Makalah Farmakognosi Minyak Atsiri
Makalah Farmakognosi Minyak Atsiri
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah minyak atsiri ?
2. Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Apa saja penggolongan minyak atsiri ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang minyak atsiri yang
terkandung dalam tanaman.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil),
Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga
atau ayurveda.
4
2.2 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga
memiliki sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari
setiap minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri
adalah dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam
menentukan metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia
dan komposisinya dalam minyak asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis
menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara
0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu
dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari
ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di
peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
5
Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan
cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari
bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi
(0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan
bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat,
ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan
berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat
Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam
media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah
sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu
zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya.
Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar
patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu
medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
7
jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan
minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan karena
proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat
mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan
pengaruh yang tidak baik.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.
6) Warna
1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun
yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode
rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan
metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya
perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan
perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan
rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan
dengan sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa
9
minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai
bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan
untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya
18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan
ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo
kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak.
Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang
lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini
dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak tersebut.
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan
adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang
merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan
10
(ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan
(Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap
dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi
jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang
sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu,
bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.
2. Proses ekstraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya
air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak
atsiri berkontak dengan udara.
11
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen
2) Hidrokarbon teroksigenasi.
A. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
politerpen,
parafin,
olefin dan
hidrokarbon aromatik.
12
Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari
setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen.
Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol,
aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon
ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan
minyak terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :
Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis
kamfer, terpineol dan terpinil asetat.
Minyak terpentin dapat digunakan sebagai thiner (pengencer) dalam industry cat
dan pernis.
Minyak terpentin juga digunakan dalam industri perekat dan pelarut lilin.
α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus
molekul C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti
terpentin. Rumus strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena,
maka dari itu α-pinena termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena,
yaitu senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 10 atom karbon dimana satuan
13
terkecil dalam molekulnya disebut isoprena. α-Pinena mempunyai kegunaan yang
penting sebagai pembuat lilin, sintesis kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.
Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :
Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, sesqui,
di-, sester-, dan poli-terpenoid.
14
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
16
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah
menguap, biasanya hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat
kering udara, sedangkan bahan yang mengandung minyak atsiri yang
sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap
bercampur dengan persenywaan padat yang berbeda dalam hal
komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu :
1. PENYULINGAN
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor,
yaitu :
a. Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b. Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
c. Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan tekanan
atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini hanya
dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu
yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan
oleh adanya panas dan air
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air
dan panas
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.
e. Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.
17
2. PENGEPRESAN ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk
famili citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan
jika diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “ grape
fruit “ dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing
dan expeller pressing.
1. Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan
mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan tidak
dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun
titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan
mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
18
d. Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan tidak
tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar
1. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga
terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak
yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga
dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak atau
terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut hanya dapat mengekstraksi
minyak yang terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan tersebut kontak
dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih baik,
maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam
bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.
a. Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah
( keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena
19
memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan minyak
bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan
alcohol menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini
digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Keuntungan :
20
2. Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena kerusakannya relative
kecil.
Kerugian :
21
Mill
Akar wangi Vetiveria zizanioides Akar/rhizoma Indonesia, Lousiana
(Vetiver) Stap
Kunyit Curcuma longa Akar/rhizoma Amerika selatan
(Turmeric)
Jahe (ginger) Zingiber officinale Akar/rhizoma Jamaika
Roscoe
“Camphor” Cinnamomun Batang/kulit buah Formosa, Jepang
Camphora L
Kayu Cinnamomun Batang/kulit batang Prancis, Indo Cina
Manis zeylanicum Ness
(Cinnam
on)
Cendana Santalum Album L Batang/kulit batang Mysole, Inggris
(sandal wood)
CENGKEH
Famili : Myrtaceae
22
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung eugenol. Zat
serupa damar, tidak berasa, hablurnya berupa
jarum yang disebut kariofilin, zat penyamak dan
Gom.
KENANGA
Famili : Annonaceae
LAVENDER
Famili : Lamiaceae
23
Kegunaan : Bahan lotion anti nyamuk, aromaterapi, parfum, minyak gosok,
ramuan untuk mandi, dan obat-obatan.
MELATI
Famili : Oleaceae
Famili: Myrtaceae
24
Kegunaan: Perdaraham stomachichum, spasmolika.
Familia : Poaceae
Famili: Apiaceae
25
Kegunaan: Karminativa, obat mulas.
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari akar atau rhizoma
TANAMAN JAHE
Famili : Zingiberaceae
AKAR WANGI
Famili : Poaceae
KUNYIT
Famili : Zingiberaceae
27
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari batang atau kulit batang
Famili: Lauraceae
Kegunaan: Karminativa,
menghangatkan lambung, dicampur dengan adstringensia lainnya untuk obat mencret.
KAYU CENDANA
Famili : Santalaceae
TANAMAN SELEDRI
Famili: Apiaceae
29
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari daun atau buah
LADA HITAM
Famili : Piperaceae
30
Tabel Istlah yang berhubungan dengan kegunaan simplisia
Istilah Arti
Stomakika Memacu enzim-enzim pencernaan
Antiemetika Mencegah atau menghilangkan mual atau
muntah
Adstringensia Menciutkan selaput lendir atu pori/pengelat
Diaforetika/ sudorifika Memperbanyak keluarnya keringat atau
peluruh keringat
Karminativa Mengeluarkan angin dari dalam tubuh
manusia
Stimulansia Memicu susunan saraf pusat
Spasmolitika Melemaskan kejang-kejang otot perut
Antispasmodik Kejang pada tubuh (pereda kejang)
Kolagoga Membantu fungsi dari empedu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang
berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya
(khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian
alat dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.
31
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen
Kesehatan
32