Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Subkultur Tanaman Anggrek (Dendrobium sp) Pada Medium Murashige &
Skoog (MS) Secara In Vitro”

Disusun Oleh:

NAMA : RIFAI
NIM : D1B117190
KELAS : AGT-B
KELOMPOK : 5 (SHEET 1)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur jaringan

digunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas akan virus, mengatasi

kompatibilitas seksual, hibridisasi somatik, perbaikan genetik, menghasilkan

tanaman haploid, triploid, dan poliploid, seleksi mutan tahan garam tinggi,

kekeringan, herbisida, bebas hama dan penyakit dalam pelaksanaan teknik in vitro

dapat melalui jalur organogenesis (melalui pembentukan organ langsung dari

eksplan dan embryogenesis) dan melalui pembentukan embrio somatic.

Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringanmelalui embryogenesis somatic lebih

menguntungkan daripada melaluiorganogenesis dikarenakan menghasilkan

tanaman baru dalam jumlah yang banyak selain itu, juga karena embrio somatik

berasal dari sel tunggal sehinggadapat dengan mudah mengatur atau mengatasi

proses pertumbuhan pada setiap individu tanaman dalam tanaman.

Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman

melalui kultur jaringan. Pada dasarnya subkultur kita memotong, membelah dan

menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan

bertambah banyak. Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang

relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Subkultur

dilakukan karena beberapa alasan berikut, tanaman sudah memenuhi atau sudah

setinggi botol, tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga

pertumbuhannya berkurang, tanaman mulai kekurangan hara,media dalam botol

sudah mongering Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang

berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman

yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisang-pisangan,

alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema.

Anggrek merupakan salah satu anggota family Orchidaceae yang dapat

dijumpai hampir diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai dari

dataran rendah hingga tinggi, bahkan sampai ke daerah perbatasan pegunungan

bersalju. Bermacam variasi bentuk, warna, bau,dan ukuran dengan ciri-ciri yang

unik menjadi daya tarik anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias berbunga

indah. Anggrek merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecepatan

tumbuh lambat dan berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jika yang menjadi

tujuan pemeliharaan dalah memproduksi bunga. Tanaman anggrek mempunyai

pola pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Pertumbuhan

anggrek, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, batang, daun, dan akar) serta

pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah, dan biji) tidak

hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan faktor

pemeliharaan.

Pada dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk

melakukan penyerbukan sendiri, sehingga perkembangbiakannya pun cukup sulit.

Selain itu, biji yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang

sangat keras serta tebal membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa

bantuan manusia, kecuali anggrek yang tumbuh liar di hutan. Perbanyakan

anggrek dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Secara generatif,


perbanyakan dilakukan melalui proses perkecambahan biji anggrek secara in

vitro yang diawali dengan penanaman biji dengan cara penaburan biji pada media

padat atau cair. Biji tersebut dapat ditumbuhkan langsung menjadi planlet. Secara

vegetatif perbanyakan dapat dilakukan menggunakan bagian somatis tanaman

melalui subkultur yang ditanam dalam media tanam sehingga tumbuh

menjadiPLB (protocorm like bodies) dan kemudian diregenerasikan menjadi

planlet. Hal tersebut dapat dilakukan melalui modifikasi media baik hormon

maupun nutrisi.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum guna

mengetahui cara subkultur tanaman anggrek pada medium murashige & skoog

(MS) secara in vitro.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk mengatahui cara subkultur tanaman

anggrek pada medium sapih secara in vitro.


I. TINJAUAN PUSTAKA

Teknik in vitro digunakan untuk mendapatkan bibit anggrek dalam jumlah

yang lebih besar dan waktu yang relatif cepat. Secara alami anggrek sering sulit

mengalami perkecambahan karena faktor lingkungan yang kurang mendukung.

Oleh karena itu, pelaksanaan teknik pembibitan secara kultur in vitro mampu

memberi keuntungan baik dari segi penghematan ruang, waktu, tenaga maupun

uang. Kuktur in vitro secara komersial telah banyak menghasilkan tanaman dalam

jumlah banyak. Tanaman anggrek Cattleya sp merupakan famili Orchidaceae

yang menjadi salah satu tanaman hias yang populer di seluruh dunia. Tanaman ini

memiliki jenis, variasi bentuk, warna, dan karakter bunga yang sangat indah dan

unik (Qosim, 2012).

Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam family

Orchidaceae yang menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika

yang tinggi anggrek juga mempunyai bentuk, ukuran, dan warna bunganya yang

sangat bervariasi. Daya tahan atau kesegaran bunga anggrek yang relatif lama

menjadi faktor tingginya nilai ekonomi anggrek, sehingga memberikan prospek

pasar yang cukup cerah dan meningkatkan minat para pemulia tanaman untuk

menghasilkan anggrek hibrida baru. Produksi tanaman anggrek di Indonesia pada

tahun 2015 adalah 21.514.789 tanaman. Angka ini menunjukkan bahwa anggrek

berada pada posisi ketiga setelah krisan dan mawar (Aditya, 2015).

Anggrek merupakan salah satu anggota family Orchidaceae yang

dapat dijumpai hampir diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai

dari dataran rendah hingga tinggi, bahkan sampai ke daerah perbatasan


pegunungan bersalju. Bermacam variasi bentuk, warna, bau, dan ukuran dengan

cirri-ciri yang unik menjadi daya tarik anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias

berbunga indah. Anggrek merupakan salah satu tanaman yang mempunyai

kecepatan tumbuh lambat dan berbeda- beda. Hal ini sangat berpengaruh jika

yang menjadi tujuan pemeliharaan adalah memproduksi bunga. Tanaman

anggrek mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman hias

lainnya. Pertumbuhan anggrek, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, batang, daun,

dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah,

dan biji) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetic, tetapi juga oleh faktor iklim

dan faktor pemeliharaan. (Widiastoet, 2010)

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur

jaringandigunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas akan virus,

mengatasiinkompatibilitas seksual, hibridisasi somatik, perbaikan genetik,

menghasilkantanaman haploid, triploid, dan poliploid, seleksi mutan tahan garam

tinggi,kekeringan, herbisida, bebas hama dan penyakit dalam pelaksanaan teknik

in vitro dapat melalui jalur organogenesis (melalui pembentukan organ langsung

dari eksplan dan embryogenesis (melalui pembentukan embrio somatic#$

Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringanmelalui embryogenesis somatic lebih

menguntungkan daripada melaluiorganogenesis dikarenakan menghasilkan

tanaman baru dalam jumlah yang banyak selain itu, juga karena embrio somatic

berasal dari sel tunggal sehinggadapat dengan mudah mengatur atau mengatasi

proses pertumbuhan pada setiap individu tanaman dalam tanaman.

(Kasutjianingati, 2013).
Sebelum ditanam sebagai bibit dalam pot, bibit anggrek hasil perbanyakan

in vitro memerlukan suatu tahap penyesuaian terhadap cekaman lingkungan yang

baru, yang disebut tahap aklimatisasi. Tahap akhir dalam kegiatan budidaya

tanaman secara kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan

jika planlet sudah memiliki organ lengkap yang umumnya berumur delapan

hingga dua belas bulan. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian terhadap

iklim pada lingkungan baru yang merupakan masalah penting dalam budidaya

tanaman menggunakan bibit dari teknik kultur jaringan (Handini 2012).

Penanaman eksplan dilakukan dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)

yang sebelumnya telah disterilkan menggunakan alkohol 70%. Sebelum

penanaman eksplan dilakukan, LAFC dibiarkan menyala selama 30 menit.

Sebelum peralatan tanam yang akan digunakan dimasukkan ke dalam LAFC,

peralatan disemprot terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Penanaman

eksplan dilakukan dengan cara menanam tunas pada medium kultur. Tunas

diletakkan pada cawan petri dengan akuades steril menggunakan pinset. Pinset

dan scalpel yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu. Tunas dipotong

dengan ukuran panjang ± 2 cm. Kemudian eksplan tunas ditanam pada media

perlakuan (Isda, 2014).

Teknik kultur jaringan dapat untuk memperbanyak tanaman anggrek

secara cepat. Apabila ada anggrek yang bunganya bagus tetapi jumlahnya sedikit,

maka anggrek tersebut dapat diperbanyak dengan mengambil beberapa

tunasnya. Dengan menggunakan hormon yang tepat, tunas tersebut dapat

digandakan. Di samping itu, apabila telah didapatkan buah anggrek hasil silangan
di kebun, buah yang berisi puluhan ribu embrio di dalamnya dapat

ditumbuhkan dengan kultur jaringan pula. Embrio atau biji-biji dalam buah itu

apabila ditebar langsung di atas pot tidak akan tumbuh atau sulit sekali untuk

tumbuh. Di tempat asalnya (hutan) mungkin anggrek tersebut dapat tumbuh, tetapi

kemungkinannya kecil sekali. Tetapi melalui kultur jaringan dengan media yang

cocok biji-biji tersebut dapat ditumbuhkan (Trisno, 2012).

Tahap metode yang digunakan untuk perbanyakan pada tanaman

anggrek dan tembakau melalui teknik yang dilakukan diantara tahapan kultur

yaitu, subkulturn pada dasarnya subkultur adalah pemindahan planlet yang masih

sangatkecil (planlet muda# dari medium lama ke dalam medium baru yang

dilakukansecara aseptis karena semua kegiatannya dilakukan di dalam Laminar

Air Flow cabinet (LAFC) eknik dalam subkultur adalah untuk memisahkan,

memotong,membelah, dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga

jumlah tanamannya dapat bertambah banyak pada teknik subkultur mempunyai

tujuan supaya kultur atau planlet mendapatkan unsur hara atau nutrisi dalam

rangka pertumbuhannya sehingga subkultur mempunyai tahapan yang lebih

mudah dibandingkan tahapan lain dalam kultur jaringan (Corduk, 2011).

Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam

membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara optimal.

Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan menanam

bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi. Pada

dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk melakukan

penyerbukan sendiri, sehingga perkembangbiakannya pun cukup sulit. Selain itu,


biji yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang sangat

keras serta tebal membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa bantuan

manusia, kecuali anggrek yang tumbuh liar di hutan. Untuk mengatasi hal

tersebut dan menumbuhkan anggrek secara masal, maka tindakan yang bisa

dilakukan adalah dengan mengawinkan anaman anggrek (dapat sekaligus

memperoleh varietas persilangan yang baru (Aditya, 2012).

Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan dengan car

perkecambahan biji secara in-vitro, sehingga hasil yang diperoleh tidak

seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam. Setelah membentuk buah

dan berbiji, maka penumbuhan bijinya dilakukan secara in-vitro hingga menjadi

tanaman yang siap ditanam di area terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan.

Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua

tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek

yang tidak memiliki batang Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan

dengan cara perkecambahan biji secara in-vito sehingga hasil yang diperoleh tidak

seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam. Setelah membentuk buah

dan berbiji, maka penumbuhan bijinya dilakukan secara in-vitro hingga menjadi

tanaman yang siap ditanam di area terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan.

Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe

yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang

tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga

Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe

simpodial pada umumnya bersifat epifit (Rianawati, 2010)


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 November 2019 pukul

13.00 - 15.00 WITA, bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In vitro

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pisau, pinset, hand spayer

dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah alkohol 70 %, medium Mursahige & Skoog,

dan planlet anggrek, karet, plastic, Baylean ,tisuue.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Menyediakan alat dan bahan kemudian disterilkan menggunakan alkohol.

2. Membersihkan tangan sampai ke bagian lengan untuk menghindari

kontaminasi dengan menyemprotkan alkohol.

3. Setelah itu mengambil botol kultur yang telah disiapkan dan melepas

penutupnya.

4. Mengambil anggrek yang akan di perbanyak kemudian diletakkan ke dalam

cawan petri selanjutnya memotong bagian organ tanaman.

5. Melakukan penanaman, setelah itu disimpan ke ruang inkubasi.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum dapat di lihat pada tabel sebagai

berikut:

4.1.1.Tabel Pengamatan Subkultur Anggrek (Dendrobium sp) pada Medium


Sapih

Ulangan PH PJD PTT PD LD Gambar

1 0% - - - -

2 0% - - - -

3 0% - - - -
4 0% - - - -

Keterangan : PH : Presentasi Hidup (%)


PJD : Penambahan Jumlah Daun (Helai)
PTT : Penambahan Tinggi Tanaman (mm)
PD : Panjang Daun (mm)
LD : Lebar Daun (mm)
- : Kontaminasi

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum subkultur organ tamanan anggrek merupakan

merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan.

Pada dasarnya subkultur kita memotong, membelah dan menanam kembali

eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak.

Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut, tanaman sudah memenuhi

atau sudah setinggi botol, tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga

pertumbuhannya berkurang, tanaman mulai kekurangan hara,media dalam botol

sudah mengering. Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang

dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang

berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman

yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisang-pisangan,

alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema.


Penanaman eksplan dilakukan dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)

yang sebelumnya telah disterilkan menggunakan alkohol 70%. Sebelum

penanaman eksplan dilakukan, LAFC dibiarkan menyala selama 30 menit.

Sebelum peralatan tanam yang akan digunakan dimasukkan ke dalam LAFC,

peralatan disemprot terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Penanaman

eksplan dilakukan dengan cara menanam tunas pada medium kultur. Tunas

diletakkan pada cawan petri dengan akuades steril menggunakan pinset. Pinset

dan scalpel yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu. Tunas dipotong

dengan ukuran panjang ± 2 cm. Kemudian eksplan tunas ditanam pada media

perlakuan

Bahan yang digunakan adalah alkohol 70 %, medium sapih, dan planlet

anggrek, karet, plastic, Baylean ,tisuue. Serta alat yang digunakan adalah pisau,

pinset, hand spayer dan alat tulis. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji

anggrek secara in vitro umumnya sangat tinggi jika syaratnya terpenuhi yaitu

kondisi yang aseptik pada biji dan media kultur, kecukupan kandungan gula

sebagai sumber energi dan kecukupan nutrisi dan senyawa organik yang

diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan protocorm menjadi seedling.

Kegagalan dalam subkultur dapat berpengaruh ketika sel rusak, isi dari sitoplasma

dan vakuola menjadi tercampur, kemudian senyawa fenol teroksidasi menghambat

aktivitas enzim. Senyawa fenol yang berlebihan akan bersifat racun yang merusak

jaringan planlet dan akhirnya menyebabkan kematian planlet

Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam

membentuk tanaman muda m enjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara


optimal. Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan

menanam bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut

aklimatisasi. Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan dengan car

perkecambahan biji secara in-vitro, sehingga hasil yang diperoleh tidak

seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam. Setelah membentuk buah

dan berbiji, maka penumbuhan bijinya dilakukan secara in-vitro hingga menjadi

tanaman yang siap ditanam di area terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan.

Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua

tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek

yang tidak memiliki batang Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan

dengan cara perkecambahan biji secara in-vito sehingga hasil yang diperoleh tidak

seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam.

Teknik in vitro digunakan untuk mendapatkan bibit anggrek dalam jumlah

yang lebih besar dan waktu yang relatif cepat. Secara alami anggrek sering sulit

mengalami perkecambahan karena faktor lingkungan yang kurang mendukung.

Oleh karena itu, pelaksanaan teknik pembibitan secara kultur in vitro mampu

memberi keuntungan baik dari segi penghematan ruang, waktu, tenaga maupun

uang. Kuktur in vitro secara komersial telah banyak menghasilkan tanaman dalam

jumlah banyak. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara in vitro

umumnya sangat tinggi jika syaratnya terpenuhi yaitu kondisi yang aseptik pada

biji dan media kultur, kecukupan kandungan gula sebagai sumber energi dan

kecukupan nutrisi dan senyawa organik yang diperlukan untuk perkecambahan

dan pertumbuhan protocorm menjadi seedling. Kegagalan dalam subkultur dapat


berpengaruh ketika sel rusak, isi dari sitoplasma dan vakuola menjadi tercampur,

kemudian senyawa fenol teroksidasi menghambat aktivitas enzim. Senyawa fenol

yang berlebihan akan bersifat racun yang merusak jaringan planlet dan akhirnya

menyebabkan kematian planlet

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum subkultur tanaman

anggrek ini, pada perlakuan BAP + NAA pada hari selasa pertama pengamatan

tanggal 29 Oktober 2019 sampai hari terakhir pengamatn pada hari selasa tanggal

November 2019 pada pengamatan sama-sama mengalami kontamonasi pada

ulangan pertama sedangkan pada ulangan ke-2 dan ke-3 tidak mengalami

kontaminasi maka dapat disimpulkan bahwa pada ulangan pertama pada

perlakuan BAP + NAA medium pertama yang mengalami kontaminasi di

karenakan dalam pembuatan medium atau eksplan ada botol kultur yang sudah

terkontaminasi sebelum melakukan pekerjaan pembuatan medium tersebut.

Kontaminasi bisa terjadi kemungkinan disebabkan karena kurang sempurnanya

sterilisasi pada saat proses penanaman eksplan dalam laminator faktor pembatas,

organisme kecil yang masuk ke dalam media, botol kultur dan peralatan yang

kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur, dan kecerobohan dalam

pelaksanaa mungkin terjadi kesalahan atau kurang ketilitian dalam pembuatan

medium subkultur organ tanaman anggrek dari kejadian inilah kita mendapat

pelajaran bahwa dalam membuat suatu medium harus benar-benar teliti dan

dalam pembuatan medium eksplan pada subkultur tanaman anggrek. Sedangakan

pada ulangan ke-2 dan ke-3 dengan perlakuan yang sama tidak terkontaminsa

yang timbul disebabkan karena lingkungan kerja dan ruang kultur sudah steril
sebelum melakukan pembuatan subkultur organ tamanan anggrek, botol kultur

dan peralatan sudah sterilisasi sehingga tidak terjadi kontaminasi adanya timbul

seperti jamur, bakteri maupun cendawan.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada pengamatan subkultur organ tanaman anggrek pada hari

pertama samapi pengamatan hari terakhir tidak memuaskann atau tidak berhasil

secara sempurna dimana adah salah satu botol kultur yang terkontaminas sehinnga

ini menjadi suatu kendala dan pembelajaran diamana pada saat melakukan

praktikum harus benar- benar fokus, teliti dan serius sehingga tidak akan lagi

terjadi-kejadian yang sama seperti yang sudah terjadi pada praktikum pembuatan

sublultur organ tanamn anggrek ini yang mengalami kontaminasi tetapi itu tidak

menjadi suatu kendala jika kita memang mau berusaha pastinya prktikum yang

akan kita hadapi yang akan datang atau menemukan praktikum yang sama sepeerti

praktikum subkultur organ tanamn anggrek tidak akan lagi kekeliruan atau

mengalami hal-hal yang tidak di inginkan yang menyebabkan kegagalan atau

terjadi kontaminasi, yamg terjadi kontaminasi mungkin kurang sempurnanya

sterilisasi pada saat proses penanaman eksplan dalam laminator faktor pembatas,

organisme kecil yang masuk ke dalam media, botol kultur dan peralatan yang

kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur, dan kecerobohan dalam

pelaksanaan.

2.2. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini yaitu praktikan harus

konsentrasi dan teliti dalam memahami mengenai tahap-tahap pembuatan

subkultur organ tanaman anggrek.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya. 2010. Budidaya Tanaman Anggrek : Pengelolaan Pembibitan Anggrek


Phalaenopsisdi PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.
Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Badan Pusat Statistika. 2015. Data Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun
2013-2015. Badan Pusat Statistika. Jakarta Barat.

Corduk O, Nursen, dan Cuneyt A. 2011. Inhibition of Browning Problem During


Micropropagation of Sideritis trojana bornm. An Endemic Medicinal Herb
of Turkey. Romanian Biotechnological Letters. Vol. 16 ( 6):1-7.

Edrik 2010. In Vitro Culture of Higher Plant. Pertumbuhan Anggrek Dendrobium


lasianthera pada Tahap Aklimatisasi. Citrinum Secara In vitro Pada Media
Ms Dengan Penambahan NAA Dan BAP. Jurnal Agroteknos. 3 (3) : 144 –
154.

Handini AS. 2012. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan Anggrek


Dendrobium lasianthera pada Tahap Aklimatisasi. Bogor (ID) Fakultas
Pertanian: Institut Pertanian Bogor.

Isda MN, Fatonah S. 2014. Induksi Akar Pada Eksplan Tunas Anggrek
Grammatophylum Scriptum Var. Citrinum Secara In vitro Pada Media Ms
Dengan Penambahan NAA Dan BAP. Jurnal Biologi Vol 7 (2) : 53-57.

Kasutjianingati, Irawan R. 2013. Media Alternative Perbanyakan In vitro


Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis). Jurnal Agroteknos. 3 (3) : 184 –
189.

Mida RS. 2018. Perbandungan Pertumbuhan Anggrek Menggunakan Media Sub


Kultur dengan Penambahan Ektrak Buah Pisang Ambon dan Ektrak Buah
Nangka. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

Ning. 2013. Kultur In vitro Dan Konvensional Anggrek. Malang. Universitas


Malang.

Qosim. 2012. Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat Terhadap Kapasitas


Regenerasi Menggunakan Medium Mursahige & Skoog Pada Tunas
Hibrida Phalaenopsis In Vitro. J. Hort. 22 (4) : 360 - 365
Yusnita. 2012. Pemuliaan Tanaman Untuk Menghasilkan Anggrek Hibrida
Unggul. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai