Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

“PEMBUATAN SUPPOSITORIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 5

NAMA ANGGOTA :

 AYU SETYAWATI
 BAGAS DEWANTORO
 FARADINA ARIESTY RIZQIETA
 KARTIKA EKA RANI
SEMESTER : VA
GELOMBANG : I

LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI STRATA I
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2017
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt., karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat mengumpulkan laporan resmi praktikum yang diberikan oleh
Ibu Trisna, selaku dosen pembimbing praktikum “Formulasi dan Teknologi Sediaan Solid” di
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang yang berjudul “Pembuatan Suppositoria”
dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam marilah kita sanjungkan kepada Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW., semoga kita mendapatkan syafa’atnya kelak diakhir
zaman nanti. Aaminn ya rabbal alamin.

Laporan ini berisi tentang definisi suppositoria, kemudian jenis-jenisnya, serta


penggunaan suppositoria. Selain itu juga ada cara pembuatan suppositoria, dan juga hasil
pembuatan suppositoria kelompok kami.

Demikian laporan praktikum ini kami buat, semoga ilmu yang terdapat dalam
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
membangun kami butuhkan dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini, karena didunia ini
tidak ada satupun yang sempurna.

Tangerang, 29 November 2017

Penyusun

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA i


Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II : Tinjauan Pustaka .................................................................................... 2
2.1. Pengertian Suppositoria ...................................................................... 2
2.2. Keuntungan Suppositoria ................................................................... 2
2.3. Tujuan Penggunaan Suppositoria ....................................................... 2
2.4. Pembuatan Suppositoria ..................................................................... 3
2.5. Isi Berat Suppositoria ......................................................................... 3
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal .............. 4
2.7. Bahan-Bahan Dasar Suppositoria ...................................................... 4
2.8. Pembuatan Suppositoria Secara Umum ............................................. 4
2.9. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (oleum cacao) .......... 5
BAB III : Metodologi Praktikum .......................................................................... 8
3.1. Pre Formulasi ..................................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 8
3.3. Prosedur Pembuatan ........................................................................... 8
3.4. Evaluasi Sediaan ................................................................................ 9
3.4.1. Uji Homogenitas ...................................................................... 9
3.4.2. Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran ..................................... 9
3.4.3. Uji Waktu Hancur .................................................................... 9
3.4.4. Uji Keseragaman Bobot ........................................................... 10
3.4.5. Uji Kerapuhan .......................................................................... 10
BAB IV : Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 11
4.1. Hasil Praktikum .................................................................................. 11
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 11
BAB V : Penutup .................................................................................................. 14
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 14
5.2. Saran ................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ....................................................................................................... iv

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA ii


Daftar Lampiran

Lampiran Gambar 1 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 2 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 3 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 4 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 5 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 6 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 7 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 8 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 9 ..............................................................................................

Lampiran Gambar 10 ............................................................................................

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sediaan farmasi terbagi menjadi dua, semi solid dan solid. Sediaan semi solid adalah
sediaan farmasi setengah padat, contohnya seperti larutan, sirup, salep, krim, gel, dan lain-
lain. Sediaan solid merupakan sediaan farmasi berbentuk padat, seperti tablet dan
suppositoria. Suppositoria adalah obat solid ( padat ) berbentuk peluru yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam anus/rektum ( suppositoria rektal ), vagina ( suppositoria vagina ) atau
uretra ( suppositoria uretra ). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat. Obat ini mudah diserap didalam rektum karena rektum kaya akan
pembuluh darah. Obat suppositoria digunakan untuk orang yang tidak sadarkan diri, kejang,
dan juga obat yang tidak bisa dikonsumsi lewat oral. Obat suppositoria langsung terabsorpsi
dalam suhu tubuh manusia, sehingga proses ADME-nya langsung ke sistemik.
Suppositoria sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan. Seorang farmasis
harus memiliki pengetahuan tentang cara pembuatan sediaan farmasi, salah satunya
suppositoria. Membuat suppositoria tidak terlalu sulit, namun harus dalam kondisi yang steril
dan juga suhu yang terjaga. Maka dari itu, berdasarkan pernyataan diatas, maka dari itu
diperlukan praktikum ini agar mahasiswa/i farmasi khususnya STFM Tangerang dapat
mengetahui cara pembuatan suppositoria dan juga evaluasi sediaannya agar mengetahui
sediaan suppositoria yang dibuat sesuai dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia atau
tidak.

1.2. Tujuan
Agar mahasiswa/i STFM Tangerang dapat mengetahui cara pembuatan suppositoria yang
baik dan benar.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistemik. Bahan dasar
suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak
nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester
asam lemak polietilen glikol (Depkes R.I.,1995)
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu
tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah asam lemak coklat (Oleum cacao),
polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau Gelatin. Bobot
suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3g untuk orang dewasa dan 2g untuk
anak. Suppositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang
sejuk. Keuntunggan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.

2.2 Keuntungan Suppositoria


Dibanding penggunaan obat oral per oral atau melalui saluran pencernaan, adalah :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan otot olen enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi
efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)

2.3 Tujuan Penggunaan Suppositoria, yaitu :

1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila
penggunaan obat per oral tidak memungkinkan muntah atau pingsan.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 2


2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena
obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh
darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005)

2.4 Pembuatan Suppositoria

Secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam
cairan yang ada dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila
perlu, dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus
diserbuk halus.
2. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan dalam
cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan
dilapisi nikel atau logam lain, ada juga dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah
dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak
basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas (Anief, 2004)

2.5 Isi Berat Suppositoria


Dapat ditentukan dengn membuat percobaan sebagai berikut :
1. Menimbang obat untuk sebuah suppositoria.
2. Mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan.
3. Masukkan campuran tersebut ke dalam cetakan.
4. Mendinginkan cetakan yang berisi campuran tersebut. Setelah dingin suppositoria
dikeluarkan dari cetakan dan timbang.
5. Berat suppositoria dikurangi berat obatnya merupakan berat bahan dasar yang
harus ditimbang.
6. Berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam (Anief,2004)

Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari massa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan
parafin, minyak lemak, spiritus saponatus (Soft soap liniment). Yang terakhir jangan
digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan bereaksi dengan
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 3
sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutan Oleum Ricini dalam etanol. Untuk
suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin karena pada
pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut (Anief,2004)

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal :


A. Faktor fisiologis antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat
melalui mukosa, detoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan jaringan dan
terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.
B. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis,
ukuran partikel dan basis supositoria
C. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat supositoria harus dapat larut dalam air atau
meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak coklat (oleum
cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin
(Syamsuni,2005).

2.7 Bahan Dasar Suppositoria


Bahan dasar supositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tetapi
akan melunak pada suhu rectum dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukan perubahan warna, dan bau serta
pemisahan obat.
5. Kadar air mencukupi
6. Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan
harus jelas diketahui (Syamsuni,2007)

2.8 Pembuatan Suppositoria Secara Umum


Dapat dilakukan dengan cara sebahgai berikut :
1. Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan
yang ada di rektum
2. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat
harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 4
3. Setelah campuran obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu
dituang ke dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi
yang dilapisi nikel dan logam lain ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni,2005)
2.9 Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (oleum cacao) :
1. Merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palminat berwarna
putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, dan meleleh pada suhu 31-
34℃.
2. Karena mudah berbau tengik harus disimpan dalam wadah atau tempat sejuk,
kering, dan terlindung dari cahaya.
3. Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada
pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh sempurna
seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk
membentuk kristalnya kembali.
a. Bentuk 𝛼 (alfa) : Terjadi jika lelehan oleum cacao tadi didinginkan dan
segera pada OOC dan bentuk ini memiliki titik lebur 24 ℃ (menurut
literature lain 22℃).
b. Bentuk 𝛽 (beta) : Terjadi akibat oleum cacao tadi diaduk-aduk pada suhu
18-23℃ dan bentuk ini memiliki titik lebur 28-31℃.
c. Bentuk 𝛽 stabil (beta stabil) : Terjadi akibat perubahan bentuk secara
perlahan-lahan disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titil
lebur 34-35℃ (menurut literature lain 34-50℃).
d. Bentuk 𝛾 (gamma) : Terjadi dari pendinginan lelehan oleum cacao yang
sudah dingin (20℃) dan bentuk ini memiliki titik lebur 18℃.
4. Untuk menghindari bentuk-bentuk kristal tidak stabil diatas dapat dilakukan
dengan cara :
a. Oleum cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 nya saja yang
dilelehkan.
b. Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil kedalam lelehan oleum
cacao untuk mempercepat perubahan bentuk karena tidak stabil menjadi
bentuk stabil.
c. Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 5


5. Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan memiliki bau khas
dan bersifat polimorf (mempunyai banyak bentuk kristal). Jika dipanaskan,
pada suhu 30 ℃ berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi,
lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan
semua inti kristal stabil yang berguna untuk memadat. Jika didinginkan
dibawah suhu 15℃, akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar
mendapatkan supositoria yang stabil, pemanasan lemak coklar=t sebaiknya
dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap
mengandung inti kristal dari bentuk stabil.
6. Untuk menaikkan titik lebur lemak coklat digunakan tambaha cera atau
cetasium (spermaseti). Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 6% sebab
akan menghasilkan campuran yang mempunyai titik lebur diatas 37 ℃ dan
tidak boleh kurang dari 4% karena akan diperoleh titik lebur <33℃. Jika bahan
obat merupakan larutan dalam air, perlu diperhatikan bahwa lemak coklatnya
hanya sidikit menyerap air, oleh karena itu penambahan cera flava dapat juga
menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air.
7. Untuk menurunkan titik lebur coklat dapat juga digunakan tambahan sedikit
kloralhidrat atau fenol, atau minyak aksiri.
8. Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu dapat menghambat fifusi obat yang larut dalam lemak
pada tempat yang diobati.
9. Lemak coklat yang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu
yang tidak dapat terserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk
sediaan rectal karena disolusinya lambat.
10. Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar oleum cacao sebaiknya
dihindari karema :
a. Menyebabkan reaksi antara obat-obatan didalam suppositoria
b. Mempercepat tengiknya oleum cacao
c. Jika airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat
keluar dari suppositoria
11. Keburukan oleum cacao sebagai bahan dasar suppositoria :
a. Meleleh pada udara yang panas
b. Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 6


c. Titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu
d. Adanya sifat polimorfisme
e. Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (Syamsuni,2007)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 7


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Preformulasi
Paracetamol = 125 mg x 8 buah suppositoria = 1000 mg = 1 g
Vaselin album = 4 mg x 8 buah suppositoria = 32 mg = 0,032 g
Asetil Alkohol = 4%
= 0,04 x 2 = 0,08 x 8 = 0,64 mg = 0,0064 g
Oleum Cacao = 2 g
= 2000 – (125 + 4 + 0,08 )
= 2000 – 129,08
= 1870,92 mg x 8
= 14967,36 mg
= 15 g

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat 3.2.2. Bahan

 Stemper
 Paracetamol Serbuk
 Mortir
 Vaselin album
 Cetakan suppositoria
 Asetil alkohol
 Kompor
 Oleum cacao
 Panci
 Timbangan analitik
 Kertas perkamen
 Sendok
 Cawan porselen

3.3. Prosedur Pembuatan


1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mengoleskan paraffin dalam cetakan suppositoria

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 8


3. Meleburkan Oleum cacao hingga terbentuk seperti massa krim, diangkat

4. Memasukkan aminofillin ke dalam hasil leburan, diaduk ad homogen

5. Dituang kedalam cetakan suppositoria

6. Dibiarkan dingin dahulu, dimasukkan kedalam kulkas agar membeku

7. Menyiapkan alumunium foil sebagai kemasan

3.4. Evaluasi Sediaan

3.4.1. Uji Homogenitas


3.4.1.1. diambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri).
3.4.1.2. masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah
mikroskop.
3.4.1.3. cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.

3.4.2. Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran


3.4.2.1. diambil suppositoria yang sudah dibuat.
3.4.2.2. diamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai standar suppo
(berbentuk torpedo).

3.4.3. Uji Waktu Hancur


Suppo dimasukkan kedalam air yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, selama 3
menit.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 9


3.4.4. Uji Keseragaman Bobot
3.4.4.1. timbang suppo satu persatu dan hitung rata-ratanya.
3.4.4.2. hitung persen kelebihan masing-masing suppo terhadap bobot rata-ratanya.
Keseragaman/variasi bobot yang didapat tidak boleh lebih dari ±5%.

3.4.5. Uji Kerapuhan


3.4.5.1. suppositoria dipotong horizontal, kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui
bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar.
3.4.5.2. kemudian diberi beban seberat 20 N (lebih kurang 2 kg) dengan cara menggerakkan
jari atau batang yang dimasukkan kedalam tabung.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 10


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


4.1.1. Jumlah Sediaan suppositoria : 6 buah.

4.1.2. Uji Homogenitas :


Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil sampel kedalam preparat. Dilihat
dibawah mikroskop, suppositoria homogen (tidak ada partikel-partikel).

4.1.3. Uji Keseragaman Bentuk Dan Ukuran

Sesuai (Sesuai bentuknya seperti torpedo)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 11


4.1.4. Uji Waktu Hancur
Suppositoria hancur dalam waktu 3 menit.

4.1.5. Uji Keseragaman Bobot


Berat Suppositoria (gram) Rata-Rata
1 2 3 4 5 6
3,4180 3,4327 3,5069 3,4716 3,4017 3,4209 3,4419

4.1.6. Uji Kerapuhan


Suppositoria yang dibuat tidak rapuh, terbukti dengan pemotongan suppositoria
secara horizontal dan vertikal tidak langsung rapuh, tetapi mengikuti
potongannya.

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu membuat sediaan suppositoria dengan isi
paracetamol 125 mg. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai
pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Pada percobaan kali ini yaitu
membuat sediaan suppositoria dengan kandungan paracetamol 125 mg. Pembuatan
suppositoria ini menggunakan oleum cacao. Suppositoria ini kemudian dibuat dengan
meleburkan oleum cacao terlebih dahulu diatas penangas air, lalu meleburkan asetil alkohol
dan vaselin album. Setelah dileburkan, dijadikan satu semua bahan dan yang terakhir
dimasukkan yaitu paracetamol. Setelah membentuk cairan kental dan berwarna kuning muda,
dimasukkan ke dalam cetakan suppositoria. Setelah dimasukkan kedalam cetakan
suppositoria, agar sediaan suppositoria beku. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat
harus disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya suhu dibawah 30 ̊C.
Setelah suppositoria membeku, dilakukan evaluasi sediaan suppositoria. Evaluasi
sediaan suppositoria dilakukan untuk mengetahui kualitas dari suppositoria yang sudah dibuat
apakah memenuhi standar dari Farmakope Indonesia atau tidak. Sebelumnya, resep yang
dibuat yaitu untuk 8 buah suppositoria, namun suppositoria dalam percobaan ini yaitu 6 buah,
sehingga tidak sesuai dengan resep yang dibuat. Evaluasi sediaan yang pertama yaitu uji
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil salah satu suppositoria,
kemudian memotong sedikit, kemudian ditaruh dipreparat kemudian ditutup dengan kaca

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 12


preparat penutup. Setelah itu diamati dibawah mikroskop. Setelah diamati, suppositoria yang
dibuat yaitu homogen karena tidak adanya partikel yang terlihat dibawah mikroskop
(semuanya tercampur rata). Sediaan suppositoria yang baik salah satunya yaitu homogen.
Maka dari itu, sediaan suppositoria ini memenuhi salah satu persyaratan yaitu homogen.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji keseragaman bentuk dan ukuran. Menurut FI Edisi
III, suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk
torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Dilihat secara kasat mata,
bentuk dari sediaan suppositoria yang telah dibuat seragam dan berbentuk torpedo. Maka dari
itu, sesuai dengan bentuk dan ukuran suppositoria yaitu berbentuk torpedo dan panjangnya
sama, dapat dikatakan sediaan yang telah dibuat sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi III.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji waktu hancur. Uji untuk waktu hancur suppositoria
dan pesari adalah untuk menetapkan waktu hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan
suppositoria atau pesari dalam waktu yang ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan
media pada kondisi percobaan yang ditetapkan (FI Edisi IV, Depkes RI 1979). Sesuai dengan
prosedur, satu supositoria cetak diletakkan dalam cakram berlubang bawah dari alat logam
dan memasukkan alat logam itu kedalam tabung transparan dan kaitkan pada tabung.
Dimasukkan 3 sampel pada setiap tabung, pada suhu antara 36 ̊C-37 ̊C, dilengkapi dengan
suatu pengaduk lambat dan alat penopang agar bagian atas alt berjarak 90 mm dibawah
permukaan air. Setelah tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan.
Supositoria dinyatakan hancur sempurna bila : terlarut sempurna atau terdispersi menjadi
komponen, bagian lemak cair berkumpul pada permukaan, bagian serbuk yang tidak larut
berada didasar atau terlarut, atau menjadi lunak, mengalami perubahan dalam bentuknya
tanpa harus terspisah menjadi komponennya dan masa tidak mempunyai inti padat yang
memberikan rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca. Waktu hancur <30 menit untuk
supositoria dengan dasar lemak dan <60 menit untuk supositoria dengan dasar yang larut
dalam air (FI Edisi IV, Depkes RI 1979). Dari hasil percobaan, didapatkan hasil yaitu
supositoria hancur dalam waktu 3 menit dengan suhu sesuai prosedur diatas. Maka dari itu,
waktu hancurnya sesuai dengan ketentuan FI Edisi IV.
Evaluasi sediaan selanjutnya yaitu uji keseragaman bobot. Persyaratan keragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril), dengan atau tanpa
bahan inaktif atau zat aktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan
dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara
penyiapan ini. Cara menghitung keseragaman bobot yaitu menimbang satu persatu dari 6
sampel suppositoria, kemudian mencatat berat dari masing-masing sampel, lalu menghitung
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 13
rata-rata bobot dari suppositoria. Didapatkan hasil bahwa rata-rata dari suppositoria yang
dibuat adalah 3,4419 gram. Menurut FI Edisi III, bobot suppositoria dengan dasar lemak
coklat, untuk orang dewasa 3 g dan untuk anak 2 g. Maka dari itu, didapatkan hasil bahwa
suppositoria yang dibuat melebihi dari ketentuan, bobot yang berlebih sekitar 0,4419 g,
karena resep yang dibuat yaitu suppositoria untuk orang dewasa = 3 g.
Evaluasi sediaan suppositoria yang terakhir yaitu uji kerapuhan. Uji kerapuhan
dilakukan untuk melihat apakah suppositoria yang dibuat rapuh atau tidaknya. Dilakukan
dengan memotong suppositoria dengan penggaris secara horizontal dan vertikal. Didapatkan
hasil bahwa suppositoria yang dibuat tidak rapuh, terbukti dengan pemotongan suppositoria
secara horizontal dan vertikal tidak langsung rapuh, tetapi mengikuti potongannya.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 14


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
 Bentuk suppositoria sesuai dengan ketentuan standar yaitu berbentuk torpedo.
 Bahan dasar suppositoria yang digunakan adalah oleum cacao (lemak coklat), sesuai
dengan bahan yang sering digunakan dalam standar pembuatan suppositoria.
 Suppositoria yang dibuat memenuhi waktu hancur, yaitu < 30 menit = 3 menit, hancur
dalam suhu tubuh manusia = 36 ̊C – 37 ̊C.
 Untuk keseragaman bobot, suppositoria belum memenuhi persyaratan bobot, dengan
bobot berlebih 0,4419 g, menurut ketentuan bobot suppositoria yaitu 3 g, namun hasil
percobaan 3,4419 g.
 Suppositoria memenuhi persyaratan homogenitas, ditandai dengan tidak adanya
partikel pada preparat.
 Suppositoria yang dibuat tidak rapuh, terbukti dengan pemotongan suppositoria secara
horizontal dan vertikal tidak langsung rapuh, tetapi mengikuti potongannya.

5.1. Saran
 Resep yang dibuat haruslah sesuai dengan jumlah estimasi pembuatan.
 Praktikan lebih aseptis, dengan menggunakan masker dan sarung tangan.
 Praktikan menjaga kebersihan alat praktikum dan laboratorium.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 15


Daftar Pustaka

Moh, Anief. 2004. Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.

Depkes R.I. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Syamsuni,H.A. (2005). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.

Syamsuni, H.A.(2007). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 16


LAMPIRAN

1. Pembuatan Suppositoria

Menimbang Asetil Alkohol Menimbang Paracetamol Menimbang Vaselin Album


0,6438 g 125 mg

Meleburkan Oleum Cacao Memasukkan Oleum Cacao Meleburkan Asetil Alkohol


diatas penangas air dalam mortir diatas penangas air

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 17


Memasukkan vaselin album Memasukkan asetil alkohol
kedalam mortir, kemudian kedalam mortir, kemudian
diaduk diaduk

Memasukkan sediaan kedalam


Mengoleskan paraffin pada Memasukkan paracetamol
cetakan suppositoria
cetakan suppositoria kedalamnya

Sediaan sudah dimasukkan kedalam cetakan, Dimasukkan kedalam lemari


siap dimasukkan ke lemari pendingin pendingin suhu terkendali

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 18


2. Evaluasi Sediaan

Sediaan suppositoria dikeluarkan


Sediaan suppositoria yang sudah
dari lemari pendingin
membeku

Uji Homogenitas : tidak terdapat


Uji waktu hancur : suppositoria hancur dalam
partikel dalam preparat (homogen)
waktu 3 menit menggunakan alat disolusi

Uji Keseragaman bobot : sampel Uji Keseragaman bobot : sampel Uji Keseragaman bobot : sampel
suppositoria (1) suppositoria (2) suppositoria (3)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 19


Uji Keseragaman bobot : sampel Uji Keseragaman bobot : sampel
suppositoria (4) suppositoria (5)

Uji Keseragaman bobot : sampel


suppositoria (6)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID | SUPPOSITORIA 20

Anda mungkin juga menyukai