Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular

yang akan meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang (Soegondo,

sidartawan & Purnamasari, 2014). Estimasi terakhir IDF ada 366,2 juta jiwa

dengan diabetes di tahun 2011, akan mencapai 551,1 juta jiwa pada tahun

2030. Di Indonesia diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM)

akan meningkat signifikan hingga 11,8 juta jiwa pada 2030 (International

Diabetes Federation, 2011). Prevalensi Diabetes melitus di Indonesia

sebesar 1,5%, sedangkan prevelensi di Jawa Timur 2,1% yang terdiagnosa

penyakit diabetes melitus (Kemenkes RI, 2013). Prevelensi DM di

Probolinggo mengalami peningkatan dengan jumlah 4140 klien diabetes

melitus (Dinkes, 2014).


Diabetes diklasifikasikan menjadi 4, Diabetes Melitus tipe 1, Diabetes

Melitus tipe 2, Diabates Melitus Gastasional dan penyabab lain Diabetes

Melitus (Freinkel, 2018). DM tipe 2 menempati urutan pertama (90%) di

Indonesia diantara DM lainnya (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan beberapa

penelitian menyatakan penderita DM tipe 2 selalu diikuti oleh kondisi

hipertensi (76,9%), hiperlipidemia (42,5%), angiopati (15,8%), retinopati

(11,1%), dan neuropati perifer (8,5%) (Papadopoulos, Kontodimopoulos,

Frydas, Ikonomakis, & Niakas, 2007).


Menurut Weyler dalam Kuniawati, komplikasi yang dialami oleh

penderita DM dapat diminimalisir jika penderita DM memiliki kemampuan

dan pengetahuan yang cukup untuk mengontrol penyakitnya, yaitu dengan

1
2

self care (Kusniawati, 2011). Hal tersebut juga dikuatkan oleh sang

proklamator teori self care yaitu Dorothea Orem. Menurut Orem, klien yang

melakukan kegiatan self care dapat meningkatkan hasil kesehatannya

menjadi lebih baik (Potter, 2013). Akan tetapi ada penelitian mengatakan

klien dengan DM tipe 2 self carenya masih dalam ketegori rendah yaitu

13,9% (Mulyani, 2016).


Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di RSUD. Waluyo Jati

Kraksaan Probolinggo pada tanggal 16 April 2018, kunjungan klien diabetes

melitius tipe 2 selama 3 bulan terakhir dari tanggal 1 januari 2018 sampai 31

Maret 2018 sebanyak 639 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3

klien diabetes melitus tipe 2 yang berkunjung di Poli Penyakit dalam,

ketiga klien diabetes melitus tipe 2 mengatakan tidak tau mengenai self care

dan mereka mangatakan selama ini hanya mengurangi makanan dan

minuman yang manis-manis atau yang mengandung gula (Poli Klinik

Penyakit Dalam RSUD. Waluyo Jati, 2018).


Faktor yang berkontribusi terhadap self care diabetes yaitu usia, jenis

kelamin, sosial ekonomi, lama penderita DM, aspek emosional, dukungan

sosial, keyakinan terhadap efektifitas penatalaksanaan DM dan komunikasi

petugas kesehatan. Faktor paling dominan yang berkontribusi terhadap self

care diabetes adalah komunikasi petugas kesehatan berupa pendidikan

diabetes (Kusniawati, 2011; Prasetyo, 2012). Hal tersebut juga berkaitan

dengan firman Allah :

.
3

Artinya : Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran

yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih

baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka) (An-Nisaa: 66).
Dari ayat tersebut mengandung makna yang baik, sekaligus perintah

untuk mengamalkan pelajaran (ilmu) yang kita miliki dalam bentuk kegiatan

yang mendatangkan kebaikan kepada diri kita sendiri dan orang lain. Salah

satu kegiatan dalam mengamalkan ilmu adalah DSME (Diabetes Self

Management Education). Beberapa organisasi diabetes melitus

merekomendasikan DSME (Diabetes Self Management Education) untuk

memberikan informasi sebagai bantuan dasar pada klien diabetes dalam

aktivitas perawatan diri klien diabetes, sehingga dapat memperbaiki hasil

kesehatan klien diabetes. DSME merupakan proses memberikan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang bertujuan untuk

perawatan diri pasien diabetes melitus (Powers et al., 2015).  


Hamdiye dalam penelitiannya menyatakan, bahwa untuk memperkuat

keberhasilan penanganan penyakit DM tipe 2 dengan manajemen self care

dan menjaga HbA1c pada klien DM tipe 2. Manajemen self care dan

menjaga HbA1c pada penderita DM tipe 2 salah satunya dapat dilakukan

pendidikan (Surucu, Kizilci, Ergor, & Surucu, 2017). Pendidikan yang

diberikan kepada penderita DM tipe 2 dapat menurunkan (HbA1c < 7%)

sebesar 27,1%, meningkatkan self care sebesar 62,0% (Nyunt, Howteerakul,

Suwannapong, & Rajatanun2, 2010). McNamara juga mengemukakan

intervensi pendidikan sangat membantu dalam menghindari komplikasi

pada penderita DM tipe 2 (Mcnamara et al., 2010). Karter memberikan

.
4

kesimpulan bahwa penderita DM tipe 2 perlu mendapatkan pendidikan

tentang penyakit diabetes, sehingga mereka dapat melakukan perawatan

secara mandiri (Karter et al., 2008).


Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan

bahwa klien Diabetes Melitus tipe 2 mengalami defisit perawatan diri (Self

Care) yang memberikan dampak pada penyakitnya, sehingga klien diabetes

melitus tipe 2 membutuhkan DSME (Diabetes Self Management Education)

untuk memperbaiki hasil kesehatannya. Penelitian kuantitatif sudah pernah

diteliti di Indonesia, akan tetapi khususnya di kabupaten Probolinggo belum

ada penelitian kuntitatif yang mempublikasikan tentang Pengaruh DSME

terhadap Self Care pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2. Untuk itu, peneliti

tertarik untuk menerapkannya di Kabupaten Probolinggo khususnya di

RSUD. Waluyo Jati Kraksaan, dikarena ketika beda tampat maka budaya

dan pola hidup juga akan berbeda. Maka dari itu, penting bagi peniliti

menerapkan penelitian kuantitatif untuk memberikan pengetahuan DSME

dan meningkatkan self care pada klien Diabetes Melitus tipe 2.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu adakah pengaruh DSME

(diabetes self management education) terhadap Self Care pada Pasien

Diabetes Melitus tipe 2.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh DSME

(diabetes self management education) terhadap Self Care pada Pasien

Diabetes Melitus tipe 2.

.
5

2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi self care kelompok eksperimen sebelum

dan sesudah dilakukan DSME pada Klien DM tipe 2 di RSUD.

Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo


2) Mengidentifikasi self care kelompok kontrol sebelum dan

sesudah dilakukan DSME pada Klien DM tipe 2 di RSUD.

Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo.


3) Menganalisa perbedaan self care pre test dan post test pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Pasien

Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD. Waluyo Jati Kraksaan

Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada :
1. Institusi pelayanan rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

isntitusi pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada klien DM tipe 2, sehingga dapat memberikan pelayanan

optimal yang semestinya bagi klien DM tipe 2 secara komprehensif.


2. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan

masukan bagi pendidikan dalam proses pembelajaran mahasiswa

keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah, sehingga dapat

diperoleh pentingnya pengetahuan klien DM tipe 2.


3. Pengembangan ilmu keperatan medikal bedah
Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah keilmuan

keperawatan dalam hal pemberian asuhan keperawatan secara

komprehensif pada klien diabetes militus tipe 2 dengan pengetuan self

care.

.
6

4. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanbah pengetahuan

peneliti tentang pengaruh DSME (Diabetes Self Management

Education) terhadap self care klien Diabetes Melitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai