Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG MASA NIFAS (PUERPERIUM)

1.1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu
setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata
‘puer’ yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium adalah masa
setelah melahirkan. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Vivian, 2011).
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran periode ini tidak
pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang serius (Cunningham
Gary, 2012).
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2011).
Masa nifas/puerperium dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
c. Remote pierperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. Mempunyai komplikasi,
waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun
tahunan.

1.2 Penyebab
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih ( 2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Post partum dini :
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
dan hematoma.
b. Post partum lambat:
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

1.3 Fisiologi
1. Involusi uteri
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini segerah setelah pascaportum, berat uterus
menjadi 1.000 gram. Selama masa nifas, dua hari setelah pelahiran uterus
mulai berinvolusi. Sekitar 4 minggu setelah pelahiran uterus kembali ke
ukuran sebelum hamil (Dewi Vivian, 2013).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
b. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam
otot uterus.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan reaksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya
suplai darah ke uterus.

Waktu FTU Konsistensi Afler pain Kontraksi


Segera Pertengahan simpisis Terjadi
setelah lahir dan umbilikus
1 jam setelah Umbilikus Lambat
lahir
12 jam 1 cm diatas pusat
setelah lahir
Setelah 2 Turun 1 cm/hari Berkurang
hari
2. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhirnya minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir
nifas 1-2 cm. penembuhan luka bekas plasenta khas. Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah kasar yang tersumbat
oleh thrombus (Siti Saleha, 2009). Pengeluaran lengkap tempat perletakan
plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada
proses ini, dapat terjadi perdarahan pada puerperal awitan lambat. Segera
setelah pelarihan, kemudian ukurannya mengecil secara cepat dalam waktu 1
jam (Cunningham Gary, 2012).
3. Perubahan pada servik dan vagina
Beberapa han setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jan,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jan saja,
dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis
cervicalis.Pada cervix terbentuk sel-sel otot baru, karena hyperplasi ini dan
karena retraksi dan cervix, robekan cerviks menjadi sembuh. Vagina yang
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran-ukurannya
yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak kembali.
4. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa, dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Komposisi
lochea adalah jaringan endometrial, darah dam limfe. Lochea mengalami
perubahan karena proses involusi. Tahap lochea yaitu :
a. Rubra (Merah)
Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga masa post
portum. Warnanya merah dan mengandung darah dan luka pada plasenta
dan serabut.
b. Sanguinolenta (Merah kuning)
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender, pengeluaran
pada hari ketiga sampai kelima post portum.
c. Serosa (Pink kecoklatan). Warnanya kekuningan atau kecoklatan, terdiri
atas sedikit darah dan lebih banyak serum.
Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan
d. Alba (Kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10. Warnanya lebih pucat, putih
kekuningan, lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender servik, dan
serabut jaringan yang mati.
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah
menigkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
5. Sirkulasi Menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai 12 minggu rata-rata 18 minggu
post partum. Menstruasi pada ibu post partum tergantung dari hormone
prolactin. Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada minggu ke-6 –
minggu ke-8. Menstruasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu
jenis kontasepsi untuk mencegah kehamilan.
6. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak,maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas.
7. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang path wanita yang
asthemia teijadi diastasia dari otot-otot rectus abdominia sehingga sebagian
dan dinding perut di garis tengah hanya terdiri dan peritoneum, prociatipis
dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
8. Nyeri setelah pelahiran
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada interval
tertentu dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada saat persalinan
namun lebih ringan.
9. Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-
kadang. oedema daii trigonum, menimbulkan obstraksi dan urethra sehingga
terjadi retensio urinae. Kandung kencing dalam masa puerperium kurang
sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau
sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada
dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalaip waktu 2 minggu.
10.Laktasi
Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan pada waktu ini, buah dada belum mengandung susu
melainkan coloctrum. Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung
banyak protein dan garam.

1.4 Perubahan Tanda-Tanda Vital


Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika perempuan dalam
keadaan normal:
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (38 oc) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apapbila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.

b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa, sehabis melahirkan biasanya nadi
menjadi cepat.

c. Tekanan darah
Tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya pre
eklamsia post partum
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan

1.5 Adaptasi psikologis ibu


Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
sesorang wanita dapat bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah :
1. Fungsi menjadi orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi, saat hamil dan melahirkan.

Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain
1. Fase taking in
Fase taking in adalah periode ketergantungan yang berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus
perhatian pada diri sendiri. Gangguan psikologi yang dapat dialami oleh ibu
pada fase ini adalah :
a. Kekecewaan pada bayinya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyesui bayinya.
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam Perawatan
bayinya. perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersingung. Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,dukungan dan pemeberian
penyuluhan atau pendidikan kesehtaan tentang perawatan diri dan bayinya.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baru fase
ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.Terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan bayinya dan dirinya. Dukungan
suami dan keluaraga dapat membantu dalam proses merawat bayi.
Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi
fisiknya.

1.6 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala klinis retensio sisa plasenta menurut Manuaba 2010:
1. Terdapat subinvolusi uteri
2. Terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan
3. Tiba-tiba terjadi perdarahan yang banyak, setelah berhensi beberapa waktu
4. Perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah
5. Penurunan tinggi fundus uteri terlambat walaupun terus berkontraksi

1.7 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
2. USG bila diperlukan : untuk menentukan adanya jaringan plasenta yang
tertahan

1.8 Komplikasi
1. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama
24 jam pertama setelah kelahiran bayi).
2. Infeksi
a. Endometritis (radang endometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast/bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (mamae membesar dan nyeripada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
f. Thrombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri)
g. Luka perineum (ditandai dengan : nyeri local, dysuria, temperature naik
38,3 oc, nadi < 100x/menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
puss atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum blues
c. Post partumpsikosa
4. Gangguan involus

1.9 Penatalaksanaa
1. Penatalaksanaan medis
a. Berikan antibiotic yaitu ampisilin dengan dosei awal 1 gr IV dilanjutkan 3x1
gr oral dikombinasikan dengan metronidazole 1 gr supositoria dilanjutkan
3x500 mg ora, (Nugroho, T. 2010).
b. Tentukan adanya syok atau tidak, bila dijumpai ada syok maka segera
diberikan cairan infus kristaloid, control perdarahan dan pemberian
oksigen (Achadiat, Chrisdiono M. 2010).
c. Melakukan evaluasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (Nugroho,
T. 2010).
2. Penatalaksanaan non-farmakologi
a. Observasi ketet 2 jam post partum (ada komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan dan kiri
c. Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, memberkan informasi tentang senam nifas
Daftar Pustaka

Achadiat,Chrisdiono M. 2010. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta


: EGC. pp:3; 63
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. : Salemba Medika
Nugroho, T. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan, Yogyakarta :
Nuha Medika; 2010.
Parhway

Penyebab persalinan (penurunan hormone,


plasenta menjadi tua, distensi rahim)

Persalinan normal

Masa nifas

Perubahan fisiologis Perubahan psikologis


Belajar tentang
hal baru dan Mampu
Kontraksi Butuh mengalami Menerima
menyesuaikan
Tidak Terfokus
Kuman mudah Defisit perubahan tanggung
Kontraksi
uterus Kontraksi
uterus Anomia Penurunan
Payudara hormon
Kelainan bayi pelayanan
Kondisi
Taking
pada dan
ibu
in
diri Taking holdyang dieri dengan
letting go
berkembang
Lochea adekuat
involusi
Perdarah
Nyeri
Efektif
uterusReflek
lemah bayi baik Hormone
Pembentukan
ASI
Tidak
progesterone, keluar
prolaktin
efektifASI
laktasi
estrogen perawatan
perlindungan diri Kurang pengetahuan
signifikan
Butuh informasi jawab
keluarga
Adekuat
kuat uteri dan ibu lemah
sendiri Mandiri

Anda mungkin juga menyukai