Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“DUKUN BAYI”
Untuk Memenuhi Tugas Ibu Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes Mata Kuliah Konsep Kebidanan

Disusun Oleh :

Dehit Basthoh (P1337424416012)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zaman dahulu persalinan tidak semudah serta sepraktis persalinan zaman


sekarang yang bias dibantu oleh banyak tenaga medis yang profesinal dan berkinerja
baik. Zaman dahulu perempuan menstruasi pun dianggap kotor dan menjijikan sehingga
cara persalinan terkesan tidak manusiawi. Tidak ada yang mencatat kapan dimulainya
persalinan dilakukan oleh bidan. Dalam sejarah, perempuan dalam proses melahirkan
dapat dilakukan sendiri atau dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak lagi
berpindah-pindah dan membentuk kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga
atau ditolong oleh seorang perempuan yang dianggap mampu,yaitu seorang perempuan
setengah baya yang telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar
pengetahuan dia mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi.

Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang
di bantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa di kenal dengan istilah dukun bayi atau
nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun
bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi
wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin,
sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas. Oleh sebab
itu pada makalah kali ini akan kita membahas bagaimana tenaga non medis atau dukun
bayi ini dalam melayani atau melakukan pertolongan ibu melahirkan pada zaman
dahulu.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui asal usul dukun bayi serta awal dimulainya profesi sebagai dukun
bayi.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran serta dukun bayi dalam melakukan pertolongan
ibu melahirkan.
3. Untuk mengetahui tata cara dukun bayi dalam melakukan pertolongan ibu
melahirkan.
4. Untuk mengatahui apa saja kesulita-kesulitan yang sering dialami dalam menangani
proses ibu melahirkan.
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan dukun bayi saat mengalami kesulitan
dalam melakukan pertolongan ibu melahirkan.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asal usul dukun bayi ?
2. Apa sajakah peran serta dukun bayi dalam membantu proses ibu melahirkan?
3 Bagaimana cara dukun bayi dalam membantu proses ibu melahirkan ?
4 Apa sajakah gangguan atau kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh dukun bayi ?
5 Bagaimana penanganan-penanganan yang dilakukan dukun bayi saat mengalami
gangguan atau kesulitan-kesulitan dalam membantu proses ibu melahirkan ?

D. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang peran serta
dukun bayi dalam membantu proses ibu melahirkan.
BAB II

PEMBAHASAN

Wawancara bersama dukun bayi desa Kertabesuki, Brebes.

Pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 17:00 WIB saya, Dehit Basthoh melakukan
wawancara dengan Nyi Janah dukun beranak atau dukun bayi tersohor di desa kertabesuki,
Brebes. Ia adalah dukun bayi ternama didesa setempat, namanya sudah tak asing lagi bahkan ia
dikenal baik oleh Bupati setempat serta dikenal sampai ke penjuru desa desa sebrang.

Nyi Janah adalah sosok dukun bayi yang tidak tertutup, bahkan terkesan sangat ramah. Ia
sama sekali tak sungkan saat diminta untuk diwawancarai mengenai asal usul profesinya tersebut
sebagai dukun beranak atau dikenal sebagai dukun bayi.

Nama lengkapnya Janahwati, Ia dikenal dan biasa dipanggil Nyi Janah oleh masyarakat
setempat. Nyi Janah lahir pada bulan Januari tahun 1953. Nyi Janah menekuni profesi sebagai
dukun bayi semenjak Ia memiliki 3 orang putra yaitu pada tahun 1978 atau 38 tahun silam. Nyi
Janah mengawali profesinya sebagai dukun bayi berbeda dari dukun-dukun bayi lainnya, ia
menekuni profesi ini bukan karna keturunan atau keahlian turun temurun melainkan Ia
mendapatkan keilhaman dari makam Besuki, lebih tepatnya dari makam Eyang Patih Suhanda.
Mendapatkan keilhaman dari makam Eyang Patih Suhanda lantas setelah itu Nyi Janah
mempraktekkan ilmunya setiap malam selama satu tahun penuh, sampai akhirnya setelah kurun
waktu satu tahun itu Nyi Janah baru bisa menerapkan ilmunya untuk membantu proses
persalinan atau ibu melahirkan.

Dalam prakteknya Nyi Janah apabila kedatangan pasian ibu hamil untuk menentukkan
umur atau usia kehamilan Ia cukup meraba perut sang ibu dengan tanga kosong saja, tidak
menggunakan alat tertentu atau alat-alat khusus seperti yang sudah tersedia dewasa ini.
Keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh pasien Nyi Janah pada awal kehamilan ini juga
tidak macam-macam, hampir kebanyakan hanya mengeluh mengalami mual-mual pada 3 bulan
pertama, dalam kasus mual-mual ini tidak ada ramuan atau obat-obatan yang disarankan oleh
Nyi Janah dikarenakan dalam fase ini ibu hamil memang sulit untuk mengkonsumsi segala jenis
makanan. Menginjak atau akan memasuki usia 4 sampai 5 bulan maka mual-mual itu akan hilang
dengan sendirinya, namun juga banyak pasien yang tidak merasakan keluhan apapun tiba-tiba
saja perutnya sudah isi dan sudah membesar.

Nyi Janah dalam membantu proses persalinan biasanya dipanggil ke rumah ibu yang
sedang melahirkan, atau bisa disebut lebih sering menangani di rumah pasien. Dalam sehari Nyi
Janah bisa menangani 4 sampai 5 persalinan sekaligus. Pada waktu silam dalam melakukan
tugasnya Nyi Janah hanya membawa peralatan yang sangat seadanya, Ia hanya membawa 3 buah
alat yaitu, salad (pisau yang terbuat dari bambu namun sangat tajam), kunir (untuk penyangga
dan saat akan memotong tali pusar) serta baskom yang berisi air hangat.

Pada jaman dahulu Nyi Janah seringkali menangani bayi sungsang, kaki serta bokong
yang keluar lebih dahulu dibandingkan kepalanya. Nyi Janah juga pernah menangani bayi yang
lahir tangannya lebih dahulu, namun karna takut mengalami resiko buruk terjadi biasanya dalam
kasus ini Nyi Janah akan memasukkan lagi tangan bayi ke dalam rahim lalu pasien akan dikirim
atau dirujuk ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Saat meangani persalinan apabila sang ibu merasa lemas dan dirasa sudah tidak kuat lagi
maka biasanya Nyi Janah akan membuatkan ramuan atau jamu dari kunir yang diparut lalu
diseduh dengan gula merah, setelah ramuan diminumkan kepada ibu melahirkan tingal
menunggu kurang lebih 15 menit maka sang ibu sudah bertenaga dan dirasa sudah cukup kuat
untuk melanjutkan proses persalinan lagi lalu proses persalianan akan dilanjutkan sampai bayi
dilahirkan dengan lancar.
Pada saat membantu proses persalinan juga Nyi Janah sering kali menemukan kasus
dimana bayi terhenti di tengah jalan atau tertahan ditengah persalinan, Nyi Janah menyiasati
kasus ini yaitu dengan menyiramkan air istilahnya untuk memancing sang bayi agar kaget dan
langsung keluar dari rahim seutuhnya.

Setelah bayi lahir Nyi Janah biasanya langsung memandikan si bayi agar bisa langsung
dibedong (diselimuti/digulung badannya menggunakan kain atau jarit) agar hangat dan tidak
kedinginan, namun ada yang menarik dengan kebudayaan setempat yaitu apabila proses
persalinan dilakukan pada malam hari atau dini hari, sang bayi akan dibersihkan badannya
menggunakan minyak kelapa atau minyak sayur agar tidak masuk angin baru setelah itu bayi
bisa langsung dibedong.

Seusainya bayi dimandikan lalu dibedong pada tradisi jaman dahulu hampir kebanyakan
bayi tidak langsung mendapatkan ASI sang ibu dikarenakan berbagai hal salah satunya yaitu
dikarenakan ASI sang Ibu belum keluar, pada tradisi jaman dahulu sang bayi hanya diberikan
pisang yang dihaluskan lalu diletakkan pada kain yang tipis atau arang kemudian dibuat
menyerupai putting susu atau bulatan kecil agar dapat masuk ke dalam mulut bayi.

Penanganan ibu nifas pada jaman Nyi Janah aktif menjadi dukun bayi ini juga tergolong
sangat sederhana dan sangat seadanya, apabila ibu nifas kelelahan atau lemas setelah melahirkan
maka akan dibiarkan istirahat atau tidur terlebih dahulu selama 6 jam tanpa dibersihkan lalu
setalah itu ibu nifas akan dibangunkan lalu baru dimandikan dengan cara dilap dengan handuk
dan air hangat.

Pada jaman dahulu apabila terdapat ibu hamil yang meminta saran kepada Nyi Janah agar
kehamilanya kuat dan tidak mengalami keguguran Nyi Janah biasanya menyarankan untuk
meminum jamu atau kukus pisang raja lalu langsung digigit serta dikunyah ditambah dengan
garam, ramuan ini jaman dahulu diyakini dapat memperkuat kandungan hingga terhindar dari
keguguran. Namun saat menangani kasus keguguran Nyi Janah tidak berperan terlalu banyak,
karna jaman dahulu hal ini hampir jarang sekali terjadi, apabila ada keguguran pun nyi Janah
biasanya hanya memijat sang bu keguguran dan tidak menyarakan meminum obat atau ramuan
apapun.
Namun saat ini dikarenakan semakin banyaknya peraturan yang berlaku mengenai proses
persalinan maka Nyi Janah hanya menangani untuk pijat bayi. Hanya beberapa tahun ini sempat
beberapa kali Nyi Janah mendapat panggilan khusus dari Bupati setempat untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan kebidanan yang diadakan oleh dinas kesehatan setempat.

Dokumentasi :
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nyi Janah merupakan dukun bayi yang menjalankan profesinya bukan dari keturunan
melainkan didapatkan dari keilhaman, pada jamannya proses persalinan dilakukan dengan
alat dan perlengkapan yang sangat amat seadanya. Nyi janah pada jamannya juga berpegang
pada jamu atau ramuam-ramuan tradisional sebagai obat penguat kandungan maupun obat
penambah tenaga saat ibu melahirkan lemas.

B. SARAN

Dalam makalah ini, penulis berharap semoga dalam pembahasan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua terutama bagi penulis dan dapat mengatahui tentang peran dukun bayi pada
jamannya.

Daftar pustaka :

 http://abang-sahar.blogspot.co.id/2012/12/makalah-dukun-beranak.html
 https://anaztasyams.wordpress.com/2015/01/08/makalah-sejarah-perkembangan-dan-
pelayanan-kebidanan/

Anda mungkin juga menyukai