Anda di halaman 1dari 7

LANDASAN SOSIOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Posted by R IZC A F IT R IA on 5 J U LI 2010


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak
hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas
yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang
telah memberikan jasanya kepada kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat
kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita juga
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam
pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan
IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan kurikulum.
Faktor pengembangan kurikulum dalam masyrakat
Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam
masyrakat, antara lain ;

 Kebutuhan masyarakat

Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu lembaga
pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan
sebagai penggali kebutuhan masyarakat.

 Perubahan dan perkembangan masyarakat

Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah. Perubahan dan
perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi.
Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi.

 Tri pusat pendidikan


Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat di
rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga pendidikan agama, serta
lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.
Ruang lingkup pengembangan kurikulum dalam masyrakat
Lingkungan atau dunia sekitar manusia pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu :

 Dunia alam kodrat

Dunia alam kodrat merupakan segala sesuatu di luar diri kita yang berpengaruh sangat kuat dalam
kehidupan kita, misalnya : penampakan alam (gunung,laut,dll). Untuk mengubah dan mengatasi
pengaruh tersebut maka kita harus dapat menggunakan IPTEK dengan benar. Dengan demikian
dalam mengembangkan kurikulum hendaknya kita berusaha untuk memasukkan masalah-masalah
yang berupa gejala-gejala dalam alam kodrat.

 Dunia sekitar benda-benda buatan manusia

Dunia sekitar benda-benda buatan manusia merupakan benda-benda yang diciptakan manusia
sebagai alat pemuas kubutuhannya. Untuk itu keterampilan fisik dan psikis harus dikembangkan
dalam pembelajaran, sehuingga dapat menghasilkan segala sesuatu yang menjadi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan masyarakat.

 Dunia sekitar manusia

Dunia sekitar manusia merupakan dunia yang paling kompleks, sebab selalu berubah dan dinamis.
Interaksi antar individu berjalan sangat aktif. Untuk itu diperlukannya norma dalam pergaulan
masyarakat agar interaksi dalat berjalan dengan baik.
Fungsi sistem dan lembaga pendidikan dari segi sosiologis bagi kepentingan masyarakat
Dari segi sosiologis sistem dan lembaga pendidikan di dalamnya dapat dipandang sebagai badan
yang mempunyai berbagai fungsi bagi kepentingan masyarakat, antara lain:

1. Mengadakan perbaikan, bahkan perombakan sosial


2. Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan mengadkan penelitian ilmiah
3. Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan nasional
4. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional
5. Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan dolongan elite
6. Mewujudkan revolusi sosial untuk melenyakan pengaruh pemerintahan terdahulu
7. Mendukung golongan tertentu seperti golongan militer, industri atau politik
8. Mengarahkan dan mendisiplinkan jalan pikiran generasi muda
9. Mendorong dan mempercepat laju kemajuan IPTEK

10. Mendidik generasi mudamenjadi arga negara nasional dan warga dunia
11. Mengajar keterampilan pokok seperti membaca, menulis, dan berhitung
12. Memberi keterampilan dasar berkaitan dengan mata pencaharian.

Sosiologi Sebagai Landasan Kurikulum


Kurikulum mutlak diperlukan dalam proses pendidikan karena tujuan dalam kurikulum
itulah yang akan menghasilkan lulusan dengan kompetensinya. Oleh karena itu diperlukan
kurikulum yang benar-benar menggali nilai sosial budaya serta mampu menyiapkan peserta didik
untuk menghadapi perubahan zaman.
Menurut undang-undang SISDIKNAS no. 21 tahun 2003 tujuan pendidikan di Indonesia
adalah melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas dan memiliki keterampilan hidup. Ketaqwaan
dibangun dari nilai-nilai agama serta budaya yang santun. Kecerdasan dan keterampilan hidup
ditumbuhkan dengan berbagai bacaan, eksperimen dan pelatihan. Jika dirunut kualitas atau
keunggulan suatu generasi ternyata terletak pada karakter yang kokoh dan baik. Disinilah
pentingnya memasukkan kurikulum untuk membangun karakter tersebut.
Kurikulum karakter bersumber pada nilai agama dan nilai sosial budaya yang terpuji.
Bangsa kita yang mayoritas muslim dan secara turun temurun hidup dalam budaya yang harmonis
serta gotong royong hendaknya menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum sehingga kurikulum
kita semestinya berisi tentang pengamalan agama yang benar, membudayakan kebiasaan gotong
royong dan santun pada setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan
dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih
mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri
yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan
dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya,
politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan
dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.

Kearifan lokal
Setiap bangsa memiliki kearifan lokal sesuai kondisi alam dan sosial budayanya. Kearifan
lokal ini bersifat unik karena menjadi ciri khas dari bangsa tersebut. Bangsa Jepang dikenal sebagai
bangsa yang memiliki semangat juang yang tinggi (Bushido) karena ditempa oleh alam yang rawan
gempa dan minim kekayaan alam, demikian pula yang terjadi pada bangsa Korea. Indonesia
sebagai bangsa yang besar, beragam suku, bahasa, budaya dan hidup di alam yang subur dan kaya
memiliki berbagai keunikan pada setiap daerahnya. Keunikan inilah yang semestinya dijadikan
sebagai pendekatan dalam pendidikan. Mendidik siswa dengan potensi kearifan lokal disebut In
Situ Development.

