Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA DI BIDANG PERTAHANAN

Nama : Radiaz Ramandha


Nim : 04020180137
Kls : D1

Dosen Pengajar :
DR. AGUSSALIM ANDI GADJONG, SH,. MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur patut penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bantuan, dan perlindungannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
berbagai kendala yang ada. Pentingnya pemahaman akan hak asasi tiap orang
mendorong kami untuk membuat sebuah karya dalam bentuk makalah yang dapat
memberikan kita sekalian tambahan pengetahuan dan wawasan tentang hak asasi
manusia, perlu digarisbawahi bahwa hak-hak yang terdapat dalam HAM merupakan
hak tiap orang di muka bumi ini yang mana telah diberikan langsung oleh Tuhan ketika
orang tersebut dilahirkan, sedangkan pemerintah hanyalah membantu untuk
mewujudkan dan melindungi hak-hak tersebut dengan dibuatnya UU atau Landasan
Hukum yang mengatur tentang hak-hak manusia itu tadi. Dalam makalah ini penulis
mencoba menuangkan teori-teori dan konsep-konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dan
penegakannya di Indonesia dan beberapa negara lainnya di dunia, dilengkapi juga
dengan contoh kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia sendiri. Harapannya
makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan penambah pengetahuan bagi kita
yang nanti dapat memberikan pemahaman terkait dengan HAM itu sendiri, sehingga
kita juga dapat menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai salah satu nilai
luhur bagi kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, serta kehidupan berbangsa dan
bernegara. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna
sehingga penulis mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca untuk
membangun dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kita semua. Mari
dengan semangat persaudaraan dan rasa cinta sesama kita junjung Hak Asasi Manusia
untuk Indonesia yang lebih bermoral.
Pertahanan Keamanan ( Hankam )

Sebelum kita lanjut membahas tentang pertahanan keamanan nasional kita harus
mengerti dulu apa itu yang dimaksud denga pertahaan keamanan .
Pertahana keamanan adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta yang
penyelenggaranya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiaban warga negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Pertahanan nasional merupakan kekuatan
bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu negara untuk menjamin
intergritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan atau menjaga kepentinga-
kepentingannya
Kurangnya pertahan keamanan di Indonesia mengakibatkan salah satu perairan di
Indonesia hampir saja diklaim oleh Malaysia contohnya Ambalat . Harusnya negara
kita dari awal bisa menjaga wilayahnya supaya tidak diklaim oleh negara lain. Jangan
tunggu wilayah kita direbut baru negara kita bertindak harusnya dari awal negara
kita sudah mempersiapkan atau mengantisipasi datangnya penyerangan perebutan
wilayah.
Dan kita sebagai warga negara yang baik harus ikut menjaga keamanan dan
ketertiban negara Indonesia supaya negara kita menjadi negara yang tidak
dipandang sebelah mata oleh negara lain. Keikut sertaan kita untuk membantu para
sipil dan militer dalam menegakan pertahanan keamanan merupakan salah satu
contoh kita menghargai negara Indonesia.
Kita tidak hanya menuntut hak kita sebagai warga negara tetapi kita juga harus
menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara supaya berjalan dengan seimbang
antara kewajiban dan hak.

A. Bentuk-Bentuk Operasi Darat

1. Operasi pertahanan daerah


2. Operasi perlawanan rakyat
3. Operasi pertahanan mobil
4. Operasi ofensif balas

B. Bentuk-Bentuk Operasi Laut

1. Operasi penghancuran
2. Operasi amphibi
3. Operasi pertahanan pangkalan
4. Operasi intelijen maritim
5. Operasi lintas laut militer
6. Operasi gangguan garis perhubungan lawan
7. Operasi perlindungan garis perhubungan sendiri

C. Bentuk-Bentuk Operasi Udara

1. Operasi udara strategis


2. Operasi udara hanud
3. Operasi udara taktis
4. Operasi pernika
Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia
manusia. Hak asasi manusia bersifat universal, hak-hak itu juga tidak dapat dicabut
(inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang
atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi
manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut.

Sejumlah hak universal atau yang umum dimiliki oleh setiap manusia yaitu
diantaranya hak hidup, kebebasan dan keamanan. Hak-hak tadi dimilki oleh setiap
manusia tanpa memandang ras, suku, budaya, agama, warna kulit, jenis kelamin,
pendapat politik, asal kebangsaan, status sosial, atau latar belakang lainnya.

Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu berada dalam situasi hommo homini
luppus bellum omnium comtra omnes. Sementara John Lock memandang masyarakat
benegara merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam dua bentuk
perjanjian, yakni pactum unionis, perjanjian antar anggota masyarakat untuk
membentuk masyarakat politik dan negara, dan pactum subjectionis, perjanjian
antara rakyat dengan penguasa untuk melindungi hak-hak rakyat yang tetap melekat
ketika berhadapan dengan kekuasaan sang penguasa.

Selain Hobbes dan Locke, filsuf Prancis Montesqieu sangat mempengaruhi


perkembangan perlindungan hak asasi di Prancis. Bersama-sama dengan Rousseau ia
melahirkan Deklarasi Hak Manusia dan Warganegara pada tahun 1789. Deklarasi
inilah yang kemudian melahirakan hak atas kebebasan (Liberty), harta (Property),
keamanan (Safety), dan perlawanan terhadap penindasan (Resistence to Oppression).

Selain pandangan Internasional terhadap hak asasi manusia, bangsa Indonesia


juga mempunyai pandangan bahwa hak asasi manusia harus dijunjung tinggi sesuai
dengan Pancasila. Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia mengalami berbagai
kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan. Oleh karena itu
pandangan mengenai hak asasi manusia yang dianut oleh bangsa Indonesia
bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa,
serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Hak warga negara Indonesia antara lain:

1. a. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1


UUD 1945);
2. b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2 UUD
1945);
3. c. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28 UUD 1945);
4. d. Hak / kebebasan memeluk agama atau kepercayaan masing-masing (Pasal
29 ayat 1 dan 2 UUD 1945);
5. e. Hak dan kewajiban membela negara (Pasal 30 ayat 1 UUD 1945);
6. f. Hak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945);
7. g. Kebudayaa Nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945);
8. h. Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 ayat 1,2, dan 3 Pasal 34 UUD 1945).

Sejarah Perkembangan Hukum yang Mengatur HAM

Sejarah membuktikan bahwa kesadaran manusia terhadap hak-hak asasi akan


meningkat bila terjadi pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan seperti adanya
perbudakan, penjajahan, dan ketidakadilan. Perjuangan atas pengakuan dan usaha
menegakkan hak-hak asasi manusia dari berbagai bangsa banyak dituangkan dalam
berbagai konvensi, konstitusi, perundang-undangan, teori dan hasil pemikiran yang
pernah hadir di muka bumi ini. Sejarah hak asasi manusia secara khusus dapat
ditelusuri sejak adanya Magna Charta di Inggris (1215), Habeas Corpus Act (1679),
Petition of Rights (1689), dan Bill of Rights (1689).

Setelah Perang Dunia II (1939-1945) yang memakan banyak korban dan banyak
menimbulkan pelanggaran hak-hak asasi manusia, Franklin D Roosevelt (Presiden AS)
mencetuskan The Four Freedom yakni kebebasan untuk berbicara dan mencetuskan
pendapat, kebebasan untuk beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan
dari kemelaratan. Setelah Universal Declaration of Human Rights diterima PBB pada
10 November 1948 di Paris kemudian diterima pula Convenants of Human Rights
pada sidang PBB tanggal 16 Desember 1966, hingga sekarang masalah hak asasi
manusia telah diakui dalam hukum internasional.

Pengakuan dan penghargaan HAM tidak diperoleh secara tiba-tiba, tetapi melalui
sejarah panjang. Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi
manusia, sebagai berikut:

1. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di dunia Barat
(Eropa), contohnya hak atas hidup, hak atas kebebasan dan kemananan, hak
atas kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat,
hak beragama, hak berkumoul dan hak untuk berserikat.
2. Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang diperjuangkan
oleh negara Sosialis di Eropa Timur, misalnya hak atas pekerjaan, hak atas
penghasilan yang layak, hak membentuk serikat pekerja, hak atas pangan,
kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan dan hak atas jaminan sosial.
3. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan yang diperjuangkan
oleh negara-negara berkembang ( Asia-Afrika), misalnya hak bebas dari
ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan
bangsa lain, dan hak mendapatkan kedamaian.
Perkembangan berikutnya yaitu muncul generasi keempat hak asasi manusia (TIM
ICCE UIN, 2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik peranan negara
yang sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomisehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan rakyat. Program
pembangunan dijalankan tidak memenuhi kebutuhan rakyat banyak tetapi untuk
sekelompok atau elite penguasa saja. Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat
dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 yang melahirkan deklarasi Hak
Asasi Manusia yang disebut Declaration of The Basic Duties of Asian People and
Government. Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi ketiga, karena
tidak saja mencakup struktural, tetpai juga berpijak pada terciptanya tataan sosial
yang berkeadilan. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara tentang Hak
Asasi juga berbicara tentang kewajiban asasi.

Kelembagaan Nasional HAM di Indonesia

Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia, di


samping dibentuk aturan-aturan hukum juga dibentuk kelembagaan yang menangani
masalah yang berkaitan dengan penegakkan hak asasi manusia, antara lain:

1. Komnas HAM
Komisi Nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan keppres No. 50 tahun 1993
sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat maupun tekanan dunia internasional
mengenai perlunya penegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia. Kemudian
dengan lahirnya undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia,
Komnas HAM terbentuk dengan keppres tersebut harus sesuai dengan UU No. 39
tahun 1999. Yang bertujuan untuk membantu pengembangan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan meningkatkan perlindungan dan
penegakkan hak-hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan


Dibentuk berdasarkan Keppres No. 181 tahun 1998. Dasar pertimbangan
pembentukan komisi nasional ini adalah sebagai upaya mencegah terjadinya dan
menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Sifatnya independen dan
bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman bentuk kekerasan terhadap
perempuan, menegmbangkan kodisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk
kekerasan terhadap perempuan serta meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi
perempuan.
1. LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga penegakkan hak-hak asasi manusia yang dibentuk oleh
pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang dibentuk oleh masyarakat, misalnya
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Governmental Organization (NGO)
yang programnya terfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM. Yang
termasuk dalam LSM ini antara lain adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia (YLBHI), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (
KONTRAS).

Implementasi HAM di Indonesia

Ideologi yang dianut oleh suatu negara pada dasarnya akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk penerapan hak-hak asasi
masyarakatnya. Negara-negara Barat, seperti Amerika, dengan paham
Liberalismenya memungkinkan masyarakatnya untuk melakukan segala sesuatu
dengan sebebas-bebasnya (peran swasta lebih dominan), sedangkan peran
pemerintah sangat kecil dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut
berdampak pada kondisi kehidupan masyarakatnya yang “kebablasan” pada
beberapa sisi, seperti pergaulan bebas, persaingan bebas, dan sebagainya yang
banyak menimbulkan masalah-masalah baru bagi sebagian masyarakat. Imbas
lainnya dari paham Liberalisme adalah terhimpitnya kaum ekonomi lemah karena
para pemilik modal (kaum kapitalis) memiliki kebebasan dalam melakukan investasi
di berbagai sektor usaha. Paham lainnya yang berkembang di negara-negara Timur
(seperti di Uni Soviet dan RRC pada masa lalu) adalah komunisme. Dampak yang
ditimbulkan oleh ideologi tersebut adalah berkebalikkan dengan apa yang
ditimbulkan oleh Liberalisme. Hak-hak masyarakat diakui, namun tidak sepenuhnya
dipedulikan oleh pemerintah. Peran pemerintah sangat dominan dalam mengatur
berbagai aspek kehidupan. Pada praktik kehidupan bernegara, pemerintah bersikap
otoriter dan tidak peduli terhadap aspirasi rakyat. Hal tersebut berdampak pada
pembungkaman suara rakyat dan pers, sehingga mencukur demokrasi yang
seharusnya menjadi hak rakyat.

Berbeda dengan negara-negara tersebut, Indonesia menganut ideologi Demokrasi


Pancasila, sehingga implementasi hak asasi manusia di Indonesia seharusnya berjalan
dengan baik sesuai dengan sifat-sifat dasar dari paham Demokrasi Pancasila.
Menurut ideologi tersebut, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya
diimplementasikan secara bebas, namun tetap dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain.
Jadi, ideologi ini menawarkan kebebasan yang bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan hak asasi manusia. Namun hal tersebut perlu dikaji lebih
dalam, sebab ideologi yang dianut oleh negara Indonesia tercinta ini belum tentu
dapat diterapkan oleh rakyat tersebut dengan benar sepenuhnya.
Sejak era reformasi berbagai produk hukum dilahirkan untuk memperbaiki kondisi
hak asasi manusia di Indonesia, khususnya hak sipil dan politik. Antara lain, UUD
1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
(UU Unjuk rasa), UU HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU
Otonomi Daerah, perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat, dan UU ratifikasi Konvensi Anti Diskriminasi Rasial. Dari sisi
politik, rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas. Empat
kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas
kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta
dalam pemerintahan, yang vital bagi bekerjanya sistem politik dan pemerintahan
demokratis telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah dapat
mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti
pada zaman Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan
dan informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan
berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-rapat akbar tidak
lagi mengharuskan meminta izin penguasa seperti di masa Orde Baru. Kelompok-
kelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, seniman, dan lain sebagainya yang
ingin melakukan demonstrasi atau unjuk rasa di depan kantor atau pejabat publik
tidak memerlukan izin, tapi sebelum menjalankan unjuk rasa diwajibkan untuk
memberitahu polisi.

Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi. Rakyat tidak hanya
bebas mendirikan partai-partai politik sebagai wahana untuk memperjuangkan
aspirasi politiknya. Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi
kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat
adat, dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari
bawah ini akan memperkuat masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya
sistem politik dan pemerintahan yang demokratis.

Rakyat Indonesia telah pula menikmati hak politiknya, yaitu hak untuk turut serta
dalam pemerintahan di mana rakyat berperan serta memilih secara langsung para
anggota DPR dan DPRD pada tahun 1999 dan tahun 2004. Pada tahun 2004 untuk
pertama kali rakyat memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya pada
tingkat provinsi, kabupaten, dan kotamadya, rakyat dapat memilih langsung
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Sebelum ini belum pernah ada presiden perwujudan
hak atas kebebasan politik dalam sejarah Indonesia.

Selain itu, kebebasan politik yang membuka jalan bagi terpenuhinya empat
kebebasan dasar yang mencakup hak atas kebebasan berekspresi dan
berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi,
dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, belum dinikmati oleh kelompok
minoritas agama. Sejumlah daerah juga memberlakukan perda bermuatan syariah
yang sangat bertentangan dengan konsep penghormatan kepada hak asasi manusia
dan UUD 1945 pasal 29 yang menjamin kebebasan. warga negara dalam memeluk
agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

Demikian pula kelompok minoritas dalam agama, misalnya Ahmadiyah terus


mengalami diskriminasi dan pengawasan oleh negara. Bukan hanya itu, sebagian
penganut Ahmadiyah juga sempat menjadi korban dari tindakan anarkis yang
dilakukan oleh sejumlah oknum dari organisasi masyarakat tertentu. Kebebasan
politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak diimbangi dengan
perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas
kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau
perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat, hak atas pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak
atas pengakuan pribadi di depan hukum, dan larangan atas propaganda untuk
perang dan hasutan kebencian. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Lombok, Papua,
juga Jakarta, dan tempat-tempat lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi
kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer. Penganiayaan
dilaporkan masih terus di alami oleh kelompok-kelompok masyarakat, seperti, buruh,
petani, masyarakat adat, kelompok minoritas agama, dan para mahasiswa.

Begitu pula dengan kejahatan terorisme yang dilakukan oleh mereka yang menyebut
dirinya sebagai Jemaah Islamiyah telah menimbulkan korban, berupa hilangnya
nyawa manusia, dan hancurnya harta benda miliknya. Kejahatan terorisme telah
menimbulkan rasa takut dan tidak aman yang relatif luas di kalangan masyarakat
sipil. Pada sisi yang lain kejahatan terorisme di Indonesia telah mengundang lahirnya
UU Anti-Kejahatan Terorisme yang mengesampingkan UU Hukum Acara Pidana
biasa. Di bawah UU Anti Kejahatan Terorisme itu, polisi dengan mengesampingkan
perlindungan hak sipil yang diatur di bawah hukum acara pidana biasa, dengan
mudah dapat melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
pemeriksaan terhadap siapa saja yang diduga menjadi bagian dari jaringan aktivitas
terorisme. Pelaksanaan UU baru ini telah memberikan dampak buruk bagi hak-hak
sipil meskipun belum tentu berdosa, namun karena dicurigai mempunyai hubungan
dengan pelaku kejahatan terorisme, bisa mengalami penangkapan, penahanan,
kekerasan, penyiksaan, dan pemeriksaan. Keadaan ini jelas memperburuk kondisi
hak sipil dan politik. Karena itu, Komnas HAM bersama Komnas-HAM se Asia Pasifik,
mendesak agar negara-negara Asia Pasifik tetap tegas dalam memberantas
kejahatan terorisme, namun pemberantasan kejahatan itu harus dilakukan dengan
mengindahkan hukum HAM.

IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN NASIONAL


1. Pengertian Wawasan Nusantara.
• Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Tap MPR Tahun 1993 dan 1998,
Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila
dan berdasarkan UUD 1945 yaitu : cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

• Pengertian Wawasan Nusantara Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara


Untuk Diusulkan Menjadi Tap MPR Yang Dibuat Lemhanas Tahun 1999.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia


mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
meyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.

2. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara.


Pengertian Wawasan Nusantara dalam Geopolitik Indonesia adalah:

• Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebinekaan dalam setiap
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

Landasan Idiil adalah Pancasila .

Landasan Konstitusional adalah UUD 1945.

3. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara.


Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri atas 3 unsur dasar :

• Wadah (Contour). Meliputi, wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya adalah bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Setelah merdeka NKRI mempunyai
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah, bagi berbagai kegiatan kenegaraan
dala wujud Supra Struktur Politik dan berbagai kegiatan kemasyarakatan dalam
wujud Infra Struktur Politik.

• Isi (Content). Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di dalam masyarakat dan
dicita-citakan, serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Isi
menyangkut 2 hal yang esensial :

– Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya


dalam pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
– Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional.

• Tata Laku (Conduct). Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan Isi
yang terdiri atas:

– Tata Laku Batiniah, mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik
dari bangsa Indonesia.

– Tata Laku Lahiriah, mencerminkan tindakan, perbuatan dan perilaku bangsa


Indonesia.

Kedua hal tersebut mencerminkan jatidiri dan kepribadian bangsa Indonesia yang
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta
terhadap tanah air dan bangsa sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi
dalam semua aspek kehidupan nasional.

4. Hakikat Wawasan Nusantara.


Hakikat Wawasan Nusantara adalah:

Keutuhan Nusantara atau Nasional, dalam pengertian : Cara pandang yang


utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Ini
berarti, setiap warga bangsa dan aparat negara, harus berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia.

5. Asas Wawasan Nusantara.


Asas Wawasan Nusantara adalah ketentuan ketentuan atau kaidah-kaidah
dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi
tetap taat dan setianya komponen atau unsur pembentuk bangsa (suku, bangsa,
golongan dll) terhadap kesepakatan atau komitmen bersama.

Jika asas Wawasan Nusantara diabaikan maka berarti cerai berainya bangsa dan
negara Indonesia. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari :

• Kepentingan yang sama.

• Keadilan.

• Kejujuran.

• Solidaritas.

• Kerjasama.

• Kesetiaan.
6. Arah Pandang Wawasan Nusantara.
Arah pandang wawasan nusantara meliputi :

• Arah Pandang Ke Dalam. Bertujuan menjamin perwujudan persatuan kesatuan


segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah dan aspek sosial.

Arah pandang ke dalam mengandung arti, bangsa Indonesia harus peka dan
berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab
timbulnya disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan tetap terbina dan
terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan.

• Arah Pandang Ke Luar. Bertujuan menjamin kepentingan nasional dalam pergaulan


dunia yang serba berubah dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan suatu
kerjasama dan saling menghormati.

Arah pandang keluar mengandung arti, bangsa Indonesia dalam semua aspek
kehidupan internasional harus berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional
dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan demi tercapainya tujuan nasional.

7. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara.


• Kedudukan Wawasan Nusantara.

* Landasan Visional, sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya, agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pencapaian tujuan nasional.

* Wawasan Nusantara dalam Paradigma Nasional dapat dilihat dari stratifikasinya :

– Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan


sebagai Landasan Idiil.

– UUD 1945 sebagai konstitusi negara berkedudukan sebagai Landasan


Konstitusional.

– Wawasan Nusantara sebagai visi nasional berkedudukan sebagai Landasan


Visional.

– Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai


Landasan Konsepsional.

– GBHN Sebagai Politik Strategi Nasional (Kebijakan Dasar Nasional)


berkedudukan sebagai Landasan Operasional.

Fungsi Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara berfungsi sebagai :


Pedoman, motivasi, dorongan dan rambu-rambu dalam menentukan
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan baik bagi penyelenggara negara
di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

• Tujuan Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara bertujuan, mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala


bidang kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional
daripada kepentingan orang perorang ataupun golongan.

SASARAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN NASIONAL

Sasaran implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional adalah


menjadi pola yang mendasari cara berfikir, bersikap dan bertindak dalam rangka
menghadapi, menyikapi, menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berorientasi pada kepentingan rakyat
dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh dalam bidang :

* Politik, menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis.

* Ekonomi, menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan


dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.

* Sos-Bud, menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui dan menerima
serta menghormati : segala bentuk perbedaan (kebhinekaan) sebagai kenyataan
yang hidup disekitarnya dan sekaligus sebagai karunia Tuhan.

* Han-Kam, menumbuhkembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang


lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia.

Pemasyarakatan (sosialisasi) dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi dalam :


1. Menurut sifat atau cara penyampaiannya, dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Langsung, yang terdiri dari Ceramah, Diskusi atau Dialog, Tatap Muka.

b. Tidak Langsung, yang terdiri dari Media Elektronik, Media cetak.

2. Menurut metode penyampaiannya berupa :

a. Ketauladanan
Melalui metode penularan ketauladanan dalam sikap perilaku sehari-hari
kepada lingkungannya terutama dengan memberikan contoh-contoh berfikir,
bersikap dan bertindak mementingkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan atau golongan sehingga menimbulkan semangat
kebangsaan yang selalu cinta tanah air

b. Edukasi

Melalui metode pendekatan

– Formal, pendidikan umum atau pembentukan, dimulai dari tingkat TK


(Taman Kanak-kanak) sampai Perguruan Tinggi, pendidikan karir disemua strata dan
bidang profesi dan penataran atau kursus-kursus, dsb.

– Informal, dapat dilaksanakan di lingkungan rumah atau keluarga, di


lingkungan pemukiman, di lingkungan pekerjaan dan dalam lingkungan organisasi
kemasyarakatan.

– Komunikasi. Melalui metode komunikasi tujuan yang ingin dicapai dari


pemasyarakatan (sosialisasi) dari Wawasan Nusantara adalah : tercapainya
hubungan komunikasi (timbal balik) secara baik akan mampu menciptakan
iklim/suasana yang saling menghargai, menghormati, mawas diri dan tenggang rasa
sehingga terjadi kesatuan bahasa dan tujuan tentang Wawasan Nusantara.

– Integrasi. Melalui metode integrasi tujuan yang ingin dicapai dari


pemasyarakatan (sosialisasi) Wawasan Nusantara adalah : terjalinnya persatuan dan
kesatuan. Pengertian serta pemahaman tentang Wawasan Nusantara yang mampu
memantapkan untuk membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia
pada saat ini maupun di masa yang akan datang, kesadaran mengutamakan
kepentingan nasional dan cita-cita serta tujuan nasional yang didasari Wawasan
Nusantara.

TANTANGAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan manusia baik secara individu
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semuanya sedang mengalami siatu
proses perubahan dan kita juga menyadari bahwa faktor yang mendorong terjadinya
proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang dibawakan oleh
negara-negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya.

Tetapi jika kita menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta itu sendiri
perubahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, yang alamiah. Tidak
ada kehidupan dunia itu yang abadi atau kekal kecuali berkaitan dengan Wawasan
Nusantara yang sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa dan dibentuk dalam proses
panjang sejarah perjuangan bangsa.
Akankah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan kesatuan itu larut atau
hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan dan
gempuran nilai global yang menantang Wawasan Persatuan Bangsa Indonesia antara
lain pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia tanpa batas, serta era baru
kapitalisme dan kesadaran warga negara.

1. Pemberdayaan Masyarakat.

a. JOHN NAISBIT. Dalam bukunya Global Paradox menulis “To be a global powers,
the company must give more role to the smallest part”. Pada intinya global paradox
memberikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan peranan sebesar-
besarnya kepada rakyatnya. Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat untuk
mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah
maju dengan “Buttom Up Planning”, sedang untuk negara-negara berkembang
seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia masih melaksanakan program “Top
Down Planning”, mengingat keterbatasan sumber daya alam, sehingga diperlukan
landasan operasional berupa GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara).

b. Kondisi Nasional. Pembangunan Nasional secara menyeluruh belum merata,


sehingga masih ada beberapa daerah ketertinggalan pembangunan yang
mengakibatkan keterbelakangan dalam aspek kehidupannya. Kondisi tersebut
menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat, apabila kondisi ini
berlarut-larut masyarakat di beberapa daerah tertinggal akan berubah pola pikir,
pola sikap dan pola tindak, mengingat masyarakat sudah tidak berdaya dalam aspek
kehidupannya. Hal ini merupakan ancaman bagi tetap tegak dan utuhnya NKRI.
Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat maka diperlukan prioritas utama
pembangunan daerah tertinggal, agar masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi
aktif dalam pembangunan diseluruh aspek kehidupan, yang di dalam pelaksanaannya
diatur dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah.

Dari uraian tersebut diatas tentang pesan Global Paradox dan Kondisi Nasional
dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat dapat merupakan tantangan Wawasan
Nusantara, sehingga pemberdayaan untuk kepentingan rakyat banyak perlu
mendapat prioritas utama mengingat Wawasan Nusantara memiliki makna
persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan untuk lebih mempererat kesatuan
bangsa.

2. Dunia Tanpa Batas.

a. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Perkembangan global


saat ini sangat maju dengan pesat, didukung dengan perkembangan IPTEK yang
sangat modern khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi
seakan akan dunia sudah menyatu menjadi kampung sedunia, dunia menjadi
transparan tanpa mengenal batas negara, sehingga dunia menjadi tanpa batas.
Kondisi yang demikian membawa dampak kehidupan seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat mempengaruhi pola pikir, pola
sikap dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia di dalam aspek kehidupannya.
Keterbatasan kualitas SDM Indonesia dibidang IPTEK merupakan tantangan serius
menghadapi gempuran global, mengingat penguasaan IPTEK merupakan nilai tambah
untuk berdaya saing di percaturan global.

b. KENICHI OMAHE. Dengan dua bukunya yang terkenal dengan “Borderless World
dan The End Of The Nation State”, mengatakan bahwa, dalam perkembangan
masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik masih
relatif tetap, namun kehidupan suatu negara tidak mungkin dapat membatasi
kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang makin
individual. Kenichi Omahe juga memberikan pesan bahwa untuk dapat menghadapi
kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintahan pusat dan
lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Hal ini
kiranya dapat dimengerti bahwa, dengan memberikan peranan yang lebih besar
kepada pemerintah daerah, berarti memberikan kesempatan berpartisipasi yang
lebih luas kepada seluruh masyarakat. Apabila masyarakat yang dilibatkan dalam
upaya pembangunan, maka hasilnya akan lebih meningkatkan kemampuan dan
kekuatan bangsa dalam percaturan global.

Dari uraian tersebut diatas, tentang perkembangan IPTEK dan perkembangan


masyarakat global dikaitkan dengan Dunia Tanpa Batasdapat merupakan tantangan
Wawasan Nusantara, mengingat perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi
masyarakat Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak didalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Era Baru Kapitalisme.

a. SLOAN AND ZUREKER. Dalam bukunya “Dictionary Of Economics”, menyebutkan


tentang kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik
swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan
perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk
mencapai laba guna diri sendiri. Di era baru kapitalisme bahwa sistem ekonomi untuk
mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktivitas-aktivitas secara luasdan
mencakup semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga di dalam sistem ekonomi
diperlukan strategi baru yaitu adanya keseimbangan.

b. LESTER THUROW. Didalam bukunya “The Future Of Capitalism”, ditegaskan


antara lain bahwa untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat
strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham
sosialis. Dikaitkan dengan era baru kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi, maka
negara-negara kapitalis yaitu negara-negara maju dalam rangka mempertahankan
eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan
menggunakan isu global yang mencakup demikratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia)
dan lingkungan hidup. Strategi baru yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada
dasarnya telah tertuang dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang
mengamanatkan keharmonisan kehidupan yang serasi,selaras dan seimbang antara
individu, masyarakat, bangsa, manusia dan dalam semesta serta penciptanya.

Dari uraian di atas, tentang definisi kapitalisme yang semula untuk keuntungan diri
sendiri dan kemudian berkembang strategi baru guna mempertahankan paham
kapitalisme di era globalisasi, menekan negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dengan isu global. Hal ini sangat perlu diwaspadai karena merupakan
tantangan bagi Wawasan Nusantara.

4. Kesadaran Warga Negara.

a. Pandangan Bangsa Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban. Bangsa Indonesia


melihat bahwa hak tidak terlepas dari kewajiban, maka manusia Indonesia baik
sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak
dapat dipisahkan, karena merupakan satu kesatuan tiap hak mengandung
kewajianban dan demikian sebaliknya, kedua-duanya merupakan dua sisi dari mata
uang yang sama. Negara kepulauan Indonesia di dasarkan atas paham negara
kesatuan, menempatkan kewajian di muka sehingga kepentingan umum atau
masyarakat, bangsa dan negara harus didahulukan dari kepentingan pribadi dan
golongan.

b. Kesadaran Bela Negara. Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan


Indonesia menunjukkan kesadaran bela negara yang optimal, dimana seluruh rakyat
bersatu padu berjuang tanpa mengenal perbedaan, tanpa pamrih dan tidak
mengenal menyerah yang ditunjukkan dalam jiwa heroisme dan patriotisme karena
senasib sepenanggungan dan setia kawan melalui perjuangan fisik mengusir penjajah
untuk merdeka. Di dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dihadapi adalah
perjuangan non fisik yang mencakup seluruh aspek kehidupan, khusunya untuk
memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas korupsi,
kolusi dan nepotisme, mengusai IPTEK, meningkatkan kualitas SDM guna memiliki
daya saing /kompetitif, transparan dan memelihara serta menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. Didalam perjuangan non fisik secara nyata kesadaran bela negara
mengalami penurunan yang sangat tajam bila dibandingkan dengan perjuangan fisik,
hal ini dapat ditinjau dari kurangnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya
beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI, sehingga mengarah ke
disintegrasi bangsa.

Dari uraian tersebut, perihal pandangan bangsa Indonesia tentang hak dan
kewajiban serta kesadaran bela negara, apabila dikaitkan dengan kesadaran warga
negara secara utuh mengalami penurunan kesadaran didalam persatuan dan
kesatuan, mengingat anak-anak bangsa belum sepenuhnya sadar sebagai warga
negara yang harus selalu mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan
pribadi dan atau golongan. Kondisi yang demikian dapat merupakan tantangan bagi
Wawasan Nusantara.

PROSPEK IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

Berdasarkan beberapa teori mengemukakan rumusan atau pandangan global sebagai


berikut :

1. Global Paradox. Memberikan pesam bahwa negara harus mampu memberikan


peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.

2. Borderless World dan The End Of Nation State. Mengatakan bahwa batas wilayah
geografi negara relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi dan budaya global akan
menembus batas tersebut. Selanjutnya pemerintah daerah perlu diberi peranan yang
lebih berarti.

3. Lester Thurow dalam bukunya The future Of Capitalism. Memberikan gambaran


bahwa strategi baru kapitalisme adalah mengupayakan keseimbangan antara
kepentingan individu atau kelompok dengan masyarakat banyak serta antara negara
maju dengan negara berkembang.

4. Hezel Handerson dalam bukunya Building Win Win World. Mengatakan bahwa
perlu ada perubahan nuansa perang ekonomi menjadi masyarakat dunia yang lebih
bekerjasama, memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta pemerintahan
yang demokratis.

5. Ian Marison dalam bukunya The Second Curve. Dijelaskan bahwa dalam era baru
timbul adanya peranan yang lebih besar dari pasar, peranan konsumen dan teknologi
baru yang mengantar terwujudnya masyarakat itu.

Dari pesan-pesan yang disampaikan dalam nilai yang berkekuatan global tersebut di
atas ternyata tidak ada satupun yang menyatakan tentang perlu adanya persatuan
bangsa, sehingga akan berdampak konflik antar bangsa karena kepentingan
nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai Visi
nasional yang mengutakan persatuan dan kesatuan bangsa masih tetap valid baik
saat sekarang maupun di masa yang akan datang, sehingga prospek Wawasan
Nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan norma-norma global.
Dalam menghadapi gempuran global perlu lebih diketengahkan fakta kebhinekaan
dalam setiap rumusan yang memuat kata persatuan dan kesatuan sehingga dalam
implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan daerah dan rakyat kecil. Hal
tersebut dapat diwujudkan apabila dipenuhi adanya faktor-faktor dominan yaitu:
keteladanan kepemimpinan nasional, pendidikan yang berkualitas dan bermoral
kebangsaan, media massa yang mampu memberikan informasi dan kesan yang
positif, serta keadilan dalam penegakkan hukum dalam arti pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dalam wadah NKRI.

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

Wawasan Nusantara agar menjadi pola yang mendasai cara berfikir, bersikap
dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi dan menangani permasalahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berorientasi kepada
kepentingan rakyat dan keutuhan wilayahtanah air yang mencakup implementasi
Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamananserta tantangan-tantangan terhadap

Wawasan Nusantara diperlukan kesadaran setiap warga negara Indonesia untuk:

1. Mengerti, memahami dan menghayati tentang hak dan kewajiban warga negara
sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila,
UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

2. Mengeri, memahami dan menghayati tentang bangsa yang telah menegara bahwa
di dalam menyelenggarakan kehidupan memerlukan Konsepsi Wawasan Nusantara
yaitu Wawasan Nusantara sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki cara
pandang/wawasan nusantara guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Untuk
mengetuk hati nurani setiap warga negara Indonesia agar sadar bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara diperlukan pendekatan /sosialisasi/ pemasyarakatan
dengan program yang teratur, terjadwal dan terarah, sehingga akan terwujud
keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional guna
mewujudkan Ketahanan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/docs

Anda mungkin juga menyukai