Etikum Lengkap
Etikum Lengkap
“Aborsi”
Oleh :
Kelompok
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin makalah ini dapat selesai bila dilakukan tanpa bantuan,
bimbigan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak yang telah membatu kami. Karena itu kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan makalah ini .
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan kami sehingga laporan makalah tidak sesempurna
yang Ibu kira karena masih banyak kekurangannya. Terlepas dari itu , kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari untuk segala pihak yang membutuhkan .
Sekian yang dapat kami sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat. Akhir kata.
‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Aborsi merupakan salah satu topic yang selalu menjadi perbincangan di berbagai kalangan
masyarakat, banyak tempat dan di berbagai negara, baik di dalam forum resmi maupun forum-
forum formal lainnya. Sebenarnya, masalah ini sudah banyak terjadi sejak zaman dahulu, di mana
dlam penanganan aborsi, cara-cara yang digunakan meliputi cara-cara yang sesuai dengan
protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh dokter, bidan maupun dukun
beranak, baik di kpta besar maupun di daerah terpencil.
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uuterus baik secara spontan atau disengaja
sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang spesifik dapat bervariasi
antar Negara, bergantung pada perundangan setempat.
Menurut Potter dan Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak
direncanakan, sebagian besar kehamilan yang tidak direncankan terjadi pada remaja, wanita
berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir
setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI, praktik aborsi
(pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya
dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan
sex (sex education) dan pergaulan bebas serta dampapknya, baik dari segi kesehatan maupun
sosial kepada masyarakat khususnya remaja. Selain itiu, pengawasan orang tua juga memiliki
peran yang sangat penting dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang merupakan
akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan tindakan aborsi.
Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita yang berstatus istri yang bermaksud menghentikan
kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil [ra nikah melakukannya.
Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan kehidupan
anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius,
etika, moral, dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi.
Aborsi atau pengguguran jandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang
awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Namun
sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi
dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses keluarnya janin yang telah
ada dalam rahim.
b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu pengeluaran tersebut terjadi
pada masa janin belum dapat lahir secara alamiah.
Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan
pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh besar.
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanit yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah
yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat
menyebabkan stress psikis atau emosional, yaitu stress yang disebabkan karena gangguan situasi
psikologis.
Banyak alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal yaitu :
1) Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu membiayai
atau membesarkan anak.
2) Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan
perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir
tertentu.
3) Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.
4) Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan karenaa
pemerkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena menganggap
kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi.
5) Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu maupun
bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan
b. Motivasi Aborsi
Dalam hal ini yang akan dilihat dari perspektif hukum Islam adalah hanya aborsi yang disengaja
yaitu Abortus provocatus, lebih khusus lagi mengacu pada Abortus provocatus criminalis karena
dapat menimbulkan konsekuensi hukum, sementara aborsi spontan kita anggap sebagai kejadian
di luar kemampuan manusia. Alasan-alasan seorang wanita melakukan Abortus provocatus
criminalis didorong oleh beberapa hal, antara lain :
1) Dorongan ekonomi atau dorongan individual. Dorongan ini rimbul karena kekhawatiran
terhadap kemiskinan, tidak ingin mempunyai keluarga besar. Hal ini biasanya terjadi juga
pada banyak pasangan muda yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, mereka sepakat untuk tidak mempunyai anak terlebih dahulu dalam jangka
waktu tertentu. Jika sudah terlanjur hamil dan betul-betul tidak ada persiapan untuk
menyambut kelahiran sang anak, mereka menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan
kandungan.
2) Dorongan fisik. Dorongan ini seperti memelihara kecantikan dan mempertahankan status
sebagai perempuan karir dan sebagainya yang aktivitasnya harus menampilkan kecantikan
dan kemolekan tubuhnya.
3) Indikasi psikologi. Jika kehamilan diteruskan akan memberatkan penyakit jiwa yang dibawa
ibu, seperti perempuan yang hamil akibat pemerkosaan, hamil sebelum nikah atau hamil
sebab terkena guna-guna.
4) Indikasi eugenetik. Dorongan ini timbul jika khawatir akan penyakit bawaan pada keturunan
seperti adanya kelainan dari buah kehamilan, sebab trauma mekanis (benturan aktivitas fisik
yang berlebihan), maupun karena kecelakaan, kelainan pada alat kandungan, pendarahan,
penyakit yang berhubungan dengan kondisi ibu seperti penyakit sipilis, anemia, demam yang
tinggi, penyakit ginjal, TBC, dan seagainya.
5) Dorongan kecantikan. Dorongan ini timbul biasanya bila ada kekhawatiran bahwa janin
dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, akibat radiasi, obat-obatan, keracunan dan
sebagainya. Cacat dari janin yang dikandung wanita tersebut apabila tidak mengganggu
kesehatan ibu, maka aborsi dilarang, tetapi apabila cacat tubuh tersebut mengganggu
kesehatan ibu, maka aborsi tersebut diperbolehkan.
6) Dorongan sanksi moral. Dorongan ini muncul biasanya karena perempuan yang hamil tidak
sanggup menerima sanksi sosial masyarakat, disebabkan hubungan biologis yang tidak
memperhatikan moral dan agama, seperti kumpul kebo dan hamil diluar nikah.
7) Dorongan lingkungan. Faktor lingkungan juga mempengaruhi insiden pengguguran
kehamilan muda, misalnya kemudahan fasilitas, sikap dari penolong (dokter, bidan, dukun,
dan lainnya), pemakaian kontrasepsi, norma tentang aktivitas seksual dan hubungan seksual
diluar pernikahan, norma agama, dan moral.
Kehamilan yang diperoleh melalui pasangan suami istri yang sah lebih banyak menggunakan cara
yang pertama. Sedangkan kehamilan sebagai hasil hubungan gelap pada umumnya menggunakan cara
yang kedua, ketiga, atau keempat.
2.8 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak Aman (Ilegal)
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta mencegah terjadinya tindakan
aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya di kalangan remaja tentang kesehatan
seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan informasi tentang seksualitas,
kontrasepsi dan hubungan gender.
b. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam mengawasi anak-anaknya
dalam bergaul.
c. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan informasi yang
akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi kesehatan.
d. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah, Puskesmas dan lain-lain
dalam menurunkan angka aborsi yang ada.
e. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi syarat.
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu
sebagai berikut :
“Awalnya pelaku ini membuka praktik jasa urut dan penglaris. Namun, sekitar tiga tahun terakhir
ini menerima praktik aborsi,” ungkapnya dalam ekpose di Mapolresta Bandar Lampung, Selasa
(8/5/2018). Murbani mengatakan, selama tiga tahun membuka praktik aborsi, Mbah Simpok
sudah menangani 30 pasie dari berbagai kalangan dan usia. “Ya rata-rata pasiennya usia muda
antara 17-25 tahun, (latar belakangnya) wanita biasa, karyawan, dan sebagian besar mahasiswa,”
terangnya.
Menurut Kapolresta, untuk mendapatkan pelayanan jasa aborsi, para pasien ditarik biaya
bervariasi antara 1,5 hingga 2 juta rupiah tergantung umur janin atau usia kandungan. Setelah
janin hasil aborsi keluar, lalu Mbah Simpok menyerahkan kepada pasien. “Janin nggak ada yang
dikuburkan oleh Mbah tapi diserahkan kepada pasien. Pasien juga ada dari luar kota seperti
Mesuji,” paparnya.
Barang-barang bukti yang berhasil diamankan yaitu tiga sarung, dua bilang kerus (untuk ritual),
sebilah besi, sebatang ranting pohon jarak, pil tablet menggugurkan kandungan, dan pakaian
dalam pasien dengan bercak darah.
SM (71) mengakui membuka praktik aborsi di rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol,
Gang Sejahtera, Kemiling. Menurut Mbah Simpok, dirinya tidak pernah mempromosikan diri
namun informasi bahwa dirinya bisa melakukan aborsi diketahui pasien dari berita mulut ke
mulut. Mbah Simpok mengatakan, biasanya para pasien yang datang ke rumahnya telah
mengandung selama dua bulan.
Setelah ditangkap polisi, Mbah Simpok mengaku sangat menyesal dengan perbuatannya tersebut.
Ia pun mengaku ingin bertaubat. “Ya taubat Pak, tidak mau mengulangi lagi,” ucap Mbah
Simpok. (TribunLampung.co.id, Selasa, 08 Mei 2018 22.29)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Baljakhkh
3.2 Saran
Tgygigeuue
DAFTAR PUSTAKA
digilib.unimus.ac.id
id.scribd.com
repository.ipb.ac.id
www.academia.edu
www.alodokter.com