Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Aborsi”

Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah


ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Oleh :
Kelompok

1. Arian Dany Anggara (154100)


2. Yayang Suci Tamara (18410002)
3. Aprizal Hendardi (1841000)
4. Leni Wardani (1841000)
5. M. Sarwono (18410009)
6. Novia Randi Pratiwi (18410012)
7. Dias Dumaika (18410019)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dengan judul
“Aborsi ” untuk memenuhi mata kulia Etika dan Hukum Kesehatan.

Penulis menyadari bahwa tidak mungkin makalah ini dapat selesai bila dilakukan tanpa bantuan,
bimbigan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak yang telah membatu kami. Karena itu kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan makalah ini .

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan kami sehingga laporan makalah tidak sesempurna
yang Ibu kira karena masih banyak kekurangannya. Terlepas dari itu , kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari untuk segala pihak yang membutuhkan .

Sekian yang dapat kami sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat. Akhir kata.

‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’

Bandar Lampung, 15 Desember 2019

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Aborsi merupakan salah satu topic yang selalu menjadi perbincangan di berbagai kalangan
masyarakat, banyak tempat dan di berbagai negara, baik di dalam forum resmi maupun forum-
forum formal lainnya. Sebenarnya, masalah ini sudah banyak terjadi sejak zaman dahulu, di mana
dlam penanganan aborsi, cara-cara yang digunakan meliputi cara-cara yang sesuai dengan
protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh dokter, bidan maupun dukun
beranak, baik di kpta besar maupun di daerah terpencil.
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uuterus baik secara spontan atau disengaja
sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang spesifik dapat bervariasi
antar Negara, bergantung pada perundangan setempat.
Menurut Potter dan Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak
direncanakan, sebagian besar kehamilan yang tidak direncankan terjadi pada remaja, wanita
berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir
setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI, praktik aborsi
(pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya
dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan
sex (sex education) dan pergaulan bebas serta dampapknya, baik dari segi kesehatan maupun
sosial kepada masyarakat khususnya remaja. Selain itiu, pengawasan orang tua juga memiliki
peran yang sangat penting dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang merupakan
akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan tindakan aborsi.
Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita yang berstatus istri yang bermaksud menghentikan
kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil [ra nikah melakukannya.
Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan kehidupan
anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius,
etika, moral, dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi.
Aborsi atau pengguguran jandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang
awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Namun
sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi
dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini meliputi :
1. Apa itu aborsi
2. Macam-macam aborsi
3. Efek aborsi
4. Risiko aborsi
5. Alasan dan motivasi aborsi
6. Tata cara aborsi
7. Hukum aborsi di Indonesia
8. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah aborsi
9. Contoh kasus aborsi di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi


Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran. Aborsi atau abortus dalam
bahasa Latin berarti wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Dalam bahasa Inggris istilah ini
menjadi abortion yang berarti pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup sendiri,
yaitu pada 28 minggu pertama dari kehamilan. Jadi aborsi atau abortus secara etimologi
bermakna keguguran, pengguguran kandungan, atau membuang janin.
Adapun secara terminologi, abortus memngandung beberapa pengertian, diantaranya :
a. Menurut istilah kedokteran, abortus adalah pengakhiran kehamilan selama masa gestasi
(kehamilan) yaitu 28 minggu sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
b. Menurut istilah hukum, aborsi adalah penghentian kehamilan atau matinya janin sebelum
waktu kelahiran.
c. Menurut Sardikin Ginaputra (FK UI), aborsi adalah penghentian kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berpijak dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan bahwa aborsi adalah
suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim ibu, sebelum janin berumur 20-28 minggu
atau sebelum waktunya. Hal ini berarti, bahwa dalam suatu aborsi mengandung unsur-unsur
sebagai berikut :

a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses keluarnya janin yang telah
ada dalam rahim.
b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu pengeluaran tersebut terjadi
pada masa janin belum dapat lahir secara alamiah.

Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan
pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh besar.

2.2 Macam – Macam Aborsi


Dalam dunia kedokteran, dikenal ada 3 macam aborsi, yaitu :
a. Aborsi Spontan atau Alamiah, yaitu berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Para ulama sepakat tidak ada persoalan
dalam kasus ini karena terjadi secara alami dan atas kehendak Allah swt.
Adapun jenis aborsi spontan dapat dibedakan sesuai dengan kondisinya sebagai berikut :
1) Abortus Incipient
Pada aborsi jenis ini kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi sehingga pengobatannya hanya
bertujuan menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim dari sisa hasil
konsepsi.
2) Abortus Complete dan Abortus Incompletus
Dalam Abortus Complete, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan. Sedangkan Abortus
Incompletus, sebagian kakndungan keluar dan sebagiain lagi tertunda di dalam perut,
sehingga pengobatan bertujuan menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim
dari sisa hasil konsepsi.
3) Abortus Imminance
Pada jenis ini, kehamilan masih dapat dipertahankan misalnya dengan istirahat dan
pemberian obat-obatan.
b. Aborsi Buatan atau Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
Yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram sebagai akibat dari tindakan yang disengaja dan didasari oleh sang ibu maupun si
pelaku aborsi (dalam hal ini dokter, bidan, atau dukun beranak).
c. Aborsi Terapeutik atau Abortus Provocatus Therapeuticum
Yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Contohnya : seorang
ibu yang sedang mengidap penyakit darah tinggi menahun, penderita penyakit jantung yang
parah, atau penderita sesak nafas yang dapat membahayakan kondisi si Ibu dan kondisi janin
yang dikandungnya

2.3 Efek Aborsi


Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Efek Jangka Pendek
1) Rasa sakit yang intens
2) Terjadi kebocoran uterus
3) Pendarahan yang banyak
4) Infeksi
5) Bagian bayi yang tertinggal di dalam
6) Shock/koma
7) Merusak organ tubuh lain
8) Kematian
b. Efek Jangka Panjang
1) Tidak dapat hamil kembali
2) Keguguran kandungan
3) Kelahiran premature
4) Gejala peradangan di bagian pelvis
2.4 Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan
hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Risiko terhadap kesehatan wanita yang melakukan
aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
a. Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Fisik
Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan
aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah sebagai berikut :
1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3) Kematian sevara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.
4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
6) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita).
7) Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8) Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9) Kanker hati (Liver Cancer).
10) Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
11) Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi.
12) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflamantory Disease).
13) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
b. Risiko Psikologis Atau Kesehatan Mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal sebagai berikut :
1) Kehilangan harga diri.
2) Berteriak-teriak histeris.
3) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi.
4) Ingin melakukan bunuh diri.
5) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang.
6) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual.

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanit yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah
yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat
menyebabkan stress psikis atau emosional, yaitu stress yang disebabkan karena gangguan situasi
psikologis.

2.5 Alasan dan Motivasi Aborsi


a. Alasan Aborsi
Pada kalangan wanita yang sudah menikah, alasan melakukan aborsi juga bermacam-macam,
diantaranya karena kegagalan KB/alat kontrasepsi, jarak kelahiran yang terlalu rapat, jumlah anak
yang terlalu banyak, dan lain-lain. Sedangkan pada wanita yang belum/tidak menikah ditemukan
bahwa alasan-alasan mereka melakukan aborsi adalah karena masih berusia remaja, pacar tidak
mau bertanggung jawab, takut pada orang tua, berstatus janda yang hamil diluar nikah, berstatus
sebagai simpanan seseorang dan dilarang hamil oleh pasangannya.

Banyak alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal yaitu :
1) Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu membiayai
atau membesarkan anak.
2) Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan
perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir
tertentu.
3) Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.
4) Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan karenaa
pemerkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena menganggap
kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi.
5) Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu maupun
bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan
b. Motivasi Aborsi
Dalam hal ini yang akan dilihat dari perspektif hukum Islam adalah hanya aborsi yang disengaja
yaitu Abortus provocatus, lebih khusus lagi mengacu pada Abortus provocatus criminalis karena
dapat menimbulkan konsekuensi hukum, sementara aborsi spontan kita anggap sebagai kejadian
di luar kemampuan manusia. Alasan-alasan seorang wanita melakukan Abortus provocatus
criminalis didorong oleh beberapa hal, antara lain :
1) Dorongan ekonomi atau dorongan individual. Dorongan ini rimbul karena kekhawatiran
terhadap kemiskinan, tidak ingin mempunyai keluarga besar. Hal ini biasanya terjadi juga
pada banyak pasangan muda yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, mereka sepakat untuk tidak mempunyai anak terlebih dahulu dalam jangka
waktu tertentu. Jika sudah terlanjur hamil dan betul-betul tidak ada persiapan untuk
menyambut kelahiran sang anak, mereka menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan
kandungan.
2) Dorongan fisik. Dorongan ini seperti memelihara kecantikan dan mempertahankan status
sebagai perempuan karir dan sebagainya yang aktivitasnya harus menampilkan kecantikan
dan kemolekan tubuhnya.
3) Indikasi psikologi. Jika kehamilan diteruskan akan memberatkan penyakit jiwa yang dibawa
ibu, seperti perempuan yang hamil akibat pemerkosaan, hamil sebelum nikah atau hamil
sebab terkena guna-guna.
4) Indikasi eugenetik. Dorongan ini timbul jika khawatir akan penyakit bawaan pada keturunan
seperti adanya kelainan dari buah kehamilan, sebab trauma mekanis (benturan aktivitas fisik
yang berlebihan), maupun karena kecelakaan, kelainan pada alat kandungan, pendarahan,
penyakit yang berhubungan dengan kondisi ibu seperti penyakit sipilis, anemia, demam yang
tinggi, penyakit ginjal, TBC, dan seagainya.
5) Dorongan kecantikan. Dorongan ini timbul biasanya bila ada kekhawatiran bahwa janin
dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, akibat radiasi, obat-obatan, keracunan dan
sebagainya. Cacat dari janin yang dikandung wanita tersebut apabila tidak mengganggu
kesehatan ibu, maka aborsi dilarang, tetapi apabila cacat tubuh tersebut mengganggu
kesehatan ibu, maka aborsi tersebut diperbolehkan.
6) Dorongan sanksi moral. Dorongan ini muncul biasanya karena perempuan yang hamil tidak
sanggup menerima sanksi sosial masyarakat, disebabkan hubungan biologis yang tidak
memperhatikan moral dan agama, seperti kumpul kebo dan hamil diluar nikah.
7) Dorongan lingkungan. Faktor lingkungan juga mempengaruhi insiden pengguguran
kehamilan muda, misalnya kemudahan fasilitas, sikap dari penolong (dokter, bidan, dukun,
dan lainnya), pemakaian kontrasepsi, norma tentang aktivitas seksual dan hubungan seksual
diluar pernikahan, norma agama, dan moral.

