Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat penduduk dengan usia produktif
yang tinggi. Selain itu, Indonesia memiliki penduduk laki-laki dan perempuan yang secara
alamiah saling memiliki daya tarik satu sama lain untuk menjalin ikatan serta hidup bersama
dengan tujuan membangun keluarga yang bahagia dan rukun. Hal itu berdampak pada tingkat
pernikahan yang tinggi di Indonesia.

Pernikahan merupakan media penyatuan antara dua insan manusia laki-laki dan
perempuan untuk menyalurkan naluri harfiah secara halal dalam ikatan rumah tangga
sekaligus sebagai sarana untuk memperoleh keturunan. Dalam melaksanakan pernikahan
harus berpedoman pada rukun dan syarat yang telah ditentukan baik oleh ajaran agama
maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Namun, dalam kehidupan masyarakat sekarang ini sering terjadi perkawinan atau
pernikahan tanpa adanya pencatatan oleh negara,atau yang disebut dengan pernikahan siri.
Pernikahan siri merupakan sebuah persoalan yang tabu namun sangat patut untuk dibahas
karena keberadaannya sangat kontroversial. Ada sebagian masyarakat yang menganggap
bahwa pernikahan siri itu lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif.

Hal tersebut merupakan dampak yang ditimbulkan karena pernikahan siri tidak
memiliki kekuatan hukum secara formal. Meskipun, ada sebagian masyarakat yang tidak
setuju dengan pernikahan siri namun secara agama pernikahan siri tetap dianggap sah,karena
sejak dahulu sebelum adanya ketentuan mengenai pencatatan di Kantor Urusan Agama
(KUA), pernikahan sudah dianggap sah apabila sudah memenuhi syarat dan rukun
pernikahan hanya saja secara hukum tidak ada pengakuan karena pernikahan tersebut tidak
terdaftar dan tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA).

Nikah siri sendiri merupakan sebuah pernikahan yang telah memenuhi syarat dan
rukun agama tetapi tidak dilakukan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah sebagai aparat resmi
atau pernikahan itu tidak didaftarkan di Kantor Urusan Agama (KUA) ataupun catatan
sipil,maka pernikahan itu hanyalah sah dimata agama namuun tidak sah dimata hukum
karena tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) ataupun catatan sipil. Berkaitan dengan
hal tersebut muncul berbagai macam istilah populer di masyarakat tentang nikah siri, antara
lain seperti kawin liar, kawin lari, perkawinan di bawah tangan, kawin syar’i , kawin modin
dan kawin kiyai.

Sebenarnya di dalam Undang-Undang telah mengatur tentang pernikahan yang sah


menurut negara yaitu Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyebutkan:
“Perkawinan adalah sah,apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu”.

C. Tujuan

Adupun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sistem Sosial
dan Budaya Indonesia.
2. Agar pembaca dapat memahami tentang pernikahan siri dan perbedaannya dengan
pernikahn secara resmi
3. Untuk mengetahui syarat dan alur proses pernikahan resmi di negara Indonesia
4. Untuk mengetahui alasan seseorang melakukan pernikahan siri
5. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan dari pernikahan siri

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca mengenai pernikahan siri


dan perbedaannya dengan pernikahan resmi
2. Untuk memudahkan pembaca dalam memperoleh informasi
3. Untuk pengetahuan dan pemahaman penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini
BAB 11

PEMBAHASAN

Pernikahan siri atau yang disebut juga pernikahan dibawah tangan adalah sebuah
pernikahan yang tidak dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA). Kata siri berasal dari bahasa
Arab yaitu sirri atau sir yang berarti rahasia. Keberadaan pernikahan siri dikatakan sah secara
norma agama tetapi tidak sah secara norma hukum, hal tersebut karena pernikahan siri tidak
tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA). Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawina, dalam Pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
Selain itu juga disebutkan bahwa setiap perkawinan harus dicatat oleh negara. Bagi yang
beragama Islam, hal ini berarti pernikahan harus dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA).

Pernikahan siri disebut juga pernikahan secara sembunyi-sembunyi, hal tersebut


karena dalam pernikahan siri penghulu dan pegawai KUA Kementeriaan Agama tidak
mengetahui berlangsungnya pernikahan tersebut. Pada dasarnya, pernikahan siri dan
pernikahan secara resmi itu tidak jauh berbeda karena dalam pernikahan siri juga terdapat
syarat dan rukun sama seperti dalam pernikahan secara resmi yaitu adanya pasangan
mempelai, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab qabul, yang membedakan antara keduanya
yaitu pada pernikahan siri tidak ada proses pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama
(KUA). Padahal pencatatan pernikahan sangat penting untuk dilakukan karena tanpa adanya
pencatatan maka pernikahan itu dianggap tidak sah secara hukum. Dan apabila pernikahan
dinyatakan tidak sah secara hukum, maka pernikahan tersebut tidak memiliki kekuatan dan
perlindungan hukum.

Pencatatan pernikahan sangat penting bagi keabsahan pernikahan, selain itu


pernikahan yang dicatatkan akan memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi suami,
istri, dan anak, serta memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak tertentu yang
timbul karena pernikahan tersebut antara lain hak waris, hak untuk memperoleh akta
kelahiran, hak atas nafkah hidup, dan lain sebagainya. Selain itu, pernikahan siri juga dapat
berdampak negati bagi status anak karena dianggap sebagai anak yang tidak sah.

Meskipun demikian, masih ada masyarakat Indonesia yang memilih untuk melakukan
pernikahan siri daripada pernikahan secara resmi. Pernikahan siri sering dijadikan alasan bagi
beberapa orang karena dianggap lebih praktis dan tidak harus repot mengurusi surat-surat
persyaratan pernikahan yang dianggap berbelit-belit. Meski tidak terdaftar dalam dokumen
negara, pasangan pernikahan siri biasanya sudah bisa merasa tenang karena sudah dianggap
menjadi pasangan resmi oleh agama dan penduduk setempat, padahal tanpa adanya
pencatatan pernikahan maka pernikahan tersebut tidak diakui oleh negara dan tidak memiliki
perlindungan secara hukum. Selain itu, tidak adanya restu dari pihak keluarga juga dapat
memicu terjadinya pernikahan siri. Seringkali kita mendengar dan melihat berita adanya
selebriti yang menikah secara siri karena tidak adanya restu dari orangtua dan keluarga
sehingga mereka nekat melakukan pernikahan secara diam-diam tanpa diketahui oleh
kerabat-kerabat dekat. Padahal salah satu syarat pernikahan yaitu adanya wali nikah, dan
apabila ayahnya masih hidup tetapi ia memilih wali lain maka pernikahan tersebut tidak sah
secara agama.

Ada juga alasan lain masyarakat lebih memilih melakukan pernikahan siri yaitu
karena terjepit masalah ekonomi. Biaya pernikahan yang tidak murah membuat masyarakat
lebih memilih menikah secara siri karena dianggap bisa lebih mengurangi biaya pengeluaran.
Daripada berhutang demi pernikahan mewah, mereka lebih memilih menikah secara siri
dengan acara yang sederhana dan hanya mengundang beberapa kerabat dekat. Dan yang
paling sering kita dengar mengapa masyarakat lebih memilih melakukan pernikahan siri yaitu
karena ingin melakukan poligami. Seringkali seseorang merasa tidak cukup memliki satu istri
sehingga tergoda dengan perempuan lain dan nekat melakukan poligami dengan berbagai
alasan. Biasanya saat seorang suami ingin melakukan poligami sementara istri tidak
menyetujui, nikah siri sering dijadikan sebagai jalan keluar paling efektif bagi seorang suami
untuk meresmikan hubungannya.

Anda mungkin juga menyukai