Guru sebagai Role Model


Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru. Guru tidak hanya berperan
sebagai pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai sosok yang
mengajarkan karakter yang baik. Setiap tutur kata, sikap dan perilaku guru akan menjadi inspirasi
dan contoh bagi siswanya. Guru menjadi role model atau teladan bagi para siswa. Oleh karena itu
guru hendaknya memiliki bekal ilmu yang mumpuni dan memiliki sikap serta perilaku terpuji.
Diperlukan proses pendidikan guru yang benar-benar mampu melahirkan guru dengan
karakteristik tersebut. Pada kenyataannya sekarang ini guru tidak banyak yang memiliki kualitas
sebagai role model. Berbagai faktor yang mendasarinya seperti tuntutan ekonomi, budaya gelar
dan gengsi serta potensi yang tidak sesuai (relevansi). Banyak orang ingin menjadi guru karena
konon profesi guru menghasilkan income yang besar. Budaya gelar dan mengejar gengsi telah
mendorong para siswa untuk kuliah dengan tujuan sekedar mendapat gelar kesarjanaan meskipun
selama proses pendidikannya melakukan plagiatisme dan pada saat lulus memilki kompetensi dan
kemandirian yang rendah. Banyak guru yang ‘menjadi guru’ karena terpaksa atau ikut-ikutan
karena potensi dasar sebagai seorang guru yaitu senang dan semangat untuk mengajar memang
tidak dimilikinya.
Guru yang mampu menjadi role model akan efektif mengajar nilai-nilai sosial budaya bagi
para siswanya. Dengan demikian para siswa akan menjadi lulusan yang mampu mengarahkan
kehidupan sosial dan budaya yang baik di masyarakat karena mereka menjadi role model di
masyarakat. Pelajar saat ini adalah iron stocks(sumber daya manusia) yang akan mewarnai
kehidupan sosial budaya di masa mendatang. Apapun profesinya, mereka akan memimpin dan
mewarnai lingkungannya dengan karakter yang diperoleh semasa pendidikan.

Bahan bacaan atau referensi


Bahan bacaan atau buku adalah gerbang ilmu sekaligus rujukan. Buku-buku yang
berkualitas mutlak diperlukan agar proses pemelajaran berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Saat ini kita masih sangat kekurangan bahan bacaan yang berkualitas terlebih
lagi bahan bacaan yang memuat nilai sosial budaya sebagai landasan pendidikan. Buku-buku yang
ada saat ini dominan berupa buku motivasi, kisah pesohor, kiat-kiat praktis dan komik-komik yang
jauh dari nilai kebaikan. Buku-buku yang membahas tentang kehidupan sosial yang baik, kekayaan
bahasa, budaya dan potensi unik setiap daerah masih sangat minim. Sehingga wajar jika nilai sosial
budaya belum dimasukkan dalam proses pemelajaran.

Kesimpulan

Dalam membuat suatu kurikulum diperlukan kajian yang mendalam tentang budaya &
kebiasaan masyarakat setempat. Kurikulum tidak boleh melanggar adat istiadat & tata karma
masyarakat setempat. Apabila kurikulum melanggar adat istiadat dikhawatirkan menyebabkan
masalah-masalah social baru seperti cultural lag bahkan konflik horizontal.

Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat setempat diperlukan penelitian berupa


observasi atau wawancara langsung terhadap masyarakat setempat. Observasi dipilih sebagai
metode penelitian yang tepat dikarenakan hukum adat bersifat abstrakdan tidak tertulis (konvensi).
Biasanya hukum ini terlahir setelah adanya kesepakatan nonformal masyarakat setempat.

Kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kebutuhan-kebutuhan


masyarakat tersebut dalam bentuk skill/keahlian khusus yang bermanfaat bagi lingkungannya.
Diutamakan sebuah kurikulum dapat membimbing masyarakat menjadi sumberdaya yang
produktif dalam mengolah potensi alam & social secara efisien.

Kondisi sosial budaya mempengaruhi proses pemelajaran dan lulusannya.Pendidikan akan


melahirkan lulusan yang akan menjadi insan yang mempengaruhi kondisi sosial budaya di masa
mendatang. Diperlukan kurikulum yang memuat nilai-nilai sosial budaya termasuk kearifan lokal.
Pendidikan berbasis sosial budaya mutlak membutuhkan guru sebagai role model dan bahan
bacaan yang berkualitas.

Dakir,H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta


Nasution,S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara
_________.1989. Kurikulum dan Pengajaran 2. Jakarta: Bina Aksara
Soetopo,Hendyat,dkk. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai