PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTAMBANGAN
DISUSUN OLEH :
ANGGA SUDIYANSYAH
NIM : D1101171011
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil, batubara secara
umum adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat
fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Dewasa ini penggunaan batubara di dalam negeri adalah sebagai
sumber energi panas dan bahan bakar, terutama dalam pembangkit tenaga
listrik dan industri semen serta dalam jumlah yang terbatas pada industri
kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng , sebagai reduktor dan
industri pelabuhan timah dan nikel. Selain itu batubara Indonesia
digunakan untuk ekspor ke berbagai negara antara lain Afrika, Eropa ,
Amerika dan Asia (Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea) dan lain-lain.
Pemakaian batubara terbesar sesuai urutannya adalah PLTU yang
menggunakan bahan bakar batubara, disusul oleh industri semen yang
secara keseluruhan telah beralih ke batubara, kemudian industri kimia,
kertas, 6 metalurgi, briket batubara dan penggunaan industri kecil lainya.
Batubara sebagai sumber energi menguntungkan dari segi jumlah
cadangan dan harga energi yang dihasilkan, sedangkan kurang
menguntungkan karena berdampak negatif terhadap lingkungan
Cadangan batubara atau endapan batubara menetukan ekonomis
tidaknya suatu penambangan batubara. Penaksiran cadangan (reserve) dan
sumber daya (resource) batubara meliputi klasifikasi cadangan dan sumber
daya tersebut serta cara perhitungan.
Klasifikasi batubara merupakan suatu cara untuk mengelompokkan
batubara menurut jenis dan klasifikasinya. Berdasarkan klasifikasi ini
dapat dilihat tinkatan (rank) batubara tersebut dan kemungkinan
pemanfaatannya. Kalisifikasi batubara ini dimaksudkan untuk memenuhi
keinginan dari produsen, konsumen serta ahli-ahli teknologi yang
menggunakan batubara. Dasar kalisifikasi yang dianjurkan banyak sekali
ragamnya, yaitu : analisa struktur, kriteria fisik, kelakuannya selama waktu
digunakan hingga waktu tinggal dalam kondisi tertentu. Metode klasifikasi
ini dilakukan berdasarkan tingkat pembatubaraan dan berdasarkan data
analisa atau pengujian batubara tersebut. Klasifikasi batubara berdasarkan
tingkat pembatubaraan antara lain:
Batubara Lignit
Batubara Subtuminous
Batubara Bituminous
Metode klasifikasi batubara berdasarkan pengujian dapat di
lakukan dengan metode sebagai berikut :
ISO-Britsh standard
ASTM standard
Nilai kalor
DIN standard
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Pencucian Batubara
Pencucian batubara ialah usaha yang dilakukan untuk memperbaiki
kualitas batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan
tertentu atau sesuai dengan permintaan pasar.
Termasuk didalamnya pembersihan untuk mengurangi impurities
anorganic. Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari
segi pencucian secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size
consist, perbedaan berat jenis dari material yang dipisahkan, kimia
permukaan, friability relatif dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan
dan kekerasan.
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia
kekuningan yang ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang
ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan Eastern States lainnya,
sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara
yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah
barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat
batubara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum
mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah
memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya.
Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai
"pyritic sulfur" karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron
pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari
batubara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara
dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air, batubara mengambang ke
permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam
Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah
metode pencucian mana yang akan diterapkan untuk mempersiapakan
batubara sesuai keperluan pasar, dan apakah pencucian masih diperlukan,
karena pada prinsipnya batubara dapat dijual langsung setelah ditambang.
Kenyataannya penjualan langsung setelah ditambang tidak berarti produser
memperoleh keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan
ini perlu dimasukan juga pertimbangan komersial. Untuk menentukan
kesesuaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang
diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik
gravity dan kapasitas produksi yang digunakan
Fasilitas pencucian ini dinamakan "Coal Preparation Plants" yang
membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di
alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent
Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi penambangan itu
sendiri, yang disebut Extraneous impurities
Batubara dari ROM (run of mine) terdiri atas dua kategori yaitu
batubara bersih dan batubara kotor. Masing–masing kategori dilakukan
pereduksian ukuran/peremukan sedangkan batubara kotor dilanjutkan
dengan proses pencucian
Sebelum didirikan pabrik pencucian batubara maka batubara yang
di ROM di uji ketercucian batubara (washibility test). Setelah dilakukan
washibility test batubara mempunyai sifat mudah tercuci maka didirikan
pabrik pencucian batubara (coal whasing plant)
Recovery pencucian sangat tergantung pada batubara ROM yang
mengandung material pengotor berupa tanah (soil), parting, dan kapasitas
peralatan pengolahan serta perawatannya.
Pada prinsipnya coal whashing plant memiliki titik yield optimal
dalam menghasilkan produknya,tergantung dengan kualitaas dari feed yang
masuk dalam washpalnt. Pada industri pertambangan beberapa jenis metode
pencucian batubara yang umum di pakai 11 dalam diantaranya jig
method,dense medium separator method (DMS), shaking table, flotation.
Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan
dari material pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara
sehingga nilai panas bertambah dan kandungan air serta debu berkurang.
Batubara yang terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan
kualitas batubara itu sendiri sehingga tidak dapat diandalkan dalam upaya
penjualan ke konsumen. Pada umumnya persyaratan pasar menghendaki
kandungan abu tidak lebih dari 10 %, dan pada umumya menghendaki nilai
panas yang berkisar antara 6000-6900 kcal/kg.
Batubara dari tambang terbuka dan tambang dalam harus dipisahkan
terlebih dahulu dari material pengotornya yang ditimbun terlebih dahulu di
Coal Yard. Dengan bantuan Whell Looader, raw coal dimuat ke hopper,
umpan dari hopper ini dipisahkan melalui grizzly, sehingga batubara yang
memiliki ukuran diatas 75 mm akan dimuat ke Picking Belt yang
selanjutnya akan dipisahkan dari material pengotornya melalui hand picking
secara manual, sedangkan batubara yang berukuran -75 mm akan dijadikan
umpan pencucian.
B. SARAN
Seiring dengan bertambahnya produksi maka biaya produksi otomatis akan
bertambah juga. Hal ini perlu dipertimbangkan lagi.
Ketika ingin melakukan pencucian batubara maka harus dipertimbangkan
karakteristik output dengan keperluan pasar atau konsumen yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan maksimal.