Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tumbuhan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk Nipis memiliki beberapa nama yang berbeda di Indonesia, antara

lain jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk dhurga (Madura), lemo (Bali),

mudutelong (Flores) dan sebagainya. Jeruk nipis merupakan tumbuhan obat dari

family Rutaceae. Dalam pengobatan tradisional digunakan antara lain sebagai

peluruh dahak dan obat batuk (Sarwono, 2006).

Secara taksonomi, tanaman Citrus aurantifolia termasuk dalam klasifikasi

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rotales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle (Ferguson, 2002).

Menurut Dalimartha (2006), jeruk nipis (Citrus aurantifolia) termasuk ke

dalam famili Rutaceae. Jeruk nipis termasuk salah satu jenis Citrus gemuk yang

termasuk jenis tanaman perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.

Tingginya sekitar 0,5-3,5 meter. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

kersa, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya

majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat. Bunganya berukuran

majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan

diameter 1,5-2,5 cm. Buahnya berbentuk bulat, sebesar bola pingpong dengan

diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuningan. Buah jeruk nipis

yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya tumbuh di tempat-tempat

yang dapat memperoleh sinar matahari.

Gambar 1. Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) (Saraf, 2006).

Buah jeruk nipis mengandung bahan kimia diantaranya asam sitrat

sebanyak 7-7,6%, dammar lemak, mineral, vitamin B1, minyak terbang (minyak

atsiri atau essensial oil). Minyak essensial sebanyak 7% mengandung sitrat

limonene, fellandren, lemon, kamfer, geranil asetat, cadinen, linalin asetat,

flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan naringin.Selain itu, jeruk

nipis juga banyak mengandung vitamin C sebanyak 27mg/100g jeruk, Ca

sebanyak 40mg/100g jeruk dan pospat sebanyak 22 mg (Hariana, 2008) dan

(Chutia dkk., 2009).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah

obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat

larut. Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan pelarut yang cocok, diuapkan semua atau hampir semua dari

pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standartnya

(Anonim, 1986).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung

zak aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam sel

dengan yang diluar sel. Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : 10 bagian

simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana,

kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama

5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara

penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian dari maserasi adalah

pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986).

3. Skrining Fitokimia

Metode skrining fitokimia dipilih berdasarkan beberapa persyaratkan

antara lain sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan minimal, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari serta dapat memberikan

keterangan ada tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang ada.

Analisa kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa bioaktif dapat dilakukan

dengan uji tabung dan atau uji kualitatif secara KLT. Kedua metode ini dapat

digabungkan dan dapat dilakukan untuk melakukan survei tumbuhan di lapangan

(Harbone, 1987).

4. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat atau membasmi mikroba lain. Zat yang digunakan untuk

membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas

selektif setinggi mungkin. Zat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk

mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Setiabudy dan Gan, 1995).

Zat antibakteri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, berdasarkan efek

yang dihasilkan terhadap pertumbuhan bakteri (Madigan dkk., 2003) yaitu :

1) Bakteriostatik

Bakteriostatik merupakan efek yang menghambat pertumbuhan

bakteri, tetapi tidak menyebabkan kematian seluruh bakteri.Mekanisme

bakteriostatik biasanya terjadi pada ribosom yang menyebabkan

penghambatan sintesis protein.

2) Bakterisidal

Zat yang bersifat bakterisidal dapat membunuh bakteri, tetapi tidak

menyebabkan lisis atau pecahnya sel bakteri.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Faktor-faktor yang mempegaruhi aktivitas antibakteri :

a. pH lingkungan

b. Komponen-komponen perbenihan

c. Stabilitas obat

d. Besarnya inokulum bakteri

e. Masa pengeraman

f. Aktivitas metabolik mikroorganisme (Jawetz dkk., 1996).

5. Plak Gigi

Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) umumnya

disebabkan oleh plak gigi, yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama

dalam bidang kesehatan mulut dan gigi. Plak gigi merupakan lengketan yang

berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada permukaan gigi

(Kidd dan Bechal, 1992). Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak

gigi adalah bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida

ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan

dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans

(Roeslan, 1996).

Akumulasi bakteri penyebab plak gigi tidak terjadi secara kebetulan

melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Setelah permukaan gigi

dibersihkan dengan sempurna, email yang tidak tertutup oleh kotoran akan

bersentuhan dengan air ludah sehingga dalam beberapa menit akan menjadi

lapisan yang disebut pelikel. Pelikel tersebut merupakan endapan glikoprotein

yang berasal dari ludah dan terjadi tanpa adanya bakteri. Bakteri dapat tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

dengan cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak.

Bakteri ditemukan pertama-tama 4-6 jam setelah permukaan gigi dibersihkan.

Sebagian terdiri dari gram positif anaerob kokus dan setelah 6-10 hari mulai

tampak gram negatif anaerob. Bakteri kokus ditemukan berjumlah banyak, salah

satunya adalah Streptococcus mutans (Kidd dan Bechal, 1992).

Komposisi kimia plak terdiri dari 80% air dan 20% materi organik yaitu

40-50% protein, 13-18% karbohidrat dan 10-14% lipid serta materi anorganik

sebagai materi tambahan seperti kalsium dan fosfor. Plak mengandung 70-80%

bakteri yang di dalamnya terdapat lebih kurang 200-400 spesies yang berbeda.

Setiap 1 mm3 plak seberat 1 mg mengandung lebih dari 108 bakteri (Anggraeni

dkk., 2000).

Adanya akumulasi plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya

beberapa penyakit gigi seperti karies gigi (Kidd dan Bechal, 1992) dan

periodontal (Hamada, 1980). Oleh karena itu, perlu diadakan pengendalian

akumulasi plak gigi untuk menjaga kesehatan gigi. Pengendalian akumulasi plak

gigi dapat dilakukan secara mekanik maupun kimia. Pengendalian secara kimia

dapat dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri spesifik pembentuk

plak gigi.

6. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil

(tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian

berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 18-40 C. Streptococcus mutans biasanya


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling

kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Widya, 2008).

Klasifikasi bakteri (Widya, 2008):

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Orde : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans

Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.

Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi

mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan

Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi.

Spesies Streptococcus ini mampu menempel pada permukaan gigi. Hasil

fermentasi metabolismenya menghidrolisis sukrosa menjadi komponen

monosakarida, fruktosa dan glukosa. Enzim glukosiltransferase selanjutnya

merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang

difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel pada

permukaan gigi dan membentuk plak gigi (Pratiwi, 2008).

7. Uji Aktivitas Antibakeri

Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi

(sumuran) dan metode dilusi (pengenceran) (Pratiwi, 2008).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

a. Metode difusi atau disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

Metode difusi digunakan untuk menetukan aktivitas gen antimikroba.

Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang

terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri didalam media padat.

Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih disekitar cakram.

Luas daerah berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya

aktivitas antibakteri maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini adalah

yang paling sering digunakan (Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Consentration atau Kadar

Hambat Minimum, KHM) dan MBC (Minimum Bactericidal Concentration atau

Kadar Bunuh Minimum, KBM). Cara yang digunakan adalah membuat seri

pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri

uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa

adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang

ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair

tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri dan diinkubasi selama 18-

24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai

KBM (Pratiwi, 2008).

8. Obat Kumur

Definisi obat kumur (gargarisma/gargle) menurut Farmakope Indonesia

III adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau

pengobatan infeksi tenggorokan.

Menurut definisi yang lain, obat kumur adalah larutan yang biasanya

mengandung bahan penyegar nafas, astringen, demulsen, atau surfaktan, atau

antibakteri untuk menyegarkan dan membersihkan saluran pernafasan yang

pemakaiannya dengan berkumur (Backer, 1990). Selain bahan aktif yang

umumnya sebagai antibakteri, dalam formulasi obat kumur, bahan tambahan lain

yang digunakan adalah (Sagarin dan Gershon, 1972): dapar, surfaktan, dan aroma.

Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat

dijumpai dalam obat kumur, antara lain :

a. Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme

dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol,

benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid,

hexetidine, hypochlorous acid.

b. Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam

rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang

tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate.

c. Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal

berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada

jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan

asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat.

d. Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol,

minyak eukaliptol, minyak watergreen.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

e. Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari

fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium

bicarbonate.

f. Deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang

dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil

g. Deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian

menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan

juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan

bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci

mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate

Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:

1. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan.

2. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin.

3. Bahan pewarna.

4. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).

Secara garis besar, obat kumur dalam penggunaannya dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu (Sagarin dan Gershon, 1972):

a. Sebagai kosmetik; hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau

penghilang bau mulut.

b. Sebagai terapeutik; untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,

pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.

c. Sebagai kosmetik dan terapeutik.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Berdasarkan komposisinya, Sagarin dan Gershon (1972) menggolongkan

obat kumur dalam berbagai jenis, yaitu:

1. Obat kumur untuk kosmetik; terdiri dari air (dan biasanya alkohol), flavor,

dan zat pewarna. Biasanya juga mengandung surfaktan dengan tujuan

meningkatkan kelarutan minyak atsiri.

2. Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan atau

membunuh bakteri yang biasanya terdapat dalam jumlah besar di saluran

nafas. Komponen antiseptik dari obat kumur ini memegang peranan utama

untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi

efek langsung pada mukosa mulut, juga untuk mengurangi flokulasi dan

presipitasi protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis.

4. Obat kumur yang pekat, pada penggunaannya perlu diencerkan terlebih

dahulu.

5. Obat kumur yang didapar, aktivitasnya tergantung pada pH larutan. Pada

suasana alkali dapat mengurangi mucinous deposits dengan disperse dari

protein.

6. Obat kumur untuk deodoran, tergantung dari aktivitas antibakteri atau

dengan mekanisme lain untuk mendapatkan efek tersebut.

7. Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi,

mencegah karies gigi, atau meringankan beberapa kondisi patologis pada

mulut, gigi, atau tenggorokan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

9. Uji Pada Obat Kumur

Dalam Febriana (2006), pengujian obat kumur meliputi :

a. Uji Organoleptik (Soekarto, 1990)

Uji organoleptik merupakan uji dengan menggunakan indera manusia

sebagai instrumennya. Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji

penerimaan dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan

pribadinya terhadap produk yang disajikan. Tujuan dari uji penerimaan ini adalah

untuk mengetahui apakah produk obat tersebut disukai. Uji penerimaan yang

dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis agak terlatih.

Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya

terhadap warna, rasa dan aroma dari sampel obat kumur yang diberikan.

Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka ataupun ketidaksukaan. Skala

hedonik yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1= sangat tidak suka, 2= tidak

suka, 3= agak tidak suka, 4= netral, 5= agak suka, 6= suka, 7= sangat suka. Data

yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan analisis sidik ragam.

b. Pengukuran pH (Apriyantono, 1989)

Sebelum pengukuran, pH meter dikalibrasi menggunakan larutan buffer

standar pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan dengan cara elektroda dibilas

dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas tissue. Kemudian elektroda

dicelupkan pada larutan sampel dan dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh

pembacaan yang stabil, lalu nilai pH dicatat.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

c. Pengukuran Viskositas

Viskositas sampel obat kumur diukur dengan menggunakan Brookfield

viscometer. Sebelum pengukuran, alat diset dengan meratakan permukaan pada

mata kucing yang terdapat pada alat. Selanjutnya sampel (100mL) dicelupkan

sampai batas spindle yang telah ditetapkan. Viscometer dinyalakan selama ±10

detik, kemudian ditetapkan ukuran dan alat dimatikan. Viscometer dihitung

dengan mengkonversi nilai viskositas yang telah ditetapkan dengan skala pada

spindel.

d. Pengujian Total Mikroba (Fardiaz, 1989)

Sebanyak 1 ml sampel obat kumur dimasukkan ke dalam cawan petri

steril. Untuk setiap sampel digunakan dua cawan (duplo). Kemudian media PCA

steril yang telah didinginkan hingga suhunya 47-50°C dituang ke dalam cawan

sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara mendatar di atas meja supaya sampel

menyebar rata. Cawan berisi agar yang telah membeku diinkubasi dengan posisi

terbalik pada suhu 30°C selama 48 jam. Total mikroba ditetapkan dengan SPC

(Standard Plate Count). Cara penghitungan koloni dalam Standard Plate Count

(SPC) adalah : (Rahayu et al, 2001)

Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 30 sampai 300.

Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu

kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat

dihitung sebagai satu koloni.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal

dihitung sebagai satu koloni

10. Tinjauan Bahan

a. Sakarin Natrium

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau atau agak aromatik; sangat

manis.

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (95%) P.

Khasiat dan Penggunaan sebagai Zat tambahan (Anonim,1979).

Ketika ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet,

tetapi sejak 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S

dan berat molekulnya 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai

garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3-dihidro-3-oksobenzilsulfonasol,

benzosulfimida atau o-sulfobenzimida. Intensitas rasa manis garam natrium

sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10 %. Disamping rasa

manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang

rendah dari proses sintesis. Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula

karena mempunyai sifat yang stabil, nonkarsinogenik, nilai kalori rendah, dan

harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk mengganti

sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau bahan pangan berkalori rendah.

Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti

siklamat atau aspartam. Hal itu dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari

sakarin dan memperkuat rasa manis. Sebagai contoh kombinasi sakarin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran paling baik sebagai

pemanis yang menyerupai gula dalam minuman.

Produk pangan dan minuman yang menggunakan sakarin

diantaranyaadalah minuman ringan (soft drinks), permen, selai, bumbu salad,

gelatin rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin

digunakan sebagai bahan tambahan pada produk kesehatan mulut seperti pasta

gigi dan obat pencuci (penyegar) mulut (Cahyadi, 2006).

b. Natrium Benzoat

Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau hampir tidak

berbau.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol(95%) P.

Khasiat dan Penggunaan sebagai Zat pengawet (Anonim,1979).

Menurut Lawless (2002) dikenal 3 jenis minyak mint, yaitu minyak

peppermint (peppermint oil) dihasilkan dari herba tanaman Mentha piperita,

minyak cornmint dihasilkan dari Mentha arvensis, dan minyak spearmint

dihasilkan dari Mentha spicata. Jenis pertama dan kedua banyak dikenal di

Indonesia dan sudah dikembangkan di beberapa daerah dalam jumlah terbatas.

Penggunaan dalam makanan adalah 0,104% minyak peppermint dalam permen.

c. Minyak Permen

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau

aromatik, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.

Kelarutan : dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P

opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

yang dibuat dengan menambahkan 0,5 mL perak nitrat 0,1 N

pada campuran 0,5 mL natrium klorida 0,02 N dan 50 mL air.

Khasiat dan Penggunaan sebagai Zat tambahan (Anonim,1979).

Natrium benzoat adalah garam sodium dari asam benzoat dan ada dalam bentuk

garam ketika dilarutkan dalam air. Hal ini dapat diproduksi dengan mereaksikan

sodium hidroksida dengan asam benzoat. Pengawet ini banyak dijual dipasaran

dan digunakan untuk mengawetkan barbagai bahan makanan Benzoat sering

digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman seperti sari buah,

minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain

(Cahyadi, 2006).

Asam benzoat sangat sedikit larut dalam air dingin tetapi larut dalam air

panas, dimana ia akan mengkristal setelah didinginkan; asam benzoat larut dalam

alkohol dan eter dan jika direaksikan dengan larutan besi (III) klorida akan

membentuk endapan besi (III) benzoat basa berwarna jingga kekuningan dari

larutan-larutan netral (Vogel, 1985).

B. Kerangka Pemikiran

Jeruk nipis adalah salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia.

Tanaman ini memiliki banyak khasiat disetiap bagiannya terutama pada bagian

kulit. Kulit jeruk nipis dalam pengobatan tradisional digunakan sebagai obat

batuk, ketombe, mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan antimikroba.

Peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian dimana terbukti bahwa ekstrak

kulit jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap Streptococcus mutans.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Streptococcus mutans adalah salah satu jenis bakteri yang mendapat

perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan

karies gigi. Untuk mencegah terjadinya infeksi ini diperlukan pencegahan. Salah

satu upaya pencegahan adalah menciptakan lingkungan yang aseptis pada rongga

mulut. Hal ini dapat dilakukan dengan kumur-kumur dengan bahan antiseptik

yang dapat menurunkan jumlah populasi flora kuman pada rongga mulut. Obat

kumur yang tersedia di pasaran saat ini sangat banyak macamnya dan kesemuanya

memiliki keunggulan serta kekurangan yang bervariasi, seperti memberikan noda

warna pada gigi dan lidah, serta ada rasa pahit dan seakan tidak sensitif

membedakan rasa selama beberapa menit sampai beberapa jam setelah berkumur.

Hal ini sesuai dengan tingkat sensitifitas mukosa mulut masing-masing

individu.Untuk memperoleh obat kumur yang aman dan tidak ada efek

sampingnya bisa diperoleh dari bahan-bahan alami, seperti pemanfaatan kulit

jeruk nipis yang dibuat menjadi ekstrak.

Pada kulit jeruk nipis terdapat senyawa polifenol. Senyawa polifenol

tersebut adalah flavonoid, tanin dan saponin yang mempunyai aktivitas

antibakteri. Sehingga dilakukan pembuatan sediaan obat kumur dari kulit jeruk

nipis serta uji aktivitas antibakteri dari obat kumur tersebut terhadap

Streptococcus mutans. Ekstrak tersebut diekstraksi dengan metode maserasi. Hasil

ekstraksi dibuat dalam berbagai konsentrasi sediaan obat kumur dan diujikan pada

Streptococcus mutans.

Adanya aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona

bening. Zona bening yang terbentuk diukur diameternya. Hasil yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

kemudian dianalisis dengan uji statistik One Way Anova untuk mengetahui beda

nyata antar konsentrasi.

C. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dan teori di atas dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

1. Sediaan obat kumur yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) mempunyai stabilitas fisik yang baik.

2. Sediaan obat kumur yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap (Streptococcus

mutans).

Anda mungkin juga menyukai