Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS MASALAH

NAMA : MUHAMMAD RIZKY


NIM : 04011381722186
KELAS : GAMMA 2017

a. Bagaimana topografi pada region abdomen?(tasya,wildan,risky)

b. Mengapa dan bagaimana pasien tidak bisa BAB dan flatus?(wildan,risky,ala)


Flatus adalah gas yang berada dalam saluran cerna, dapat berupa udara yang tertelan saat makan
atau minum, gas yang terbentuk dari aktivitas bakteri usus, ataupun gas yang berdifusi dari darah
ke saluran cerna.Terjadinya flatus berhubungan erat dengan motilitas usus yang bergerak ke arah
anus.Maka jika tidak ada gas yang masuk maupun yang dihasilkan di dalam saluran cerna, atau
terganggunya motilitas usus, maka tidak terjadi flatus.

c. Apa hubungan nyeri hebat di daerah ulu hati 3 hari sebelumnya dengan keluhan
utama?(risky,ala,gaby)
Karena sudah terjadi nya peritonitis generalisata. Perinonitis Generalisata adalah suatu proses
inflamasi local atau menyeluruhpada peritoneum ( membrane serosa yang melapisi rongga
abdomen dan menutupivisera abdomen ) yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ
abdomen, perforasisaluran cerna, atau dari luka tembus abdomen yang tersebar luas pada
permukaanperitoneum.

d. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abdnormalitas dari pemeriksaan spesifik


NGT pada kasus?(tasya,wildan,risky)
1. Refluks dari Empedu
Karena cairan empedu disimpan di dalam hati dan kantong empedu, jika Anda menjalani operasi yang
menghilangkan kantong empedu atau infeksi pada hati, cairan empedu dari organ – organ ini akan
bercampur dengan asam dalam lambung dan bisa terlihat seperti cairan kehijauan ketika muntah. Hal
ini biasanya terjadi sebagai hasil dari pengoperasian kantung empedu. Walaupun begitu, adanya refluks
empedu juga bisa saja merupakan tanda dari infeksi yang parah.
2. Alkohol atau obat – obatan
Alkohol dan pengobatan dapat mengiritasi lambung Anda atau saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan muntah. Beberapa poin yang menarik disini adalah terlalu banyak mengonsumsi alkohol
bisa menjadi penyebab muntahnya seseorang. Obat – obatan mempunyai efek morfin yang dapat
memicu sakit pada lambung. mengaktifkan pemicu zona chemoreceptor dan tentu saja menyebabkan
muntah terus menerus.
3. Muntah Karena Makanan Tertentu
Makanan dapat menjadi penyebab cairan lambung berwarna hijau jika seseorang mengonsumsi
makanan yang tidak diolah dengan baik atau membuatnya alergi. Kejadian – kejadian tersebut bisa
memicu muntah terutama jika Anda mengonsumsi makanan yang tidak diketahui dapat menyebabkan
alergi pada tubuh Anda.

4. Penyumbatan Usus
Setelah makan, maka makanan tersebut akan beredar dalam interval yang rutin untuk melalui saluran
pencernaan untuk dikeluarkan melalui pergerakan usus. Ketika ada penyumbatan pada usus atau juga
dikenal sebagai obstruksi usus dan penyakit ileus , makanan akan terdorong keluar walaupun setelah
melalui proses pencernaan sebagian. Apabila ada sumbatan yang terjadi, muntah bisa saja terjadi
karena keluarnya cairan empedu tersebut dan mengakibatkan enzim lain tidak bisa lewat. Macam
sumbatan tersebut ada dua yaitu sumbatan penuh dan sumbatan parsial yang bisa menyumbat dimana
saja, misalnya diantara esofagus dan lambug atau antara lambung dan usuus, atau dibawah usus dua
belas jari. Sumbatan tersebut penyebabnya bisa berupa perlengketan usus, tumor, batu empedu atau
adanya penyempitan abnormal pada saluran cerna.
5. Perut kosong
Ketika seseorang muntah cairan empedu, seringkali mekanisme mempertahankan diri akan aktif
dengan mencoba menyingkirkan semua racun berbahaya dari tubuh melalui proses muntah. Muntah ini
bisa berlangsung ketika tidak ada lagi isi lambung yang perlu dikeluarkan sehingga melibatkan cairan
empedu berwarna hijau yang turut keluar ketika dorongan muntah masih ada namun perut sudah dalam
keadaan kosong . Untuk itu, pastikan agar tetap menjaga cairan tubuh dengan baik dan mencari
pertolongan medis apabila muntahan tidak juga berhenti, juga perlu untuk memelihara

6. Sindrom siklus muntah


Terkadang muntah terjadi tanpa adanya penyebab khusus sama sekali. Jika hal ini terjadi kepada Anda
setidaknya tiga kali dalam kurun waktu enam bulan maka mungkin saja Anda sedang menderita
sindrom siklus muntah tersebut.
7. Gastroenteritis (flu perut)
Penyakit ini terjadi ketika perut menjadi teriritasi dan meradang disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus. Terkadang gastroenteritis disebut flu perut dan menyebabkan muntah serta menjadi penyebab
mencret atau penyebab diare. Flu perut bisa ditularkan dari seseorang yang terinfeksi rotavirus,
norovirus yang berasal dari makanan yang terkontaminasi, atau juga ada penyebab infeksi usus yang
berasal dari infeksi bakteri seperti e.coli dan salmonella.

e. Bagaimana prinsip dan indikasi pemasangan NGT?(wildan,risky,ala)


Dalam melakukan pemasangan NGT ini ada 2 prinsip ada yang mengatakan steril dan ada juga yang
mengatakan bersih. Tapi untuk kedua pendapat ini mempunyai alasan-alasanya yang masuk akal dan
mempunyai referensi, silahkan mau menggunakan yang mana saja disesuaikan dengan SOP yang
digunakan ditempat masing-masing.
Alasan yang mengatakan bahwa pemasangan NGT harus steril berpedoman bahwa selang adalah benda
asing yang akan masuk tubuh (saluran pencernaan) maka harus steril demi menjaga kemungkinan
infeksi. untuk yang mengatakan bersih karena yakin bahwa prinsip makan adalah bersih, jadi
pemasangan NGT pun dilakuka dengan prinsip bersih.

A. Indikasi

1. Untuk memasukkan nutrisi atau makanan bagi pasien yang sulit menelan.

2. Untuk mendiagnosis suatu penyakit

3. Bilas lambung pada keracunan atau pendarahan di lambung

B. Kontraindikasi

1. Pasien dengan trauma cervical

2. Pasien dengan fraktur facialis

3. Pasien dengan varises oesophagus

f. Bagaimana prosedur pemeriksaan colok dubur?(risky,ala,gaby)


Cara pemeriksaan
• Melakukan Informed Consent dan penjelasan prosedur pemeriksaan.
• Melakukan cuci tangan dan memakai Handscoen.
• Posisi pemeriksa: Berdiri disebelah kanan pasien.
• Posisi pasien: Memposisikan pasien dalam posisi Lithotomi (Berbaring terlentang
dalam keadaan rileks, lutut ditekuk 60, pasien terlebih dahulu disuruh berkemih.
• Pemeriksaan dimulai dengan melakukan inspeksi perianal dan perineum dibawah
penerangan yang baik (jika ada hemoroid grade 4, tidak dilakukan RT).
• Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat adanya fistula perianal, skin tag, fissura,
tumor anus dan hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang
atau tidak.
• Keadaan tonus sfingter ani diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter.
• Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang
menonjol seperti prolaps rekti dan tumor.
• Melakukan lubrikasi pada jari telunjuk tangan kanan dengan K-Y jelly dan
menyentuh perlahan pinggir anus.
• Memberikan tekanan yang lembut sampai sfingter terbuka kemudian jari
dimasukkan lurus ke dalam anus, sambil menilai tonus sfingter ani.
• Mengevaluasi keadaan ampula rekti, apakah normal, dilatasi atau kolaps
• Mengevaluasi mukosa rekti dengan cara memutar jari secara sirkuler, apakah
mukosa licin atau berbenjol-benjol, adakah teraba massa tumor atau penonjolan
prostat kearah rektum.
• Apabila teraba tumor, maka deskripsikan massa tumor tersebut : intra atau
ekstralumen, letak berapa centi dari anal verge, letak pada anterior/posterior atau
sirkuler, dan konsistensi tumor.
• Apabila teraba penonjolan prostat: deskripsikan berapa cm penonjolan tersebut,
konsistensi, permukaan, sulcus medianus teraba/tidak, pole superior dapat
dicapai/tidak.
• Melakukan evaluasi apakah terasa nyeri, kalau terasa nyeri sebutkan posisinya.
• Melepaskan jari telunjuk dari anus
• Memeriksa handscone: apakah ada feses, darah atau lendir?
• Melepaskan handschoen dan membuang ke tempat sampah medis
• Melakukan cuci tangan
• Melaporkan hasil pemeriksaan.

1. Bagaimana epidemiologi penyakit pada kasus?(tasya,wildan,rizky)


Hasil survey pada tahun 2008 angka kejadian peritonitis di sebagian wilayah Indonesia
hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit
peritonitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000
orang (Depkes RI, 2008).
Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011diperkirakan 750 ribu
per tahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam keadaan syok. Dalam setiap
jamnya di dapatkan 25 pasien mengalami syok dan satu dari tiga pasien syok berakhir
dengan kematian. Angka insiden ini meningkat 91,3% dalam sepuluh tahun terakhir dan
merupakan penyebab terbanyak kematian di ICU diluar penyebab penyakit peritonitis.
Angka insidensi syok masih tetap meningkat selama beberapa dekade, rata-rata angka
mortalitas yang disebabkannya juga cenderung konstan atau hanya sedikit mengalami
penurunan. Kejadian peritonitis tersebut dapat memberikan dampak yang sangat
kompleks bagi tubuh. Adanya penyakit peritonitis menjadikan kasus ini menjadi
prognosis yang buruk.
Data mengenai tingkat insidensi peritonitis sangat terbatas, namun yang pasti diketahui
adalah diantara seluruh jenis peritonitis, peritonitis sekunder merupakan peritonitis yang
paling sering ditemukan. Terdapat perbedaan etiologi peritonitis pada Negara
berkembang dengan Negara maju. Pada Negara berkembang etiologi peritoninis adalah
karena appendicitis perforasi, perforasi ulkus peptikum dan perforasi tifoid. Sedangkan
dinegara maju appendicitis perforasi tetap merupakanpenyebab utama diikuti dengan
perforasi kolon akibat diverticulitis. Tingkat insidensi peritonitis pasca operatif bervariasi
antara 1-20% pada pasien yang menjalani laparotomy (Gupta, 2006).

2. Bagaimana klasifikasi penyakit pada kasus?(wildan,rizky,ala)


a. Peritonitis Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum
peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat
monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial
primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Spesifik : misalnya Tuberculosis
2) Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis dan Tonsilitis.
b. Peritonitis sekunder
Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh
perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri
rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. Berbeda
dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang
berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam
waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari
bagian distal, dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan
mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang
didominasi organisme gram negatif. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan
spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang lengkap, penilaian
cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untuk menegakkan
diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
c. Peritonitis tersier
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi
SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien
dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula.
Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada
pasien yang imunokompromais. Kebanyakan pasien memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak
diduga akan mengalami peritonitis tersier.

3. Bagaimana patofisiologi penyakit pada kasus?(rizky,ala,gaby)

Anda mungkin juga menyukai