oleh beberapa faktor meliputi (Manuaba, 1998) : a. Umur Umur mempengaruhi kinerja seorang pekerja dimana faktor ini berhubungan dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu. Kapasitas fisik yang optimal hanya dapat bekerja hingga umur 25 tahun. Sedangkan memasuki umur 50-60 tahun kekuatan otot seseorang akan menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris- motoris menurun hingga 60%. Selain itu, kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun hanya tinggal 50% dari orang yang berumur 25 tahun. Semakin umur bertambah tua, semakin menurun pula volume maksimal oksigen, tajamnya penglihatan, pendengaran, kemampuan mengingat jangka pendek serta kecepatan dalam membedakan sesuatu. b. Jenis Kelamin Kekuatan fisik seorang wanita hanya 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Menurut Waters & Bhattacharya (1996) menjelaskan bahwa wanita mempunyai maksimum tenaga aerobic sebesar 2,4 L/menit, sedangkan laki-laki 3,0 L/menit. c. Antropometri Hubungan antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. d. Status Kesehatan dan Nutrisi Tubuh memerlukan energi yang cukup untuk membantu melakukan kegiatan sehari-hari terutama saat bekerja guna meningkatkan produktivitas dan effisiensi kerja. Penting untuk dipahami bahwa energi yang masuk harus sama dengan energi yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, nutrisi yang adekuat saja tidak cukup, tetapi perlu adanya tubuh yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan dengan baik oleh organ tubuh. e. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah suatu kemampuan tubuh manusia dalam melakakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas yang lain (Hopkins, 2002). Hubungannya kesegaran jasmani dengan suatu aktivitas kerja adalah apabila seorang pekerja memiliki kesegaran jasmani yang baik, maka performa pekerja akan stabil dan tidak mudah lelah. f. Kemampuan Kerja Fisik Diartikan bahwa kemampuan fisik adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Kompenen-kompenen yang terlibat pada factor ini meliputi kekuatan otot, ketahanan otot, dan ketahanan kardiovaskuler.
Faktor Risiko Ergonomi
Beberapa faktor risiko ergonomi yang berkontribusi terhadap terjadinya musculoskeletal disoders (MSDs). Faktor- faktor tersebut tentu terjadi karena kurang memperhatikan prinsip ergonomi pada saat melakukan pekerjaan (L.Meily, 2010) 1. Faktor postur janggal Sikap atau posisi tubuh yang menyimpang dari posisi netral. Adanya transfer tenaga dari otot ke sistem tulang rangka yang tidak efisien mengakibatkan beban kerja otot akan meningkat sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan akan menjadi lebih besar juga. Menurut L. Meily dalam buku Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja tahun 2010 menjelaskan bahwa postur janggal mempunyai potensi sebagai penyebab terjadinya MDSs jika dilakukan lebih dari dua jam per hari. Secara umum posisi tubuh yang dikatakan sebagai postur janggal adalah sebagai berikut: a. Berkerja dengan tangan diatas kepala atau siku diatas bahu. b. Bekerja dengan leher atau punggung membungkuk > 30 derajat tanpa tahanan atau kemampuan mengubah postur. c. Bekerja dengan posisi jongkok, membungkuk, atau berlutut. d. Mengangkat beban satu kilogram dengan menggunakan satu tangan tanpa pegangan atau penyanggah atau beban dua kilogram dengan menggunakan satu tangan walaupun terdapat pegangan atau penyanggah. e. Menjepit beban lebih dari 5 kilogram dengan satu tangan tanpa adanya penyanggah. f. Bekerja dengan posisi pergelangan tangan berdeviasi tinggi 2. Faktor Beban Berat Beban berlebih yang diterima oleh tubuh dapat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta kerurakan otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Pengarahan tenaga paling berat terjadi saat mengangkat beban yang berat. 3. Faktor Frekuensi Frekuensi diartikan sebagai banyaknya gerakan yang dilakukan dalam satu periode waktu tertentu. Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon, dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon. Radang tersebut dapat meningkatkan tekanan pada saraf. 4. Faktor Durasi Durasi kerja adalah lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan postur janggal, membawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan repetitive tanpa istirahat. Apabila pekerjaan yang dilakukan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa istirahat, maka dapat membuat kemampuan tubuh menurun sehingga menyebabkan terjadinya kesakitan pada anggota tubuh karena lama waktu kerja berkaitan halnya dengan keadaan fisik tubuh pekerja. Biasanya 12 jam sampai 6 jam bekerja tanpa istirahat dapat meningkatkan faktor risiko kelainan gangguan muskuloskeletal (ASSTSAS, 2009) 5. Postur Statis Postur kerja yang sama dan pergerakan yang sangat minimal apabila dilakukan secara terus- menerus dapat menimbulkan peningkatan beban otot dan tendon. Aliran darah pada otot akan terhalang dan menimbulkan kelelahan, rasa kebas dan nyeri. 6. Vibrasi Energi mekanik osilasi yang ditransfer ke tubuh merupakan arti dari vibrasi. Efek dari vibrasi tergantung dari lokasi kontak sebagian atau seluruh tubuh, tingkat vibrasi dan lama berkontak. Pajanan vibrasi mengakibatkan terhambatnya aliran darah, mati rasa dan peningkatan sensitivitas terhadap rasa dingin. 7. Kontak dengan penekanan Aliran darah, gerakan otot dan tendon, dan impuls saraf dapat terhambat karena adanya kontak dengan permukaan benda di luar tubuh secara terus-menerus atau berulang-ulang yang menekan jaringan tubuh, sehingga dapat menimbulkan musculoskeletal disoders. 8. Temperatur Ekstrem Suhu dingin yang terlampau ekstrem dapat menghambat aliran darah. Hal tersebut dapat berakibat menurunkan ketangkasan dan sensitivitas tangan, bahkan dapat menambah berat kondisi kondisi musculoskeletal disoders.