Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Usaha perkebunan memiliki peranan yang cukup besar terhadap


pembangunan ekonomi Negara.Selaian menigkatkan pendapatan petani dan
memberi nilai tambah bagi sektor pertanian, juga sebagi sumber pendapatan dan
devisa negara malalui eksport. Menurut Koestono (1983), pengembangan
perkembangan di indonesia berdasarkan atas kebijakan sebagai berikut, yaitu
pengembangan perkebunan rakyat menjadi tulang punggung dan pendukung
usaha perkebuanan didalam penerapan usaha pemertaan dari segala aspeknya.
Pembangunan perkebunan besar swasta memiliki perana sebagai pelengkap yang
mampu mewadahi perkembangan kewiraswastaan petani pengebun ke arah usaha
rasional.
Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan
manusia. Pengolahan tanah atau soil management merupakan pembinaan dalam
hal pengolahan tanah. Pembinaan ini dimaksudkan agar para petanai atau mereka
yang menggunakan tanah dapat melekukan pengolahan tanah dengan baik agar
kesuburan tanah, produktivitas tanah, pengawetan tanah dan air dapat terjamin.
Sehingga, memungkinkan terlaksananya usaha-usaha dibidang pertanian dalam
jangka waktu yang panjang, dari generasi ke generasi dengan hasil yang dapat
memenuhi harapan.
Kondisi lahan di Perkebunan memiliki jenis tanah Latosol.
MenurutKartaspoetra (1991), tanah latosol mempunyai tekstur liat, dengan warna
tanah coklat kemerahan. Tanaman yang dibudidayakan dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu, tanaman kehutanan, tanaman hijau makanan ternak (HMT),
tanaman semusim dan tanaman perkebunan.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui pengolahan bahan baku di lapangan/perkebunan
2. Mengetahui penerapan teknik konservasi tanah dan air didaerah perkebunan
3. Mengetahui kondisi lahan pada perkebunan

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Menjadikan mahasiswa yang kreatif, inofatif, bertanggung
jawab, memiliki etos kerja kerja, serta pengalaman yang berguna dalam
menghadapi dunia kerja.
2.Program Studi/Fakultas Fakultas menjadi lebih di kenal dengan lulusan yang
memiliki etos kerja yang baik sehingga peminat untuk program studi
Agroteknologi meningkat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Tanaman Teh
The Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti
:Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea, dan Camellia sinensis . Tanaman
teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan,
Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma.
Menurut Effendi dkk (2010), sistematika tanaman teh terdiri dari :
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Class :Dycotyledonae
Ordo :Guttiferales
Famili :Theaceae
Genus :Camellia
Spesies :Camellia sinensis L.
Varietas :Sinensis dan Asamika
Tanaman teh (Camellia sinensis ) merupakan tanaman asli yang berasal
dari kawasan Asia Tenggara. Kini tanaman teh telah ditanam di lebih dari 30
negara. Tanaman teh diolah pucuk daunnya seperti pada untuk menjadi minuman
yang sangat populer di dunia. Bahkan kepopuleran teh menduduki peringkat
kedua setelah air putih sebagai minuman di dunia yang paling sering dikonsumsi.
Tanaman teh dapat tumbuh hingga ketinggian antara 6 hingga 9 meter. Namun
untuk keperluan perkebunan, tanaman teh hanya ditumbuhkan setinggi 1 meter
dengan cara pemangkasan secara berkala untuk memudahkan pemetikan.
Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 10-30oC di daerah yang
curah hujannya sekitar 2000 mm per tahun dengan ketinggian 600-2000 mdpl
(Primanita, 2010)

3
yang berbeda pula. Menurut Hartoyo (2003), teh diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis yang berbeda dan tidak dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam
pemasarannya. Ketiga jenis teh tersebut antara lain :
a. Teh Hijau (unfermented tea )
Teh hijau disebut juga sebagai unfermented tea , yakni teh tanpa melalui
proses fermentasi (oksidasi enzimatis). Secara sederhana, teh hijau dapat
diproduksi secara sederhana, yakni dengan steam atau uap panas. Bahan teh hijau
yakni pucuk daun teh, sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air.
Pemanasan ini berguna untuk menonaktifkan enzim dalam daun teh. Setelah
dipanaskan dan menjadi layu, teh digulung dan dikeringkan.
b. Teh Oolong (semi fermented tea )
Teh oolong disebut juga sebagaisemi fermented tea . Biasanya tanaman
teh yang digunakan untuk teh oolong adalah teh yang tumbuh di daerah semi
tropis. Proses pengolahan teh oolong sama dengan teh hitam, tetapi saat proses
oksidasi enzimatis, pucuk teh mengalami hanya sebagian. Proses oksidasi
enzimatis untuk membuat teh oolong hanya berkisar 30-70% saja sehingga teh
masih mangandung sebagian tanin dan beberapa senyawa turunannya.
Penampilan visual teh oolong yaitu berwarna merah tembaga di bagian tepinya
sedangkan bagian lainnya masih berwarna hijau. Oleh karena itu, teh oolong
disebut sebagai teh peralihan teh hijau dan teh hitam, dengan aromanya khas
diantara kedua teh tersebut.
c. Teh Hitam (fermented tea )
Teh hitam disebut sebagai fermented tea , yakni mengalami oksidasi
emzimatis secara maksimal. Terlebih dahulu pucuk teh dilayukan kemudian
digiling menjadi halus. Karena proses penggilingan ini, pucuk teh hancur dan
mengeluarkan cairan sel dari daun dan mulai saat itu terjadi oksidasi enzimatis.
Proses oksidasi kemudian dioptimalkan dengan menjaga kondisi lingkungan di
dalam unit oksidasi enzimatis. Dengan adanya proses ini, karakteristik teh hitam
dihasilkan, yakni ditandai dengan perubahan warna dan aroma khas teh hitam.
Setelah itu, teh hasil oksidasi enzimatis dikeringkan pada suhu tertentu sehingga
dihasilkan teh yang sudah kering dan berwarna hitam. Selain ketiga jenis teh

4
tersebut, ada juga jenis teh yang unik dan manfaatnya tidak diragukan lagi. Jenis
teh tersebut adalah teh putih (white tea ). Bahan baku teh putih sedikit berbeda
dengan teh lainnya, yakni hanya pucuk pekonya saja. Teh putih diambil hanya
dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar yakni
pucuk peko. Pucuk yang diambil hanya pucuk peko yang terpilih dan yang
terbaik. Kriteria tersebut didasarkan pada pucuk peko yang diselimuti bulu halus
berwarna putih. Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami
pemrosesan, serta tanpa adanya reaksi oksidasi enzimatis. Seperti halnya teh
oolong, selama ini teh putih hanya diproduksi oleh perkebunan teh di China dan
Taiwan. Namun saat ini teh putih mulai diproduksi di Indonesia oleh tiga
perkebunan teh yaitu di Ciwidey dan Garut Jawa Barat, serta di Wonosari
Kabupaten Malang Jawa Timur (Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar,
2012). Memang banyak yang belum mengenal teh putih, teh putih berasal dari
pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik
dilindungi dari sinar matahari. Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa.
Pucuk teh yang sangat muda ini hanya diuapkan dan dikeringkan segera setelah
dipetik untuk mencegah oksidasi. Daun teh muda ini tidak melalui proses oksidasi
enzimatis sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein tertinggi (Dias et al,
2013).
2.1.2 Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalamfamili Euphorbiacea,
disebutdengannama lain rambung,getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salahsatu komoditasperkebunan yang penting sebagai sumberdevisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memilikiprospek yang cerah.Upaya
peningkatan produktivitastanaman tersebutterus dilakukan terutama dalam
bidangteknologi budidaya dan pasca panen.Agar tanaman karet dapat tumbuh
dengan baik danmenghasilkan lateksyang banyak maka perlu diperhatikansyarat-
syarattumbuh danlingkungan yang diinginkantanaman ini. Apabila tanaman karet
ditanam pada lahanyang tidak sesuai dengan habitatnya maka
pertumbuhantanaman akan terhambat.Lingkungan yang kurang baik juga sering
mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah.Sesuai habitat aslinya di Amerika

5
Selatan, terutama Brazilyang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam
diIndonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utaradan Kalimantan.Luas
areal perkebunan karet tahun 2008 tercatatmencapai lebih dari 3,5 juta hektar
yang sebagian besaryaitu85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya8%
perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunanbesar milik negara.
Klasifikasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Hevea
Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg
Morfologi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
1. Karakteristik morfologi Membedakan Klon untuk Bagian Karet No
Karakteristik Tanaman Karet A. Morfologi Rod (usia 10-18 bulan) Karakteristik
yang diamati adalah: keadaan pertumbuhan, batang ketegakan, dan bentuk
batang.
2. Kulit Batang (cokelat) Karakteristik yang diamati adalah: gabus kulit kulit,
warna kulit, dan sel-sel gabus Lenti.
3. Mata (tunas akan) Karakteristik yang diamati adalah: lokasi mata, dan basis
mantan tangkai daun.
4. Payung (daun) karakteristik diamati termuda adalah: bentuk payung, ukuran
payung, payung kerapatan, dan jarak antara payung.
5. Daun batang (payung untuk dua dari atas) Karakteristik yang diamati adalah:
posisi dan bentuk panjang, tangkai daun yang besar, ukuran, dan bentuk kaki.

6
6. Daun tangkai anak (payung yang telah tumbuh sempurna) Karakteristik yang
diamati adalah: posisi, bentuk, ukuran, panjang, dan sudut anak-anak tangkai
daun.
7. Daun karakteristik pisau yang diamati adalah: warna daun, kilau, bentuk, tepi
daun, penampang memanjang, penampang, di mana helai daun dan posisi daun
pusat, posisi tepi simetri helai daun, daun ukuran dan daun ekor.
8. Karakteristik khusus pada dasarnya klon karet tertentu kadang-kadang memiliki
karakteristik khusus, seperti helai daun yang dipelintir.
Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagaiprodusen karet alam dunia
masih dapat diraih kembalidengan memperbaiki teknik budidaya dan
pascapanen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnyadapat ditingkatkan
secara optimal.Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alamdan karet
sintetis.Setiapjenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang
berbeda,sehingga keberadaannya salingmelengkapi. Saat ini karet yang digunakan
di Industri terdiridari karet alam dan karet sintetis.Adapun kelebihan yangdimiliki
karet alam adalah:(a)memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang
tinggi,(b)memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya
mudah(c)mempunyai daya aus yang tinggi(d)tidak mudah panas (low heat build
up) dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan ( groovecracking
resistance).
Selanjutnya karet sintetis memiliki kelebihan tahan terhadap berbagai zat
kimia.Karet sintetis dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet
Membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang
mencakupbeberapa kegiatan yaitu:syarat tumbuh tanaman karet,klon-klon
rekomendasi,bahan tanam/bibit, pemeliharaan tanaman, pemupukan,pengendalian
hama/penyakit dan penyadapan/panen.Syarat tumbuhtanaman karet memerlukan
kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya.Lebih rinci syarat
tumbuh diuraikan sebagai berikut:

7
A.Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LSdan 150 LU,dengan suhu
harian 25–300C.
B. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimalantara 2.000-2.500
mm/tahundengan hari hujan berkisar100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika
curah hujanmerata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet 4Budidaya
danPasca PanenKARETmembutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-
7 jam/hari.
C.Tinggi tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendahdengan ketinggian 200 m–400
mdari permukaan laut(dpl).Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebihdari
300C,akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisatumbuh dengan baik.
D.Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yangtumbuh tinggi dan
berbatang besar.Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
E.Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis maupun alluvial.Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baikterutama struktur,tekstur,solum,kedalaman air tanah,aerasi dan
drainase, tetapi sifat kimianya secara umumkurang baik karena kandungan
haranya rendah.Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapisifat
fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenyakurang baik. Tanah-tanah
kurang subur seperti podsolikmerah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan
pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan
karet dengan hasil yang cukup baik
Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan
haradari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekat inormal cocok untuk

8
tanaman karet, yang paling cocok adalah pH5-6. Batas toleransi pH tanah adalah
4-8.Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antaralain ;aerasidan drainase
cukup,tekstur tanah remah,struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah
pasir,kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100cm.
2.1.3 Tanaman Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan
penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan petani dan devisa bagi negara disamping mendorong
berkembangnya agrobisnis kakao dan agroindustri. Keadaan iklim dan kondisi
lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan
pembangunan perkebunan kakao Indonesia (Anonim, 2004).
Tanaman kakao bisa diperbanyak baik secara generatif maupun vegatatif.
Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Langkah awal usaha
budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan bahan tanam ditempat
pembibitan. Pembibitan merupakan perkembangbiakan secara generatif yang
dapat dikatakan mutlak perlu dalam budidaya kakao karena beberapa alasan
sebagai berikut:
1. Ditempat pembibitan, perawatan bahan tanaman dapat lebih sempurna.
2. Dengan pembibitan, pembuatan benih dapat dilakukan setiap saat ada buah, jadi
tidak terikat oleh musim.
3. Menjamin mutu bahan tanaman yang baik karena sortasi bibit mudah
dilakukan.
Klasifikasi Tanaman Kakao
Kingdom ; Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao

9
Perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif akan menghasilkan populasi
tanaman yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Didalam populasi tersebut
terdapat kebiasaan tumbuh, kuat (vigor), ketahanan terhadap hama dan penyakit,
serta efisien dalam menggunakan pupuk yang homogen. Semuanya itu bisa
meningkatkan hasil, baik secara kuantitas maupun kualitas dan dapat menekan
biaya operasional pengelolaan kebun.
Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 10o LS sampai 10o LU,
pada ketinggian 0 s/d 600 meter dari permukaan laut. Curah hujan yang
dikehendaki adalah 1500 s/d 2500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari tiga
bulan (<60 mm/bulan). Suhu minimum berkisar antara 18-21o C dan maksimum
30-32o C (Firdausil, 2006).
Pembudidayaan tanaman kakao dilakukan dengan cara memilih benih,
persemaian, pemeliharaan, pemindahan kecambah ke dalam polibag, dan seleksi
bibit. Benih yang baik berasal dari pohon berbuah lebat (berumur 7-10 tahun), dan
bagian tengah buah yang telah masak. Sebelum disemaikan biji dibersihkan dari
daging buah, dan dicuci. Ciri-ciri biji yang memenuhi syarat yaitu; tidak berwarna
ungu, tidak terlalu gepeng, berisi penuh/tidak hampa, harus utuh dan tidak pecah
atau luka (Goenadi, 2005).
Tanaman kakao (Theobroma cacao) merupakan tanaman tahunan,
berproduksi, dan menguntungkan setiap tahunnya. Jika dikelola secara optimal
akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi pada tahap selanjutnya.
Pertumbuhan kakao yang sehat dan seragam diperoleh dari bibit yang baik atau
bibit yang unggul, persiapan lapangan yang matang, dan diikuti dengan
pemeliharaan tanaman yang teratur. Hambatan-hambatan pada tanaman muda
menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan berdampak negatif pada saat berbunga
dan berproduksi. Perbanyakan tanaman ini dapat dengan cara generatif dan
vegatatif. Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk
yang terpilih, sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif.
Panenan dan pengolahan hasil juga merupakan hal yang penting dalam budidaya
kakao, sebab sangat menentukan mutu biji kakao yang dihasilkan.

10
Lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao berada pada garis
lintang 10o LU - 10o LS pada ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut. Curah
hujan yang dikehendaki adalah 1500-2500 mm/tahun dengan bulan kering kurang
dari 3 bulan (<60 mm/bulan). Suhu minimum berkisar antara 8-21o C dan
maksimum 30-32o C (Firdausil, 2006). Namun demikian kakao juga masih toleran
pada daerah 20o LU - 20o LS. Areal penanaman kakao yang ideal adalah pada
daerah-daerah dengan ketinggian 0-1000 m diatas permukaan laut. Curah hujan
1100-3000 mm/tahun dengan distribusi yang merata sepanjang tahun.
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan Secara Generatif
Langkah awal yang ditempuh dalam pembibitan adalah mempersiapkan
bahan tanam ditempat pembibitan. Tempat pembibitan harus memenuhi beberapa
syarat diantaranya:
1. Dekat dengan sumber air dan mudah diawasi.
2. Tempatnya datar.
3. Terlindung dari angin kencang.
4. Terlindung dari hama atau hewan pengganggu.
Langkah selanjutnya yaitu pemilihan benih. Buah yang baik untuk benih
adalah buah pada fase tepat masak, diambil dari batang pokok, cabang primer, dan
ranting-rantingnya terbukti menghasilkan benih yang mutunya sama, serta dipilih
yang sehat, bentuk dan ukurannya normal, serta tidak mengkerut. Setelah itu, buah
dipecah dengan parang dan dijaga agar bijinya tidak rusak. Jenis klon kakao yang
digunakan di perkebunan rakyat di Kedaton.
Biji yang diambil untuk benih adalah bagian tengah saja, sedangkan yang
ujung dan pangkal tidak dipakai.Pembersihan daging buah dapat dilakukan
dengan air kapur sampai 30 detik. Biji yang dicampur air kapur sampai 30 detik,
dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak biji kakao. Selanjutnya biji
dicuci dengan air yang fungisida dan ditiriskan sampai cukup kering. Setelah biji
itu bersih lalu disemai ke dederan. Setelah 4 – 12 hari benih – benih mulai
berkecambah dan sip pindah ke polybag.

