id
Disusun Oleh:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan anugerahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi
Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diambil
sebagai hasil percobaan.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
menbantu sehingga dapat menyelesaikan laporan ini :
1. Ibu Bregas S.T. Sembodo S.T., M.T., selaku Ketua Program Diploma III
Teknik Kimia UNS.
2. Bapak Wirawan Ciptonugroho, S.T.,M.Sc., selaku dosen pembimbing
laporan tugas akhir.
3. Bapak dan ibu yang telah memberikan doa dan dorongan kepada kami.
4. Semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya laporan tugas akhir
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan dan pembaca yang memerlukan.
Penyusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Septono Sanny Putro, Wahyu Putri Utami. 2011. Final Project Report “The
Production of Liquid Soap from Used Cooking Oil” Diploma III Chemical
Engineering Study Program, Engine Faculty of Surakarta Sebelas Maret
University.
Cooking oil is one of basic materials very necessary to Indonesian society,
particularly in household. The danger of consuming used cooking oil results in
various diseases so that an attempt of utilizing it is taken to make it not wasted
and polluting the environment by reprocessing it into cooking media or as the raw
material of soap production.
The sample used was the cooking oil used for frying tofu and tempe after
2-4 times frying from the author’s household. The utilization of used cooking oil
is done by purification process consisting of three stages: the process of removing
dirt from the used cooking oil by filtering it using gauze, then neutralizing it by
reacting the produced cooking oil to KOH 15 g/100 mL solution and paling using
active carbon as much as 7.5% of used cooking oil weight. The purified cooking
oil is used for producing liquid soap through soaping process and it is done using
three variables: KOH concentration (g/100 mL solution): 20, 30, 40, 50, process
temperature (oC): 40, 50, 60, 70, and saponification duration (minutes): 50, 60, 70,
80.
The optimum result occurs in the 2 times-used cooking oil using active
carbon as much as 7.5% of cooking oil weight, KOH concentration of g/100 mL
solution, operation temperature 70oC and saponification reaction duration of 80
minutes, with water level, fatty acid, free alkali and FFA level of soap consistent
the SNI 06-3532-1994 as the prerequisite of standard quality of liquid soap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
INTISARI
DAFTAR ISI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.9 Kurva waktu pada penyabunan dengan konsentrasi KOH 40% dan
suhu 70oC terhadap tinggi busa .....................................................31
Gambar 4.10 Kurva konsentrasi KOH pada penyabunan dengan suhu 60oC dan
waktu 60 menit terhadap viskositas ..............................................31
Gambar 4.11 Kurva suhu reaksi pada penyabunan dengan waktu 60 menit dan
konsentrasi KOH 40% terhadap viskositas ...................................32
Gambar 4.12 Kurva waktu pada penyabunan dengan konsentrasi KOH 40% dan
suhu 70oC terhadap viskositas .......................................................32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Minyak goreng berasal dari
minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan
pangan. Minyak goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng
bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang membentuk
tekstur pada pembuatan roti (Ketaren, 1986 ; Susinggih, dkk 2005).
Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, tidak merusak
rasa hasil gorengan, menghasilkan produk dengan tekstur dan rasa yang
bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang, dan menghasilkan
warna keemasan pada produk (Ketaren, 1986). Sebanyak 49% dari total
permintaan minyak goreng adalah konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk
keperluan industri, dan restoran (Susinggih, dkk, 2005).
Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan perkembangan
industri, restoran, dan usaha makanan cepat saji menghasilkan minyak goreng
bekas dalam jumlah yang besar. Bahaya mengkonsumsi minyak goreng bekas
dapat menimbulkan penyakit, namun jika minyak goreng bekas tersebut
dibuang sangat tidak efisien dan mencemari lingkungan. Karena itu minyak
goreng bekas dapat dimanfaatkan menjadi produk berbasis minyak seperti
sabun mandi (Asyiah, 2009).
Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak
dari minyak nabati atau lemak hawani yang diperoleh dengan proses
hidrolisis minyak yang kemudian dilanjutkan dengan proses saponifikasi
dalam kondisi basa. Pembuatan kondisi basa yang biasa digunakan adalah
Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang
digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat),
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa
sabun cair (Ketaren,1986).
Pada penelitian ini sabun cair yang akan dibuat menggunakan minyak
goreng bekas atau bekas menggoreng tempe setelah pemakaian 2 – 4 kali
penggorengan. Penelitian dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi KOH
(%), temperatur proses (oC) dan lama reaksi (menit) yang digunakan dengan
tujuan untuk mengetahui variabel-variabel mana yang terbaik untuk proses
pembuatan sabun mandi cair. Untuk proses pemurnian minyak goreng bekas,
dilakukan dengan penghilangan bumbu atau kotoran dengan menggunakan
kertas saring, dan proses pemucatan (bleaching) dengan menggunakan karbon
aktif granul sebanyak 7,5% dari berat minyak goreng bekas yang digunakan.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuatan sabun cair dengan bahan baku minyak goreng
bekas (jelantah) dengan melalui reaksi saponifikasi ?
2. Bagaimana karakter atau sifat sabun cair yang diperoleh dari minyak
goreng bekas setelah melalui proses pemurnian dan proses penyabunan ?
C. Tujuan
Membuat sabun cair dari minyak goreng bekas (jelantah) dengan
menggunakan KOH sebagai pereaksinya dan mengujinya sesuai syarat mutu
sabun mandi yang ditetapkan SNI 06 - 3532 - 1994
D. Manfaat
1. Menjadi alternatif untuk memanfaatkan limbah rumah tangga, berupa
minyak goreng bekas yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun cair.
2. Mengetahui cara pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas.
3. Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang teknik kimia bagi mahasiswa
maupun pembaca.
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kandungan Minyak Goreng
Dibalik warnanya yang bening kekuningan, minyak goreng
merupakan campuran dari berbagai senyawa. Komposisi terbanyak dari
minyak goreng yang mencapai hampir 100% adalah lemak. Minyak
goreng juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti beta karoten,
vitamin E, lesitin, sterol, asam lemak bebas, bahkan juga karbohidrat dan
protein. Akan tetapi semua senyawa itu hanya terdapat dalam jumlah yang
sangat kecil (Luciana, 2005).
Sebagian besar lemak dalam makanan (termasuk minyak goreng)
berbentuk trigliserida. Jika terurai, trigliserida akan menjadi satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas. Semakin banyak trigliserida
yang terurai maka semakin banyak asam lemak bebas yang dihasilkan
(Morton dan Varela, 1988).
Berdasarkan ikatan kimianya, lemak dalam minyak goreng dibagi dua yaitu
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembagian jenuh dan tidak jenuh
berpengaruh terhadap efek peningkatan kolesterol darah (Luciana, 2005).
Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari
asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak
jenuh dalam minyak goreng mengandung asam oleat dan asam linoleat
(Soedarmo, 1985 dan Simson, 2007).
Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak
dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurat) hingga C18 (asam
stearat) yang mengandung lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak
jenuh (Ketaren, 1986).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikasi dengan gliserol. Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat,
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
asam linoleat, dan asam linolinat terdapat dalam minyak goreng bekas
yang merupakan trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku
alternatif pembuatan sabun menggantikan asam lemak bebas jenuh yang
merupakan produk samping proses pengolahan minyak goreng ( Djatmiko,
1973 dan Ketaren, 1986).
2. Bahaya Minyak Goreng Bekas
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada
suhu tinggi 160-250oC dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan
senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang
merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak
mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik,
sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA),
bilangan iodin, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa, adanya kotoran
dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986).
Penggunaan minyak berkali-kali dengan suhu penggorengan yang cukup
tinggi akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan
meningkatkan warna coklat pada bahan makanan yang digoreng dengan rupa
yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak Kerusakan minyak goreng
yang berlangsung selama penggorengan akan menurunkan nilai gizi dan mutu
bahan yang digoreng. Namun jika minyak goreng bekas tersebut dibuang selain
tidak ekonomis juga akan mencemari lingkungan (Ketaren, 1986 ; Susinggih,
dkk, 2005).
3. Pemurnian Minyak Goreng Bekas
Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan
minyak goreng bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak
goreng kembali atau sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun
mandi padat. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini adalah
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang
menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali
(Susinggih, dkk, 2005).
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bekas, dimana karbon aktif akan bereaksi menyerap warna yang membuat
minyak bekas menjadi keruh.
5. Sabun
Sabun dihasilkan dari proses hidrolisis minyak atau lemak menjadi
asam lemak bebas dan gliserol yang dilanjutkan dengan proses
saponifikasi menggunakan basa (KOH atau NaOH). Asam lemak bebas
yang berikatan dengan basa ini dinamakan sabun (Ketaren 1986).
Sabun mandi bisa ditambah dengan susu, madu, parfum dan berbagai
jenis filler yang lain tergantung tujuan. Sabun untuk mencuci merupakan
sabun yang sedikit larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak,
seperti gasoline, eter dan benzena (Fessenden, 1994).
Reaksi hidrolisis dan saponifikasi dapat dilihat pada gambar 2.1 dan
gambar 2.2 di bawah ini,(Fessenden, 1994 dan Ketaren, 1986).
O O
|| ||
CH2 – O – C – R CH2 – OH HO–C–R
O O
|| ||
CH – O – C – R + 3H2O CH – OH + HO–C–R
O O
|| ||
CH2 – O – C – R CH2 – OH HO–C–R
O O
|| ||
HO – C – R Na/K – O – C – R
O O
|| ||
HO – C – R + 3NaOH/KOH Na/K – O – C – R + 3H2O
O O
|| ||
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HO – C – R Na/K – O – C – R
196 – 206
keterangan:
V = volume titrasi KOH (mL)
N = normalitas KOH (0,1 N)
BM = berat molekul asam palmitat (256 g/mol)
M = bobot sampel (g)
keterangan:
V = volume titrasi KOH (mL)
N = normalitas KOH (0,1 N)
BM = berat molekul asam palmitat (256 g/mol)
M = bobot sampel (g)
keterangan :
Vb = volume blanko (mL)
Vt = volume titrasi (mL)
N = normalitas HCl ( 0,5 N)
BM = berat molekul KOH (56,1 g/mol)
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterangan :
Tb = tinggi busa sabun (cm)
Ts = tinggi busa sabun pada detik ke 60 (cm)
To = tinggi busa sabun pada detik ke 30 (cm)
B. Kerangka Pemikiran
1. Banyaknya minyak goreng bekas atau tersedianya minyak goreng bekas
dalam jumlah yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
sabun.
2. Bahan yang diperlukan untuk pembuatan sabun cair antara lain Minyak
goreng bekas (jelantah), arang aktif granul, KOH, gliserin, alkohol,
pewarna, pewangi. Adapun alat yang digunakan antara lain : pemanas
stirrer, termometer, gelas beaker, erlenmeyer, pendingin bola, mixer,
kertas saring, corong kaca, klem + statif buret, buret, kertas pH universal.
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI
C. Prosedur Penelitian
1. Pemurnian Minyak Goreng Bekas
a. Proses penghilangan kotoran minyak goreng bekas
1) menimbang 200 g minyak goreng bekas yang akan dimurnikan
kemudian memasukkannya ke dalam gelas beaker 500 mL.
2) memisahkan minyak dari kotoran dengan menyaringnya
menggunakan kertas saring.
b. Proses netralisasi
1) membuat larutan KOH 15 g/ 100 mL larutan, yang dibuat dengan
melarutkan 7,5 g KOH dalam 50 mL aquades.
2) memanaskan minyak goreng pada suhu ± 70 ºC, kemudian
menambahkan larutan KOH 15 g/100 mL larutan hingga netral (pH
7).
3) mengaduk campuran dengan menggunakan stirrer selama 10 menit,
kemudian menyaring dengan kertas saring untuk memisahkan
kotoran.
c. Proses pemucatan (bleaching)
1) memanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu 70 ºC
2) mengambil minyak goreng sebanyak 100 g dari hasil penghilangan
kotoran.
3) memasukkan arang aktif granul sebanyak 7,5% berat dari 100 g
minyak goreng hasil penghilangan kotoran.
4) mengaduk larutan dengan stirrer selama 30 menit.
5) kemudian menyaring dengan menggunakan kertas saring untuk
minyak dengan arang aktifnya.
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
1. pemanas
4 2. erlenmeyer
5 3. pendingin balik
2
4. klem
6 5. statif
3
1
2
6. magnetic stirrer
1
Gambar 3.1 Rangkaian alat refluks untuk analisa asam lemak bebas.
hasilnya dihitung dengan rumus :
keterangan:
V = volume titrasi KOH (mL)
N = normalitas KOH (0,1N)
BM = berat molekul asam palmitat (256 g/mol)
M = bobot sampel (g)
4 2. erlenmeyer
1 3 3. sumbat penutup
12
4. magnetic stirrer
Gambar 3.2 Rangkaian alat pembuatan sabun cair
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
1. pemanas
4 2. erlenmeyer
5 3. pendingin balik
2
4. klem
6 5. statif
3
1
2
6. magnetic stirrer
1
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterangan :
Vb = volume blanko (mL)
Vt = volume titrasi (mL)
N = normalitas HCl (0,5 N)
BM = berat molekul KOH (56,1 g/mol)
M = berat sampel (g)
keterangan :
Tb : tinggi busa sabun (cm)
Ts : tinggi busa sabun pada detik ke 60 (cm)
To : tinggi busa sabun pada detik ke 30 (cm)
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterangan :
berat jenis aquadest pada suhu 28 0C = 0,996233 g/mL (Perry,1996).
keterangan :
viskositas aquadest pada suhu 28 0C = 0,8360 x 10-2 g/mL·s
(Perry,1996).
keterangan:
A = Berat cawan petri kosong (g)
B = Berat cawan petri + sabun yang sudah kering (g)
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterangan:
V = volume titrasi HCl (mL)
N = normalitas HCl (0,1N)
BM = berat molekul KOH (56,1 g/mol)
M = berat sabun cair (g)
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterangan:
W1 : Berat cawan porselen kosong (g)
W2 : Berat cawan porselen + asam lemak (g)
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menyaring dengan
(kertas saring )
Filtrasi
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menyaring dengan
kertas saring
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sabun
10 mL gliserin dan 20 mL
alkohol 96%
Pengadukan (5 menit)
Aquadest 50 mL
Pengadukan (5 menit)
Pewarna makanan 0,01 %
dari berat sabun, parfum
0,02% dari berat sabun
Pengadukan (5 menit)
Sabun cair
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mengaduk (600rpm)
± 30 dan 60 detik
dengan alat mixer
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.10, 4.11 dan 4.12 pada pengujian viskositas terhadap sabun
yang dihasilkan kenaikan kurva dipengaruhi dengan variabel konsentrasi
KOH, suhu operasi dan waktu reaksi pada saat penyabunan. Semakin tinggi
konsentrasi KOH maka viskositas sabun juga semakin bertambah bahkan
pada konsentrasi KOH 50 g/100 mL larutan sabun yang dihasilkan cenderung
memadat/ lunak. Pada variabel suhu operasi dan lama waktu reaksi
penyabunan viskositas sabun yang dihasilkan juga semakin besar seiring
dengan semakin tingginya suhu operasi dan semakin lama waktu reaksi
meskipun tidak begitu besar perubahannya dari pada dengan variabel
konsentrasi KOH yang sangat terlihat jelas.
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada proses bleaching karbon aktif yang digunakan sebanyak 7,5% dari
berat minyak goreng bekas yang digunakan.
2. Dari proses penyabunan diperoleh sabun mandi yang optimum adalah
menggunakan minyak goreng bekas dengan meraksikan KOH 40 g/100
mL larutan pada temperatur proses 70 0C dan lama saponifikasi 80 menit,
sabun yang dihasilkan berbentuk cair, tidak membuat iritasi pada kulit dan
memiliki sifat sabun yang mendekati dengan sabun komersil. Dengan
kadar air 13,73 %, Jumlah asam lemak 68,71 %, Alkali bebas 0,1290 %
dan FFA pada sabun 0,2 %, sedangkan bilangan penyabunan pada minyak
hasil pemurnian 202,68 telah memenuhi SNI 06-3532-1994 yaitu sebagai
syarat standar mutu sabun mandi cair.
3. Daya cuci sabun berdasarkan banyak busa yang dihasilkan, terjadi pada
penggunaan minyak goreng bekas 2 kali pemakaian yang telah dimurnikan
dengan menggunakan karbon aktif sebanyak 7,5% dari berat minyak
goreng bekas dan direaksikan dengan KOH 50 g/100 mL larutan pada
temperatur proses 60 0C yang menghasilkan sabun lunak dan dapat
menimbulkan iritasi pada kulit. Penggunaan KOH 40 g/100 mL larutan
pada temperatur proses 700C menghasilkan sabun cair dan busa yang lebih
sedikit dari penggunaan KOH 50 g/100 mL larutan, namun daya cuci
sabun ini tidak jauh berbeda dengan sabun yang menggunakan KOH 50
g/100 mL larutan.
4. Bahan tambahan dalam pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas
(jelantah) adalah :
a. gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai
pelembap pada kulit. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau
dan memiliki rasa manis (Anonim, 2009).
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIII Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta