sign status Berikan dorongan
Kriteria Hasil: untukmenyelingi
Mendesmontrasikan aktivitas dengan
batuk efektif dan periode istirahat.
suara nafas yang Biarkan pasien
bersih, tidak ada membuatkeputusan
sianosis dan tentang
dyspneu (mampu perawatannya
mengeluarkan berdasarkan tingkat
sputum, mampu toleransi pasien.
bernafas dengan
mudah. tidak ada Berikan dorongan
pursed lift) penggunaanlatihan
Menunjukkan jalan otot-otot pernapasan
nafas yang paten jikadiharuskan.
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
TTV dalam rentang
normal (tekanan
darah (systole 110-
130mmhg dan
diatole 70-
90mmhg), nadi (60-
100x/menit),
pernafasan (18-
24x/menit)
DISUSUN OLEH:
MAYA HIMATUS S
G0A018009