TINJAUAN PUSTAKA
jaringan lunak atau mukosa terkeratinisasi yang melapisi seluruh tulang alveolar
sampai leher gigi, tulang alveolar adalah tulang yang menjadi soket atau tempat
gigi untuk berdiri yang terdiri atas rahang atas dan rahang bawah, ligament
periodontal adalah serat-serat yang menjaga gigi tetap pada soketnya yakni
terdiri atas bagian yang menempel pada tulang dan bagian yang menempel pada
sementum, dan sementum adalah jaringan pembungkus akar gigi dan menjadi
6
7
Epitel gingiva terdiri atas epitel oral, epitel sulkus oral, dan junctional
epithelium. Epitel oral adalah epitel squamous berlapis / epitel berlapis gepeng
orthokeratinized, yaitu sel yang telah kehilangan inti sel dan mengalami
Epitel sulkus oral merupakan kumpulan sel terkeratinisas yang masih memiliki inti
dan perlekatan melalui basal lamina yang dihasilkan oleh sel epitel (Clerehughet
al., 2009).
Gingiva terdiri atas marginal gingiva disebut juga free gingiva atau
atau free gingiva yakni bagian gingiva yang tidak mengalami perlekatan pada
tulang. Marginal gingiva mengelillingi gigi dan menjadi dinding bagian atas dari
menempel pada tulang dan merupakan batas antara free gingiva dan
gingiva yang berada diantara dua gigi yang saling berkontak (Chandraet al.,
2004). Gingiva memiliki bagian-bagian yaitu jaringan konektif atau lamina propria
yang terdiri atas serat kolagen yang disebut gingival fibres, kolagen ini dikelilingi
oleh komponen lain seperti fibroblas, pembuluh darah, pembuluh limfa, dan
fisik dan psikologis yang signifikan, depresi, kecemasan, rasa takut, dan rasa
berbagai faktor. Penyakit ini dapat bersifat herediter atau disebabkan oleh efek
tingkat dosis, interaksi dengan obat lain, penyakit periodontal yang sudah ada
sebelumnya, plak gigi, kebersihan mulut, dan variasi respon individu. Gingival
meliputi dental health education (DHE), supra dan subgingival scaling, dan
polishing. Gingival hiperplasia dapat dirawat dengan scaling, bila gingiva tampak
lunak dan ada perubahan warna, terutama bila terjadi edema dan infiltrasi seluler,
permukaan gigi. Apabila gingival hiperplasia terdiri dari komponen fibrotik yang
tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling atau ukuran pembesaran
2.3 Gingivektomi
tidak nyaman dan rasa sakit pada pasien (O’Toole, 2013). Gingiva kaya akan
2012).
10
1. Fase Presurgical
dengan benar. Pada saat prosedur operasi bedah, diberikan anestesi lokal yang
anestesi, poket ditandai agar tidak melebihi mucogingival. Perlu diperhatikan juga
serangkaian titik perdarahan kecil. Tiga titik (mesial, distal dan bukal) dibuat pada
poket dan diposisikan sejajar dengan gigi. Ketika dasar poket telah tercapai,
tidak boleh diletakkan miring karena dapat membentuk garis sayatan yang terlalu
dalam.
3. Insisi
dan ketajaman yang baik. Bagian tumit pisau digunakan untuk insisi primer, yang
dimulai dari apikal sampai bleeding point. Pisau dipegang sedemikian rupa,
memposisikannya bevel 45˚ terhadap jaringan. Scaler dan kuret yang digunakan
untuk scaling dan root planing digunakan juga untuk menghilangkan sisa jaringan
4. Gingivoplasti
interradikular dan membuat kontur lebih rata. Jaringan yang sembuh akan tipis,
daerah dari interdental ke permukaan interradikular akan lebih rata sehingga tidak
2.4 Inflamasi
Inflamasi adalah respon fisiologis tubuh terhadap suatu injuri dan gangguan
oleh faktor eksternal.Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar. Inflamasi akut
adalah radang yang berlansung relatif singkat, dari beberapa menit sampai
beberapa hari, dan ditandai dengan perubahan vaskular, eksudasi cairan dan
protein plasma serta akumulasi neutrofil yang menonjol. Inflamasi akut dapat
berkembang menjadi suatu inflamasi kronis jika agen penyebab injuri masih tetap
ada. Inflamasi kronis adalah respon proliferatif dimana terjadi proliferasi fibroblas,
endotelium vaskuler, dan infiltrasi sel mononuklear (limfosit, sel plasma dan
b. Aktifitas Sel
Perpindahan leukosit dari dalam pembuluh darah mikro dan berakumulasi pada
fokus kerusakan (penarikan sel dan aktifasi). Sel utama yang berperan adalah
neutrofil.
Ketika di tubuh manusia terdapat agen perusak atau sel yang mati, fagosit
yang berada di sisi luar jaringan akan mengeliminasinya. Pada saat yang sama
13
fagosit dan sel-sel tubuh akan bereaksi terhadap substansi asing atau abnormal
dengan melepaskan molekul protein dan lemak yang berfungsi sebagai mediator
kimia dari inflamasi. Mediator-mediator juga dihasilkan oleh protein plasma yang
kecil juga menarik plasma dan leukosit dari dalam pembuluh darah untuk keluar
menuju agen tersebut berada. Leukosit yang sudah keluar tersebut diaktifkan
oleh agen perusak dan secara lokal oleh produk mediatormediator untuk
leukosit adalah rusaknya beberapa jaringan normal tubuh. 3,38 Setelah agen
perusak hilang, mekanisme anti inflamasi aktif. Setelah proses ini berakhir, maka
tubuh akan menjadi kembali normal. Jika agen perusak tidak dapat dihilangkan
bulan sampai tahun) pada inflamasi aktif, jaringan yang cedera, dan proses
berikut :
sel plasma
b. Destruksi jaringan, sebagian besar diinduksi oleh produk dari selsel yang
terinflamasi
Inflamasi akut dapat berkembang menjadi inflamasi kronik. Transisi ini terjadi
14
ketika respon akut tidak dapat diselesaikan, bisa oleh karena persisten dari agen
Sumber: Robbins
2.5 Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbulm beberapa efek
akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan
luka yang dapat dibagi dalam tiga fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang
a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih.
penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
c. Luka terkontaminasi
infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati
dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat
2 Berdasarkan Penyebab
Luka ini banyak dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas,
b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka
berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng,
c. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk
luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing
yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau
yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya.
e. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan
memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit.
f. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas
maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak
17
beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam.
Biasanya juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon
primer)
benang, klip dan verban perekat. Setelah beberapa waktu, maka sintesis,
pada tipe penyembuhan ini. Pada penutupan primer tertunda, perapatan jaringan
18
ditunda beberapa hari setelah lukadi buat atau terjadi. Penundaan penutupan
luka ini bertujuan mencegah infeksi pada luka-luka yang jelas terkontaminasi oleh
bakteri atau yang mengalami trauma jaringan yang hebat (Sugiaman, 2011).
Fibroblas bermigrasi kedalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase
granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
Epitelium pada permukaan tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan
menebal dan mulai matur dan luka mulai merapat. Pada luka superficial,
defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur
luka sekunder)
Luka yang terjadi dari trauma, ulserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah
besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang
19
cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih
besar dari pada penyembuhan luka. Kegagalan penutupan sekunder dari luka
tertier)
Penutupan ini Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua
lapisan jaringan granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang
terkontaminasi, terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Juga dapat
terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam dari pada intension primer
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima.
Dalam fase ini terjadi akumulasi sel-sel radang pada daerah yang terluka yang
disebabkan oleh respon vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh
darah yang robek akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba
yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi aktivitas seluler yaitu
yang membantu mencerna bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah
luka, terjadi invasi sel inflamasi pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN)
bermigrasi menuju daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN
menjadi sel mononuklear atau makrofag yang merupakan sel paling dominan
pada fase ini selama lima hari dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua
sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh jalinan fibrin yang
sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan dimulai fase
Fase proliferasi ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi
sampai kira-kira akhir minggu ke-tiga yang ditandai dengan deposisi matriks
ekstraselular, kolagen primer, dan fibronektin untuk migrasi dan proliferasi sel.
serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. Proses angiogenesis juga
terjadi pada fase ini yang ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah
baru dan dimulainya pertumbuhan saraf pada ujung luka (Suriadi, 2004). Pada
keadaan ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka untuk
alami terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas
sel basal, terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.
Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan dimulailah proses
2016.
22
Menurut Smeltzer & Bare (2001), fase maturasi disebut juga sebagai fase
fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan, dan kekuatan luka. Selama proses
ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari
luka, dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang berakibat terhadap
Faktor yang mempercepat penyembuhan luka terdiri dari (Smeltzer & Bare,
2001):
1). Pertimbangan perkembangan Anak dan orang dewasa lebih cepat lebih cepat
23
penyembuhan luka daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit
kronis, penurunan fungsi hati yang dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah .
2). Nutrisi
Klien memerlukan diit kaya Protein, Karbonhidrat, Lemak, Vitamin dan Miniral (Fe,
Zn) Bila kurang nutrisi diperlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka
dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekwat .
3). Infeksi
penyembuhan luka. Sumber utama infeksi adalah bakteri. Dengan adanya infeksi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Saat kondisi fisik
lemah atau letih maka oksigenasi dan sirkulasi jaringan sel tidak berjalan lancar.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak yang memiliki sedikit
jaringan sel. Pada orang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah Infeksi danlama untuk sembuh. Aliran darah
dapat terganggu pada orang dewasa yang mederita gangguan pembuluh darah
prifer, hipertensi atau DM. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu dengan cepat. Misalnya luka
6). Obat
Obat anti inflamasi (seperti aspirin dan steroid), heparin dan anti neoplasmik
pengobatan luka akan berjalan lambat dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Tidak adanya penyembuhan luka akibat dari kerusakan pada satu atau lebih dari
1) Faktor Intrinsik
luka terlambat. Luka tidak akan sembuh selama ada infeksi. Infeksi dapat
berkembang saat pertahanan tubuh lemah. Diagnosa dari infeksi jika nilai kultur
luka melebihi nilai normal. Kultur memerlukan waktu 24-48 jam dan selama
dalam luka adalah sumber infeksi. Suplai darah yang adekuat perlu bagi tiap
pembulu darah Jantung/ Paru. Hipoksia mengganggu aliran oksigen dan nutrisi
pada luka, serta aktifitas dari sel pertumbuhan tubuh. Neutropil memerlukan
angio genesis.
25
2) Faktor ekstrinsik
terlambatnya produksi dari kolagen, respon imun dan respon koagulasi. Pasien
putih pada sisa luka dan fagositasis terlambat. Ditambah pula kemungkinan
penyembuhan luka secara normal. Merokok adalah gangguan Vaso kontriksi dan
hipoksia karena kadar Co2 dalam rokok serta membatasi suplai oksigen ke
lanjut kondisi ini membatasi jumlah oksigen dalam luka. Penggunaan steroid
26
jaringan ikat dengan kecepatan 0,5 mm per hari (Nield & Willmann, 2003).
Setelah 12–24 jam, sel epitel pinggiran luka mulai migrasi ke atas jaringan
operasi. Repair epithel selesai sekitar satu bulan, repair jaringan ikat selesai
berkurang setelah hari keempat penyembuhan dan tampak hampir normal pada
hari keenam belas. Enam minggu setelah gingivektomi, gingiva tampak sehat,
2.7 Neutrofil
dalam hapusan darah kering. Dalam darah manusia, neutrofil jumlahnya paling
banyak dan merupakan 65-75 % dari jumlah seluruh leukosit (Leeson et al, 2006).
27
Inti sangat polimorf dan memperlihatkan berbagai bentuk, yaitu oval, bentuk huruf
atas 3 sampai 5 lobus berbentuk lonjong yang tidak teratur, yang saling
Neutrofil merupakan sel matang yang dapat menyerang dan merusak bakteri
dan virus bahkan dalam sirkulasi darah. Dalam suatu proses radang, neutrofil
bertugas untuk membersihkan jaringan dari agen infeksi atau toksik. Sifat-sifat
neutrofil yaitu:
1. Diapedesis
diapedesis. Walaupun ukuran pori jauh lebih kecil daripada ukuran sel, sebagian
kecil sel menerobos pori, bagian yang menerobos untuk sementara mengecil
2. Gerak Amuboid
bergerak paling sedikit tiga kali panjangnya setiap menit (Guyton & Hall, 2007).
3. Kemotaksis
Zat kimia dalam jaringan menyebabkan neutrofil bergerak mendekati sumber zat
toksin bakteri, produk degeneratif jaringan yang meradang itu sendiri, dan
4. Fagositosis
reseptor yang melekat pada partikel itu kemudian akan menonjolkan pseudopodia
ke semua jurusan di sekeliling partikel tersebut dan akan saling bertemu satu
sama lainnya pada sisi yang berlawanan dan akan bergabung sehingga terjadilah
ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis (Guyton &
Hall, 2007).
membersihkan jaringan dari agen infeksi atau toksik. Beberapa jam sesudah
kadang-kadang sampai empat hingga lima kali lipatdari jumlah normal 4000
sampai 5000 menjadi 15.000 sampai 25.000 neutrofil permikroliter, keadaan ini
memasuki aliran darah, yang kemudian ditransport ke sumsum tulang dan disitu
bekerja pada kapiler sumsum dan pada neutrofil yang tersimpan untuk
ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah neutrofil yang tersedia pada area
jaringan yang meradang (Guyton & Hall, 2007). Produk dari jaringan yang
1) Marginasi, dimana dinding kapiler dirusak oleh sel neutrofil dan menyebabkan
neutrofil melekat.
2) Dengan meningkatnya permeabilitas kapiler dan venula kecil serta hal ini
yang cedera. Dalam beberapa jam setelah dimulai kerusakan jaringan, area ini
dipenuhi dengan neutrofil. Karena neutrofil merupakan sel yang telah matang,
maka neutrofil siap melakukan fungsinya untuk membuang benda asing dari
jaringan yang meradang (Guyton & Hall, 2007). Selama radang, lisosom neutrofil
Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh ganda dengan 20
atom karbon. Asam arakhidonat dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel
yang telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses
neutrofil.
31
Pada periode pasca operasi, permukaan gigi dan deposit yang masih tersisa
dan jaringan yang nekrose dibersihkan dengan bantuan ultasonik skaler lakukan
pembersihan dengan saline agar bersih dan tidak terjadi pendarahan, kemudian
pembentukan jaringan granulasi yang berlebihan dan melindungi luka dari trauma
c. Mengontrol perdarahan
1. Non iritatif dan non alergi (tidak merangsang terjadinya reaksi alergi)
Dresing yang berbahan dasar zinc-oxide eugenol kurang disukai oleh sebagian
pasien karena rasa dan bau serta dilaporkan dapat merangsang terjadinya kontak
makan atau minum selama 1 jam setelah operasi atau sampai periodontal pack
terbatas pada permukaan oklusal dan incisal pada daerah operasi, dan
memebersihkan dressing dengan sikat yang lembut. Selain itu pasien disarankan
datang kembali dan mengganti dressing dalam 3-5 hari atau lebih awal jika letak
dengan menggunakan sikat gigi extra soft untuk 1-2 minggu awal (Suryono,
2014).
2.10.1 Definisi
seluruh daerah tropis lembab, diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Asia
Tenggara, New Guinea, dan Pasifik Selatan. Tanaman sukun di Indonesia sendiri
penyebarannya sudah sangat luas, tapi belum dapat dipastikan bagaimana dan
kapan tanaman ini masuk Indonesia. Sukun adalah tanaman tahunan yang
terletak pada satu pohon). Bunga jantan berbentuk silindrik sepertigada bertangkai
34
berbaulemah dan pendek, putik bercabang dua, sedangkan buahnya berduri lunak
ujungruncing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm, lebar 25-50 cm, pertulangan daun
ketika daun masih muda,daundewasa sangat tebal, keras, hijau gelap dan kilap di
mitha,2009).
2.10.2 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceobionta
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
2.10.3 Morfologi
1. Pohon
35
Merupakan bentukan pohon yang kuat dan tumbuh dengan beberapa batang
memiliki batang yang kokoh yang dapat tumbuh hingga mencapai 0,6-1,8 meter
pada setiap batangnya. Semua bagian dari pohon, termasuk buah mentah, kaya
akan susu dan lateks bergetah (kartikawati dan Adi Nugraha, 2003; Diane, 2006)
2. Bunga
terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung
cabang dna ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang disebut ontel,
pendek (babal) seperti nangka. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak
jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik. (Diane, 2006)
3. Daun
kebanyakan hijau tua atau bisa juga ditemui warna lain tergantung dimana tempat
tumbuhnya dan kondisi iklim dimana tanaman ini tumbuh. Bentuk daunnya juga
sangat bervariasi tetapi banyak ditemukan secara luas bentuk dan daunnya lebar
dan menjari dengan struktur yang keras. Dengan beebrapa guratan berwarna
hijau atau hijau kekuning-kuningan, pada beberapa varietas lainnya dapat ditemui
warna guratan putih kemerahan. Ukuran daun sangat bervariasi tergantung dari
jenis varietasnya, dapat ditemui daun dengan ukuran 15-60 cm. Bahkan lewat
daunnya saja tanaman sukun sudah dapat dibedakan jenis dan varietasnnya
(Diane,2006)
36
4. Buah
terbentuk bulat atau sedikit bujur. Ukuran garis pusatnya ialah diantara 10 hingga
30 cm. Berat normal buah sukun ialah diantara 1 hingga 3 kg. ia mempunyai kulit
kematangan buah sukun. Polygonal yang lebih besar menandakan buahnya telah
polygonal yang lebih kecil dan lebih padat. Buah-buah sukun mirip dangan buah
keluwih (timbul). Perbedaannya adalah duri buah sukun tumpul, bahkan tidak
5. Akar
Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar
samping yang dangkal. Akar sampingdapat tumbuh tunas yang sering digunakan
untuk bibit. Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar
sebagian akar menyembul pada permukaan tanah. Jika dilukai, dari akar akan
6. Biji
Biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, dan berwarna hitam (Angkasa dan
Nazaruddin, 2004)
daun sukun. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ekstrak daun
sukun memiliki kadar tanin sebesar 593,596 mg TAE/g ekstrak dan kadar flavonoid
kandungan flavonoid tertingggi terdapat pada sukun tua, yaitu sebesar (100,68
mg/g), daun sukun muda (87,03 mg/g), dan daun sukun tua yang sudah gugur
2.11 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi lebih dari
menghemolisis sel darah merah. Saponin yang sifatnya mirip seperti sabun
saponin dari berbagai tumbuhan sudah banyak dilaporkan namun belum banyak
dan mediator-mediator inflamasi lainnya. Selain itu, saponin juga potensial dalam
2.12 Tanin
sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang
selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu
protein tanin (Deaville et al, 2010). Tanin dapat menginaktivasi molekul adhesin sel
mikroba (molekul yang menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan
sel. Tanin yang mempunyai target pada polipeptida dinding sel akan menyebabkan
kerusakan target pada dinding sel, karena tanin merupakan senyawa fenol (naim,
2004). Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan kuat, anti perdangan, dan antikanker. Menurut Simon and
Kerry (2000), senyawa flavonoiddan tanin dalam bentuk bebas dan kompleks
2.13 Flavonoid
sekunder yang dihasilkna olehsuatu tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Flavonoid terdiri atas
kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzene (C6) terikat pada suatu rantai (C3) sehingga membentuk suatu susunan
C6-C3-C6. Sebagian besar flavonoid alami ditemukan dalam bentuk glikosida (Waji
(1984) dalam Nijveldt et al. (2001), dan Robak dan Gryglewski (2000) karena
eikosanoid (Damas et al., 1985 dalam Nijveldt et al., 2001) dan leukotrien
(Mueller, 2005), yang merupakan produk akhir dari jalur COX dan lipooksigenase.
inflamasi. Menurut Frieseneker et al. (1994) dalam Nijveldt et al. (2001), pada
Tordera et al. (1994) dalam Nijveldt et al. (2001) menduga bahwa flavonoid dapat
pemompaan kalsium ke dalam sel. Amella et al. (1985) dalam Nijveldt et al. (2001)
mast. Walaupun mekanisme yang tepat belum diketahui namun Mueller (2005)
sehingga kadar c-AMP dalam sel mast meningkat, dengan demikian kalsium
dicegah masuk ke dalam sel yang berarti juga mencegah pelepasan histamin
Efek flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung juga mendukung efek
inflamasi (Halliwell, 1995 dalam Nijveldt et al., 2001). Korkina (1997) dalam
Reactive Oxygen Species (ROS) dengan bereaksi dengan senyawa reaktif dari
2.14 Ekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi terhenti saat telah tercapai
yang terkandung menurut kelarutanya, senyawa polar akan larut pada senyawa
polar dan senyawa non-polar akan larut pada senyawa nonpolar. Proses
asetat), dilanjutkan dengan pelarut yang bersifat polar (methanol atau ethanol).
Pelarut yang sering digunakan untuk pelarut flavonoid adalah methanol dan
ethanol karena zat ini bersifat polar dan sesuai dengan sifat flavonoid yang
berafinitas baik dengan senyawa polar, namun pelarut yang lebih cocok dalam
penelitian ini adalah ethanol karena memiliki bioavaibilitas yang lebih baik pada
tubuh dan memiliki besar rendemen yang tidak jauh beda dengan methanol
(Taroreh, 2015).
1. Maserasi
diekstrak dan pelarutnya yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat
karena pecahnya dinding sel ketika maserasi terjadi sehingga akan didapatkan
ekstrak yang maksimal namun tetap bergantung pada jenis pelarut yang
Kerugian dari metode maserasi adalah membutuhkan waktu yang lama dan
2. Perkolasi
telah dibasahi secara perlahan dalam sebuah percolator (wadah silinder yang
bawah. Keuntungan metode ini adalah sampel senantiasa dialiri pelarut baru
dan kerugianya adalah membutuhkan waktu yang lama serta pelarut yang
pelarutan senyawa.
3. Soxhlet
membentuk uap dan membasahi sampel, setelah itu pelarut turun menuju abu
pemanasan dan menjadi uap kembali untuk membasahi sampel. Metode ini
44
dan menghemat waktu. Kerugian dari metode ini adalah peralatan yang rumit
dan dapat mendegradasi senyawa yang termolabil (zat yang mudah rusak
2.15 Gel
pada kulit, efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak
dengan air yang baik, pelepasan obatnya baik. Gel mempunyai aliran tiksotropik
dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera
45
mencair bila dikocok. Konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya
sedikit untuk membentuk massa gel yang baik. Viskositas gel tidak mengalami
mengembang dalam air dan menjadi koloid kental bening sampai buram, tidak
berbau. Koloid tersebut stabil pada pH 3-11 dengan titik gel pada suhu 50º-90ºC,
tergantung pada tingkat konsentrasi bahan yang digunakan. Larut dalam air dingin
dan polietilen glikol namun tidak larut dalam alkohol (Ofner dan Klech-Gelotte,
2007). Jika digunakan sebagai basis gel aqueous, maka akan mudah rusak
antimikroba.
2) Metilparaben
3) Propilen Glikol
Propilen glikol bersifat higroskopis dan lebih tidak toksik bila dibandingkan
dengan glikol yang lain. Penggunaan propilen glikol harus di bawah 5% sebab
pada konsentrasi lebih dari 5% dapat mengiritasi kulit (Owen dan Weller, 2006).
Propilen glikol berupa larutan bening, tidak berwarna, kental, tidak berbau dan
Tikus putih galur wistar merupakan bagian dari spesiesNorway Rat (Rattus
berbagai penelitian. Berat badan tikus jantan galur wistar antara 200-400 gram,
dengan lama waktu hidup 2,5 sampai 3 tahun. Masa pubertas tikus adalah 50±10
sebanyak 5 gram/100 gram berat badan dan konsumsi cairan 8-11 ml/gram berat
badan dalam 24 jam. Temperatur kandang yang diperlukan untuk perawatan tikus