11
Perbanyakan Secara Vegetatif

Di perkebunan kakao rakyat di Kedaton, tanaman kakao yang


diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik sambung samping, sambung
pucuk, dan okulasi. Cara ini dianggap lebih efektif dan efisien bagi petani untuk
perbanyakan tanaman karena perkembangan secara vegetatif ini dapat
menghasilkan klon-klon baru, dan dapat menghasilkan tanaman yang tahan
terhadap hama dan penyakit, serta menghasilkan tanaman baru yang sama dengan
induknya. Waktu yang tepat untuk perkembangbiakan cara vegetatif ini yaitu pada
saat awal musim hujan.
Batang atas yang digunakan adalah jenis kakao edel sedangkan batang
bawah menggunakan jenis kakao bulk. Pemilihan cabang atau batang untuk
perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah pada pertumbuhan tersier, tidak
terlalu besar dan tua, diduduki daun-daun yang sehat dan lebar, memiliki mata
tunas yang bagus, jarak antara mata tunas sekitar 3-5 cm, dan terhindar dari
serangan hama dan penyakit, sehingga mata tunas yang diambil dapat tumbuh
dengan cepat dan sehat. Dalam pengambilan mata tunas tidak boleh terlalu banyak
hanya 2-3 mata tunas saja.
Teknik sambung samping dapat dilakukan dengan cara menyayat bagian
kanan atau kiri pohon kakao sepanjang 10-15 cm. Di atas sayatan itu, lekatkan
cabang/batang (entres) kakao yang sudah dipotong. Panjang entres yang
dilekatkan ke pohon kakao sepanjang 7-10 cm. Usahakan meletakkan entres
serapat mungkin sehingga tidak ada ruang tersisa. Setelah itu, entres ditutup
dengan kantongi plastik transparan dan diikat dengan tali plastik agar terhindar
dari hujan atau panas matahari. Setelah tiga minggu, tunas tumbuh dan kantong
plastik dibuka.

Pemangkasan

12
Pemangkasan tanaman kakao adalah tindakan pembuangan atau
pengurangan sebagian dari organ tanaman, yang berupa cabang, ranting, dan
daun. Tujuan dari pemangkasan ini adalah:
1. Memperoleh kerangka dasar percabangan tanaman kakao yang baik.
2. Membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tunas air
serta cabang sakit, patah, menggantung, dan cabang terbalik.
3. Menekan risiko terjadinya serangan hama dan penyakit.
4. Meningkatkan kemampuan tanaman menghasilkan buah.
Di perkebunan kakao Afdeling kedaton jenis-jenis pemangkasan yang
digunakan yaitu: pangkas bentuk, pangkas pemeliharaan, dan pangkas produksi.
a. Pangkas bentuk
Pangkas bentuk bertujuan membentuk kerangka tanaman yang baik.
Waktu pemangkasan yang benar adalah saat tanaman kakao muda telah
membentuk jorket dan cabang-cabang primer sampai tanaman memasuki fase
produktif.

b. Pangkas pemeliharaan

Pangkas pemeliharaan bertujuan mempertahankan kerangka tanaman


yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang
bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti cabang sakit, patah, dan tunas
air.angkas produksi
Tujuan pemangkasan produksi adalah memacu pertumbuhan bunga dan
buah. Pemangkasan produksi dilakukan dua kali setahun, yaitu pada akhir musim
kemarau sampai awal musim hujan, serta pada akhir musim kemarau.

Pemupukan
Pemupukan bertujuan menambah unsur-unsur hara tertentu didalam tanah
yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang diusahakan. Terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah dosis dan jenis atau macam unsure hara pupuk
yang diberikan seiring dengan selamanya budidaya tanaman di sebidang lahan,

13
pemupukan dilakukan berdasarkan asas keseimbangan. Pemberian pupuk yamg
berlebihan akan mengganggu penyerapan unsure hara lainnya.
Pengendalian Gulma Secara Mekanik
Pengaruh gulma terhadap tanaman pokok merupakan akibat dari
persaingan dalam mendapatkan air, unsur-unsur hara, cahaya, serta menjadi
tanaman inang dari suatu hama atau penyakit tanaman pokok sehingga dapat
menurunkan hasil.
Di perkebunan kakao afdeling kedaton, pemberantasan gulma dilakukan secara
mekanis dan kimiawi:lian dengan cara:
1. Cara mekanis
Pengenda
- Pendongkelan
- Kesrik pendem
- Pembabatan/ jombret
2. Cara Kimiawi
Pengendalian gulma dengan menggunakan bahan – bahan kimia yang disebut
herbisida.

Hama Kakao
Helopeltis merupakan masalah umum yang dihadapi di setiap perkebunan kakao.
Sasaran serangan Helopeltisyang utama adalah buah. Hama ini menimbulkan
kerusakan dengan cara menusukkan alat mulutnya kedalam jaringan tanaman
untuk menghisap cairan sel-sel di dalamnya. Bersamaan dengan tusukan mulutnya
itu, Helopeltis akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya
yang dapat mematikan jaringan disekitar tusukan. Akibatnya, timbul bercak-
bercak cekung berwarna cokelat kehitaman. Dari gejala-gejala tersebut akan
mengakibatkan perubahan bentuk dan menghambat perkembangan biji dalam
buah.

1. Tanaman lokal banyak yang sudah tua dan terserang hama penggerek buah
kakao.

14
Cara yang efisien adalah dalam perbanyakan tanaman kakao dengan cara
sambung samping, sambung pucuk serta okulasi menggunakan tanaman lokal
yang berwarna hijau disambung dengan tanaman kakao jenis unggul yang
berwarna merah, menurut petani kakao yang berwarna merah lebih banyak
berbuah daripada kakao lokal.
2. Kakao yang telah menghasilkan ukurannya tinggi.
Hal yang harus diperhatikan adalah letak sambungan pada perbanyakan
tanaman secara vegetatif (sambung samping). Letak sambungan pada batang
primer atau cabang dibuat agak rendah, sehingga mudah dalam pemanenan.
3. Petani tidak memperhatikan bagian tanaman kakao yang akan dipangkas.
Cara yang baik dengan tidak melakukan pemangkasan jika tanaman kakao
sedang berbunga banyak atau sebagian besar ukuran buahnya masih kecil, karena
dapat mengakibatkan buah kakao yang masih pentil menjadi layu yang
disebabkan oleh persaingan asimilat. Dalam pemangkasan ini perlu diingat bahwa
cabang dan ranting adalah aset untuk produksi buah kakao.
4. Tidak diandalkannya pemupukan.
Untuk mendapatkan tanaman kakao yang berproduksi dengan baik perlu
adanya pemupukan serta memperhatikan teknik pemupukan, seperti : jarak antara
pupuk dengan tanaman, waktu, dan dosis

5. Hama Helopeltis.
Cara mengatasi masalah ini agar lebih efektif dan efisien yaitu dengan
pengendalian secara biologis dengan memanfaatkan semut hitam yang
bersimbiosis dengan kutu putih yang merupakan musuh alami Helopeltis.
Aktivitas semut hitam yang selalu berada dipermukaan buah
menyebabkan Helopeltis tidak sempat menusukkan mulutnya atau bertelur pada
buah kakao, sehingga buah terbebas dari serangan Helopeltis.
.
4.1.4 Tanaman Kopi
Tanaman kopi diri masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-13
tepatnya pada tahun 1696 pada zaman pemerintahan Hindia belanda. Pada tahun

15
yang sama juga tanaman kopi ditanam di Bogor yang didatangkan dari Malabar
India. Adapun jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika.
Kopi merupakan minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi
masyarakat, dari yang miskin sampai kaya. Kopi mengandung kafein, yang
dalam dosis rendah dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar.
Meskipun demikian kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa konsumsi
kopi dalam jumlah yang besar berpengaruh tidak baik bagi kesehatan. Ini
disebabkan kafein jika dikonsumsi dalam jumnlah tinggi cepat mempengaruhi
sistem saraf pusat, sistem pernapasan, otot, pembuluh darah, jantung dan ginjal
pada manusia dan hewan. Menurut Sivetz dan Desroirer (1979) dalam dosis yang
lebih tinggi lagi kafein dapat menyebabkan jantung berdebar keras,
artelosklerosis, merusak hati, tangan gemetar, otot kejang, kepala pusing, mual
dan bahkan dapat menyebabkan mutasi pada gen.
Indonesia digolongkan sebagai produsen kopi robusta (Coffea canephora)
dan sebagian dihasilkan secara olahan basah yang dikenal dipasaran, kopi robusta
yang dihasilkan oleh beberapa perkebunan di Jawa Timur. Sebaliknya Indonesia
pun dikenal sebagai sumber kopi robusta rendahan, yang dihasilkan kawasan
Lampung. Citra ini perlu dirombak dengan hanya menghasilkan kopi mutu baik.
Dengan keadaan demikian, maka peningkatan mutu kopi mutlak
dilakukan. Salah satu cara yang dilakukan adalah perbaikan teknik budidaya
yang akhirnya akan membawa manfaat yang besar. Usaha perbaikan teknik
budidaya antara lain adaptasi tanaman terhadap lingkungan disekitarnya atau
pemilihan tempat budidaya tepat. Tanaman kopi menghendaki tanah yang
subur , kelembapan udara yang cukup dan ini berkaitan dengan masalah air,
curah hujan, penyinaran dan suhu.
Di Indonesia di budidayakan beberapa jenis kopi. Tapi hanya ada dua jenis
kopi yang paling terkenal yaitu Arabika dan Robusta. Kedua kopi ini
memiliki perbedaan, adapun perbedaan antara kopi Arabika dan Robusta:
Kopi Arabika jenis ini jenis tertua dan kelesatanya superior, biji besar,
warna biji agak coklat, rasa sedikit agak asam kandungan kafein 1-1,3%, dan
peka terhadap penyakit karat daun.

16
Kopi Robusta, persilangan antara arabika dan canepthara, tahan terhadap
karat daun, biji lebih dari arabika, rasnya tidak seenak arabika kandungan
kafeein 2-3%.
Biji kopi yang siap diperdagangkan adalah biji kopi yang sudah
dikeringkan, kadar airnya berkisar antara 12 – 13 %. Permukaan bijinya
sudah bersih dari lapisan kulit tanduk dan kulit ari. Biji kopi demikian sering
disebut sebagai biji kopi beras. Biji kopi WP adalah biji kopi beras yang
dihasilkan dari proses basah ( Wet Process) dan biji kopi DP adalah biji kopi
beras yang dihasilkan dari proses kering ( Dry Process).
Kopi asalan adalah biji kopi yang dihasilkan oleh petani dengan
metode dan sarana yang sangat sederhana, kadar airnya masih relatif tinggi
(> 16 % ) dan tercampur dengan bahan – bahan lain non kopi dalam jumlah
yang relatif banyak. Biji kopi ini biasanya dijual ke prosesor ( eksportir)
yang kemudian mengolahnya sampai diperoleh biji kopi beras dengan mutu
seperti yang dipersyaratkan dalam standar perdagangan. Dalam pengolahan
kopi ada metode yang biasa digunakan yaitu pengolaha basah, pengolahan
semi basah, dan pengolahan kering. Adapun tahap-tahap pengolahan kopi
secara umum adalah : panen, sortasi buah di kebun, pegupasan kulit buah,
fermentasi, pencucian, pengeringan, penjemuran, sortasi biji, pengepakan,
dan pengudangan.

17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Tanaman Teh
Kegiatan Praktek lapang (study tour) ini dilaksanakan pada tanggal 27
desember 2018 di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kertowono yang
berlokasi di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.
3.1.2 Tanaman Karet
Kegiatan Praktek lapang (study tour) ini dilaksanakan pada tanggal 27
desember 2018 di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng yang berlokasi
dijenggawah - Jember, Jawa Timur, Indonesia.
3.1.3 Tanaman Kakao
Kegiatan Praktek lapang (study tour) ini dilaksanakan pada tanggal 27
desember 2018 di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng yang berlokasi
dijenggawah - Jember, Jawa Timur, Indonesia.
3.1.4 Tanaman kopi
Kegiatan Praktek lapang (study tour) ini dilaksanakan pada tanggal 27
desember 2018 di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng yang berlokasi
dijenggawah - Jember, Jawa Timur, Indonesia.

18
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

SKEMA PENGOLAHAN TEH HITAM CTC

Alat angkut/troli

PENGGILINGAN

19
PENGERINGAN

SORTASI

CONTOH TEH TMS

20
CONTOH THE MS

MEMBEDAKAN TEH

21
TARGET KEBERHASILAN THE CTC

22
4.1.1 PEMBAHASAN
Bahan kimia yang terkandung didalam daun teh terdiri dari empat
kelompok yaitu substansi fenol ( catechin dan flavanol ), substansi bukan fenol (
pectin, resin, vitamin dan mineral ), substansi aromatik dan enzim-enzim.
Perubahan kimia yang terjadi didalam daun teh khususnya untuk teh hitam
dilakukan dengan pelayuan penggulungan/Penggilingan, fermentasi dan
pengeringan serta sortasi.
Dalam proses pengolahan praktikum yang dilakukan adalah mengolah
daun teh hitam pada jenis teh orthodok. Adapun proses pengolahannya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.Sortir Pucuk
Dilakukan dengan rumus pemetikan yaitu petikan halus P + 2 (burung) dan
P + 3 Dipilih dengan cara memetik pucuk yang muda ( medium ) dan P + 4
(muda)
2. Pelayuan
Daun teh yang telah disortir dimasukkan kedalam oven untuk
melangsungkan proses pelayuan daunnya pada suhu udara maksimal 27ºC sampai
layu, dengan presentase layu 68-75% Sedangkan waktu yang diperlukan yaitu
sekitar 8-18 jam : dalam cuaca panas atau kering <8 jam /cuaca hujan /basah >18
jam.
- tujuan dari pelayuan
a. mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
b. melemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
c. meletakkan dasar-dasar fermentasi

3. Penggilingan
Setelah dilakukan proses pelayuan daun, selanjutnya adalah proses
penggilingan/penggulungan. Penggilingan dilakukan bersamaan dengan proses
fermentasi didalam suatu ruangan, dengan menggunakan alat
ROTORVANE,ROLL,CTC TRIPLEKS. Dengan suhu ruangan 18-26˚ dan
kelembapan <90˚C.

23
- Tujuan penggilangan
a. memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur
dengan enzim dan udara luar
b. menggulung daun agar menjadi kriting
c. mengecilkan ukuran daun
d. meletakkan dasar pada proses fermentasi
4. Fermentasi
Proses fermentasi seperti dijelaskan pada bagian penggilingan bahwa
perlakuannya adalah diruangan yang kelembabannya terjaga berkisar antara <90˚
Untuk suhu diruangan yang digunakan adalah 18-26˚C sesuai suhu standarisasi
fermentasi. Proses penggilingan dan fermentasi juga sistem pengolahan teh yang
saling berhubungan erat untuk terbentuknya warna dan bau spesifik.
Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya
oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan
bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar yang diupayakan
merata dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak serta cairan sel akan keluar
dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh.
Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi substansi theaflavin
dan thearubigin yang merupakan komponen karakteristik penting baik terhadap
strength ( kekuatan ), Brisknees ( Kesegaran ), colour (warna), sensation ( rasa )
maupun brisk aromatic ( aroma cepat ) pada air seduhan teh hitam serta quality of
tea.
5. Pengeringan
Merupakan kegiatan pengeringan teh hitam dengan alat VIBRO FLUID
BED DRIVER, yaitu suhu INLET 110-150ºC, OUTLET 80-90 ºC sampai
keadaan daun benar-benar kering. Praktikum yang dilakukan memerlukan waktu
18-20 menit, dengan kadar airbubuk kering 2,8 – 3,8%. Setiap selesai pengeringan
akan di adakan INDERAWI hasil pengeringan tiap 20 menit sekli.
Proses pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis (
aktivitas enzim ) pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah
secara optimal terbentuk, yaitu mempertahankan sifat-sifat yang diperoleh selama

24
proses fermentasi (warna, aroma dan rasa). Proses ini menyebabkan kadar air
dalam daun teh turun menjadi 2-3% dan ketahanan terhadap perkembangbiakkan
jamur.
6. Pengemasan
Tujuan dari pengemasan disini yaitu untuk mengurangi resiko kerusakan pada
produk teh hitam dan untuk mempermudah pengangkutan ketika akan di
kontribusikan kepada masyarakat.

4.2 Tanaman Kakao


4.2.1 Hasil

4.2.2 Pemahasan Tanaman Kakao


A. Sortasi Buah

25
Sortasi yaitu memisahkan buah yang baik dengan dengan buah yang rusak
atau terserang hama/ penyakit. Buah yang terserang hama/ penyakit langsung
dibuang dengan cara membenamkannya ke dalam tanah. Selanjutnya buah yang
baik diolah lebih lanjut dengan pemeraman atau penyimpanan buah kemudian
dipecahkan .
B. Pemeraman atau Penyimpanan Buah
Pemeraman bertujuan untuk memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.
Caranya buah dimasukkan dalam keranjang atau karung goni dan disimpan
ditempat yang bersih dengan dialasi daun-daunan ,kemudian tumpukan buah
ditutup dengan daun-daunan . Waktu pemeraman berkisar 5 - 12 hari tergantung
kondisi setempat dan tingkat kemasakan buah.
C. Pemecahan Buah Kakao
Pemecahan buah Kakao, dimaksudkan untuk mengeluarkan dan
memisahkan biji kakao dari kulit buah dan placentanya. Buah dipecah kulitnya
dengan dipukul kearah punggung buah arah miring menggunakan pemukul kayu
yang bulat atau dengan memukulkan sesama buah kakao. Dilakukan secara
berhati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao. Bila kulit telah terbagi
dua, diambil bijinya dan disimpan dalam plastik atau dalam keranjang yang diberi
alas. Setelah pemecahan buah selesai, kulit buah dibenamkan pada tanah areal
pertanaman yang dapat sebagai penambah hara bagi tanaman sedalam 0,5 m.
Selanjutnya pisahkan biji yang cacat dengan biji yang baik. Fermentasikan biji
yang baik, sedangkan biji yang cacat langsung dikeringkan.
D. Fermentasi Biji Kakao
Merupakan inti pengolahan biji kakao, karena dalam proses ini terbentuknya
cita rasa khas coklat. mutu, aroma dan warna coklat cerah dan bersih
,pengurangan rasa pahit dan sepat serta perbaikan kenampakan fisik biji. Proses
fermentasi dapat dilakukan didalam wadah fermentasi dapat berupa keranjang
bambu atau kotak kayu/ peti yang berlubang disisinya dengan jarak lubang 10 -15
cm dengan diameter 1 cm .Kotak fermentasi sebaiknya dibuat ukuran 40 x 40 cm,
tinggi 50 cm untuk skala kecil. Sedang skala besar lebar 100 - 120 cm, panjang
150 - 165 cm, tinggi 50 cm. Cara fermentasi dengan menumpuk biji kakao dengan

26
daun pisang dalam keranjang bambu atau dimasukkan ke dalam kotak kayu atau
bisa juga dengan menumpuk diatas ranting-ranting kayu yang dialasi dengan daun
pisang, kemudian ditutup dengan daun pisang. Tinggi minimum tumpukan biji
dalam kotak 40 cm. Selama fermentasi, biji dihindarkan bersinggungan dengan
logam. Biji dibalikkan setelah 48 jam ( hari ke 3) proses fermentasi. Proses
fermentasi biasanya berlangsung 4 -6 hari. Setelah hari ke 6 biji-biji dikeluarkan
dan siap untuk dijemur.
E. Perendaman dan Pencucian Biji
Perendaman dan pencucian tidak mutlak dilakukan tergantung permintaan
konsumen. Biji kakao dari buah yang sudah diperam selama 5 - 12 hari tidak perlu
dicuci karena kadar kulitnya sudah rendah. Pencucian bertujuan untuk
menghentikan proses fermentasi, mengurangi lapisan lendir agar pengeringan
dapat dipercepat, kadar kulit lebih rendah dan rupa luar lebih menarik. Biasanya
biji yang mengalami pencucian menghasilkan kulit biji yang tipis sehingga rapuh
dan mudah terkelupas. Sedangkan biji yang tanpa pencucian memiliki rendemen
yang tinggi dan kulitnya tidak rapuh. Aroma biji tanpa pencucian juga lebih baik
karena tidak ada bagian yang dibilas air. Pencucian yang terlalu bersih dapat
menghilangkan selaput lendir dan kehilangan berat serta membuat kulit biji
mudah terkelupas. Oleh karena itu disarankan melakukan pencucian setengah
bersih agar kenampakan baik, pengeringan cepat dan tidak terlalu menurunkan
rendemen (berat). Sebelum dicuci, biji kakao direndam lebih dahulu selama 2 jam
untuk meningkatkan jumlah biji bulat, kenampakan menarik. Pencucian dilakukan
secara manual dengan tangan atau dengan dengan mesin cuci selama 1 jam.

F. Pengeringan
Setelah biji dicuci, ditiriskan dan dikeringkan. Pengeringan dapat
dilaksanakan dengan penjemuran atau pengering buatan atau kombinasi keduanya.
Tujuan pengeringan untuk menurunkan kadar air dari 60 % menjadi 6 - 7 %. dan
menyempurnakan pembentukan aroma dan warna. Pengeringan dapat dilakukan
dengan menjemur biji kakao dengan menggunakan balai bambu setinggi 1 m dari
tanah atau diatas terpal/ lantai jemur. Tinggi tumpukan tidak lebih dari 3 lapis biji

27
(tebal 3- 5 cm). Lama penjemuran 6 hari sampai biji benar-benar kering. Dibalik
1- 2 jam sekali, tergantung cuaca.Dengan pengeringan buatan pada temperatur 55
- 60 derajat celcius selama 30 jam dengan pembalikan biji setiap 3 jam. Kriteria
biji kering : rapuh atau mudah patah.
Sortasi biji kering, merupakan tahap terakhir dari pengolahan untuk
menentukan mutu biji kakao. Tujuannya untuk memisahkan biji kakao dari
kotoran yang terikut, biji yang pecah, rusak atau benda asing lainnya. Selain itu
memisahkan biji berdasar kenampakan fisik dan ukuran/ berat biji. Sortasi
dilakukan secara visual dengan membuang biji-biji yang jelek dan mutu rendah.
Penetapan kualitas biji didasarkan dari kulit ari, kadar lemak dan kadar air.

4.3 Tanaman Karet


4.3.1 Hasil

28
4.3.2 Pembahasan Tanaman karet
1. Cara pengolahan karet
a. menentukan faktor pengering
b. menentukan k3(Kadar karet kering)
c. mentukan kebutuhan latek
d. menetukan taksiran kering
e. menentukan asam semut untuk campuran
f. menentukan kebutuhan air pengencer
2. Penggilangan
a. pastikan mesin giling siap untk digunakan

29
b. setelah kuran ± 2 jam pembekuan koagolum mencapai tingkat kekenya
nlan yang pas, plastik penutup dibuka.
c. kocor dengan air higga meluap agar koagolum tidak teroksidasi.
d. angkat kogolum satu persatu dengan hat-hati ke talang koagolum
e. pipihkan bagian depan koagolum masukkan dg hati2 ke mesin giling
f. bilas shet agar bebas dari serum
g. tata shet satu serstu pd kereta dorong hindari terjadinya lipatan
h. shet siap untuk pengasapan dan pengeringan
3. pengasapan dan pengeringan
a. tata shet satu persatu di glantang, jarak antar glantang 1 gengga
hindari shet saling tempel.
b. atur suhu pengasapan: hari 1 40-45˚c hari 2 45-50˚c(pembalikan)
hari 3 50-55˚c hari 4 55-60˚c sampai masak
4. standar pemakaian kayu bakar 4m3/ton kering.
5. atur penggunaan kayu bakar untuk pengasapan hari pertama dan kedua dg
kayu asap, hari ketiga dan selanjutnya gunakan kayu campuran dan kalori
tinggi.
6. lakukan uji petik pengasapan dan pengeringan pada hari ke 4 dan ke 5
7. shet dan siap untuk di proses

4.4 Hasil
4.4.1 Hasil Tanaman Kopi

30
4.4.2 Pembahasan Tanaman Kopi
bahwa sortasi biji kopi tidak begitu bagus dan sedikit lumayan. Dan
aroma ( bau ) dan rasa juga tidak sesuai dengan diharapkan para peneliti biji
kopi. Mungkin disebabkan pada saat panen buah masak di kebun sehingga
menyebabkan biji kopi rusak, sehingga mempengaruhi sortasi yang kami
lakukan. Mungkin juga pada saat metik buah di kebun tidak hati – hati
sehingga kopi yang di hasilkan tidak bagus.
Mungkin juga pada saat pengolahan sehingga banyak biji kopi yang
rusak dan pecah – pecah serta berlubang. Mungkin juga pada panen buah
kopi dicampur dengan dengan yang tidak bagus sehingga menpengaruhi buah
kopi yang lainnya dan menyebabkan warna buah kopi menjadi hitam serta
dalam penyimpanan tidak begitu diperhatikan sehingga menyebabkan bau
apek ( stale ).
Sebaiknya pada saat panen perlu di perhatikan tahap – tahap
pengolahannya. Karena jika tidak diperhatikan dengan baik bisa
menyebabkan buah kopi rusak dan busuk seta baunya tidak begitu bagus.
Dan didalam pengolahan kopi juga perlu di perhatikan jenis kopi apa yang
akan di pakai untuk pengolahan.
Akan tetapi pengurangan kadar kafein itu tidak menpengaruhi rasa kopi,
rasa dan aroma seduhan kopi tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan
rasa seduhan non kopi. Sedangkan kafein itu sendiri berupa alkohol secara
alamiah yang terbentuk di dalam kopi. Sehingga menyebabkan kopij tersebut
menpunyai ciri – ciri yang khas tersendiri. Jika kita terlalu banyak

31
mengkomsumsi kopi bisa menyebabkan susah tidur karena banyak sekali
mengandung kafein yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
The Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti
:Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea, dan Camellia sinensis . Tanaman
teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan,
Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalamfamili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung,getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salahsatu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting
bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber
pendapatan petani dan devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya
agrobisnis kakao dan agroindustri.
Tapi kafeein ini tidak hanya berada di dalam biji kopi saja, bahkan bisa
didalam daun teh maupun di dalam daun kopi itu sendiri. Akan tetapi, kebanyakan
orang menyukai kopi untuk di komsumsi untuk keperluan sehari – hari. Kopi
merupakan minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi masyarakat,
dari yang miskin sampai kaya. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis rendah
dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar. Meskipun demikian
kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah
yang besar berpengaruh tidak baik bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

32
Etta Dias,2013 penelitian tanaman teh .jurnal universitas Penjajaran ( di akses
9 januari 2019 )
firdausil,2006.peenelitian tentang tanaman karet.institut pertanian bogor ( di
akses 9 januari 2019 ).
Goenadi .2006.pengujian organolaptik,pengawasan mutu fisik.( diakses pada
12 januari 2019).
Menurut Sivetz dan Desroirer (1979).kopi paduan budidaya dan pengolahan
kopi arabika dan robusta.penebar swadaya Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai