Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Hakekat Pendidikan : Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam


kehidupan manusia, karena dimana pun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan. Pada
hakikatnya pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu
untuk membudayakan manusia.

Perbuatan pendidikan diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi


dasar manusia agar menjadi nyata. Perubahan tuntutan yang terjadi dalam masyarakat,
menghendaki peningkatan peranan pendidikan selanjutnya. Dengan demikian wajarlah kiranya
batasan atau konsep mengenai pendidikan selalu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan
tuntutan keadaan akibat dari perkembangan kehidupan manusia atau perkembangan peradaban
manusia dan perkembangan masyarakat.

Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik dengan subjek didik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan
menggunakan bermacam tindakan yang disebut alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan
yaitu: tujuan pendidikan, pendidik, subjek didik, alat pendidikan, lingkungan pendidikan disebut
faktor-faktor pendidikan yang saling berkaitan serta saling menunjang satu sama lainnya.

Pendidikan diperlukan oleh semua orang, bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan
dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan
hakikat pendidikan itu sendiri, padahal proses pendidikan itu tidak akan luntur atau dilupakan
sepanjang hayat.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakekat pendidikan yang meliputi; Pengertian
pendidikan, tujuan dan proses pendidikan serta pendidikan sepanjang hayat dan implikasinnya.

BAB II
HAKEKAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik
yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan
global. Redja Mudyaharjo, dalam bukunya Pengantar Pendidikan ”Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia” menyatakan
tentang asumsi pokok pendidikan yaitu :
 Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
 Pendidikan adalah formatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik
atau norma-norma yang baik; dan
 Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya berupa serangkaian kegiatan
yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar, tertuju pada
pencapaian individu yang diharapkan.

Menurut Tilaar (2000), ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan. Pertama,
pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka. Rumusan mengenai
pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara pendidikan formal dan non
formal perlu disempurnakan lagi dengan menempatkan pendidikan informal yang justru akan
semakin memegang peranan penting didalam pembentukan tingkah laku manusia dalam
kehidupan global yang terbuka. Kedua, pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan
intelegensi akademik peserta didik. Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat
manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat
tujuan penciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindhunata (2000) bahwa tujuan
pendidikan bukan hanya manusia yang terpelajar tetapi manusia yang berbudaya (educated
and Civized human being).

Aktifitas pendidikan berlangsung baik secara formal maupun informal. Baik pendidikan
yang formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan filsafat hidup
dari masyarakat. Pengakuan akan pendidikan sebagai gejala kebudayaan tidak membedakan
adanya pendidikan informal dan formal, semuanya merupakan aktifitas pendidikan yang
seharusnya memiliki tujuan yang sama. Mendasarkan pada uraian diatas maka pembahasan
tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan
manusia yang menampakkan konsep-konsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat
pendidikan meliputi pengertian-pengertian: Pendidikan dan ilmu pendidikan, Pendidikan dan
sekolah, Pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat, Komponen-komponen pendidikan.
Pada intinya, Hakikat Pendidikan adalah mendidik manusia menjadi manusia sehingga
hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama
pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan
mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya,
disamping konsep pendidikan yang dianut.

Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan


teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat
sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang
jelas. Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusia dengan
manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social menjadi
salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai
memanusiakan manusia, atau bagaiamana mengiringi manusia dalam proses pencarian ilmu
pengetahuan untuk bergerak dari ketidaktahuaan menjadi paham dan yakin akan sesuatu yang
di telaah/dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya dan spiritual manusia sehingga
yang tercipta dari proses pendidikan tersebut adalah manusia yang mampu mengembangkan
potensi diri menjadi insan yang cerdas intelegensi dan spiritualnya yang mampu
menghasilkan (produktif) bukan hanya mampu memakai/menghabiskan (komsumtif),
membimbing akhlak manusia menjadi insan yang mampu mengaaplikasikan ilmu
pengetahuannya untuk kemaslahatan/keselamatan pribdi dan umat lainnya.

B. Pengertian Ilmu Pendidikan


Ilmu Pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu Ilmu dan Pendidikan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun oleh sistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan). Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang mempelajari proses pengubahan
sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pelatihan tersebut meliputi proses, cara, dan
pembuatan mendidik.

Pendidikan merupakan usaha sadar serta terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran yang secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan diri dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran
keahlian khusus, pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Berikut merupakan
pendapat mengenai pengertian pendidikan menurut bahasa yang dikemukakan oleh para ahli:
 John Dewey,
Menurut John Dewey, pendidikan merupakan proses pengalaman yang terdapat dalam
kehidupan manusia, Sehingga anak didik dapat tumbuh baik fisik dan rohaninya yang
berlangsung sepanjang hidupnya.
 Crow and Crow
Menurut Crow and Crow, pendidikan merupakan proses pengalaman yang memberi
pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi anak didik yang menyebabkan akan
berkembangnya potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut.
 George F. Kneller
Menurut George F. Kneller (1967) dalam Nursoboh (2012), arti pendidikan meliputi 2
yaitu sebagai berikut :
o Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang
memengaruhi perkembangan jiwa, watak ataupun kemauan fisik individu.
o Dalam arti sempit, pendidikan dalah suatu proses menstransformasikan pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh
masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi,
atau lembaga-lembaga lain.
 John S. Brubacher
Menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses pengembangan potensi,
kemampuan dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian
disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, di dukung dengan alat (media)
yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong
orang lain atau dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan“.
 Redja Mudyahardjo (2009),
Menurut Redja Mudyahardjo, pengertian pendidikan dibedakan menjadi 2, yaitu :
o Dalam arti sempit, pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan dan tugas sosial.
o Dalam arti luas, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga
masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan yang
berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar tidak dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup
secar tepat dimasa yang akan datang.
 Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah usaha mewujudkan pertumbuhan budi pekerti, untuk mengembangkan
pikiran anak didik yang selaras dengan dunianya.

Kesimpulan dari 6 pendapat ahli tersebut menganai arti pendidikan adalah ”Pendidikan
adalah proses untuk merubah anak didik menjadi lebih baik atau lebih dewasa, baik itu
pikiran, fisik, emosi atau rohaninya”.
C. Tujuan dan Proses Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. sebagai komponen pendidikan, tujuan
pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen pendidikan yang lainnya. dapat
dikatakan bahwa segala komponen pendidikan dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan
semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Disini terlihat bahwa tujuan pendidikan bersifat normatif yaitu mengandung unsur
norma yang bersifat memaksa tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan
peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. tujuan
pendidikan juga bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. tujuan
pendidikan bersifat umum, ideal dan kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit
untuk dilaksanakan didalam praktek.

Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, umumnya ada 4


jenjang tujuan antara yang menjembatani tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia pancasila.
2. Tujuan institusional, yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu
untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan tingkat SD berbeda dari tujuan
pendidikan tingkat menengah, dan seterusnya. Tujuan pendidikan pertanian tidak sama
dengan tujuan pendidikan teknik. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai
tujuannya berarti tujuan nasional tercapai yaitu terwujudnya manusia pancasilais yang
memiliki bekal khusus sesuai dengan misi lembaga pendidikan dimana orang
menggembleng diri.
3. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran. Misalnya tujuan
IPA, IPS dan Matematika. Setiap lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
institusionalnya menggunakan kurikulum. Kurikulum mempunyai tujuan yang disebut
tujuan kurikuler.
4. Tujuan instruksional, Materi kurikulum yang berupa bidang studi terdiri dari pokok-
pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan. Tujuan bahasan dan sub pokok bahasan
disebut tujuan instruksional yaitu penguasaan pokok bahasan atau sub pokok bahasan.

b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses
pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan.
Kualitas proses pendidikan meliputi dua segi yaitu, kualitas komponen dan kualitas
pengelolaanya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung. walaupin
komponennya cukup baik seperti tersediannya prasarana serta biaya yang cukup jika tidak
ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai
secara optimal.

Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso dan mikro.
Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa kebijakan pemerintah yang lazimnya
dituangkan dalam bentuk UU Pendidikan, Peraturan Pemerintah SK Menteri serta
dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain. Pengelolaan dalam
lingkup meso merupakan implikasi kebijakan nasional ke dalam kebijakan operasional
dalam ruang lingkup wilayah di bawah tanggung jawab Kakanwil Depdikbud.
Pengelolaan dalam lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan pendidikan yang
berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas dan satuan pendidikan lainnya.
Dalam ruang lingkup ini, kepala sekolah, Guru dan tenaga pendidikan lainnya memegang
peranan penting di dalam pengelolaan pendidikan untuk menciptakan kualitas proses dan
pencapaian hasil pendidikan. Misalnya, seorang guru ia wajib menguasai pengelolaan
kegiatan belajar mengajar termasuk di dalamnya pengelolaan kelas dan siswa.

Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses
belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku peserta
didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang
optimal itu. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena itu seorang guru wajib mengikuti dengan seksama
inovasi pendidikan terutama yang diseminasikan secara luas oleh pemerintah seperti,
PPSI, Belajar tuntas, Pendekatan CBSA dan keterampilan proses, muatan lokal dalam
kurikulum dan lain-lain.

D. Proses Belajar Sepanjang Hayat


Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal. Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik
dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun
ketrampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan
terus.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi, dan di alam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti
saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia ditumtut untuk menyesuaikan dirinya
secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang
dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini
dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup-kebutuhan hidup atau tuntunan manusia yang
makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak
kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan
dunia yang berkembang pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang
fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.

Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas
kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi
serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi
tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:
1. Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan
manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran
guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh
seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya.
Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri
seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta
apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung
badan.
2. Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup
interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga
penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung
kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan
pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar,
dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.

Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara operasional
sering pula disebut pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang baru.
Pada abad 14 yang lampau, tepatnya pada zaman Nabi Muhammad SAW, ide dan konsep itu telah
disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan “Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga
liang lahat”.

Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Life long Education) adalah bahwa pendidikan tidak
berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan
sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu
menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang
selalu berubah.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada
hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui
proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak mungkinnya dan
tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu
mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil
yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia. Dorongan
belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan.

Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam
menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah.
Sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut
untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan
kemajuan zaman.

Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip
pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena
dengan itu manusia dapat terus menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan
sebagai anggota masyarakat, meningkatkan rasa pemenuh maknaan dan terarah kepada
aktualisasi diri.

Pendidikan sepanjang hayat yang dalam prakteknya telah lama berlangsung secara ilmiah
dalam kehidupan manusia itu dalam perjalanannya menjadi pudar, disebabkan oleh semakin
kukuhnya kedudukan sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat. Sistem
persekolahannya yang polanya membentuk masyarakat tersendiri dan memisahkan diri dari
lingkungan masyarakat luas dengan benteng dan pagar pekarangan sekolah, membatasi waktu
belajarnya sampai usia tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk
masyarakat khusus yang mempersiapkan diri, dengan membekali ilmu pengetahuan dan
keterampilan menurut porsi yang telah ditetapkan dan cocok dengan tuntutan zaman.
Kenyataannya menunjukan bahwa masyarakat selalu berubah dengan membawa tuntutan-
tuntutan baru.

PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan,
PSH merupakan suatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang
PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali
oleh tokoh pendidikan Johan Amos Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16/ 1592-1671) dan John
Dewey 40 tahun yang lalu (tahun 50-an). Comenius mencetuskan konsep pendidikan bahwa
pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang lebih berguna di akhirat nanti.

PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
pengstrukturan pengalaman pendidikan. pengorganisasiannya dan pengstrkturan ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.

Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di


dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap
insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab
pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977):
 Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.
 Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk
mengatasi masalah.
 Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
 Menyambut baik perubahan.
 Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.

Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat


Dengan diterimanya konsep Pendidikan sepanjang hayat sebagai konsep dasar pendidikan
maka sifat kodrat pendidikan yaitu upaya memperoleh bekal untuk mengatasi masalah hidup dan
menjiwai penyelenggaraan semua system pendidikan yang ada, yang sudah melembaga atau
belum. Pendidikan berlangsung dari balita sampai pendidikan sampai manula. Seperti yang
dijelaskan ciri-ciri khas pendidikan sepanjang hayat yang diharapkan menjiwai masa kini dan pada
masa mendatang, antara lain:
1. Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan
lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
2. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral
dari proses hidup yang berkesinambungan.
3. Pendidikan sepanjang hayat lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode dari pada isi
pendidikan.
4. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan peserta didik sebagai individu yang
menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.

Disamping cirri-ciri tersebut yang menjadi alas an mengapa PSH perlu digalakkan adalah:
1. Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hayat.
2. Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak menentu
dan cepat berubah.
3. Pendidikan masa balita punya peranan penting sebagai fondasi pembentukan kepribadian dan
bagi aktualisasi diri. sekolah tidak dapat mengisi pendidikan di masa balita ini.
4. Sekolah tradisional menggangu pemertaan keadilan untuk memperoleh kesempatan
berpendidikan.
5. biaya penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal.
Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah:
 Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh
aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
 Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan
(potensi manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah
(psikologis dan budi nurani).

Dengan adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita
mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud
manusia seutuhnya.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian makalah diatas, dapat disimpulkan antara lain :


 Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang
memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan
global.
 Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan
indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan
arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
 Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
 Pendidikan sepanjang hayat (Life long Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti
hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya.
 Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia
perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan
masyarakatnya yang selalu berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Cropley.A. 1977. Pendidikan Seumur Hidup (Penyunting Drs. M. Sardjan Kadir). Surabaya:
Usaha Nasional.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar pendidikan (sebuah studi awal tentang dasar – dasar
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nursobah, Ahmad. 2012. Pengertian Pendidikan. http://cobah-


ajah.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan.html

Suwarno, Wiji (2009). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Ridsal, B. 2013. Hakikat Pendidikan. http://Badjoes-


badjoes.blogspot.com/2013/03/hakikatpendidikan_690.html.

Tirtahardja, Umar & La Sulo, S.L . 2008. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai