PROSES MENUA
Disusun oleh :
Ilham Hadi
A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, 2000). Menurut Mary Ann Christ et al.
(1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan
perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga
menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan
lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ
perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu
b) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan
buruk
Intelegentia Question :
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya,
identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya,
identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan perdarahan
otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).
F. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksia
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan
kalori dan protein
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
5. Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang
kekuatannya, rasa nyeri sendi
H. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria : Meningkatkan masukan oral, Menunjukkan
peningkatan BB
Intervensi :
a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang
adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b) Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi
klien untuk masukan nutrinya
d) Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti
bumbu)
R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e) Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/ Dengan makan bersama sama secara psikologis
meningkatakan selera makan
f) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi)
sebelum dan sesudah mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan
kenyamanan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan
kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari
tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas,
bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan
kebersihan diri yang kurang sehat
c) Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga
meningkatkan kemampuan kekbalan dalam tubuh
d) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang
dapat menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang
memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi :
a) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi
dari proses inflamasi
b) bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c) ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi
d) Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R/ menghindari cedera.
4. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi,
destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dalam
aktifitas
Intervensi :
a) kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat
faktor yang mempercepat tanda tanda neri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
b) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
istirahat ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk
membatasi nyeri
c) Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk
kompres sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.
d) berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
e) kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin,
ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot,
rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan
yang nyaman
Intervensi :
a) kaji tingkat kekuatan otot
b) Kaji tingkat pergerakan pasif
c) Beri alat bantu sesuai kebutuhan
d) Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa
dilakukan secara mandiri
I. Masalah Lain yang Mungkin Timbul
1. Fisik / biologis
a) Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan
pendengaran / penglihatan.
b) Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
minat dalam merawat diri.
c) Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan
penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
d) Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola
makan yang tidak efektif, peristaltik lemah.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
f) Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan
jalan napas / adanya skrit pada jalan napas.
g) Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi,
atropis serabut otot.
2. Psikologis-sosial
a) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
tidak mampu.
b) Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan
ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara tepat.
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang
terbatas.
3. Spiritual
a) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
tak siap dengan kematian.
c) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan
yang dialami.
d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak
mampuan ibadah secara tepat.
TEORI DEMENSIA
A. DEFINISI
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan
memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita
demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan
pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005) menyebutkan bahwa
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala
yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang
progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi
(umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan
perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan
fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan
pikiran konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )
Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 2007).
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita demensia
seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu (
destruptif ) ataupun tidak mengganggu ( non destruptif) (
http://www.komnaslansia.or.id/ mengenal demensia pada lanjut usia,
2007).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan
bahwa demensia adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan daya ingat sehingga meyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya
bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang
normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley,
2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi
kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini
ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor.
(Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang
terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan
yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel
yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk
mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini
mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan
ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemundurankepribadian.
http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)
A. Etiologi
Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/
demensia, 2008) yaitu :
1. Penurunan fungsi otak
2. Parkinson
3. Tumor
4. Stroke
5. Alzheimer
6. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b. Infeksi susunan saraf pusat
c. Gangguan metabolik
d. Gangguan nutrisi
e. Gangguan vaskuler
f. Lesi desak ruang
g. Hidrosefalus bertekanan normal
h. Depresi
2. Penyakit degeneratif progesif
a. Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
1. Tumor
2. Trauma
3. Infeksi kronis
4. Kelainan jantung dan pembuluh darah
5. Kelainan kongenital
6. Penyakit Psikiatri
7. Kelainan faali
8. Kelainan metabolik
9. Kerusakan sel-sel otak
10. Obat-obatan dan racun
B. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Tanda dari demensia menurut
(http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008) antara lain:
a. Bicara tidak nyambung
b. Daya ingat menurun
c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
d. Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun
secara wajar. Ciri-ciri mudah lupa antara lain :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang
telah tersimpan dalam memori
d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu,
apabila diberi isyarat.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada
menyebutkan namanya
2. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
a. Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan
ingatan mengenai kejadian-kejadian baru yang pertama-tama
terkena dampaknya. Kemampuan untuk menyimpan informasi
baru mengalami kemunduran karena perubahan dalam otak
yang terjadi
b. Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan
atau waktu tertentu. Banyak penderita demensia menunjukkan
tanda disorientasi, dimana mereka berada dan kadang
keluyuran keluar rumah dan tersesat.
c. Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi
yang lainnya menunjukkan perubahan yang menyolok.
Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap
kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi
pendengki dan cemas.
d. Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para
penderita mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan
yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan
menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Kemampuan
nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting
untuk merawat orang yang mengalami demensia.
ada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut(
http://www.e-psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada
dimensia, 2002) yaitu :
a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya
ingat jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetep baik dan
bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia,
atau gangguan fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan
fungsi kehidupan sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat
C. Patofisiologi Dimensia
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan
demensia dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti
gangguan memori, afasia ( kehilangan kemampuan berbicara,
kemampuan menulis atau pemahaman bahasa akibat penyakit pada
otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari ketika
kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika
gangguan memori memburuk, seseorang dapat melupakan namanya
sendiri, hari ulang tahun, atau nama-nama anggota keluarganya.
Kemampuan dalam memahami pembicaraan atau bahasa tertulis
menjadi menurun. Pada demensia tahap lanjut, individu dapat menjadi
bisu atau membentuk pola pembicaraan, kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia
Alzheimer dan demensia multi infark. Pada demensia Alzheimer
terdapat penurunan neurotransmiter tertentu terutema acetilkolin. Area
otak yang terkena adalah korteks cerebral dan hipotalamus, keduanya
merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melalui sistem saraf. Defisit neurotransmiter
menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks diantara
sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia multi infark terjadi
pada pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley,
2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan
kemampuan untuk berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam
merencanakan, mengurutkan, dan menghentikanperilaku yang
kompleks. Individu demensia mengalami disorientasi tempat, waktu,
dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai dan keterbatasan
atau sama sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat terjadi
perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang
menyebabkan klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah
resiko trauma atau cedera. Beberapa orang menunjukkan cemas,
depresi, atau mengalami gangguan tidur. Individu yang mengalami
demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan stresor psikososial
yang memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.
D. Pathway
Lansia Parkinson Alzheimer
Resiko terjatuh
MK :
Resiko
Cedera
Kemunduran Disintegrasi Defisit
Intelektual kepribadian neurotransmiter
dan Acetilkolin
Defisit Perubahan
Kognitif perilaku Pemecahan proses
Multipel komunikasi antara
sel
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari
puting susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan
payudara, tanggal momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi
pernapasan, frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea
pada aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang,
parestesia, perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi
makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan
kebiasaan defekasi, diare, kontipasi, melena, hemoroid,
perdarahan rektum, pola defekasi biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria,
poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih,
batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin,
perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri
pelvik, penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat
menstruasi, tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas,
spasme, kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri
punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada
penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah
koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah
memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan
rambut, polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah
dalam mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi,
pernyataan perasaan umum mengenai keputusan/frustasi
mekanisme koping yang biasa, stres saat ini, masalah tentang
kematian dan kehilangan, dampak penampilan ADL.
2. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien
dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah,
kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.
4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab
diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri, yang mempengaruhi
dengan intoleransi klien dapat merawat dirinya seperti: keterbatasan gerak intervensi. Masalah
aktivitas, sesuai dengan fisik, apatis/ depresi, dapat diminimalkan
menurunnya daya kemampuannya dengan penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan
tahan dan kekuatan KH : apraksia. atau memerlukan
ditandai dengan Mampu melakukan - Identifikasi kebutuhan konsultasi dari ahli lain.
penurunan aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan berikan 2. Seiring perkembangan
kemampuan sesuai dengan tingkat bantuan sesuai kebutuhan penyakit, kebutuhan
melakukan aktivitas kemampuan. dengan perawatan kebersihan dasar
sehari-hari. Mampu rambut/kuku/ kulit, bersihkan mungkin dilupakan.
mengidentifikasi dan kaca mata, dan gosok gigi. 3. Kehilangan sensori dan
menggunakan sumber - Perhatikan adanya tanda- penurunan fungsi bahasa
pribadi/ komunitas yang tanda nonverbal yang menyebabkan klien
dapat memberikan fisiologis. mengungkapkan
bantuan. - Beri banyak waktu untuk kebutuhan perawatan diri
melakukan tugas. dengan cara nonverbal,
- Bantu mengenakan pakaian seperti terengah-engah,
yang rapi dan indah. ingin berkemih dengan
memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk
hidup.
5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko di
cedera keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku lingkungan dan
berhubungan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan mempertinggi
dengan kesulitan dengan KH : persepsi visual. Bantu kesadaran perawat akan
keseimbangan, Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi bahaya. Klien dengan
kelemahan, otot aktivitas risiko terjadinya bahaya yang tingkah laku impulsif
tidak terkoordinasi, Dapat beradaptasi mungkin timbul berisiko trauma karena
aktivitas kejang. dengan lingkungan - Hilangkan sumber bahaya kurang mampu
untuk mengurangi risiko lingkungan memgendalikan
trauma/cedera - Alihkan perhatian saat perilaku perilaku. Penurunan
Tidak mengalami teragitasi persepsi visual berisiko
trauma/cedera - Gunakan pakaian sesuai terjatuh
Keluarga mengenali dengan lingkungan 2. Klien dengan gangguan
potensial di lingkungan fisik/kebutuhan klien kognitif, gangguan
dan mengidentifikasi - Kaji efek samping obat, tanda persepsi adalah awal
tahap-tahap untuk keracunan (tanda terjadi trauma akibat
memperbaikinya ekstrapiramidal,hipotensi tidak bertanggung jawab
ortostatik,gangguan terhadap kebutuhan
penglihatan, gangguan keamanan dasar
gastrointestinal) 3. Mempertahankan
- Hindari penggunaan restrain keamanan dengan
terus-menerus. Berikan menghindari konfrontasi
kesempatan keluarga tinggal yang meningkatkan
bersama klien selama periode risiko terjadinya trauma
agitasi akut 4. Perlambatan proses
metabolisme
mengakibatkan
hipotermia. Hipotalamus
dipengaruhi proses
penyakit yang
menyebabkan rasa
kedinginan
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada
lansia. Ukuran
dosis/penggantian obat
diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi
dan timbul risiko fraktur
pada klien lansia
(berhubungan dengan
penurunan kalsium
tulang)
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue. 2008. Nursing outcomes Classifications (NOC). Fourth Edition. USA
Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6.
Jakarta : EGC
Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
NANDA, 2011.