Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Disusun oleh:

Nadia Safira Astari 15/379014/TK/42956


Nessie Talitha Ellora 15/379979/TK/43244
Gabriella Miranda 16/395190/TK/44482
Natasha Evelyn Soebagio 16/395207/TK/44499
Suksma Sotya P 16/395220/TK/44512
Verawati Firdaus 16/395223/TK/44515
Antonius Rinaldy Irawan 16/400121/TK/45135

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018
A. PENDAHULUAN

Etika dan tanggung jawab sosial dalam organisasi adalah salah satu topik yang perlu
dipelajari dalam manajemen organisasi. Bagaimana membuat suatu keputusan etika dalam
jalannya organisasi dan tanggung jawab organisasi kepada masyarakat perlu untuk diketahui.
Untuk memahami konsep ini, kasus Kinko’s copy center adalah salah satu contoh yang cocok
untuk dipelajari.

Studi kasus: Kinko’s copy center.

Kinko’s copy center adalah salah satu perusahaan penggandaan yang berada di Amerika
Serikat. Pelayanan yang diberikan kinko bukan hanya sekedar penggandaan dokumen, namun
juga pencetakan, penjualan dan kebebasan menggunakan alat tulis serta perlengkapan kantor,
ditambah bisa mengirimkan fax. Kinko’s memiliki sekitar 650 lokasi di kelima puluh negara
bagian Amerika Serikat.

Usaha besar ini tidak dengan sendirinya menjadi besar. Pada tahun tahun 1970 kinko
pertama kali dibuka secara resmi dengan berfokus pada pelanggan. Paul Orfalea, membuka
usaha ini di dekat kampus University of California, di Santa Barbara untuk memberikan
pelayanan kepada mahasiswa dan dosen, bukan menunggu mereka datang padanya.

Pada pertengahan 1980-an Kinko’s memperluas bisnisnya dan melayani pelanggan


lebih baik dengan bekerja sama lebih erat dengan para dosen dan perguruan tinggi. Kinko’s
menawarkan jasa penerbitan yang memungkinkan para profesor memasukkan anthologi yang
dikehendakinya untuk mahasiswa, Kinko’s meminta daftar bacaan dari para dosen, dan mereka
menyusun anthologi. Ini memberi alternatif yang hemat biaya dan efisien dibanding prosedur
standar sebelumnya.

Praktek ini menimbulkan pertanyaan mengenai hak cipta. Kebanyakan sumber


anthologi tadi adalah buku yang diterbitkan dan memiliki hak cipta yang harus memiliki izin
penerbit apabila mau menggandakannya dan Kinko’s tidak selalu mendapatkannya. Hak cipta
merupakan sesuatu yang berharga bagi pemiliknya,yang melindungi milik “intelektual”
sebagai lawan dari milik “nyata”, dank arena bersifat tanpa wujud, hak cipta menjadi semakin
sulit dilindungi. Khususnya menyangkut buku yang sudah tidak lagi diterbitkan, dimana
pemilik hak cipta atas buku itu benar-benar hanya bergantung pada royalty untuk
mengembalikan investasi yang telah ditanamkannya.

1
Ternyata, tidak semua tempat usaha Kinko’s menaruh perhatian untuk meminta ijin dari
pemegang hak cipta. Bahkan ada yang ditemukan adanya ijin hak cipta tidak diperoleh oleh
perusahaan-perusahaan penerbitan besar seperti John Wiley & Sons dan McGraw-Hill yang
kemudian menuntut Kinko’s bersama dengan perusahaan penerbitan lainnya. Jadi, bagaimana
seharusnya berbisnis yang baik? Bagaimanakah peran etika dan tanggung jawab sosial dalam
organisasi? Hal tersebut menjadi bahan bahasan dalam makalah ini.

B. ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASA KINI

Etika dan tanggung jawab sosial adalah konsep yang mendasari mutu dan hubungan
kita sepanjang waktu. Dilema Kinko’s membuktikan bahwa banyak keputusan organisasi yang
dapat melibatkan masalah yang saling terkait, dan kepentingan organisasi mempengaruhi
kepentingan pihak yang lain juga. Pada konteks ini, tanggung jawab sosial korporasi berfokus
pada apa yang dilakukan organisasi yang mempengaruhi masyarakat tempat organisasi tersebut
berada. Etika didefinisikan sebagai pengetahuan mengenai bagaimana keputusan kita
mempengaruhi orang lain, termasuk pengetahuan mengenai hak dan kewajiban manusia, moral
yang diterapkan dalam pembuatan keputusan, dan sifat alami hubungan antar manusia.

Terdapat banyak contoh dimana organisasi dapat melaksanakan etika dan tanggung
jawab sosial seperti:

1. Eliot Hoffman, pemilik Just Desserts, perusahaan roti di San Fransisco yang menerima
pegawai bekas tahanan, dengan pemikiran bahwa bisnis harus memainkan peran besar
dalam mengubah masyarakat, khususnya bisnis kecil, karena hal ini tidak akan dilakukan
oleh pemerintah federal.

2. Perusahaan Ben & Jerry yang membuka toko es krim di Harlem untuk mempekerjakan
tuna wisma.

3. Donasi yang diberikan oleh Scott Paper (produk tissue) ke Ronald McDonalds Houses
(Lembaga penyembuhan dan perlindungan anak) setiap barang tersebut terjual dan terkirim
kembali oleh pelanggan.

4. Penyisihan laba produk makanan Newman’s Own oleh Paul Newman untuk organisasi
Hole in the Wall Gang, sebuah penampungan untuk anak-anak yang menderita kanker
mematikan.

2
5. Campbell Soup Company menjadi sponsor jangka panjang “Labels for Education” yang
menyediakan peralatan sekolah.

6. Burger King bersama IBM membuat program “Burgers and Bytes” yang
menyumbangkan computer ke sekolah dan mendirikan Burger King Academy, yang
menyediakan pendidikan dan pelayanan sosial bagi mereka yang putus sekolah.

7. Colgate-Palmolive membuat program”Parters in Education”.

8. Reebok memberikan sebagian laba penjualan sepatu basket untuk perbaikan lapangan
basket di Florida.

C. PERUBAHAN KONSEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Fakta terbongkarnya kebiasaan korup dalam bisnis menyebabkan terjadinya gelombang


peraturan dari pemerintah di Amerika. Gelombang peraturan pemerintah juga terjadi pada
Depresi Besar tahun 1930 dan kemudian terjadi kembali pada tahun 1960-an dan 1970-an saat
hak-hak sipil dan gerakan konsumen menyatakan bahwa terjadinya sejumlah masalah sosial
yang semakin banyak merupakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sikap terhadap Bisnis Besar dan Pemerintahan Besar

Salah satu yang membedakan pengaturan Amerika Serikat dalam hubungan antara
sektor pemerintah dan swasta dengan negara-negara besar yang lain adalah Amerika Serikat
berdiri sendiri di antara ekonomi pasar yang besar dan bisnis besar akan mendahului
pemerintah yang besar. Ciri-ciri ini sudah muncul sejak masa di mana saat beberapa perusahaan
besar tumbuh hingga dapat memekerjakan lebih dari 100.000 orang. Kapasitas peraturan
pemerintah saat itu masih kecil dan sangat terbatas jika dibanding dengan saat ini.

Berbeda dengan negara besar lain dimana birokrasi pemerintah yang sudah terbentuk
dapat dengan mantap tertanam dalam budaya dan menjadi penyeimbang bagi bisnis besar. Di
Amerika, pengaturan pemerintah menetapkan peraturan dasar bagi manajer.

Andrew Carnegie dan Konsep Mengenai Kekayaan

Andrew Carnegie (1835-1919) adalah konglomerat pendiri perusahaan U.S. Steel yang
mengemukakan pernyataan klasik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dalam bukunya

3
The Gospel of Wealth. Pandangan Carnegie didasarkan pada dua prinsip yang bersifat
paternalistik yakni prinsip amal dan prinsip mengurus harta orang lain.

Prinsip amal merupakan doktrin tangung jawab sosial yang menuntut orang yang lebih
beruntung untuk membantu anggota masyarakat yang kurang beruntung. Dalam prinsip amal,
bantuan yang diberikan dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung seperti lewat
lembaga, badan sosial, dan gerakan Community Chest. Sejak tahun 1920-an, bisnis diharapkan
mau menyumbangkan sumber dayanya untuk amal guna membantu anggota masyarakat yang
kurang beruntung. Carniege membiasakan apa yang diajarkannya dengan memberikan jutaan
dolar untuk tujuan amal dan kepentingan umum.

Prinsip mengurus harta orang lain adalah doktrin menurut Injil yan mewajibkan bisnis
dan individu yang kaya memandang diri mereka sendiri sebagai pelayan, atau pengelola, yang
menguasai kekayaan untuk kepentingan seluruh masyarakat. Carniege memandang bisnis
berperan untuk menggandakan kekayaan milik masyarakat dengan meningkatkan ilmu yang
dikuasainya melalui investasi sumber daya yang dijaganya secara hati-hati dan dipandang sah
oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan Carnegie dengan keterlibatan U.S. Steel secara aktif
dalam berbagai program kemanusiaan.

Kedua prinsip tersebut mengalami kendala disaat amal hanya diberikan kepada unit
agama tertentu. Hal ini menimbulkan masalah karena jika amal hanya diberikan pada suatu
pihak, maka pihak yang lain juga meminta bagian. Berawal dari masalah tersebut, banyak
perusahaan yang melembagakan larangan umum terhadap pemberian amal kepada kegiatan
keagamaan secara individual. Salah satu masalah konsep tanggung jawab sosial berkaitan
dengan implementasinya yang spesifik. Beberapa kritik mengatakan bahwa tidak ada pedoman
seberapa besar perhatian yang harus diberikan oleh perusahaan dan tidak ada pula saran cara
perusahaan memberikan bobot tanggung jawab sosialnya terhadap tanggung jawab yang lain.

Argumen Milton Friedman

Menurut ahli ekonomi, Milton Friedman, tanggung jawab bisnis adalah


memaksimalkan laba. Bisnis seharusnya berfokus pada pembuatan barang dan jasa secara
efisien dan membiarkan masalah sosial untuk ditangani perorangan dan badan pemerintahan.
Karyawan sebaiknya tidak dalam posisi memilih kepentingan masalah sosial atau penyisihan
sumber daya perusahaan. Manajer sebaiknya tidak menggunakan sumber daya untuk tujuan

4
sosial menurut pandangan pribadi. Pandangan ini mewakili ekstrem yang mengakui pembagian
tanggung jawab sosial antara pemerintah dan rakyat bisnis. Di Amerika Serikat, perusahaan
besar dan pemerintah wajib memikirkan masalah sosial tergantung pada masyarakat tempat
mereka berada.

Menerangkan Kepentingan Sendiri

Menurut Keith Davis, jika dalam jangka waktu panjang seseorang tidak menggunakan
kekuasaan secara bertanggung jawab, orang tersebut cenderung kehilangan kekuasaan.
Tanggung jawab sosial dapat menjadi kepentingan perusahaan sendiri, seperti Dayton-Hudson
Corp. Dari Minnesota yang tergabung dalam Klub 5%, suatu kelompok perusahaan yang
menyumbangkan 5% dari laba (tanpa dipotong pajak) untuk perbuatan amalnya.

Kepekaan Sosial Perusahaaan

Dua pendekatan dasar yang digunakan suatu perusahaan untuk mengklasifikasi cara
yang tepat dalam menanggapi masalah sosial tertentu adalah bagaimana respon perusahaan
terhadap masalah sosial tersebut dan bagaimana peran kekuasaan dalam menentukan masalah
sosial.

Konsep kepekaan sosial diutarakan oleh Robert Auckerman yang menyarankan


manajer untuk peka terhadap suatu masalah sosial sejak awal sehingga besarnya kemungkinan
manajerial untuk bergerak bebas dapat dipertahankan.

Prestasi Sosial Perusahaan

Pada tahun 1979, Archie Carroll mengembangkan teori prestasi sosial perusahaan yang
merupakan penggabungan konsep tanggung jawab sosial dan kepekaan sosial. Teori ini
dibentuk atas prinsip ekonomi, hukum, dan etika, yang bersama-sama menciptakan “kontrak
sosial antara bisnis dan masyarakat di mana perusahaan diizinkan sebagai agen moral”.

Manajer berusaha mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut dalam pembuatan


keputusan, di mana keputusan ini mencermikan satu dari empat pendirian berikut ini:

1. Reaktif, perusahaan hanya merespon isu sosial saat isu tersebut dinilai membahayakan
perusahaan.

2. Defensif, perusahaan menyangkal isu sosial yang dilontarkan terhadap perusahaan


tersebut.

5
3. Akomodatif, perusahaan mau menanggapi isu sosial yang dilontarkan terhadap
perusahaan tersebut sesuai persyaratan pemerintah dan opini publik.

4. Proaktif, perusahaan mengantisipasi terbentuknya isu sosial yang belum terjadi.

Prestasi sosial perusahaan dapat menjadi indikator para investor bahwa perusahaan
tersebut memiliki keuangan yang baik dan mampu bertanggung jawab secara sosial. Namun,
standar mengenai prestasi sosial tiap perusahaan berbeda tergantung asumsi yang mendasari
organisasi dan masyarakat. Etika sebagai studi dasar pokok dari nilai-nilai manusia, organisasi,
dan masyarakat perlu diperhatikan oleh perusahaan.

Etika dalam Pemikiran Timur

Pemikiran zaman dahulu masih sesuai dan layak diaplikasikan pada zaman sekarang.
Salah satunya ialah Kong Fu Ze, pencipta ajaran Konfuisme. Ajaran ini menunjukkan sejumlah
etika untuk suatu organisasi berdasarkan sikap budaya dan nilai-nilai organisasi Tiongkok.
Prinsip utama ajaran konfuisme antara lain:

1. Stabilitas masyarakat didasarkan pada hubungan tidak seimbang antamanusia.

2. Keluarga merupakan prototipe dari semua organisasi sosial.

3. Tingkah laku yang baik kepada orang lain adalah memperlakukan orang lain seperti
kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

4. Kebajikan yang terkait dengan tugas seseorang dalam kehidupan adalah mencoba
memeroleh keterampilan dan pendidikan, bekerja keras, tidak membelanjakan hal-hal tidak
perlu, dan sabar serta gigih.

D. PERGESERAN KE ETIKA

Banyak kritik mengatakan bahwa kita hidup di zaman “kritis etika”, dimana dalam
dunia bisnis semakin menyesampingkan etika. Menurut survei yang dilakukan oleh Louis
Harris, melaporkan bahwa 70 % publik menjawab tidak pada pertanyaan “Apakah bisnis
mengawasi bahwa para eksekutifnya bertingkah laku secara legal dan menurut etika?”

Survei yang dilakukan oleh Gallup pun juga melaporkan yang serupa, sekitar 50 %
berpendapat bahwa etika bisnis lebih menurun dalam sepuluh tahun terakhir. Para eksekutif
sendiri tidak merasa senang mengenai iklim bisnis masa kini: Hampir 40% mengatakan atasa

6
mereka beberapa kali pernah memerintahkan mereka melakukan sesuatu yang menurut mereka
tidak etis.

Melalui hasil survei tersebut dalam ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan public
terhadap etika bisnis telah menurun. Sebagai hasilnya, banyak ahli teori memerlukan
pemeriksaan lebih luas mengenai etika bisnis. Karena kebanyakan keputusan bisnis
mempunyai komponen etika (yaitu, keputusan itu mempengaruhi maksud orang lain), manajer
harus menambahkan etika pada pemahaman mereka tentang organisasi.

Apa yang disebut etika?

Etika sebagai study bagaimana keputusan kita mempengaruhi orang lain. Etika juga
mengenaik hak dan kewajiban manusia, peraturan moral yang diterapkan orang dalam
membuat keputusan, dan sifat alami hubungan di antara manusia.

Empat Tingkat Pertanyaan Etika dalam Bisnis

1. Sosial:

Masalah apharteid, dimana terjadi diskriminasi warna kulit. Masalah apartheid ini
merupakan pertanyaan tingkat sosial. Apakah benar secara etika mempunyai system sosial
yang sekelompok orang secara sistematik tidak diperbolehkan mempunyai hak-hak asasi?

Walaupun pada akhir-akhir ini di Afrika Selatan telah mengakhiri system apartheidnya,
masih sulit membayangkan seberapa mulus pelaksanaan transisi untuk persamaan hak.
Perusahan yang ingin melakukan bisnis di san amasih menghadapi sejumlah masalah kompleks
seperti politik, ekonomu, dan perubahan dinamika sossosiial; situasi yang masih dapat
menimbulkan masalah etika yang sulit bagi banyak perusahaan.

Pertanyaan tingkat sosial lain menyangkut keunggulan kapitalisme. Tentang apakah


kapitalisme merupakan satu-satunya system untuk mengalokasikan sumber daya? Atau
bagaimana toleransi atas ketidakseimbangan yang besar dalam kekayaan, status, dan
kekuasaan? Pertanyaan tingkat sosial biasanya mewakili debat yang masih berlangsung di
antara institusi yang bersaing.

2. Pihak yang berkepentingan:

Menyangkut pemasok, pelanggan, pemegang saham dan yang lain. Disini kita
mengajukan pertanyaan mengenai cara sebuah perusahaan sehausnya menangani kelompok

7
eksternal yang terpengaruh oleh keputusan, disamping bagaimana pihak yang berkepentingan
seharusnya berhubungan dengan perusahaan.

Banyak isu mengenai pihak yang berkepentingan, misalnya perdangan oleh orang
dalam. Isu lain misalnya tentang kewajiban perusahaan untuk menginformasikan kepada
semua pelanggan mengenai bahaya potensial dari produknya.

3. Kebijakan Internal:

Disini kita mengajukan pertanyaan mengenai sifat hubungan perusahaan dengan para
karyawannya. Kontrak perjanjian kerja seperti apa yang adil? Apa hak dan kewajibannya?
Dirumahkan, tunjangan, peraturab kerja, motivasi, dan kepemimpinan merupakan perhatian
etika disini.

4. Pribadi:

Tentang bagaimana setiap indivisu seharusnya diperlakukan dalam sebuah organisasi.


Apakah kita perlu bersifat jujur apapun konsekuensinya? Apa kewajiban yang kita punyai-baik
sebagai manusia maupun sebagai pekerja yang mengisi peran kerja spesifik-terhadap atasan
kita, karyawan kita, dan rekan sekerja kita? Pertanyaan-pertanyaan ini menyangkut isu sehari-
hari kehidupan organisasi apapun. Di belakang mereka terdapat 2 isu yang lebih besar: Apakah
kita berhak untuk melihat orang lain terutama sebagai tujuan akhir kita? Apakah kita dapat
menghindari hal itu?

Salah satu contoh dalam memenuhi kewajiban etika adalah Kidd & Co. Ketika
kebakaran merusak Kidd & Co. sebuah pabrik marshmallow (semacam kembang gula) di
Nevada milik sebuah keluarga, wakil presidennya, John Kidd, dan kakak laki-lakinya Charlie
memutuskan untuk membayar 63 orang karyawan mereka sementara mereka membangun
pabrik kembali, menghormati kewajiban terhadap karyawan dan pihak yang berkepentingan
lain. Sebagai imbalannya, para karyawan melakukan kerja sosial bagi masyarakat.

8
E. UNSUR – UNSUR ETIKA

Untuk meningkatkan pemahaman etika, kita harus menganalisis secara eksplisit dan
menerapkannya setiap hari. Istilah kunci dari bahasa etika adalah nilai, hak, kewajiban,
peraturan dan hubungan.

1. Nilai – nilai

Nilai-nilai (values) adalah keinginan yang relatif permanen yang tampaknya


mempunyai sifat-sifat baik. Nilai merupakan jawaban atas pertanyaan
“mengapa”.Misalnya mengapa Anda belajar manajemen? Anda mungkin menjawab
bahwa manajemen adalah hal yang penting. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa
manajemen penting bagi Anda? Anda mungkin menjawab bahwa Anda ingin menjadi
seorang manager di masa depan. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Anda ingin
menjadi seorang manajer? Pertanyaan mengapa dilanjutkan terus menerus sampai tidak
ada hal yang Anda inginkan. Pada saat itu, Anda telah sampai pada nilai-nilai.
Perusahaan juga mempunyai nilai-nilai seperti kemampuan menghasilkan laba,
mengembangkan karyawan, dan lain-lain.
CEO dari AT&T, Robert Allen mengutarakan nilai-nilai yang disebut “our
common bond” (Ikatan Kita Bersama), yang dimaksud menjadi jangkar masa depan
yang berupa daftar hal-hal yang disegani untuk individual, kerja sama tim, dedikasi
kepada pelanggan, inovasi, dan integritas sebagai peraturan dasar AT&T dan semua
anak perusahaannya.
2. Hak dan Kewajiban
Hak adalah tuntutan yang memberikan “ruang” kepada seseorang untuk
melakukan tindakan, sederhananyahak adalah kebebasannamun terbatas. Hak jarang
bersifat absolut karena cakupan hak individual dibatasi oleh hak orang lain. Hak
berhubungan dengan kewajiban.
Kewajiban adalah keharusan untuk mengambil langkah-langkah tertentu. Jika
seseorang mempunyai hak, orang lain mempunyai kewajiban untuk menghormatinya.
3. Peraturan Moral
Peraturan moral adalah pembimbing untuk melewati benturan kepentingan yang
bertentangan. Dalam hal lain, peraturan moral juga disebut peraturan menyangkut
tingkah laku yang sering kali menjadi kebiasaan nilai moral. Apabila ada dua pihak
yang saling bertentangan, namun kepentingan mereka sama-sama kuat, disinilah

9
peraturan moral digunakan. Oleh karenanya, peraturan moral sering juga disebut
sebagai “tie breaker”.
4. Hubungan Manusia
Hubungan antar manusia ada karena kita saling membutuhkan untuk saling
mendukung dan mencapai tujuan bersama. Hubungan dipandang sebagai sebuah aspek
kehidupan moral. Manajemen adalah mengenai tentang hubungan yang berarti
manajemen mempunyai komponen etika yang besar.
5. Moralitas Umum
Moralitas umum merupakan peraturan yang mengatur masalah seputar etika
biasa. Prinsip dasar moralitas umum antara lain
 Menepati janji
Menepati janji merupakan sikap atau perilaku melakukan sesuai apa yang telah
dikatakan. Manusia berhak untuk janjinya ditepati dan wajib memenuhi janjinya.
 Tidak dengki
Tidak dengki adalah suatu cara untuk menghindari perselisihan dengan percaya dan
menghargai kinerja orang lain.
 Saling membantu
Saling membantu adalah prinsip dimana individu harus saling membantu,
menyisihkan materi, tenaga atau pikiran kepada orang lain tanpa paksaan.
 Menghargai orang lain
Menghargai orang lain adalah menganggap orang lain sebagai pribadi yang
memiliki cita-cita sendiriserta menganggap penting terhadap kedudukan tiap orang.
 Menghargai milik
Menghargai milik adalah konsekuensi dari sikap menghargai individu. Untuk
menggunakan sesuatu milik seseorang perlu adanya persetujuan dari orang tersebut.
6. Moralitas Kepedulian
Terdapat dua konsep atau teori penting dalam moralitas kepedulian berdasarkan
usulan Carol Gilligan,
 Prespektif keadilan
Merupakan prespektif yang digunakan dalam menyelesaikan suatu perselisihan
yang timbul akibat benturan antara hak-hak manusia harus menggunakan jalan
tengah yang adil dan tidak melibatkan perasaan. Menyeimbangkan hak yang saling
bertentangan dengan cara moral dan abstrak. Umumnya digunakan oleh kaum pria.

10
 Prespektif kepedulian
Merupakan prespektif yang mementingkan hubungan yang harmonis dalam
penyelesaian perselisihan antara kepentingan manusia. Umumnya digunakan oleh
kaum wanita.
7. Menerapkan Etika

Para manajer dalam organisasi terkadang menetapkan peraturan yang mungkin


bertentangan dengan peraturan moralitas umum. Contohnya adalah memberlakukan
prinsip tujuan bersama untuk membantu seseorang yang mengalami kesusahan
mengkin dapat menyebabkan cemooh bagi para manajer apabila pihak yang mengalami
kesusahan adalah pesaing perusahaan. Oleh karena itu kita perlu tahu bagaimana
menerapkan prinsip moralitas umum dan etika untuk situasi bisnis. Terdapat 12
parameter yang harus diperhatikan untuk memeriksa sebuah etika, yaitu:

1. Apakah Anda telah menentukan masalah dengan akurat?


2. Bagaimana Anda akan menentukan masalah bila Anda “berdiri di luar pagar”?
3. Bagaimana situasi ini terjadi pertama kali?
4. Kepada siapa dan kepada apa Anda memberikan loyalitas sebagai individu dan
sebagai seorang anggota dari perusahaan?
5. Apa tujuan Anda dalam memilih keputusan?
6. Bagaimana tujuan ini jika dibandingkan terhadap kemungkinan hasilnya?
7. Siaya yang dirugikan dari keputusan ini?
8. Apakah Anda dapat mendiskusikan masalah tersebut dengan pihak yang
terpengaruh sebelum Anda mengambil keputusan?
9. Apakah Anda yakin keputusan Anda akan sah dalam jangka waktu panjang seperti
yang tampak sekaramg?
10. Apakah Anda dapat mengungkapkan tanpa rasa kesal keputusan Anda terhadap
atasan Anda maupun masyarakat umum?
11. Simbol potensi dari tindakan Anda bila dipahami? Bila disalah pahami?
12. Di bawah kondisi apa Anda akan menerima perkecualian dari pendirian Anda?
8. Melembagakan Etika

Seorang CEO dapat melembagakan proses pembuatan keputusan etika dengan


memastikan bahwa tiap keputusan moral berdasarkan keputusan terdahulu. Cara untuk
melembagakan kebijakan etika termasuk kode etika perusahaan, komite etika, kantor

11
pejabat pemerintah yang menerima keluhan masyarakat (ombudsman), dewan
pengacara, program pelatihan etika, dan audit sosial.

F. TANTANGAN RELATIVISME

Dalam etika, yang harus kita hadapi pada etika umumnya adalah tantangan relativisme.
Kita tidak dapat memutuskan sesuatu salah atau benar, baik atau buruk, dengan cara yang
rasional. Relativisme moral menyatakan bahwa perbedaan penilaian terhadap kebenaran
tergantung pada perspektif masing-masing orang atau kelompok orang yang memandang dan
menilainya. Relativisme moral ada dua, yaitu relativisme naif dan relativisme budaya.

1. Relativisme Naif
Relativisme naif adalah ide bahwa semua manusia merupakan standar untuk menilai
tindakan mereka sendiri. Penganutnya percaya bahwa keputusan etika bersifat pribadi,
penting dan kompleks, maka hanya opini pengambilan keputusan yang relevan. Karena
moralitas penting dalam hidup kita, kita harus memikirkan yang terbaik dalam bidang
ini, dan untuk hal itu kita memerlukan bantuan orang lain dalam proses pemikiran moral
ini.

Relativisme naif menerima toleransi terlalu jauh sehingga orang sering kali tidak
setuju mengenai pertanyaan moral yang menyimpulkan bahwa suatu tindakan selalu
sama baiknya dengan yang lain. Sebaiknya kita harus memilah-milah agar kita tidak
diakui berbicara hidup kita sendiri. Relativisme naif memberitahu kita bahwa kita tidak
perlu memeriksa isi dari tindakan tertentu, tetapi hanya perlu mencari apakah itu sudah
sesuai dengan keyakinan orang yang bertindak itu. Kegagalan nyata dari relativisme naif
adalah kemalasannya. Itu bukan keyakinan, tetapi lebih merupakan alasan karena tidak
mempunyai keyakinan.

2. Relativisme Budaya
Moralitas bersifat relatif pada budaya, masyarakat atau komunitas tertentu. Tidak
ada suatu standar yang mutlak untuk menilai moralitas. Harapan paling baik yang dapat
dilakukan oleh seseorang adalah untuk memahami kode moral dan kebiasaan dari suatu
masyarakat, bukan untuk menilai moralitasnya. Relativisme budaya memberitahu kita
untuk mencoba memahaminya.

12
Implikasi dari relativisme budaya untuk bisnis amat besar. Sebagai contoh adalah
sebuah perusahaan yang terperangkap diantara permintaan dari dua pemerintah dan
sistem legal yang berbeda berikut. Dresser industries milik pengusaha Amerika yang
berada di Prancis menjual material untuk pipa gas kepada Uni Soviet yang
menghubungkan ke Eropa Barat, sementara pemerintah Amerika Serikat melarang
Dresser dan semua anak perusahaannya untuk menjual material seperti itu kepada
Soviet. Jika perusahaan terperangkap diantara moral dan permintaan legal yang
bertentangan dari beberapa budaya, nasihat yang dapat diberikan oleh penganut
relativisme budaya adalah mengerjakan apa yang anda suka. Hal tersebut tidak membuat
perusahaan kelar dari situasi sulit, namun hanya akan menegaskan realisasi bahwa
perusahaan tidak mungkin terlepas dari dilema.

Masalah kedua dengan relativisme budaya yaitu bahwa sebagian besar budaya
cukup berbeda. Relativisme mengingatkan kita pada keadaan saling mempengaruhi
antara individu dan masyarakat.

Tantangan relativisme menggambarkan dalam dan kompleksanya etika. Dengan


mengemukakan secara eksplisit mengenai bagaimana hubungan etika dan manajemen,
manajer dapat memperbaiki kemampuannya untuk menarik kesimpulan mengenai etika.

G. RANGKUMAN

1. Mendiskusikan prinsip-prinsip dasar doktrin kekayaan Andrew Carnegie.


Pernyataan klasik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan diciptakan oleh Andrew
Carnegie dalam bukunya The Gospel of Wealth (1889). Doktrinnya berdasarkan dua hal, yaitu
prinsip amal (anggota masyarakat yang lebih beruntung punya kewajiban untuk membantu
mereka yang kurang beruntung) dan prinsip kepengurusan harta orang lain (orang kaya
merupakan penjaga kekayaan dan harta milik publik).

2. Mengevaluasi kritik dan doktrin Carnegie.


Kekurangan doktrin Carnegie: mempertahankan status quo dan melindungi bisnis dari
bentuk tekanan lain, dan bahwa istilah tanggung jawab sosial meragukan sehingga banyak
diserahkan pada kebijaksanaan individu.
3. Menjelaskan posisi Friedman pada tanggung jawab sosial korporasi.

13
Menurut Friedman perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan labanya
sendiri, dalam batas-batas hukum. Kontribusi social perusaahaan berbentuk barang dan jasa
yang efisien. Masalah sosial bergantung pada pemikiran tiap individu dan pemerintah.
4. Membandingkan dan menunjukkan perbedaan pandangan Carnegie dan Friedman.

Carnegie dan Friedman mewakili pandangan yang bertentangan mengenai tanggung


jawab social.

5. Menjelaskan konsep yang menerangkan kepentingan sendiri.


Kepentingan sendiri adalah ide bahwa untuk kepentingannya sendiri organisasi
bertindak dengan cara yang dianggap oleh masyarakat secara sosial bertangggung jawab.
6. Mendaftar dan mendefinisikan istilah kunci yang dipergunakan dalam etika.
Perlunya memahami bahasa etika.
7. Mendiskusikan isu yang harus diperhatikan oleh manajer dan menerapkan etika.
Perlu memahami dasar ajaran moralitas umum yang mencakup menepati janji,
menghargai hak milik, memahami perbedaan antara perpektif keadilan (yang dipakai oleh
kaum pria), dan perspektif kepedulian (biasa dipakai oleh kaum wanita) dalam membuat
keputusan yang menyangkut moral.
8. Mengevaluasi tentang relativisme pada alasan moral.
Manajer harus mewaspadai dan menghindari godaan relavisme naif-ide bahwa manusia
adalah standar yang dipakai untuk menilai diri mereka sendiri dan relativisme budaya ide
bahwa moralitas bersifat relatif pada budaya tertentu.

14

Anda mungkin juga menyukai