20390974-PR-Sari Nartiana PDF
20390974-PR-Sari Nartiana PDF
SARI NARTIANA
110 6130 135
i
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners
SARI NARTIANA
110 6130 135
ii
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya, penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan proposal ini dapat di selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari
semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp., M.Kep., selaku koordinator MA PKKKMP
dan sekaligus penanggung jawab Profesi/ Sekretaris Program Ners FIK UI.
2. Ibu Hayuni Rahma, S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing riset, yang
telah memberikan bimbingannya kepada kami dengan penuh kesabaran.
3. Ibu Ns. Tri Budiati, S Kep, M.Kep, Sp. Kep. Mat selaku penguji yang
telah memberikan saran yang membangun untuk skripsi ini.
4. Ibu Wiwit Kurniawati, S. Kep., M. Kep., Sp. Mat selaku penguji yang
telah memberi masukan, bimbingan dan motivasi dalam menyusun karya
tulis ini.
5. Kedua Orangtua saya, Ayah H Syaiful Rais dan Umak Hindun yang telah
memberikan dorongan materil maupun sprituil.
6. Suami saya, Sucipto yang selalu mendukung dan membantu saya dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Kedua Mertua saya, Bapak Sutedjo dan Ibu Anah atas bantuannya baik
secara materil maupun Moril.
8. Anak-anak saya, Raisa Alifa, MuhammAd Al Ghozali dan Ghaida Aqilla
yang menjadi sumber semangat saya.
9. Kepala bidang keperawatan dan staff yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk melanjutkan pendidikan.
10. Teman-teman saya dan semua rekan kerja saya di ruang tanjung dan
semua perawat di RSAB Harapan Kita yang telah memberikan motivasi
kepada saya untuk melanjutkan pendidikan ini.
11. Teman-teman ekstensi 2011, yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada saya.
vii
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
12. Ibu Desi beserta keluarga yang telah bersedia menjadi pasien kelolaan
saya.
13. Kepala ruangan dan semua staff gedung A lantai 2, RSCM, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mempraktekkan apa yang
telah kami peroleh di kampus.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah
akhir ners ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis sadar dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima.
Penulis
viii
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
ABSTRAK
ABSTRACT
ix
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
3.3.2 Masalah Keperawatan.................................................................. 28
3.3.3 Rencana keperawatan Post Natal ................................................. 29
3.3.4 Implementasi dan Evaluasi .......................................................... 30
3.5 Home Visit...................................................................................... 31
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek .............................................................................. 33
4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan 33
4.2.1 Analisa Masalah keperawatan ..................................................... 34
4.2.2 Analisis Intervensi Keperawatan ................................................. 35
4.5 Evaluasi ................................................................................................. 36
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................ 37
5.2 Saran ..................................................................................................... 38
5.2.1 Bagi Praktek Keperawatan .......................................................... 38
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan..................................................... 38
5.2.3 Bagi Rumah Sakit ........................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
xi
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 1106130135
Ditetapkan di : Depok
Tahun 2012 kasus HIV di asia pasifik (12 negara) mencapai 4.734.000
orang, dan di Indonesia 610.000 orang (UNAIDS report 2013). Hampir
setiap tahun ada kasus baru dengan HIV, tahun 2013 dilaporkan jumlah
infeksi baru dengan HIV berjumlah 5.369 orang, dengan presentase
tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%), dan presentase faktor
risiko tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (50,5%),
serta rasio laki-laki dan perempuan 1:1 (Depkes, 2013). Jumlah infeksi
tertinggi yaitu di DKI Jakarta sebanyak 23.792 orang (Depkes, 2013).
Fenomena ini juga terjadi kota Jakarta yang merupakan salah satu
megacity di Asia. Perkembangan kota yang semakin pesat ini
mempengaruhi kesehatan lingkungan yang ada di daerah perkotaan.
Kesehatan lingkungan adalah inti dari kesehatan masyarakat. WHO (2008)
mendefiniskan kesehatan lingkungan meliputi faktor fisik, kimia, dan
biologi di luar manusia serta memengaruhi perilaku manusia, menekankan
analisis dan kontrol faktor-faktor lingkungan yang berpotensi
1 Universitas Indonesia
HIV AIDS lebih cenderung meningkat di kota-kota besar, hal ini terjadi
karena adanya gaya hidup yang tidak sehat di masyarakat perkotaan,
seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obatan narkotika.
Walaupun sebagian besar dari sekitar 1,3 – 2 juta pengguna NAPZA tidak
menggunakan heroin atau suntikan, namun sebagian kecil melakukannya.
Menurut estimasi Departemen Kesehatan pada tahun 2006 terdapat antara
191.000 sampai 248.000 penasun di Indonesia. Badan Narkotika Nasional
(BNN) menunjuk kepada angka 508.000 pada tahun yang sama. Penasun
(pemakai narkotika suntik) masih terkonsentrasi di daerah perkotaan di
Jawa dan kota-kota provinsi diluar Jawa (Komisi Penanggulangan AIDS,
2007). Penasun yang sudah terinfeksi ini dapat menulari pasangan
seksualnya (Depkes, 2007).
Universitas Indonesia
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi sampai kurang dari 5%
melalui kombinasi langkah- langkah pencegahan penularan dari ibu ke
anak / PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission), termasuk
terapi ARV (antiretroviral) untuk ibu hamil dan anak yang baru lahir
(Irianti&Indah, 2013).
Peran perawat dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu kepada
bayinya dapat dilaksanakan dengan 4 program yaitu mencegah terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia reproduksi, mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV, mencegah terjadinya
penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta bayi & keluarganya. Strategi untuk melaksanakan
program ini adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif,
layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT), pemberian obat
antiretrovirus (ARV), konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta
pemberian makanan bayi, dan persalinan yang aman (Mulyati & Sufyan,
2012) .
Universitas Indonesia
Beberapa isu yang akan dihadapi oleh ibu dengan HIV positif antara lain
adalah kepatuhan minum ARV, biaya untuk pemeriksaan laboratorium
setiap 3 bulan, dan biaya untuk memperoleh ARV. Sedangkan isu yang
akan dihadapi oleh bayi dengan HIV positif antara lain adalah menjadi
yatim-piatu lebih dini dan biaya pemeliharaan kesehatan lebih besar
daripada bayi normal (Mulyati & Sufyan, 2012).
Universitas Indonesia
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memaparkan analisis praktik
klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan : asuhan keperawatan
prenatal dan postpartum ibu dengan HIV dan pengobatan ARV.
Universitas Indonesia
1. Praktek Keperawatan
2. Pendidikan Keperawatan
Penulisan karya ilmiah ners ini ini diharapkan dapat memberikan dan
menambah informasi bagi pendidikan keperawatan maternitas dalam
hal pemberiaan asuhan keperawatan prenatal dan postpartum ibu
dengan masalah HIV.
3. Rumah Sakit
Penulisan karya ilmiah ners ini ini dapat digunakan sebagai bahan
untuk melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV
dan pengobatan.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya
ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal dan Postnatal pada Ibu
dengan HIV dan pengobatan ARV.
7 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain. AIDS adalah bentuk
lanjut dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya
sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat menahan serangan
infeksi jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan
meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila
tidak ada pelayanan dan terapi yang diberikan (Depkes, 2012)
2.2.2 Cara Penularan HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga
cara, yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum yang tidak steril
atau terkontaminasi HIV, dan penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV
ke janin dalam kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA).
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-
laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau
oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal
yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral
langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori
risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus
yang ke luar dan masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka
sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau
pada alat genital.
Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang terinfeksi
Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring)
untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan,
atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian
di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit,
poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada
pengguna napza suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Terapi farmakologik untuk infeksi HIV berkembang dengan pesat sejak virus
tersebut ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi HIV
adalah azido-3-deoksitimidin (zidovudin, AZT (retrovir)). Walaupun obat ini
menjanjikan hasil yang baik, penggunaannya dalam kehamilan dibatasi
karena adanya potensi efek mutagenik atau toksik potensial pada janin.
2.4 Penatalaksanaan Intranatal
Fokus utama adalah mencegah infeksi nosokomial HIV dan melindungi
tenaga keperawatan kesehatan. Pemantauan janin secara eletronik dan
eksternal lebih dipilih jika diperlukan.(Bobak, 2005).
Selama dalam perawatan, penerapan universal precautions oleh perawat,
keluarga dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya penularan virus HIV. Prinisip-prinsip universal precautions
meliputi:
1. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan
tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker, kaca
mata pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot. Penggunaan alat
pelindung disesuaikan dengan jenis tindakan yang dilakukan.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
3. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4. Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi semua alat kedokteran
yang dipakai (tercemar). Jangan memakai jarum suntik lebih dari satu kali,
dan jangan dimasukkan ke dalam penutup jarum atau dibengkokkan
5. Pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6. Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan
aman (Depkes RI, 1997 dalam Nursalam&Ninuk 2007)
Bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria lebih jarang terinfeksi HIV
dibandingkan dengan kelahiran pervaginam (Reeder,dkk, 2013) .
2.5 Penatalaksaan Postnatal
Konseling tentang pengalihan pengasuhan anak dibutuhkan jika orangtua
tidak mampu merawat diri mereka.Bayi baru lahir bisa bersama dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya
ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal dan Postnatal pada Ibu
dengan HIV dan pengobatan ARV.
7 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain. AIDS adalah bentuk
lanjut dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya
sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat menahan serangan
infeksi jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan
meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila
tidak ada pelayanan dan terapi yang diberikan (Depkes, 2012)
2.2.2 Cara Penularan HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga
cara, yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum yang tidak steril
atau terkontaminasi HIV, dan penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV
ke janin dalam kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA).
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-
laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau
oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal
yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral
langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori
risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus
yang ke luar dan masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka
sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau
pada alat genital.
Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang terinfeksi
Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring)
untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan,
atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian
di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit,
poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada
pengguna napza suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Terapi farmakologik untuk infeksi HIV berkembang dengan pesat sejak virus
tersebut ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi HIV
adalah azido-3-deoksitimidin (zidovudin, AZT (retrovir)). Walaupun obat ini
menjanjikan hasil yang baik, penggunaannya dalam kehamilan dibatasi
karena adanya potensi efek mutagenik atau toksik potensial pada janin.
2.4 Penatalaksanaan Intranatal
Fokus utama adalah mencegah infeksi nosokomial HIV dan melindungi
tenaga keperawatan kesehatan. Pemantauan janin secara eletronik dan
eksternal lebih dipilih jika diperlukan.(Bobak, 2005).
Selama dalam perawatan, penerapan universal precautions oleh perawat,
keluarga dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya penularan virus HIV. Prinisip-prinsip universal precautions
meliputi:
1. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan
tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker, kaca
mata pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot. Penggunaan alat
pelindung disesuaikan dengan jenis tindakan yang dilakukan.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
3. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4. Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi semua alat kedokteran
yang dipakai (tercemar). Jangan memakai jarum suntik lebih dari satu kali,
dan jangan dimasukkan ke dalam penutup jarum atau dibengkokkan
5. Pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6. Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan
aman (Depkes RI, 1997 dalam Nursalam&Ninuk 2007)
Bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria lebih jarang terinfeksi HIV
dibandingkan dengan kelahiran pervaginam (Reeder,dkk, 2013) .
2.5 Penatalaksaan Postnatal
Konseling tentang pengalihan pengasuhan anak dibutuhkan jika orangtua
tidak mampu merawat diri mereka.Bayi baru lahir bisa bersama dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3. 1 Gambaran Kasus
Klien Ny. D (36 tahun) G4P3A0H38 minggu masuk RSCM, gedung A lantai
2 zona B pada tanggal 10 Juni 2014 dengan keluhan rencana operasi seksio
saecarea besok tanggal 11 Juni 2014 jam 08.00.
Klien menderita HIV sejak tahun 2007, klien riwayat pemakai narkoba. Klien
memakai obat-obatan sejak selesai SMA, klien mengkonsumsi shabu, putau,
heroin, alkohol dan ekstasi juga. Klien mengenal obat-obatan tersebut dari
teman kosnya, kedua orangtua klien bercerai.
Pengobatan untuk HIV sudah dilakukan sejak 2007 dan klien kontrol secara
teratur, obat yang digunakan adalah neviral 2x450mg tab dan Duviral 2x1
tab. Pada tahun 2007 klien menderita toksoplasmosis, yang mengakibatkan
mata kanan klien tidak dapat melihat.
Awal terdiagnosa HIV, klien merasa stress yang berat, tapi berkat dukungan
keluarganya dan keinginan untuk menjaga dan mengasuh anak-anaknya, klien
mampu mengatasi masalah itu.Sejak 2007 itu klien melakukan rehabilitasi
untuk mengatasi ketergantungannya terhadap narkoba, dan berhasil, klien
bebas narkoba sejak tahun 2003.
Riwayat pernikahan, klien menikah dua kali, tahun 1999, suami meninggal
karena HIV, pemakai narkoba. Pernikahan yang kedua tahun 2013-sekarang,
suami tidak menderita HIV.
Pasien dikelola dari tanggal 10 sampai tanggal 12 Juni, dan dilakukan home
visit tanggal 21 Juni 2014 yang bertujuan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan dan melakukan direct care jika ditemukan masalah keperawatan
yang baru. Komunikasi dengan klien masih tetap dilakukan sampai sekarang.
3.2 Asuhan Keperawatan Prenatal
3.2.1 Pengkajian Prenatal
Pengkajian awal dilakukan tanggal 10 Juni 2014 ketika klien masuk ruang
perawatan. Pengkajian terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Data umum yang didapat, klien yang di kelola adalah Ny D, usia 36 tahun.
Klien sudah menikah untuk yang kedua kalinya, pernikahan pertama tahun
1999, suami meninggal dengan HIV, pernikahan kedua tahun 2013 sampai
sekarang.
Pendidikan terakhir SMA, klien sekarang kuliah sambil bekerja sebagai
karyawan swasta.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, tahun 1999 melahirkan anak
pertama berjenis kelamin perempuan lahir secara spontan di tolong oleh
bidan, tahun 2003 melahirkan anak kedua berjenis kelamin laki-laki lahir
secara spontan di tolong oleh bidan, tahun 2005 melahirkan anak ketiga
berjenis kelamin perempuan lahir secara sectio caesarea atas indikasi gawat
janin ditolong oleh dokter, tahun 2013 hamil yang keempat. Klien tidak
pernah menyusui anak-anaknya dengan alasan ASI tidak keluar. Selama
kehamilan ini klien sering mengalami keputihan tapi dapat diatasi dengan
pengobatan dokter, riwayat KB yang digunakan adalah Spiral. HPHT klien
lupa, berat badan sebelum hamil 48kg, tekanan darah sebelum hamil 110/80
mmhg. Pada pemeriksaan kehamilan terakhir tekanan darah 120/80mmHg,
berat badan 55 kg, TFU 32cm, letak atau presentasi kepala. Usia gestasi
menurut hasil usg 38 minggu.
Data Umum Kesehatan Saat Prenatal
Status obstetrik G4P3A0H38 minggu, keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, berat badan 55kg, tinggi badan 155cm. Tanda-tanda vital,
tekanan darah 120/80mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36ᵒC, pernapasan
18x/menit.
Pemeriksaan fisik dilakukan head to toe, dimulai dari kepala klien tampak
simetris, bersih, penyebaran rambut merata dan berwarna hitam.Mata kanan
tidak dapat melihat karena pernah riwayat toksoplasmosis tahun 2007, klien
menggunakan kacamata minus, konjungtiva tidak anemis dan skelera tidak
ikterik, tampak lingkaran gelap dibawah mata.Hidung bersih dan tidak ada
sumbatan, mulut bersih, tampak sariawan di pinggir bibir kanan. Telinga
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
26
Diagnosis 1 : Cemas
Tujuan : Klien mampu menghilangkan atau mengurangi perasaan cemas
klien Kriteria hasil : klien akan menunjukkan kemampuan untuk berfokus
pada pengetahuan dan keterampilan baru, mengidentifikasi gejala penyebab
cemas pada diri sendiri.
Intervensi Keperawatan : Sediakan informasi faktual mengenai diagnosis,
perawatan dan prognosis penyakit klien. Instruksikan klien tentang
penggunaan tehnik relaksasi. Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan untuk mengekternalisasikan cemas. Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan. Dampingi pasien (mis: selama
prosedur) untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut.
Diagnosis 2 : Gangguan pola tidur
Tujuan : Klien menunjukkan tidur yang adekuat
Kriteria hasil : Jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah
bangun atau istirahat, terjaga dengan waktu yang sesuai, klien akan
menidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan tidur atau istirahat.
Intervensi keperawatan : Jelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat
selama kehamilan dan sakit. Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat
tidur malam, berikan lingkungan yang tenang, damai dan minimalkan
gangguan. Berikan tidur siang untuk memenuhi kebutuhan tidur.
Kelompokkan aktivitas keperawatan untuk meminimalkan tindakan yang
dapat membangunkan, berikan siklus tidur minimal 90 menit.
Diagnosis tiga risiko infeksi
Tujuan : Tanda-tanda infeksi tidak ada/ hilang
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, status imun klien
adekuat, klien memahami tentang pengendalian infeksi dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi keperawatan pantau tanda /gejala infeksi pershift, pantau hasil
laboratorium (DPL), instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk
melindungi tubuh dari infeksi, ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
28
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
32
dibalutan luka, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernapasan 18 kali per menit, suhu 36ᵒC. Analisa masalah nyeri akut teratasi
sebagian, infeksi tidak terjadi dan diskontinuitas pemberian ASI teratasi
sebagian.
Pada tanggal 13 Juni klien pulang, balutan luka sudah diganti, tanda-tanda
infeksi tidak ada, luka bersih. Klien rencana kontrol tgl 20 Juni di poli
kebidanan.
3.5 Home Visit
Home visit dilakukan pada tanggal 21 Juni 2014 jam 11.00. Klien tampak
rapi, bersih dan penampilan segar. Klien mengatakan kemarin tanggal 20 Juni
sudah kontrol ke poli kebidanan RSCM, balutan sudah dibuka dan tidak perlu
kontrol ulang lagi, payudara sudah tidak bengkak, tali pusat bayi sudah lepas
tgl 19 Juni, klien menanyakan kenapa lidah bayinya putih, minum susu
formula banyak. Pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 78 kali per menit, pernapasan 18 kali per menit, suhu 36ᵒC. Luka balutan
sudah tidak ada, luka post op kemerahan tidak ada, edema tidak ada, ekimosis
tidak ada, discharge tidak ada, approximate baik. Payudara tampak membesar
tapi tidak bengkak, pengeluaran ASI masih tapi sudah berkurang.
Pemeriksaan pada bayi, tampak tali pusat sudah putus, tanda-tanda infeksi
tidak ada, pusat tampak kering, lidah bayi tampak putih.
Tindakan yang dilakukan mengajarkan kepada klien tentang cara pemberian
susu formula, terutama mengajarkan untuk membilas mulut bayi dengan air
hangat jika sudah selesai minum susu.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny D yang menjalani perawatan di RSCM, gedung A lantai 2
zona B. Analisis situasi yang dilakukan meliputi tentang profil lahan praktek,
analisis hasil pengkajian, masalah keperawatan, intervensi, dan evaluasi.
4.1 Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo salah satu rumah sakit umum pemerintah
yang menyediakan pelayanan khusus bagi penderita HIV/ AIDS. Pokdisus
adalah salah satu nama unitnya. Selain itu poli kebidanan dan ruang rawat
postpartum juga menyediakan layanan bagi ibu dengan masalah HIV.
4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
KKMP merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas.
HIV adalah masalah kesehatan perkotaan yang setiap tahun mengalami
peningkatan, hal ini karena masih kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan
maupun masyarakat tentang penyakit ini, baik pengertian, cara penularan dan
pencegahannya. Ibu hamil dengan HIV mengalami masalah psikologis yang
sangat komplek, selain terjadi masalah psikologis terhadap kehamilannya, ada
masalah psikologis terhadap penyakit HIV.
Respon psikologis yang dirasakan oleh ibu yang terdiagnosis HIV pada saat
hamil adalah kecemasan tentang kondisi kesehatannya, bayi yang akan
dilahirkan, hubungan dengan pasangan, dukungan keluarga, kondisi anggota
keluarga yang lain, pembiayaan, pelayanan yang didapat (Elisa, 2012).
Selain kecemasan terhadap kondisi bayi dan kesehatannya, stigma
dimasyarakat juga dapat menimbulkan masalah psikososial yang dirasakan
penderita HIV. Prilaku orang yang menderita HIV mempunyai
kecenderungan diasingkan,mendapat pandangan sinis, dan menghindar jika
bertemu dapat membuat mereka merasa tertekan, rendah diri dan menyendiri
(Imratul, 2010).
Universitas Indonesia
pemberian nutrisi dengan susu formula dapat diberikan. Bayi baru lahir bisa
bersama dengan ibunya, tetapi tidak boleh disusui (Bobak 2005)
4.2.2 Analisis Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas
adalah dengan melakukan tehnik relaksasi tarik nafas dalam. Relaksasi
selama kehamilan akan membantu ibu mencapai kondisi yang senantiasa
rilek dan tenang. Kondisi rilek membuat gelombang otak ibu menjadi lebih
tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan
menimbulkan reaksi positif pada tubuh (Suparmi dan Widianingtanti, 2008).
Untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur berfokus pada menganjurkan
klien untuk memenuhi kebutuhan tidurnya dan mengatur agar suasana
ruangan tenang. Klien dirawat diruangan kelas satu, jadi kondisi lebih
tenang dan lebih nyaman, sehingga dapat membuat klien lebih rileks.
Masalah post partum adalah nyeri, risiko infeksi dan diskontinuitas
pemberian ASI. Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri selain
pemberian terapi farmakologi yang merupakan tindakan kolaboratif
(pemberian analgesik seperti pronalges supp tiga kali sehari), penulis
melakukan tindakan non farmakologi tehnik relaksasi napas dalam. Hasil
penelitian Patasik (2013) menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
dan guided imagery terbukti efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada
pasien post operasi sectio caesarea. Selain itu penulis membantu klien
melakukan mobilisasi dini dengan cara miring kiri dan kanan setelah enam
jam post operasi. Tujuan dari mobilisasi dini adalah untuk mempercepat
pemulihan dan aktivitas otot-otot post pemberian anestesi spinal, selain itu
juga mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Intervensi risiko infeksi lebih difokuskan kepada menerapkan kewaspadaan
universal, mencegah kontaminasi silang, dan mengajarkan cara mencuci
tangan yang benar. Kewaspadaan universal harus diterapkan oleh perawat,
keluarga dan pasien untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV.
Intervensi untuk diskontinuitas pemberian ASI difokuskan pada pemberian
susu formula dan mengajarkan ibu cara mengatasi ketidaknyamanan
payudara. ASI pada ibu dengan HIV tidak dapat diberikan kepada bayinya,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
HIV AIDS lebih cenderung meningkat di kota-kota besar, hal ini terjadi
karena adanya gaya hidup yang tidak sehat di masyarakat perkotaan,
seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obatan narkotika. HIV
dapat terjadi pada siapa saja, untuk itu dibutuhkan keahlian khusus dalam
menagani masalah ini. Ibu hamil yang menderita HIV dapat
mentransmisikan virus ke janin yang di kandungnya, tapi melalui
kombinasi langkah-langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak
(PMTCT) dan terapi ARV, risiko penularan dari ibu ke bayi dapat
dikurangi.
Masalah keperawatan prenatal yang ditegakkan berdasarkan data yang
ditemukan adalah cemas dan gangguan pola tidur. Masalah keperawatan
postnatal yang ditegakkan adalah nyeri akut, risiko infeksi dan
diskontinuitas pemberian ASI.
Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya pada kasus kelolaan
yang mengajarkan tehnik relaksasi tarik napas dalam, menerapkan
kewaspadaan universal dalam melakukan tindakan, membantu klien
melakukan mobilisasi dini, memberikan pendidikan kesehatan tentang
cara pemberian susu formula dan mengajarkan cara mengurangi
ketidaknyamanan payudara dengan cara kompres hangat. Selain itu juga
penulis melakukan home visit untuk mengevaluasi tindakan keperawatan
dan melakukan direct care jika ditemukan masalah baru.
Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah
dilakukan yaitu cemas dan gangguan pola tidur dapat diatasi, nyeri akut
dapat diatasi, infeksi tidak terjadi dan diskontinuitas pemberian ASI
dapat diatasi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Praktek Keperawatan
Perawat hendaknya dapat melakukan asuhan keperawatan secara
holistik, secara bio, psiko, sosio, spiritual, dan kultural terutama dalam
menerapkan asuhan pada masyarakat perkotaan yang mengalami
masalah kesehatan seperti HIV
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang asuhan
keperawatan pada ibu dengan HIV didaerah perkotaan dan
menambahkan literatur tentang tatalaksana asuhan keperawatan prenatal
dan postnatal pada ibu dengan HIV.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan
secara holistik dan komprehensif dan tidak membedakan dalam
pemberiaan asuhan keperawatan pada ibu dengan HIV, sehingga klien
merasa dihargai. Rumah sakit diharapkan dapat menerapkan
kewaspadaan universal baik untuk tenaga medis, pasien maupun
keluarga untuk mencegah penularan HIV.
Universitas Indonesia
Depkes. (2013). Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017. www.depkes.go.id
Mulyati & Sufyan. (2012). Peran perawat dalam pencegahan penularan HIV dari
ibu kepada Bayi.www.stikku.ac.id
Nursalam & Ninuk. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV,
Jakarta: Salemba Medika.
Patasik. (2013). Efektivitas tehnik relaksasi napas dalam dan guided imagery
terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi sectio saecarea di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado. ejournal.unsrat.ac.id
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin. (2013). Keperawatan Maternitas: Kesehatan
wanita, bayi & keluarga. Jakarta: EGC
39
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
Suparmi dan Widianingtanti. (2008). Relaksasi pada ibu hamil. www.unika.ac.id.
www.gizikia.depkes.go.id/download/RAN-PPIA-2013-2017.pdf
40
Analisis praktik ..., Sari Nartiana, FIK UI, 2014
Pengkajian Prenatal
Data Umum Klien
Inisial Klien : Ny. D
Usia Klien : 36 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
Data Umum Suami Klien
Insial Suami : Tn. G
Usia : 29 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan Terakhir : SMA
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
No. Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Bayi Masalah
Persalinan Kelamin Bayi Saat Lahir Kehamilan
1. 1999 Spontan Bidan Perempuan Normal. BB/PB: Tidak ada
3000 gr/50 cm
2 2003 Spontan Bidan Laki-laki 2800/ 47 cm, Tidak ada
normal
3 2005 SC Dokter Perempuan 3500gr/ 50cm, Gawat janin
normal
2. Perubahan pola tidur Setelah a. Jumlah jam tidur tidak 1. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat selama
berhubungan dengan dilakukan terganggu, kehamilan dan sakit.
cemas. tindakan b. Perasaan segar setelah 2. Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur
Definisi : Gangguan keperawatan, bangun atau istirahat, malam, berikan lingkungan yang tenang, damai dan
jumlah dan kualitas tidr klien dapat tidur c. Terjaga dengan waktu yang minimalkan gangguan.
yang dibatasi waktu sesuai, 3. Berikan tidur siang untuk memenuhi kebutuhan tidur.
Hari,
Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Tanggal
Selasa, Cemas 1. Memberikan informasi faktual mengenai Subjektif:
10 Juni diagnosis, perawatan dan prognosis penyakit - klien mengatakan rasa cemas
2014 klien berkurang,
2. Mengajarkan klien tentang penggunaan Objektif
tehnik relaksasi - Klien tampak lebih tenang,
Analisa
Cemas belum teratasi,
Rencana tindakan
Mendampingi pasien (mis: selama prosedur)
untuk meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut.
Hari,
Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Tanggal
Rabu, 11 Nyeri akut 1. Kolaborasi untuk pemberian analgesik yaitu Subjektif:
Juni 2014 pronalges supp, Klien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi
2. Mengajarkan tehnik relaksasi untuk obat dan setelah melakukan tehnik relaksasi,
mengurangi nyeri, skala nyeri masih 3
3. Memberi informasi mengenai nyeri seperti Objektif
penyebab nyeri, seberapa lama akan Klien mampu melakukan mobilisasi mirimg
berlangsung, kiri-miring kanan tanpa meringis. Nyeri VAS 3
4. Membantu pasien untuk lebih fokus pada (nyeri ringan)
aktivitas daripada nyeri/ ketidaknyamanan Analisa
dengan melakukan pengalihan melalui televisi Masalah nyeri akut belum teratasi,
dan kunjungan keluarga, membantu perubahan Rencananya
posisi Massage punggung dan libatkan pasien dalam
5. Memberikan informasi faktual mengenai pengambilan keputusan yang menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis penyakit aktivitas keperawatan.
klien
Hari,
Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Tanggal
Rabu, 12 Nyeri akut 1. Kolaborasi untuk pemberian analgesik yaitu Subjektif:
Juni 2014 Asam mefenamat tablet Klien mengatakan nyeri mulai berkurang tapi
2. Membantu klien melakukan mobilisasi kalau berjalan kepala masih pusing
berjalan. Objektif
3. Mengevaluasi penggunaan tehnik relaksasi Klien mampu berjalan dengan bantuan, klien