Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

OLEH
KELOMPOK 7
1. I KADEK SUDIARTA
2. DELIANA NONO
3. MEYSKE BUMULO
4. SITI MASITA A. MANANGIN

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Ular Tangga Pada Anak di Rumah Sakit
Sasaran : Terapi Bermain Anak Usia 3-6 tahun
Tempat : Ruang Bermain Anak RSUD Dr. M.M DUNDA
Hari/Tanggal : Rabu/ 11 Desember 2019
Waktu : 15.00-15.30 WITA

1.1 Latar Belakang


Saat memulai proses tumbuh kembang anak tidak selamanya sehat, anak
juga dapat berada dalam kondisi sakit karena sistem pertahanan tubuhnya masih
rentan terhadap penyakit, adanya penyakit ini dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak antara lain perkembangan fisik, psikologis, intelektual,
sosial dan spiritual, untuk mengatasi masalah penyakit ini maka diperlukan
hospitalisasi ( Wong dalam Riasari, 2015).
Hospitalisasi pada anak merupakan proses yang dikarenakan suatu alasan
yang berencana ataupun darurat, sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali
kerumah. Pada saat proses inilah terkadang anak mengalami berbagai pengalaman
yang sangat traumatis dan penuh dengan stress (Alini, 2017).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial, dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,
mengenal waktu, jarak serta suara (Wong dalam Adriana 2013).
Terapi bermain memungkinkan klien mengembangkan mekanisme
penyelesaian masalah dan adaptasi dan diharapkan dapat menyediakan
lingkungan yang aman dan penerimaan sehingga klien anak bebas
mengekspresikan ketakutan dan kecemasannya, agar hal tersebut bisa dihindari
anak perlu mendapatkan suatu media yang dapat mengekspresikan perasaan
tersebut, media yang paling efektif adalah melalui terapi bermain. Adapun jenis-
jenis permainan yang dapat diterapkan pada anak usia prasekolah yang juga
membantu perkembangan koginitifnya yaitu permainan fungsional, permainan
kontruktif, permainan dramatik, dan permainan dengan aturan (Saputro, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agieska dkk tahun 2018,
tentang pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak usia prasekolah selama
masa hospitalisasi, didapatkan bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah
diberikan intervensi terapi bermain. Penelitian yang sama juga didapatkan oleh
Noverita dkk tahun 2017, yang menerapkan terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan pada anak suai 3-5 tahun yang berobat dipuskesmas, hasil penelitian
menunjukkan dari 75 responden anak yang diteliti sebelum diberikan terapi
bermain anak yang memiliki kecemasan ringan sebanyak 10 anak, dan 65 anak
dengan kecemasan sedang. Sedangkan hasil tingkat kecemasan anak sesudah
dilakukan terapi bermain didapatkan bahwa sebanyak 9 anak yang tidak ada
kecemasan, 28 anak dengan kecemasan ringan, dan 38 anak dengan kecemasan
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan tingkat
kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain dan sesudah dilakukan terapi
bermain. Menurutnya Noverita dengan memberikan terapi bermain sesuai dengan
tahap perkembangan anak serta menyediakan sarana bermain sehingga akan
membuat anak-anak merasa aman dan nyaman selama dalam perawatan.
Salah satu media terapi bermain yang diterapkan dalam terapi bermain
yaitu dengan menggunakan ular tangga. Ular tangga adalah permainan yang dapat
melatih perkembangan emosi anak, kesabaran sekaligus dapat mengasah
kecerdasan otak anak (Supriyanti dan Tanti, 2019). Permainan ular tangga
merupakan salah satu permainan sederhana yang dimainkan oleh 2 orang atau
lebih. Permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar
sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain dan
menggunakan dadu. Pemenang ditentukan jika bidak pemain sampai dinomor
atau kotak terakhir (Anggraeni, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septa Eka Anggraeni tahun
2019, tentang pengaruh terapi bermain snake healthy ladder terhadap tingkat
kooperatif anak hospitalisasi usia prasekolah (3-6 tahun) di rumah sakit dr.
Soepraoen Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 12 anak yang diberikan
terapi bermain ular tangga yang sebelum diberikan terapi didapatkan 7 anak yang
tidak kooperatif namun setelah diberikan terapi bermain snake healthy ladder
didapatkan hanya 2 orang anak yang tidak kooperatif dan 10 anak lainnya
kooperatif. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bermain snake
healthy ladder terhadap tingkat kooperatif anak hospitalisasi anak usia
prasekolah. Terapi bermain snake healthy ladder dapat diterapkan dalam
menghilangkan kecemasan anak untuk meningkatkan tingkat kooperatif anak
yang menjalani hospitalisasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti permainan ini anak akan merasa relaks dan dapat
menstimulasi perkembanagan anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 02 menit anak akan mampu.
1. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya.
2. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan rawat jalan.
3. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan.
4. Beradaptasi dengan lingkungan.
5. Mempererat hubungan antara perawat dan anak.
1.3 Peserta
Pasien diruang anak yang memenuhi kriteria :
a. Klien usia 3-6 tahun di Ruang Perawatan Anak RSUD Dr, M.M Dunda
Limboto
b. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
c. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
d. Kondisi anak memungkinkan untuk mengikuti permainan
e. Tidak bertentangan dengan program pengobatan yang sedang dijalaninya
1.4 Metode
Demonstrasi
1.5 Sarana
Ruang tempat bermain
1.6 Media
1. Meja
2. Set Ular Tangga
1.7 Pengorganisasian
a. Leader : Deliana Nono
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain yaitu membuka dan
menutup kegiatan hari ini.
b. Co Leader : I Kadek sudiarta
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain.
c. Fasilitator : Siti Masita A. Manangin
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta
dalam terapi bermain.
d. Observer : Meyske Bumulo
Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain serta memperhatikan
tingkah laku peserta selama kegiatan.
1.8 Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Terapi Bermain Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan :
1. Leader mengucapkan salam (membuka 1. Menjawab salam
kegiatan terapi bermain)
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan jenis permainan, kontrak 3. Mendengarkan
waktu
4. Memperkenalkan anak satu persatu dan 4. Mendengarkan dan
anak saling berkenalan dengan saling berkenalan
temannya. 5. Mendengarkan
5. Mempersilahkan Co-Leader memimpin
terapi bermain.
2. 20 Pelaksanaan (Kegiatan Bermain) :
Menit 1. Co-Leader menjelaskan cara permainan 1. Mendengarkan
2. Leader, Co-Leader, dan Fasilitator 2. Menerima permainan
memotivasi anak.
3. Observer mengobservasi anak 3. Bermain
4. Menanyakan perasaan anak 4. Mengungkapkan
perasaan

3. 5 Menit Terminasi :
1. Leader mengehentikan permainan 1. Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan 2. Mengungkapkan
perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan 3. Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak yang 4. Senang
cepat sampai pada anak yang mencapai
kotak terakhir.
5. Membagikan souvenir/kenangan pada 5. Senang
semua anak
BAB II
DESKRIPSI KASUS

2.1 Karakteristik Sasaran


Peserta yang mengikuti terapi bermain adalah anak usia 3-6 tahun dengan
kesadaran kompos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.
2.2 Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi singkat dan sederhana
2. Mempertimbangan keamanan
3. Bermain/alat bermain sesuai dengan taraf perkembangan anak
4. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
5. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil
6. Jangan memaksa anak bermain bila anak sedang tidak ingin bermain
7. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
2.3 Karakteristik Bermain
Karakteristik bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dilakukan dengan
seimbangan, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif
yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan
dari orang lain.
1. Bermain aktif
1) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
2) Bermain konstruksi (Construction play)
Pada anak umur 5 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
3) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya
4) Bermain dengan permainan yang menggunakan aturan salah satunya
permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini merupakan salah satu
permainan yang menggunakan peraturan dimana mampu mengasah
kemampuan koginitif pada anak, karena akan membuat anak berpikir
bagaimana untuk bisa sampai pada kotak terakhir.
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
1) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/majalah
2) Mendengarkan cerita atau musik
3) Menonton televisi
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

3.1 Deskripsi Permainan


Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2
orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di
beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya
dengan kotak lain (Supriyanti, dan Tanti, 2019). Setiap pemain mulai dengan
bidaknya di kotak pertama di kotak sudut kiri bawah dan secara bergiliran
melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang
muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat
langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular,
mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain
pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang pemain
mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak,
maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya (Anggraeni, 2019).
Leader memimpin jalannya permaianan dengan mengintruksikan kepada
anak-anak untuk memulai permainan. Co leader, fasilitator, observer melakukan
tugas masing-masing
3.2 Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Adriana, 2013).
3.3 Keterampilan Yang Diperlukan
Dalam permaianan ini keterampilan harus dimiliki oleh anak dan perawat.
Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas yang tinggi
dan semangat untuk bermain. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat adalah perawat memiliki kemampuan untuk menjelaskan permainan
sehingga anak menjadi tahu tentang cara melakukan permainannya, kesabaran
dalam membimbing proses bermain dan komunikasi yang baik sehingga anak
dapat membentuk hubungan saling percaya dengan perawat (Alini, 2017).
3.4 Jenis Permainan
Ular Tangga
3.5 Alat Bermain
Set Ular Tangga
3.6 Proses Bermain
1) Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi bermain ular tangga kepada anak
2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya jika belum jelas
3) Secara bergiliran memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk
melemparkan dadu.
4) Fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak
5) Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai, dan anak
pertama yang mencapai kotak terakhir adalah pemenang.
6) Memberikan pujian terhadap anak yang mampu mencapai kotak terakhir.
(Anggareni, 2019).
3.7 Setting Tempat

Leader Co Leader

Ular Tangga
Fasilitator

Observer

Keterangan :
Leader : Deliana Nono
Co Leader : I kadek Sudiarta
Fasilitator : Siti Masita A. Manangin
Observer : Meyske Bumulo
3.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
(Adriana, 2013).
3.9 Antisipasi Meminimalkan Hambatan
1. Energi
Permainan yang dilakukan tidak membutuhkan energy yang ekstra sehingga
anak merasa santai dalam mengikuti proses bermain.
2. Waktu
Waktu bermaian dissusiakan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang istrhat
maka biarkanlah anak untuk istrhat. Waktu juga harus disesuaikan dengan
mood anak
3. Ruangan untuk bermain
Ruangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak ketika anak
menginginkan diluar maka permainan harus dilakukan di luar dan sebaliknya.
4. Lingkungan
Lingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu ramai dan
terlalu sepi sehingga konsentrasi anak terjaga dan anak tidak merasa kesepian
5. Pengetahuan
Menjelaskan dengan penjelasan mendapingi anak selama proses bermain
6. Alat Permainan
Pemilihan alat permainan disesuaikan dengan dan karakteristik anak
(Adriana, 2013)
3.10 Pengorganisasian
1. Perseptor Akademik : Ns. Ramang Said Hasan M.Kep
2. Perseptor Klinik : Ns. Nikmatul Husna, S.Kep
3. Leader : Deliana Nono
4. Co Leader : I Kadek Sudiarta
5. Fasilitator : Siti Masita A. Manangin
6. Observer : Meyske Bumulo
7. Anak : anak berusia 3-6 tahun dirawat di ruang perawatan
anak RSUD Dr. M,M Dunda Limboto
3.11 Sistem Evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang perawatan anak
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam permainan ular tangga
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk bermain ular tangga
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Dapat pemenang yang menyelesaikan permainan ular tangga
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak Edisi Revisi.
Jakarta: Salemba Medika.
Anggraeni, E. S. 2019. Pengaruh Terapi Bermain Snake Healthy Ladder Terhadap
Tingkar Kooperatif Anak Hospitalisasi Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Di Rumah
Sakit dr. Soepraoen. Malang: Poltekkes Rs. dr. Soepraoen.
Alini, 2017. Pengaruh Terapi Bermain Plastisin (Playdought) Terhadap Kecemasan
Anak Usia Pra Sekolah (3-6 tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang
Perawatan Anak. Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai , 2.
Amalia, Agieska, dkk. 2018. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak
Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi. Jurnal Majority, Vol. 7 Nomor 2
Maret 2018.

Noverita, dkk. 2017. Terapi Bermain terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
3-5 Tahun yang Berobat di Puskesmas. Jurnal Ilu Keperawatan, Vol 5 Nomor 2.
ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X.

Riasari, D. 2015. Perbedaan Pemberian Terapi Bermain Puzzel Dan Mewarnai


Gambar Terhadap Penurunan Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Usia
Prasekolah Di Ruang Anak RSUD Ungaran.(http://www.perpusnwu.web.id/karya
ilmiah/documents/5634.pdf ). diakses pada tanggal 1 Februari 2018.

Saputro, H. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Forum Ilmiah
Kesehatan : Ponorogo.

Supriyanti, E., dan Tanti B. 2019. Strategi Mengatasi Tempertantrum pada Anak
Usia 3-5 Tahun Melalui Permainan Ular Tangga di TK Wilayah Tumpang
Kabupaten Malang. Jurnal Wiyata. Vol. 6 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai