LANDASAN TEORI
A. Aspal Porus
Material pembentuk pada campuran aspal porus terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi (filler) jika diperlukan dan aspal dengan penetrasi 60-
70. Perencanaan campuran dilakukan guna mendapatkan beton aspal porus yang
sesuai dengan rencana kebutuhan porositas dan stabilitas perkerasan. Metode
rancangan campuran yang paling sering digunakan di Indonesia adalah metode
rancangan campuran berdasarkan pengujian empiris dengan menggunakan alat
Marshall (Bina Marga 2010 divisi 6 revisi 3).
15
16
B. Agregat
Sifat dan kualitas agregat menentukan durabilitas dan kemampuannya
dalam memikul beban lalu-lintas. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperiksa
antara lain (Sukirman, 1999) sebagai berikut :
susunan saringan. Batu pecah dan batu alam secara teori terbagi atas dua grup
yaitu agregat kasar dan halus, pemisah dari dua grup ini adalah ukuran saringan
no.4 (4,75 mm) dimana agregat yang berada di atasnya disebut agregat kasar dan
yang berada di bawahnya adalah agregat halus. Di laboratorium pembagian ini
diperbanyak untuk keperluan perkerasan jalan digunakan 3 zona gradasi atau
biasa disebut fraksi agregat, yaitu fraksi kasar, medium, dan halus.
Terdapat 2 cara penentuan gradasi suatu agregat yaitu, cara grafis dan
analitis. Dengan cara grafis data hasil analisa saringan diplotkan ke grafik semi
logaritma, di mana sumbu x adalah diameter saringan dalam skala logaritma dan
sumbu y adalah persen lolos saringan (%). Cara analitis dengan membuat
parameter koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) dan koefisien
kecekungan (coefficient of curvature).
4. Keausan agregat
Keausan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya penurunan
mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat yang digunakan harus
19
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10%
Perbandingan 1:5
SNI 03-4142-
Material lolos Ayakan No. 200 Maks. 2%
1996
Catatan: 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih .
20
Penertian lain adalah perbandingan antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Pengukuran berat jenis agregat
diperlukan untuk perencanaan campuran agregat dan aspal, campuran ini
berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibanding dengan
perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat.
Berdasarkan pemeriksaan berat jenis hasil yang akan didapatkan antara lain
berat jenis lepas (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis
semu (apparent), berat jenis efektif, dan penyerapan. Berat jenis lepas (bulk)
21
adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume pori yang ada.
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat dilewati oleh air. Berat jenis
semu (apparent) adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja
tanpa memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air. Berat jenis efektif
adalah nilai tengah dari berat jenis curah dan semu, terbentuk dari campuran
partikel kecuali pori-pori/rongga udara yang dapat menyerap air. Sedangkan
penyerapan (absorpsi) adalah perbandingan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori dengan berat agregat pada kondisi kering.
Rumus:
Bk
Berat jenis bulk = (III.4)
Bj Ba
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh = (III.5)
Bj Ba
Bk
Berat jenis semu = (III.6)
Bk Ba
Bj Bk
Penyerapan = x100% (III.7)
Bk
dengan:
Bk = Berat sampel kering oven (gr)
Bj = Berat sampel kering permukaan jenuh (gr)
Ba = Berat uji kering permukaan di dalam air (gr)
sesuai proving ring yang digunakan dalam penelitian ini digunakan proving ring
dengan kekuatan 10.000 lbf (5.000 kgf). Selanjutnya nilai stabilitas tersebut harus
disesuaikan dengan angka koreksi akibat dari tebal benda uji. Untuk nilai Flow
ditunjukkan pada angka pada jarum dial flow, satuan pada dialnya sudah sesuai
dalam satuam mm (milimeter), sehingga tidak diperlukan lagi konversi angka dan
kalibrasi jarum dial flow.
1. Stabilitas (Stability)
Nilai stabilitas terkoreksi dihitung dengan rumus:
S = q × c × k × 0,454 (III.14)
dengan :
S : nilai stabilitas terkoreksi (kg)
q : pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
k : faktor kalibrasi alat
c : angka koreksi ketebalan
0,454 : konversi beban dari lb ke kg
2. Flow
Flow dari pengujian Marshall adalah besarnya deformasi
vertikal sampel yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai
kondisi kestabilan maksimum sehingga sampel sampai batas runtuh
dinyatakam dalam satuan mm atau 0,01”
3. Marshall Quotient
Merupakan perbandingan antara stabilitas dengan kelelahan
plastis (flow) dan dinyatakan dalam kg/mm. Marshall Quotient
besarnya merupakan indikator dari kelenturan yang potensial
terhadap keretakan. Nilai Marshall Quotient dihitung dengan rumus
berikut :
𝑆
MQ = (III.15)
𝐹
dengan :
23
4. Kepadatan (Density)
Sifat kepadatan kering diperlukan berat dan volume dari sampel.
Berat dengan mudah dapat ditimbang namun penentuan volumenya
memerlukan ketelitian yang dilaksanakan dengan penimbangan di
udara dan saat seluruhnya berada di dalam air. Namun karena kondisi
sampel yang masih lemah, maka volume sampel dapat ditentukan
dengan mengukur dimensi sampel saja. Karena sampel masih dalam
keadaan belum benar-benar kering (setelah dicuring) dan untuk
mengeringkan spesimen secara penuh memerlukan waktu yang lama,
maka untuk efisiensi waktu dalam menetukan kepadatan kering, maka
diambil data dalam keadaan sampel belum benar-benar kering.
Kepadatan kering dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Asphalt
Institute, MS 14, 1989):
𝑊
Ɣw = (III. 16)
𝑉
(100 + RBC)
Ɣdry = ×𝐷 (III. 17)
(100 + 𝑅𝐵𝐶 + 𝑤)
dengan :
Ɣw : Density / berat isi basah (gr/cm3)
Ɣdry : Density / berat isi kering (gr/cm3)
RBC: Residual Bitumen Content (%)
V : Volume benda uji (cm3)
W : Berat di udara (gr)
w : Kadar air (%)
𝐺𝑚𝑏 .𝑃𝑠
VMA = (100 − )% dari volume bulk (III.18)
𝐺𝑠𝑏
𝐺𝑚𝑏 100
VMA = (100 − × 100)% dari volume bulk (III.19)
𝐺𝑠𝑏 100+𝑃𝑎1
dengan:
VMA = Volume pori antara agregat di dalam beton aspal
padat, % dari volume bulk beton aspal.
Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat.
Ps = Kadar agregat, % terhadap berat beton aspal padat.
Gsb = berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal
padat.
Pa1 = Presentase masing-masing agregat.
Vba = Volume aspal yang di serap agregat.
6. Volume pori dalam beton aspal padat VIM (Void in the mix)
Banyaknya pori yang berbeda dalam campuran beton aspal padat
(VIM) adalah banyaknya pori diantara butir-butir agregat yang
diselimuti aspal dan dinyatakan dalam persentase terhadap volume
beton aspal padat.
Dasar perhitungan nilai VIM dilakukan berdasarkan volume beton
aspal padat (bulk), 100 cm3 dan dihitung dengan formula berikut:
𝐺𝑚𝑚 −𝐺𝑚𝑏
VIM = (100× ) % dari volume bulk (III.20)
𝐺𝑚𝑚
dengan:
VIM = Volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume
bulk beton aspal Padat.
26
dengan:
VFA = Volume pori anara butir agregat yang terisi aspal, % dari
VMA
VMA = Volume pori antara butir agregat di dalam beton aspal
padat, % dari volume bulk beton aspal padat.
VIM = Volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk
beton aspal padat.
Nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) dapat dihitung dengan persamaan berikut
ini :
𝑆
𝐼𝐾𝑆 = 𝑆2 𝑥 100% (III.22)
1
dengan :
IKS : Indeks Kekuatan Sisa (%)
S1 : Stabilitas Marshall standar dengan perendaman selama 30 menit
pada suhu 60°C (kg)
S2 : Stabilitas Marshall setelah perendaman (kg)
dengan :
r : Indeks penurunan Stabilitas (%)
Si+1 : Persentase kekuatan sisa pada waktu ti+1 (%)
Si : Persentase kekuatan sisa pada waktu ti (%)
ti, ti+j : Periode perendaman, dimulai dari awal pengujian (jam)
dengan :
a :Persentase kehilangan kekuatan selama satu hari (%)
Si+1 : Persentase kekuatan sisa pada waktu ti+1 (%)
Si : Persentase kekuatan sisa pada waktu ti (%)
ti, ti+j : Periode perendaman, dimulai dari awal pengujian (jam)
tn : Total perendaman (jam)
Semakin kecil nilai IDK maka semakin kecil kehilangan kekuatan dan
semakin besar nilai IDK, maka semakin besar pula kehilangan kekuatannya
atau semakin tidak durable.
Sa = ( 100 – a ) (III.25)
Nilai Indeks Durabilitas Kedua juga dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
absolut dari ekuivalen kehilangan kekuatan sebagai berikut.
A = Sa x S o (III.26)
dengan :
A : Nilai absolut kehilangan kekuatan selama satu hari (kg)
So : Nilai absolut kekuatan awal (kg)
SA = ( So– A ) (III.27)
Tingkat durabilitas campuran beraspal dapat digambarkan dalam bentuk
kurva keawetan yang dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini :