Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infeksi pada luka harus diketahui jenis bakteri atau kuman yang menjadi
penyebabnya. Biasanya ini dilakukan dengan melakukan kultur jaringan lewat
pemeriksaan laboratorium. Ini dikenal dengan pus swabs, yaitu mengambil
jaringan yang terinfeksi untuk dibiakan di laboratorium, agar bisa diketahui
jenis bakteri atau kumannya. Setelah jenis bakteri atau kumannya diketahui,
baru diberikan oleh dokter obat antibiotika yang tepat, yang akan membasmi
bakteri yang menginfeksi di luka tersebut.
Biasanya bila pengobatan antibiotika tidak dilakukan, maka luka infeksi
tidak akan sembuh, bahkan bisa menjadi sepsis atau infeksi yang parah.
Tanda-tandanya biasanya luka semakin menghitam, tubuh terasa panas atau
demam, diikuti gejala sepsis yang bisa mengancam jiwa. Bila ini terjadi
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang
intensif.
Luka yang sudah dibersihkan juga harus ditutup atau kompres dengan
dengan boorwater, namun bila jaringan mulai tumbuh, seperti pada luka
terbuka, maka pemberian sufratul sangat disarankan. Perbedaan dalam
perawatan luka infeksi memang dengan melihat perkembangan dan kondisi
jaringan pada luka. Namun yang jelas luka yang sudah dirawat harus ditutup,
dan dijauhkan dari kontaminasi baik oleh debu maupun air.
Perawatan luka infeksi juga harus memperhatikan adanya penyebab dari
dalam tubuh, seperti adanya penyakit gula darah atau diabetes yang bisa
menyulitkan penyebuhan luka. Pada luka infeksi dengan diabetes, penderita
harus menstabilkan kadar gula darahnya, agar luka bisa sembuh dengan cepat.
Kalau ini tidak dilakukan luka infeksi akan susah sembuhnya dan bisa menjadi
gangrene serta bila berlanjut bisa dilakukan amputasi pada jaringan yang
nekrosis atau mati.

1
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan
manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien,
dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic
semakin banyak ditemukan.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan
luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang
bisa dipakai dalam merawat luka

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka Infeksi

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui konsep keluarga
2. Mengetahui konsep luka infeksi
3. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada luka infeksi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
b. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :


a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan
adik

3
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial anggota.

B. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

C. Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

D. Ciri-Ciri Keluarga Indonesia


a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

4
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong-royong

E. Konsep Keperawatan Keluarga


Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, proses keperawatan adalah
metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan
Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, pengumpulan
data dalam proses keperawatandilakukan dengan cara :
1. Observasi
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan
melalui observasi visualmelalui indera yang berlangsung
terus-menerus, dimana data yang dikumpulkan harus
obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran
sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan
fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan
sebagainya.
2. Wawancara
Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud
pengumpulan data, dan dapat dilakukan secara formal dan
informal, dimana perlu tekhnik khusus, dan otoritas yang
kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya pemeriksaan

5
fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dan sebagainya.
3. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi
pembahasan seperti data dari puskesmas, data
perkembangan kesehatan anak (KMS), kartu keluarga dan
catatan-catatan kesehatan lainnya.
4. Pemeriksaan fisik
Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital.

2.2 Konsep Luka


A. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu
jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang
melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan
sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

6
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi
karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan
luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar
luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai
dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan
luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

7
B. PENGERTIAN INFEKSI
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan olehspesies asing
terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan
inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan
saranayang dimiliki inang untuk dapat memperbanyakdiri, yang
pada akhirnya merugikan inang.Patogen mengganggu fungsi
normal inang dandapat berakibat pada lukakronik, gangrene,
kehilangan organ tubuh, danbahkan kematian.
Kemampuan bakteri untuk menghasilkan efek yang merusak
dipengaruhi oleh:
1. Kemampuan system imunitas pasien untuk menyerang bakteri (host
resistence).
2. Jumlah bakteri pada luka, semakin banyak bakteri akan semakin beresiko.
3. Jenis bakteri pada luka. Beberapa bakteri memiliki kemampuan besar
(virulensi) dibanding jenis lain dan dapat menyebabkan penyakit walaupun
masih dalam jumlah yang sedikit.

Keberadaan bakteri pada luka mungkin akan menimbulkan:


1. Kontaminasi : bakteri tidak berkembang biak dan belum menimbulkan
masalah klinis.
2. Kolonisasi : Bektari berkembang biak tapi tidak merusak jaringan.
3. Infeksi : Bakteri berkembang biak, penyembuhan terganggu dan jaringan
luka mengalami kerusakan (infeksi lokal) bila tidak ditangani dapat
menimbulkan infeksi sitemik.

Karakteristik luka yang beresiko untuk infeksi Luka Akut:


1. Kontaminasi pembedahan.
2. Prossedur operasi yang lama.
3. Trauma, dengan pertolongan yang lambat.
4. Nekrotik jaringan atau benda asing.Luka Kronik
5. Nekrotik jaringan atau benda asing.

8
6. Durasi yang lama.
7. Ukuran luka yang luas dan dalam.
8. Lokasi luka yang dekat dengan daerah
9. kontaminasi, seperti anal.

C. Tanda Dan Gejala


Luka infeksi pada luka akut atau lukoeprasi pada pasien yang sehat
kadang terlihat secara nyata. Namun pada luka kronik dan pasien
yang mengalami kelemahan, diagnosa baru bisa ditegakkan melalui
pertimbangan adanya tanda-tanda lokal atau tanda-tanda umum
non spesifik seperti; penurunan nafsu makan, kelemahan,
memburuknya kondisi pasien atau kadar glukosa yang tidak
terkontrol.
Tingkat luka infeksi akan mempengaruhi terapi. Sangat penting
untuk dipertimbangkan dan dibedakan tanda dan gejala infeksi
lokal, perluasan infeksi, dan infeksi sistemik.Infeksi dapat
menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda pada setiap jenis luka
dan penyebab.
Cara mencegah infeksi:
1. Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam
pencegahan infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat
pertama datang. Luka tersebut dapat mengandung darah beku,
kotoran, jaringan mati atau rusak dan mungkin benda asing.
2. Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan
air atau larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus
dituangkan ke dalam luka.
3. Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada
benda asing dan bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan
apa yang terjadi. Luka besar memerlukan anestesi umum.

9
4. Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan
hati-hati. Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati
dengan antibiotik, yaitu:
a. Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah
terinfeksi).
b. Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.

Profilaksis tetanus:
1. Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS
efektif bila diberikan sebelum 24 jam luka
2. Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika
sudah waktunya.

Menutup luka:
1. Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan
seksama, luka dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka
primer).
2. Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat
kotor atau terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
3. Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut
dengan menggunakan kasa lembap.
4. Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap
ditutup ringan dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam waktu
48 jam berikutnya, luka dapat benar-benar ditutup (penutupan luka
primer yang tertunda).
5. Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh dengan
sendirinya.

10
Infeksi luka:
1. Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas
dan mengeluarkan nanah.
2. Tatalaksana
a. Buka luka jika dicurigai terdapat nanah
b. Bersihkan luka dengan cairan desinfektan
c. Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap
hari, lebih sering bila perlu
d. Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh
(biasanya dalam waktu 5 hari).
3. Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari)
karena sebagian besar luka biasanya mengandung Staphylococus.
4. Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari),
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol
(7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika dicurigai terjadi
pertumbuhan bakteri saluran cerna.

Resiko Infeksi
Resiko luka terhadap infeksi akan berbanding lurus dengan adanya:a.
Faktor-faktor yang melemahkan pasien, penurunan daya tahan tubuh
dan gangguan perfusi jaringan, seperti: Diabtes mellitus,
immunocompromsied status, hypoxia jaringan akibat anemia atau
penyakit cardiovascular/ respirasi, kerusakan ginjal, keganasan,
rematik arthritis, obesitas dan malnutrisi.b. Pengobatan, seperti:
Kortikosteroid, agens sitotoksik, dan immunosupresants.c. Faktor
Psikologis, sepeti: Hospitalisasi, personal hygiene yang buruk, dan
pola hidup yang tidak sehat.

D. Tanda dan gejala klinis infeksi luka


Organisme yang secara potensial patogen dapat terdapat di dalam luka
tanpa menyebabkan tanda-tanda klinis infeksi. Oleh karena itu, penting

11
artinya untuk membedakan antara organisme yang berkolonisasi pada
luka tetapi tidak menyebabkan kerusakan jaringan dan organisme yang
menyebabkan respons jaringan.
Pada infeksi tahap awal, mungkin tidak tampak tanda-tanda klinis tapi
organisme telah memicu memori imunologis. Dalam kasus ini, infeksi
dikatakan bersifat subklinis.
Apabila tampak tanda dan gejala infeksi, seperti pireksia, nyeri
setempat, dan eritema, edema lokal, eksudat yang berlebihan, pus, dan
bau busuk, maka berarti luka terinfeksi secara klinis. Dalam kasus ini,
dianjurkan untuk mengambil hapusan luka untuk mengidentifikasi
organisme dan pemeriksaan sensitivitas antibiotik, khususnya pada
pasien lansia, pasien yang sangat lemah, atau pada setiap pasien yang
mengalami gangguan imunologis.

E. Penyebaran infeksi
1. Sumber-sumber infeksi
Sumber infeksi dapat bersifat endogen, yaitu berasal dari pasien itu
sendiri, atau eksogen, yaitu berasal dari kasus infeksi atau karier.
Banyak patogen potensial yang bersifat komensal, hidup di dalam usus
atau saluran pernapasan atas. Flora usus dengan mudah dapat
mengkontaminasi luka didekatnya, seperti dekubitus daerah sakrum atau
ulkus tungkai, khususnya pada pasien konfusi yang menderita
inkontinensia fekal. Komensal kulit dapat masuk melalui luka pada kulit.
Dengan demikian, pasien dapat menginfeksi diri mereka sendiri.
Kemungkinan lain, sumber dari suatu infeksi dapat pula berasal dari pasien
lain. Pasien yang telah pulih kembali dari infeksi masih dapat menjadi
karier konvalesen. Meskipun demikian, karier yang paling berbahaya
adalah pasien yang tidak pernah memperlihatkan tanda dan gejala penyakit
dan oleh karenanya mereka tidak pernah teridentifikasi sebagai karier.

12
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi luka
Mikroorganisme Sumber-sumber potensial Perhatian
Staphylococcus aureus Berada dalam hidung 20- Penyebab terumum dari infeksi luka
30% populasi normal yang didapatkan di rumah sakit
Streptokokus Terdapat dalam 5% Dapat menyebabkan kegagalan graft
hemolitikus- populasi dan di dalam kulit dan sepsis puerperal pada unit
(Lancefied group A) tenggorok seseorang kebidanan
yang menderita tonsilitis.
Escherichia coli Flora usus normal pada Dapat menyebabkan infeksi setelah
Proteus spp. individu yang sehat pengeluaran isi usus pada saat
pembedahan
Klebsiella spp. Di dalam usus dan juga Dapat menyebabkan infeksi pada
Pseudomonas spp. hidup bebas pada traktus genito-urinarius dan
lingkungan yang lembab respiratorius
Clostridium welchii Dalam usus dan dalam Dapat menyebabkan gas gangren
tanah pada luka trauma yang kotor dan
dalam atau dimana terdapat
pemasangan prostesis, khususnya di
tempat di mana pasokan darahnya
buruk
Clostridium tetani Tanah Dapat menyebabkan tetanus pada
luka traumatik
Bakteroides spp. Usus Dapat menyebabkan peritonitis dan
abses

Hewan juga dapat menjadi sumber infeksi. Sebagai contoh, antraks dan
bruselosis dapat menjangkiti manusia dari lemak sapi yang terinfeksi, dan gejala
awalnya bergantung pada cara bagaimana organisme tersebut masuk ke dalam
hospes.
Penularan

13
Media penularan yang paling banyak dari sebuah sumber infeksi ke hospes
yang rentan adalah tangan perawat, diikuti oleh benda mati yang terkontaminasi,
misalnya instrumen dan pakaian. Partikel debu yang mengandung organisme dan
kulit yang mengelupas, serta droplet ekshalasi dari pasien dengan infeksi saluran
pernapasan atas, bertebaran di udara dan dapat terhirup oleh pasien lain, atau
dapat juga mendarat sampai di permukaan luka yang terbuka. Organisme patogen
dapat di tularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau melalui air yang
terkontaminasi, atau serangga.

F. Pencegahan infeksi luka


Prinsip-prinsip pencegahan infeksi luka didasarkan pada pemutusan rantai
kejadian yang menyebabkan organisme berpindah dari sebuah sumber ke dalam
hospes yang rentan serta mengadakan multiplikasi di sana (Gambar 5.1). Rantai
tersebut dapat diputuskan di beberapa tempat, misalnya dengan :
1. Mengisolasi sumber infeksi potensial, dengan barier keperawatan
2. Membersihkan dan melakukan desinfeksi secara efektif terhadap lingkungan
fisik
3. Perawat dan pemberi asuhan lainnya melakukan cuci tangan yang efektif
4. Teknik pembalutan luka yang aseptic
5. Melindungi pasien yang rentan, yang mungkin memerlukan hal yang
berlawanan dengan barier keperawatan

Teknik pembalutan aseptik


Tujuan dari setiap teknik aseptik adalah untuk mencegah perpindahan
organisme patogen ke hospes yang rentan, baik melalui kontak langsung maupun
tidak langsung. Pada luka terbuka, di mana barier epidermalnya yang sangat
efektif menghalangi masuknya mikroorganisme telah hilang, kadar kontaminan
yang sangat kecil sekalipun sudah dapat menyebabkan berkembangnya infeksi
klinis, terutama bila organismenya sangat virulen dan pejamunya memiliki daya
tahan tubuh yang rendah terhadap infeksi, akibat defisiensi sistem imun.

14
Meskipun penanggungjawab di bidang kesehatan merekomendasikan
prosedur pembalutan luka yang sedikit berbeda, namun pada dasarnya prinsip
prosedur tersebut sama, yaitu mencegah masuknya organisme melalui kontak
antara luka dengan tangan perawat benda, seperti forsep, larutan pembersih, atau
lingkungan fisik saat itu. Kepatuhan terhadap adat kebiasaan pembalutan luka,
yang menjadi bagian dari tradisi yang diwariskan kepada siswa perawat yang
baru, dapat menyebabkan adanya pengkajian yang keliru keamanan pasien dari
infeksi.
Apron plastik sekali pakai dapat melindungi pasien dari organisme yang
mengkontaminasi seragam perawat, tetapi masker kertas tidak efektif dipakai
untuk mencegah hinggapnya organisme dari traktus spiratorius bagian atas
perawat di permukaan luka.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi fisiko infeksi adalah membuka
luka dalam waktu sesingkat mungkin. Luka yang bersih harus dibalut sebelum
membalut luka yang terkontaminasi. Pembuangan bekas balutan yang kotor harus
benar-benar diperhatikan, dan kedua tangan harus dicuci secara efektif di awal
dan di akhir setiap tindakan.

Cara Alami Menyembuhkan Luka yang Terinfeksi


Cara Alami Menyembuhkan Luka yang Terinfeksi,- Infeksi merupakan invasi
yang dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit. Infeksi
pada luka termasuk infeksi yang sering ditemukan, terlebih pada luka terbuka.
Namun bagaimana dengan proses terjadinya infeksi pada luka tersebut ? berikut
penjelasnnya :
Proses Infeksi pada Luka

15
Saat sebuah jaringan mengalami luka terbuka, invasi dimulai ketika luka tersebut
mengalami kontak langsung dengan mikroorganisme yang membahayakan
(bakteri,virus, parasit, jamur). Mikroorganisme ini akan hidup dan berkembang
dengan sendirinya jika luka tidak mendapatkan perawatan yang baik. Ketika
mereka berkembang, tubuh akan mendeteksi adanya bahaya tersebut dan
mempersiapkan antibody. Kemudian akan terjadi perang antara mikroorganisme
tersebut dengan antibody setelah tubuh memproduksi antibody yang ditujukan
pada daerah luka. Inilah mengapa sangat pentingnya kita untuk mengkonsumsi
makanan bernutrisi terutama protein yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
dan membangun jaringan pada luka. Namun pada faktanya asupan nutrisi dan
protein belum cukup untuk menghentikan gempuran mikroorganisme merugikan
tersebut. Anda harus tetap menjalankan pengobatan yang efektif dan aman untuk
menyembuhkan infeksi pada luka tersebut.
Tanda atau Gejala Luka yang Terinfeksi
 Dolor,- rasa nyeri pada jaringan yang terinfeksi
 Kalor,- rasa panas
 Tumor,- bukanlah sel kanker yang kita kenal, namun tumor disini
merupakan pembengkakan.
 Rubor,- kemerahan
 Fungsio laesa,- perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi
Jika infeksi yang terjadi cukup lama, maka akan muncul nanah. Dengan
pemeriksaan nanah ini, maka anda mengetahui jenis mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi tersebut.
Cara Alami Menyembuhkan Luka yang Terinfeksi

Cara Alami Menyembuhkan Luka yang Terinfeksi dengan ramuan herbal


alami Jelly Gamat Gold-G, terbuat asli dari ekstrak teripang emas tanpa campuran
bahan kimia. Dengan proses pengolahan bermutu tinggi dan terjamin higienis,
tanpa melewatkan uji klinis para ahli dengan legalitas dari BPOM RI TI
114645721, sehingga kualitas dan khasiat yang terkandung di dalamnya tidak
diragukan. Bahkan sebelum terciptanya Jelly Gamat Gold-G, teripang emas yang

16
menjadi komposisi utamanya telah banyak dimanfaatkan masyarakat pesisir
melayu untuk pengobatan luka dan penyakit. Sebagai contoh mereka
memanfaatkan air teripang untuk penyembuhan luka khitan pada seorang anak,
dan hasilnya ternyata sangat luar biasa. Luka tersebut dengan cepat mengering
dan lama-kelamaan sembuh.
Jelly Gamat Gold-G kaya akan gizi dan nutrisi dengan kandungan berbagai
senyawa aktif bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Senyawa
aktif tersebut diantaranya :
 Protein 86,8%
 Kolagen 80,0%
 Mukopolisakarida
 Glucosaminoglicans (GAGs)
 Chondroitin
 Mineral
 Asam amino
 Anitseptik alamiah
 Omega 3,6 dan 9
 Lektin
 Gamapeptide
 Cell Growth Factor
Seperti yang telah kami jelaskan pada proses terjadinya infeksi, penyembuhan
infeksi maupun luka dapat ditunjang dengan mengkonsumsi banyak Protein.
Namun dengan adanya Protein tinggi mencapai 86,8% dalam Jelly Gamat Gold-
G, anda tidak perlu bersusah payah mencari berbagai jenis makanan yang kaya
akan Protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang sangat dibutuhkan pada
proses penggempuran mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi pada
luka. Di samping itu, penggempuran mikroorganisme (virus, bakteri, jamur,
parasit) dapat dibantu oleh antiseptik alamiah. Ini merupakan fungsi dalam
penyembuhan infeksi pada luka tersebut. Sedangkan untuk penyembuhan luka
luarnya, Cell Growth Factor menjadi peran utamanya. Cell Growth Factor atau
faktor regenerasi sel dapat merangsang regenerasi atau pemulihan sel dan jaringan

17
tubuh yang telah rusak bahkan membusuk agar pulih dan sehat kembali. Hal inilah
yang terjadi pada semua kasus luka dengan jaringan rusak bahkan membusuk
pada luka diabetes.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN LUKA
1. Pemeriksaan Kulit
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan Kulit dpt
dilakukan melalui metode inspeksi & palpasi.
a. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti
:
 Adanya perdarahan
 Proses inflamasi (kemerahan & pembengkakan)
 Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaks
inflamasi pada saat pembekuan berkurang)
 Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas
dlm jaringan granulasi mengeluarkan kolagen yang
membentuknya serta berkurangnya ukuran parut
yang merupakan indikasi terbentuknya keloid.
b. Melihat adanya benda asing atau bahan2 pengontaminasi
pada luka mis : tanah, pecahan kaca atau benda asing lain
c. Melihat ukuran, kedalaman & lokasi luka
d. Adanya dariainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap.
& nyeri pada daerah luka
B. DIAGNOSSA KEPERAWATAN
1. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada
daerah luka
2. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan : Insisi bedah, Cedera
akibat zat kimia

18
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Risiko infeksi Immune Status · Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Setelah dilakukan · Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif tindakan · Cuci tangan setiap sebelum
- Kerusakan jaringan keperawatan dan sesudah
dan selama 1*24 jam tindakan keperawatan
peningkatan paparan pasien tidak · Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan mengalami sebagai
- Malnutrisi infeksi dengan alat pelindung
- Peningkatan paparan kriteria · Ganti letak IV perifer dan
lingkungan patogen hasil: dressing sesuai
- Imonusupresi Klien bebas dari dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat tanda · Gunakan kateter intermiten
pertahanan dan gejala infeksi untuk
sekunder (penurunan Menunjukkan menurunkan infeksi kandung
Hb, kemampuan untuk kencing
Leukopenia, mencegah · Tingkatkan intake nutrisi
penekanan timbulnya · Berikan terapi
respon inflamasi) infeksi antibiotik:.................................
- Penyakit kronik Jumlah leukosit · Monitor tanda dan gejala
- Imunosupresi dalam infeksi sistemik
- Malnutrisi batas normal dan lokal
- Pertahan primer Menunjukkan · Pertahankan teknik isolasi
tidak perilaku k/p
adekuat (kerusakan hidup sehat · Inspeksi kulit dan membran
kulit, Status imun, mukosa
trauma jaringan, gastrointestinal, terhadap kemerahan, panas,
gangguan genitourinaria drainase
peristaltik) dalam · Monitor adanya luka
batas normal · Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
· Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia
setiap 4 jam
Nyeri akut Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan pain control, secara
dengan: comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, Setelah dilakukan karakteristik, durasi,

19
kimia, tinfakan frekuensi, kualitas
fisik, psikologis), keperawatan dan faktor presipitasi
kerusakan selama …. Observasi reaksi nonverbal
jaringan Pasien tidak dari
DS: mengalami ketidaknyamanan
- Laporan secara nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga
verbal kriteria hasil: untuk mencari
DO: · Mampu dan menemukan dukungan
- Posisi untuk mengontrol nyeri Kontrol lingkungan yang
menahan nyeri (tahu penyebab dapat
- Tingkah laku nyeri, mempengaruhi nyeri seperti
berhati-hati mampu suhu ruangan,
- Gangguan tidur menggunakan pencahayaan dan kebisingan
(mata sayu, tehnik Kurangi faktor presipitasi
tampak capek, sulit nonfarmakologi nyeri
atau untuk mengurangi Kaji tipe dan sumber nyeri
gerakan kacau, nyeri, untuk
menyeringai) mencari bantuan) menentukan intervensi
- Terfokus pada diri · Melaporkan Ajarkan tentang teknik non
sendiri bahwa nyeri farmakologi:
- Fokus menyempit berkurang dengan napas dala, relaksasi, distraksi,
(penurunan persepsi menggunakan kompres
waktu, manajemen nyeri hangat/ dingin
kerusakan proses · Mampu Berikan analgetik untuk
berpikir, mengenali nyeri mengurangi nyeri:
penurunan interaksi (skala, intensitas, Tingkatkan istirahat
dengan frekuensi dan Berikan informasi tentang
orang dan tanda nyeri) nyeri seperti
lingkungan) · Menyatakan rasa penyebab nyeri, berapa lama
- Tingkah laku nyaman nyeri akan
distraksi, setelah nyeri berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan, berkurang ketidaknyamanan
menemui orang lain · Tanda vital dari prosedur
dan/atau aktivitas, dalam rentang Monitor vital sign sebelum
aktivitas normal dan sesudah
berulang-ulang) · Tidak mengalami pemberian analgesik pertama
- Respon autonom gangguan tidur
kali
(seperti
diaphoresis,
perubahan
Kerusakan Tissue Integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Anjurkan pasien untuk
berhubungan dengan : Mucous menggunakan
Eksternal : Membranes pakaian yang longgar
- Hipertermia atau Wound Healing : Hindari kerutan pada tempat

20
hipotermia primer dan tidur
- Substansi kimia sekunder Jaga kebersihan kulit agar
- Kelembaban Setelah dilakukan tetap bersih
- Faktor mekanik tindakan dan kering
(misalnya : keperawatan Mobilisasi pasien (ubah
alat yang dapat selama 1*24 jam posisi pasien)
menimbulkan luka, kerusakan setiap dua jam sekali
tekanan, restraint) integritas kulit Monitor kulit akan adanya
- Immobilitas fisik pasien teratasi kemerahan
- Radiasi dengan Oleskan lotion atau
- Usia yang ekstrim kriteria hasil: minyak/baby oil pada
- Kelembaban kulit Integritas derah yang tertekan
- Obat-obatan kulit yang baik Monitor aktivitas dan
Internal : bisa mobilisasi pasien
- Perubahan status dipertahankan Monitor status nutrisi pasien
metabolik (sensasi, Memandikan pasien dengan
- Tonjolan tulang elastisitas, sabun dan air
- Defisit imunologi temperatur, hangat
- Berhubungan hidrasi, Kaji lingkungan dan
dengan pigmentasi) peralatan yang
dengan Tidak ada menyebabkan tekanan
perkembangan luka/lesi pada kulit Observasi luka : lokasi,
- Perubahan sensasi Perfusi dimensi,
- Perubahan status jaringan baik kedalaman luka,
nutrisi Menunjukka karakteristik,warna
(obesitas, kekurusan) n pemahaman cairan, granulasi, jaringan
- Perubahan status dalam nekrotik, tandatanda
cairan proses perbaikan infeksi lokal, formasi traktus
- Perubahan kulit Ajarkan pada keluarga
pigmentasi dan mencegah tentang luka dan
- Perubahan sirkulasi terjadinya sedera perawatan luka
- Perubahan turgor berulang Kolaburasi ahli gizi
(elastisitas kulit) Mampu pemberian diae TKTP,
DO: melindungi kulit vitamin
- Gangguan pada dan Cegah kontaminasi feses
bagian tubuh mempertahankan dan urin
- Kerusakan lapisa kelembaban kulit Lakukan tehnik perawatan
kulit dan luka dengan
(dermis) perawatan alami steril
- Gangguan Menunjukka Berikan posisi yang
permukaan kulit n terjadinya proses mengurangi tekanan
(epidermis) pada luka
penyembuhan luka

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka
yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk
menunjang perawatan luka yang berkualitas

3.2 Saran
a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam
pembelajaran perawatan luka modern
b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/246730179/MAKALAH-LUKA-INFEKSI-
docx (diakses pada 18 Desember 2019 pukul 17:53 WIB)

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik


dan Bedah. Jakarta: EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EG

23

Anda mungkin juga menyukai