2.6 Tata Cara Aborsi


Banyak cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan aborsi. Eckholm melihat ada 4 hal yang
sering dilakukan dalam melakukan aborsi, yaitu :
a. Menggunakan jasa medis di rumah sakit atau tempat-tempat praktek.
b. Menggunakan jasa dukun pijat.
c. Menggugurkan sendiri kandungannya dengan alat-alat kasar.
d. Menggunakan obat-obatan tertentu.

Kehamilan yang diperoleh melalui pasangan suami istri yang sah lebih banyak menggunakan cara
yang pertama. Sedangkan kehamilan sebagai hasil hubungan gelap pada umumnya menggunakan cara
yang kedua, ketiga, atau keempat.

2.7 Hukum Aborsi di Indonesia


Mengenai hukum aborsi di Indonesia, terdapat beberapa Undang-Undang yang bekaitan dengan
masalah aborsi yang masih berlaku hingga saait ini, diantara UU tersebut yang paling berkaitan
adalah :
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1946 tentang KUHP pada pasal 346-349 KUHP tersebut
mengkategorikan aborsi sebagai tindak pidana, dengan bunyi sebagai berikut :
a. Pasal 346 :
Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama
empat tahun.
b. Pasal 347 :
1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan penjara pidana paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana paling
lama lima belas tahun.
c. Pasal 348 :
1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahunn.
d. Pasal 349 :
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan yang digunakan
untuk melakukan kejahatan.
2. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
Meskipun aborsi secara teknis illegal dalam hukum pidana tapi pada tahun 1992, muncul UU
yang lebih liberal yaitu : UU No. 23 tahun 1992. Dalam pasal 15 ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang
ini yang berkaitan dengan aborsi berbunyi sebagai berikut :
a. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambil tindakan tersebut.
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarga.
4) Ada sarana kesehatan tertentu.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan denga peraturan pemerintah.

2.8 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak Aman (Ilegal)
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta mencegah terjadinya tindakan
aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya di kalangan remaja tentang kesehatan
seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan informasi tentang seksualitas,
kontrasepsi dan hubungan gender.
b. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam mengawasi anak-anaknya
dalam bergaul.
c. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan informasi yang
akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi kesehatan.
d. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah, Puskesmas dan lain-lain
dalam menurunkan angka aborsi yang ada.
e. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi syarat.

Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu
sebagai berikut :

a. Memberikan pendidikan seks dini yang sesuai kepada anak-anaknya.


b. Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya.
c. Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang melanggar
aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.

2.9 Contoh Kasus Aborsi di Indonesia


a. Kasus Aborsi, Polisi Tangkap 2 Remaja dan Dukun Beranak di Selayar
Makassar – Sepasang remaja AD (AD) dan RA (21) bersama seorang dukun beranak, SH (47) di
Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), diamankan anggota Polres Selayar karena terlibat
kasus aborsi. Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani menyebutkan tersangka pria
AD, awalnya disergap warga saat hendak mengubur janin yang dibungkus kantong kresek, di
sekitar pemakaman warga Bontobangun, Bontoharu, Selayar, Senin malam kemarin (1/8).
Ukuran janin yang hendak ditanam AD sebesar telapak tangan orang dewasa. Andi Aso, salah
seorang warga yang menangkap tangan AD, langsung melapor ke Mapolres Selayar. AD lalu
diamankan anggota piket Reskrim Polres Selayar. Dia mengaku hanya menemani RA yang
merupakan kekaswihnya untuk menggugurkan kandungannya di rumah dukun beranak SH, di
kampung Tanabau, Kelurahan Bontobangun.
“Saat anggota Polres Selayar datang ke kamar kost RA, didapati tersangka RA mengalami
pendarahan pasca aborsi. Sehingga dia langsung dilarikan ke RSUD KH Hayung Selayar,” ujar
Dicky pada detikcom, Rabu (2/8/2017). Setelah membawa tersangka RA ke RSUD KH Hayung,
anggota Reskrim Polres Selayar langsung menciduk dukun pelaku aborsi SH dirumahnya.
Akibat perbuatannya ketiga tersangka dikenakan Pasal 348 KUHP dengan pidana maksimal 5
tahun kurungan penjara, serta Pasal 194 UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dengan
ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak 1 miliar rupiah.
Sebelumnya, kasus aborsi juga terjadi di Selayar pada Rabu 19 Juli, yang melibatkan seorang
bidan berinisial NL (23) bersama kekasihnya RA (21). NL mengggugurkan kandungannya yang
berusia sekitar 6 bulan dengan meminum pil gastrul yang dipesan secara online oleh tersangka
NL. (detiknews, Rabu, 02 Agustus 2017 19.07)
b. Miris ! Pasien Dukun Aborsi di Kemiling Ternyata Mayoritas Mahasiswa
Tribun Lampung.co.id, Bandar Lampung – Penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)
Polresta Bandar Lampung menetapkan SM alias Mbah Simpok (71) sebagai tersangka dugaan
pidana aborsi.
Nenek yang dikenal sebagai dukun bayi ini diamankan polisi di rumahnya di Jalan Imam Bonjol,
Gang Sejahtera, Kemiling, Bandar Lampung, Jumat (4/5/2018) lalu. Kapolresta Bandar Lampung
Komisaris Besar Murbani Budi Pitono mengatakan, Mbah Simpok dijerat dengan Pasal 194 dan
Pasal 75 UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Sesuai pasal tersebut maka Mbah Simpok
bakal terancam pidana penjara paling lama 10 tahun.

“Awalnya pelaku ini membuka praktik jasa urut dan penglaris. Namun, sekitar tiga tahun terakhir
ini menerima praktik aborsi,” ungkapnya dalam ekpose di Mapolresta Bandar Lampung, Selasa
(8/5/2018). Murbani mengatakan, selama tiga tahun membuka praktik aborsi, Mbah Simpok
sudah menangani 30 pasie dari berbagai kalangan dan usia. “Ya rata-rata pasiennya usia muda
antara 17-25 tahun, (latar belakangnya) wanita biasa, karyawan, dan sebagian besar mahasiswa,”
terangnya.
Menurut Kapolresta, untuk mendapatkan pelayanan jasa aborsi, para pasien ditarik biaya
bervariasi antara 1,5 hingga 2 juta rupiah tergantung umur janin atau usia kandungan. Setelah
janin hasil aborsi keluar, lalu Mbah Simpok menyerahkan kepada pasien. “Janin nggak ada yang
dikuburkan oleh Mbah tapi diserahkan kepada pasien. Pasien juga ada dari luar kota seperti
Mesuji,” paparnya.
Barang-barang bukti yang berhasil diamankan yaitu tiga sarung, dua bilang kerus (untuk ritual),
sebilah besi, sebatang ranting pohon jarak, pil tablet menggugurkan kandungan, dan pakaian
dalam pasien dengan bercak darah.
SM (71) mengakui membuka praktik aborsi di rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol,
Gang Sejahtera, Kemiling. Menurut Mbah Simpok, dirinya tidak pernah mempromosikan diri
namun informasi bahwa dirinya bisa melakukan aborsi diketahui pasien dari berita mulut ke
mulut. Mbah Simpok mengatakan, biasanya para pasien yang datang ke rumahnya telah
mengandung selama dua bulan.
Setelah ditangkap polisi, Mbah Simpok mengaku sangat menyesal dengan perbuatannya tersebut.
Ia pun mengaku ingin bertaubat. “Ya taubat Pak, tidak mau mengulangi lagi,” ucap Mbah
Simpok. (TribunLampung.co.id, Selasa, 08 Mei 2018 22.29)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Baljakhkh

3.2 Saran

Tgygigeuue
DAFTAR PUSTAKA

detiknews, rabu, 02 Agustus 2017 19.07

digilib.unimus.ac.id

id.scribd.com

repository.ipb.ac.id

tribunlampung.co.id, selasa, 08 Mei 2018 22.29

www.academia.edu

www.alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai