XI MIA 7
SMA Negeri 9 Bandar Lampung
BAB I
PENDAHULUAN
Gaharu merupakan produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam bentuk
gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas yang
bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (α-β oleoresin). Gaharu
terbentuk dalam jaringan kayu, akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi)
yang masuk melalui luka batang (patah cabang). Komoditas gaharu telah cukup
lama dikenal masyarakat secara umum. Beberapa jenis tanaman gaharu yang
dikenal antara lain (Aquilaria malaccensis Lamk) adalah salah satu jenis tanaman
hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya
mengandung resin yang harum baunya. Gaharu berwarna coklat kehitaman sampai
hitam, berbau harum jika dibakar. Gaharu terdapat pada bagian kayu atau akar dari
jenis pohon penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan
fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis dan manfaat tanaman Gaharu
2. Untuk mengetahui lebih jauh pembuatan bibit tumbuhan Gaharu secara
kultur jaringan.
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematis beberapa tanaman penghasil Gaharu yang dikutip dari Sumarna (2002),
adalah sebagai berikut :
A. hirta
A. microcarpa
A. filaria
A. becariana
A. agalocha
Gonystylus G. banccanus
G. macrophyllus
Wikstroemia W. androsaemofolia
W. polyantha
W. tenuriamis
Gyrinops G. cumingiana
Umumnya tanaman penghasil gaharu yang berkualitas baik tumbuh pada daerah
beriklim panas dengan suhu 28°-34°C, kelembaban 60-80%, dan curah hujan 1.000-
2.000 mm/tahun. Penyebaran tanaman penghasil gaharu per spesies di Indonesia
dan Malaysia bisa dilihat pada tabel berikut. (Sumarna, 2002).
Wikstroemia
Jawa, Kalimantan, Madura, NTT, Sulawesi Papua
androsaemofolia
Gaharu banyak diperdagangkan dengan harga jual yang sangat tinggi. Selain
ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh
banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan
resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya.
Sampai saat ini, pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku (kayu
bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk
gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai
kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman
yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh
masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman,
Oman, daratan Cina, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku
industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis
asesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan. Seiringnya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya
berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis
dapat dimanfaatkan sebagai obat. Gaharu bisa dipakai sebagai obat: anti asmatik,
anti mikroba, stimulant kerja syaraf dan pencernaan ,obat sakit perut, penghilang
rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus ,penghilang
stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, dan untuk kosmetik.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali.
2.2.a Prinsip
2.2.b Prasyarat
Berdasarkan jenis eksplan (sel atau jaringan asal), jenis kultur jaringan dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
2.2.d Media
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat
pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada
agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat
tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media
yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan
komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Sebelum membuat
media, maka terlebih dahulu kita harus menentukan media apa yang akan kita buat.
Jenis media dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk
media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula. Kita mengenal beberapa
macam media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama
penemunya, antara lain adalah:
1. Media dasar Murashige dan Skoog (MS): digunakan untuk hampir semua
macam tanaman, terutama tanaman herbaceous. Media ini mempunyai
konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk
NO3- dan NH4+.
2. Media dasar B5 atau Gamborg: digunakan untuk kultur suspensi sel kedele,
alfalfa dan legume lain.
3. Media dasar White: digunakan untuk kultur akar. Media ini merupakan media
dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.
4. Media Vacin Went (VW): digunakan khusus untuk media anggrek.
5. Media dasar Nitsch dan Nitsch: digunakan untuk kultur tepung sari (pollen)
dan kultur sel.
6. Media dasar Schenk dan Hildebrandt: digunakan untuk kultur jaringan
tanaman monokotil.
7. Media dasar Woody Plant medium (WPM): digunakan untuk tanaman yang
berkayu.
8. Media dasar N6: digunakan untuk tanaman serelia terutama padi.
1. Sumber Eksplan
Eksplan adalah bagian pada
tanaman yang digunakan sebagai
sumber perbanyakan dalam kultur
jaringan.
Syarat :
1) Mudah disterilisasi
b. Biji
Biji merupakan
bagian tumbuhan
yang bersifat
rekalsitran (cepat
kehilangan daya
tumbuh) sehingga
disarankan untuk memilih biji yang baru dipanen dari pohon.
2. Sterilisasi
i. Sterilan
2) Kondisi tumbuh
Kelembaban Aseptik
4. Induksi Akar
5. Aklimatisasi
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat :
3.2 Bahan :
Tunas A. sukrosa
Malaccensis akuades
media Murashige and fungisida
Skoog (MS) yang desinfektan
diberi tambahan ZPT (Clorox/bayclin)
2,4-D dan BAP sabun cuci
agar kapas
alkohol 70%
a) Sterilisasi alat
4. Cuci dengan air steril 3-4 kali hingga bersih dari desinfektan.
e) Penanaman eksplan
1. Penanaman eksplan dilakukan pada media inisiasi tunas in vitro di
dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).
2. Botol ditutup dengan aluminium foil dan melapisinya dengan plastik
PP 0,3 mm.
f) Pemeliharaan
Tunas-tunas yang ditanam dalam media in vitro, disimpan di ruang
steril. Botol steril disimpan pada rak kultur yang diberi cahaya lampu TL
dengan intensitas cahaya 1000-4000 lux. Lampu TL diatur 16 jam
menyala dan 8 jam padam agar sesuai dengan keadaan siang dan
malam. Ruangan tempat penyimpanan dijaga suhunya di temperatur
22-250C. Inisiasi in vitro pertama adalah saat tunas berusia 3 minggu
dan pemanjangan tunas 3-4 minggu.
h) Proses aklimatisasi
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
http://www.blogku-agroteknologi.com/2013/kultur-jaringan/
http://www.eshaflora.blogspot.com/2012/05/budidaya-gaharu-super-intensif/
http://www.rintise.blogspot.com/2011/09/variasi-kultur-jaringan/
http://www.gaharublog.files.wordpress.com/kultur-jaringan-gaharu/
http://www.luqmanmaniabgt.blogspot.com/kuljar-gaharu/
http://www.pasaiagarwood.blogspot.com/teknik-kuljar-gaharu/
http://www.wikipedia.org.id/kultur-jaringan/
Irnaningtyas. 2013. Biologi kelas XI. Jakarta : penerbit Erlangga