Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES MENUA

Disusun oleh :
Ilham Hadi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
PROSES MENUA

A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, 2000). Menurut Mary Ann Christ et al.
(1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan
perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga
menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan
lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.

B. Batas-Batas Lanjut Usia.


1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a) usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45
sampai 59 tahun
b) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c) lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d) usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai
berikut :
“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut
usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut “lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas”.
C. Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan
menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara
bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian
besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang
berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut
kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering
mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian
besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan
menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu
membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka
untuk menghindari kesepian dan menerima kematian dengan
tentram.

D. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.


1. Perubahan Fisik
a) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan,
lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya
saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis,
atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum
karena meningkatnya keratin
c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan
hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk
speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
d) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.
e) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku
sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru
kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga
menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena
adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron
menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika
urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas
55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua
produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR).
Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron,
estrogen dan testosteron.
i) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut
menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam
telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan
rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya
dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi
berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot ,
sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.

2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ
perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu
b) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan
buruk
Intelegentia Question :
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya,
identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya,
identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.

E. Penyakit Pada Lansia


1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.
a) Paru-paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan
berkurangnya elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada,
berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga
menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut
usia diantaranyapneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40
% yang terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun.
Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi.

b) Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).


Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit
menurun. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah
rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan
juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot
jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot
jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara
bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun
menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun.
Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan
pada pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap
normal.
Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang
disebut jantung iskemi. Perubahan-perubahan yang dapat
dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada pembuluh
darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya
bisa karena banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita
diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta kurang
berolah raga. Masalah lain pada lansia adalah hipertensi yang
sering ditemukan dan menjadi faktor utama penyebab stroke
dan penyakit jantung koroner.

2. Penyakit pencernaan makanan.


Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia
antara lain gastritis dan ulkus peptikum, dengan gejala yang
biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual, perut
terasa tidak enak. Namun keluhan seperti kembung, perut terasa
tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna makanan
karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.

3. Penyakit sistem urogenital.


Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran
kelenjar prostat (hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan
buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker
pada kelenjar prostat. Pada wanita bisa dijumpai peradangan
kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat gangguan buang
air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung
kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.

4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).


Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam
jumlah besar di saat stress dan berperan penting dalam reaksi
mengatasi stress. Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi
hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress.
Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu
dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin
lainnya seperti adanya menopause pada wanita, sedang pada pria
terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik yang
banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.
5. Penyakit pada persendian tulang.
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan
pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada
lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-
kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian
pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul.
Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (gout)
menyebabkan nyeri yang sifatnya akut. Artritis pirai (Gout) adalah
suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam
urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi
asam urat yang kurang dari ginjal.

Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut


usia mudah patah. Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia
tersebut jatuh, akibat kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota
badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik,
dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.

6. Penyakit yang disebabkan oleh keganasan


Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua
seseorang makin mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada
wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan
saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50
tahun.Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru,
saluran pencernaan dan kelenjar prostat.

7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan perdarahan
otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).
F. Pohon Masalah

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksia
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan
kalori dan protein
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
5. Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang
kekuatannya, rasa nyeri sendi
H. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria : Meningkatkan masukan oral, Menunjukkan
peningkatan BB
Intervensi :
a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang
adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b) Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi
klien untuk masukan nutrinya
d) Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti
bumbu)
R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e) Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/ Dengan makan bersama sama secara psikologis
meningkatakan selera makan
f) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi)
sebelum dan sesudah mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan
kenyamanan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan
kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari
tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas,
bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan
kebersihan diri yang kurang sehat
c) Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga
meningkatkan kemampuan kekbalan dalam tubuh
d) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang
dapat menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang
memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi :
a) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi
dari proses inflamasi
b) bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c) ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi
d) Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R/ menghindari cedera.
4. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi,
destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dalam
aktifitas
Intervensi :
a) kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat
faktor yang mempercepat tanda tanda neri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
b) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
istirahat ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk
membatasi nyeri
c) Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk
kompres sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.
d) berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
e) kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin,
ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot,
rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan
yang nyaman
Intervensi :
a) kaji tingkat kekuatan otot
b) Kaji tingkat pergerakan pasif
c) Beri alat bantu sesuai kebutuhan
d) Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa
dilakukan secara mandiri
I. Masalah Lain yang Mungkin Timbul
1. Fisik / biologis
a) Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan
pendengaran / penglihatan.
b) Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
minat dalam merawat diri.
c) Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan
penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
d) Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola
makan yang tidak efektif, peristaltik lemah.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
f) Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan
jalan napas / adanya skrit pada jalan napas.
g) Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi,
atropis serabut otot.
2. Psikologis-sosial
a) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
tidak mampu.
b) Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan
ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara tepat.
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang
terbatas.

3. Spiritual
a) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
tak siap dengan kematian.
c) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan
yang dialami.
d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak
mampuan ibadah secara tepat.
TEORI DEMENSIA

A. DEFINISI
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan
memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita
demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan
pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005) menyebutkan bahwa
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala
yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang
progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi
(umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan
perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan
fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan
pikiran konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )
Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 2007).
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita demensia
seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu (
destruptif ) ataupun tidak mengganggu ( non destruptif) (
http://www.komnaslansia.or.id/ mengenal demensia pada lanjut usia,
2007).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan
bahwa demensia adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan daya ingat sehingga meyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya
bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang
normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley,
2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi
kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini
ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor.
(Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang
terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan
yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel
yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk
mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini
mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan
ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemundurankepribadian.
http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)

A. Etiologi
Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/
demensia, 2008) yaitu :
1. Penurunan fungsi otak
2. Parkinson
3. Tumor
4. Stroke
5. Alzheimer
6. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b. Infeksi susunan saraf pusat
c. Gangguan metabolik
d. Gangguan nutrisi
e. Gangguan vaskuler
f. Lesi desak ruang
g. Hidrosefalus bertekanan normal
h. Depresi
2. Penyakit degeneratif progesif
a. Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
1. Tumor
2. Trauma
3. Infeksi kronis
4. Kelainan jantung dan pembuluh darah
5. Kelainan kongenital
6. Penyakit Psikiatri
7. Kelainan faali
8. Kelainan metabolik
9. Kerusakan sel-sel otak
10. Obat-obatan dan racun
B. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Tanda dari demensia menurut
(http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008) antara lain:
a. Bicara tidak nyambung
b. Daya ingat menurun
c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
d. Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun
secara wajar. Ciri-ciri mudah lupa antara lain :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang
telah tersimpan dalam memori
d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu,
apabila diberi isyarat.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada
menyebutkan namanya
2. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
a. Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan
ingatan mengenai kejadian-kejadian baru yang pertama-tama
terkena dampaknya. Kemampuan untuk menyimpan informasi
baru mengalami kemunduran karena perubahan dalam otak
yang terjadi
b. Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan
atau waktu tertentu. Banyak penderita demensia menunjukkan
tanda disorientasi, dimana mereka berada dan kadang
keluyuran keluar rumah dan tersesat.
c. Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi
yang lainnya menunjukkan perubahan yang menyolok.
Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap
kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi
pendengki dan cemas.
d. Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para
penderita mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan
yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan
menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Kemampuan
nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting
untuk merawat orang yang mengalami demensia.
ada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut(
http://www.e-psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada
dimensia, 2002) yaitu :
a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya
ingat jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetep baik dan
bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia,
atau gangguan fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan
fungsi kehidupan sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat

C. Patofisiologi Dimensia
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan
demensia dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti
gangguan memori, afasia ( kehilangan kemampuan berbicara,
kemampuan menulis atau pemahaman bahasa akibat penyakit pada
otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari ketika
kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika
gangguan memori memburuk, seseorang dapat melupakan namanya
sendiri, hari ulang tahun, atau nama-nama anggota keluarganya.
Kemampuan dalam memahami pembicaraan atau bahasa tertulis
menjadi menurun. Pada demensia tahap lanjut, individu dapat menjadi
bisu atau membentuk pola pembicaraan, kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia
Alzheimer dan demensia multi infark. Pada demensia Alzheimer
terdapat penurunan neurotransmiter tertentu terutema acetilkolin. Area
otak yang terkena adalah korteks cerebral dan hipotalamus, keduanya
merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melalui sistem saraf. Defisit neurotransmiter
menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks diantara
sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia multi infark terjadi
pada pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley,
2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan
kemampuan untuk berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam
merencanakan, mengurutkan, dan menghentikanperilaku yang
kompleks. Individu demensia mengalami disorientasi tempat, waktu,
dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai dan keterbatasan
atau sama sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat terjadi
perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang
menyebabkan klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah
resiko trauma atau cedera. Beberapa orang menunjukkan cemas,
depresi, atau mengalami gangguan tidur. Individu yang mengalami
demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan stresor psikososial
yang memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.
D. Pathway
Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif Termor Kematian sel neuron

Penurunan fungsi otak Perubahan cara Stroke


berjalan
Melemahnya fungsi Penurunan
Organik Kelemahan neurotrnsmiter

Resiko terjatuh
MK :
Resiko
Cedera
Kemunduran Disintegrasi Defisit
Intelektual kepribadian neurotransmiter
dan Acetilkolin
Defisit Perubahan
Kognitif perilaku Pemecahan proses
Multipel komunikasi antara
sel

Gg. Memori Depresi Demensia

Sulit Lebih Disorientas Penurunan


mengingat sensitif i daya ingat
kembali,
mengambil Menarik diri Tidak mampu
keputusan, berpikir
bertindak Isolasi Halusinas Penurunan abstrak
lebih lamban Sosial i daya nilai
MK :
Tidak dapat Gangg
Berkurangny melakukan uan MK :
a aktivitas Persep Ganggua
kemampuan mandiri si n Proses
fungsi Sensori Pikir
sehari-hari
MK : Defisit Perawatan
Diri

Pathway Demensia dikembangkan dari : Copel ( 2007), Towsend ( 1998) ,


( www.komnaslansia.co.id)
E. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak
yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika
pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,
pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat,
harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita
akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk
mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk
gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien,
lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik
diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan
simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi
rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan
pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih,
ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena
diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,
kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama
periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan
pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara
terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas,
penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan
merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai
dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif.
Obat untuk demensia:
1. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang
lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan
tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan
oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan
noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini
harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
2. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer
dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori
mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada
neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan
salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak
memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan
terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya
cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar
dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik
sampai 58 persen.
3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang
berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan
psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan
memperbaiki keadaan umum.
4. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan
vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki
perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi.
Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan
hati dan perilaku.
5. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type
calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf
pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi
kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer.
Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa
dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi
alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial
F. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan,
demam, keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi,
penilaian diri terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan
ADL, tingkat kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan
nevi, sering memar, perubahan rambut, perubahan kuku,
katimumul pada jari kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan
memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe,
anemia, riwayat transfusi darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala,
lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak,
nyeri, air mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater,
diplopia, kabur, fotofobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan
paling akhir, dampak pada penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas
pendegaran, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan paling akhir, kebiasaan perawatan telinga, dampak
penampilan pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada
sinus, alergi, riwayat infeksi, penilaian diri pada kemampuan
olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan
menelan, perdarahan gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat
infeksi, tanggal pemeriksaan akhir, pola menggosok gigi, pola
flossing, masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu.
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak,
pembesaran kelenjar thyroid.

10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari
puting susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan
payudara, tanggal momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi
pernapasan, frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea
pada aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang,
parestesia, perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi
makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan
kebiasaan defekasi, diare, kontipasi, melena, hemoroid,
perdarahan rektum, pola defekasi biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria,
poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih,
batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin,
perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri
pelvik, penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat
menstruasi, tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas,
spasme, kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri
punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada
penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah
koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah
memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan
rambut, polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah
dalam mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi,
pernyataan perasaan umum mengenai keputusan/frustasi
mekanisme koping yang biasa, stres saat ini, masalah tentang
kematian dan kehilangan, dampak penampilan ADL.
2. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien
dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah,
kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


1) Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire
(SPMSQ) untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes orientasi,
memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan
diri, memori jauh, kemampuan matematis.
2) Menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk
menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental meliputi
orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali
dan bahasa.
3) Menggunakan Inventaris Depresi Beck untuk membedakan
jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari
suasana hati rendah umum pada banyak orang.
4) Mengguanakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk
menilai depresi lansia.
H. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan memori berhubungan dengan neorologis
2. Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus
terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi
atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan
melakukan perawatan diri.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
6. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1 Perubahan proses Setelah diberikan - Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi kecemasan
pikir berhubungan tindakan keperawatan mendukung dan hubungan dan emosional, seperti
dengan perubahan diharapkan klien mampu klien-perawat yang terapeutik kemarahan,
fisiologis mengenali perubahan - Kaji derajat gangguan meningkatkan
(degenerasi neuron dalam berpikir dengan kognitif, seperti perubahan pengembangan evaluasi
ireversibel) ditandai KH: orientasi, rentang perhatian, diri yang positif dan
dengan hilang o Mampu kemampuan berpikir. mengurangi konflik
ingatan atau memperlihatkan Bicarakan dengan keluarga psikologis
memori, hilang kemampuan mengenai perubahan perilaku 2. Memberikan dasar
konsentrsi, tidak kognitifuntuk - Pertahankan lingkungan yang perbandingan yang akan
mampu menjalani menyenangkan dan tenang datang dan
menginterpretasikan konsekuensi kejadian - Lakukan pendekatan dengan memengaruhi rencan
stimulasi dan yang menegangkan cara perlahan dan tenang intervensi. Catatan:
menilai realitas terhadap emosi dan - Tatap wajah ketika berbicara evaluasi orientasi secara
dengan akurat. pikiran tentang diri dengan klien berulang dapat
 Mampu - Panggil klien dengan namanya meningkatkan respon
mengembangkan - Gunakan suara yang agak yang negative/tingkat
strategi untuk rendah dan berbicara dengan frustasi
mengatasi anggapan perlahan pada klien 3. Kebisingan merupakan
diri yang negative - Gunakan kata-kata pendek, sensori berlebihan yang
 Mampu mengenali kalimat dan Ulangi instruksi meningkatkan gangguan
perubahan dalam tersebut sesuai kebutuhan neuron
berpikir atau tingkah - Berhenti sejenak di antara 4. Pendekatan terburu-buru
laku dan factor kalimat/pertanyaan. Beri isyarat menyebabkan klien
penyebab tertentu, gunakan kalimat bingung, kesalahan
 Mampu terbuka persepsi/perasaan,
memperlihatkan - Dengarkan dengan penuh terancam
penurunan tingkah perhatian pembicaraan klien. 5. Menimbulkan perhatian,
laku yang tidak Interpretasikan pertanyaan, arti, terutama pada klien
diinginkan, ancaman, dan kata. Beri kata yang benar dengan gangguan
dan kebingungan - Hindari kritikan, argumentasi, perceptual
dan konfrontasi negative 6. Nama adalah bentuk
- Gunakan distraksi. Bicarakan identitas diri dan
tentang kejadian yang menimbulkan
sebenarnya saat klien pengenalan terhadap
mengungkapkan ide yang realita dan klien
salah, jika tidak meningkatkan 7. Meningkatkan
kecemasan pemahaman. Ucapan
- Hindari klien dari aktivitas dan tinggi dank eras
komunikasi yang dipaksakan menimbulkan
- Gunakan hal yang humoris saat stress/marah yang
berinteraksi pada klien mencetuskan konfrontasi
dan respons marah
8. Seiring perkembangan
penyakit, pusat
komunikasi dalam otak
terganggu sehingga
menghilangkan
kemampuan klien dalam
respons penerimaan
pesan dan percakapan
secara keseluruhan
9. Menimbulkan respons
verbal, meningkatkan
pemahaman. Isyarat
menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif
10. Mengarahkan perhatian
dan penghargaan.
Membantu klien dengan
alat bantu proses kata
dalam menurunkan
frustasi
11. Provokasi menurunkan
harga diri dan
merupakan ancaman
yang mencetuskan
agitasi yang tidak sesuai
12. Lamunan membantu
dalam meningkatkan
disorientasi. Orientasi
pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien,
penghargaan diri dan
kemuliaan (kebahagiaan)
personal
13. Keterpaksaan
menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan
kecurigaan, delusi
14. Tertawa membantu
dalam komunikasi dan
meningkatkan kestabilan
emosi
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan - kembangkan lingkungan yang 1. Keterlibatan otak
sensori keperawatan diharapkan suportif dan hubungan perawat memperlihatkan
berhubungan perubahan persepsi –klien terapeutik masalah yang bersifat
dengan perubahan sensori klien dapat - Bantu klien untuk memahami asimetris menyebabkan
persepsi, transmisi berkurang atau terkontrol halusinasi klien kehilangan
atau integrasi dengan KH: - beri informasi tentang sifat kemampuan pada salah
sensori (penyakit  Mengalami penurunan halusinasi ,hubungannya satu sisi tubuh
neurologis, tidak halusinasi - dengan stresor/pengalaman (gangguan unilateral).
mampu Mengembangkan emosional yang Klien tidak dapat
berkomunikasi, strategi psikososial traumatic,pengobatan dan cara mengenali rasa lapar
gangguan tidur, untuk mengurangi mengatasi 2. Untuk menurunkan
nyeri) ditandai stress atau mengatur - kaji derajat sensori atau kebutuahan akan
dengan cemas, prilaku. gangguan persepsi dan halusinasi
apatis, gelisah,  Mendemonstrasikan bagaimana hal tersebut 3. Meningkatkan masukan
halusinasi. respon yang sesuai mempengaruhi klien termasuk sensori,membatasi
stimulasi penurunan penglihatan atau /menurunkan kesalahan
 - Perawat pendengaran interpretasi stimulasi
mampu - ajarkan strategi untuk
mengidentifikasi factor mengurangi stress
eksternal yang - anjurkan untuk menggunakan
berperan terhadap kaca mata atau alat bantu
perubahan pendengaran sesuai keperluan
 kemampuan persepsi
sensori
3 Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan - Jangan menganjurkan klien 1. Aktivitas fisik dan mental
tidur berhubungan keperawatan diharapkan tidur siang apabila berakibat yang lama
dengan perubahan tidak terjadi gangguan pola efek negative terhadap tidur mengakibatkan
lingkungan ditandai tidur pada klien dengan KH: pada malam hari kelelahan yang dapat
dengan keluhan  Memahami factor - Evaluasi efek obat klien meningkatkan
verbal tentang penyebab gangguan (steroid ,diuretik) yang kebingungan, aktivitas
kesulitan tidur, pola tidur - mengganggu tidur yang terprogram tanpa
terus-menerus Mampu menentukan - Tentukan kebiasaan dan stimulasi berlebihan
terjaga, tidak penyebab tidur rutinitas waktu tidur malam meningkatkan waktu
mampu inadekuat dengan kebiasaan klien tidur
menentukan  Mampu memahami (memberi susu hangat) 2. Risiko gangguan
kebutuhan/ waktu rencana khusus untuk - Memberika lingkungan yang sensori, meningkatkan
tidur. menangani/mengoreksi nyaman untuk meningkatkan agitasi dan menghambat
penyebab tidur tidak tidur (mematikan lampu, waktu istirahat
adekuat ventilasi ruang adekuat, suhu 3. Peningkatan
 Mampu menciptakan yang sesuai, menghindari kebingungan,
pola tidur yang adekuat kebisingan) disorientasi, tingkah laku
dengan penurunan - Buat jadwal intervensi untuk tidak kooperatif (sindrom
terhadap pikiran yang memungkinkan waktu tidur sundower) dapat
melayang-layang lebih lama(memeriksa tanda mengurangi tidur
(melamun) vital, mengubah posisi) 4. Penguatan bahwa
 Tampak atau - Berikan kesempatan untuk saatnya tidur dan
melaporkan dapat tidur sejenak, anjurkan latihan mempertahankan
beristirahat yang cukup saat siang hari, turunkan kestabilan lingkungan.
aktivitas mental/fisik pada sore Catatan : penundaan
hari waktu tidur diindikasikan
- Hindari penggunaan agar klien membuang
“pengikatan” secara terus kelebihan energy dan
menerus memfasilitasi tidur
- Evaluasi tingkat 5. Meningkatkan relaksasi
stress/orientasi sesuai dengan perasaan
perkembangan hari demi hari mengantuk
- Buat jadwal tidur secara 6. Menurunkan kebutuhan
teratur. Katakan pada klien akan bangun untuk
bahwa saat ini adalah waktu berkemih selama malam
untuk tidur hari
- Berikan makanan kecil sore 7. Menurunkan stimulasi
hari, susu hangat, mandi, dan sensori dengan
masase punggung menghambat suara lain
- Turunkan jumlah minuman dari lingkungan sekitar
sore. Lakukan berkemih yang akan menghambat
sebelum tidur tidur
- Putarkan musik yang lembut
atau “suara yang jernih”
- Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang
yang singkat
- Derangement psikis terjadi bila
terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk
perubahan mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan
klien pada malam hari terbukti
mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada
formasi reticular akan
berkurang selama tidur,
emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan
mengganggu pemulihan
sehubungan dengan
gangguan psikologis dan
fisiologis, sehingga irama
sirkadian terganggu

4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab
diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri, yang mempengaruhi
dengan intoleransi klien dapat merawat dirinya seperti: keterbatasan gerak intervensi. Masalah
aktivitas, sesuai dengan fisik, apatis/ depresi, dapat diminimalkan
menurunnya daya kemampuannya dengan penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan
tahan dan kekuatan KH : apraksia. atau memerlukan
ditandai dengan  Mampu melakukan - Identifikasi kebutuhan konsultasi dari ahli lain.
penurunan aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan berikan 2. Seiring perkembangan
kemampuan sesuai dengan tingkat bantuan sesuai kebutuhan penyakit, kebutuhan
melakukan aktivitas kemampuan. dengan perawatan kebersihan dasar
sehari-hari.  Mampu rambut/kuku/ kulit, bersihkan mungkin dilupakan.
mengidentifikasi dan kaca mata, dan gosok gigi. 3. Kehilangan sensori dan
menggunakan sumber - Perhatikan adanya tanda- penurunan fungsi bahasa
pribadi/ komunitas yang tanda nonverbal yang menyebabkan klien
dapat memberikan fisiologis. mengungkapkan
bantuan. - Beri banyak waktu untuk kebutuhan perawatan diri
melakukan tugas. dengan cara nonverbal,
- Bantu mengenakan pakaian seperti terengah-engah,
yang rapi dan indah. ingin berkemih dengan
memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk
hidup.
5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko di
cedera keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku lingkungan dan
berhubungan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan mempertinggi
dengan kesulitan dengan KH : persepsi visual. Bantu kesadaran perawat akan
keseimbangan,  Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi bahaya. Klien dengan
kelemahan, otot aktivitas risiko terjadinya bahaya yang tingkah laku impulsif
tidak terkoordinasi,  Dapat beradaptasi mungkin timbul berisiko trauma karena
aktivitas kejang. dengan lingkungan - Hilangkan sumber bahaya kurang mampu
untuk mengurangi risiko lingkungan memgendalikan
trauma/cedera - Alihkan perhatian saat perilaku perilaku. Penurunan
 Tidak mengalami teragitasi persepsi visual berisiko
trauma/cedera - Gunakan pakaian sesuai terjatuh
 Keluarga mengenali dengan lingkungan 2. Klien dengan gangguan
potensial di lingkungan fisik/kebutuhan klien kognitif, gangguan
dan mengidentifikasi - Kaji efek samping obat, tanda persepsi adalah awal
tahap-tahap untuk keracunan (tanda terjadi trauma akibat
memperbaikinya ekstrapiramidal,hipotensi tidak bertanggung jawab
ortostatik,gangguan terhadap kebutuhan
penglihatan, gangguan keamanan dasar
gastrointestinal) 3. Mempertahankan
- Hindari penggunaan restrain keamanan dengan
terus-menerus. Berikan menghindari konfrontasi
kesempatan keluarga tinggal yang meningkatkan
bersama klien selama periode risiko terjadinya trauma
agitasi akut 4. Perlambatan proses
metabolisme
mengakibatkan
hipotermia. Hipotalamus
dipengaruhi proses
penyakit yang
menyebabkan rasa
kedinginan
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada
lansia. Ukuran
dosis/penggantian obat
diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi
dan timbul risiko fraktur
pada klien lansia
(berhubungan dengan
penurunan kalsium
tulang)
DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi.2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Bararah, T&Jauhar,M. 2013. Aasuhan Keperawatan Jilid I.Jakarta : Prestasi Pustaka

Moorhead, Sue. 2008. Nursing outcomes Classifications (NOC). Fourth Edition. USA

NANDA 2012-2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. USA:


Philadelphia

Gloria,etc.2008.Nursing Interventions Classification. Fifth Edition. USA

Christopher, M . 2007. Pikun dan Pelupa. Jakarta : Dian Rakyat

Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6.
Jakarta : EGC
Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC

Darmojo, B. 1999. Geriatri. Jakarta: FKUI

Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Retrieved on October 2006 from


http://www.webmd.com/content/article/71/81413.htm

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Kusuma, W. 1997. Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek. Jakarta : Profesional Book’s

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

NANDA, 2011.

Nurviandari, K. 2007. Mengenal Demensia pada Lanjut Usia.


www.komnaslansia.co.id
( 27 Juni 2008)

Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai