Partai politik dan pemilu yang sehat, bersih, adil, jujur, dan transparan merupakan modal dasar
untuk membangun demokrasi berkredibilitas. Demokrasi berkredibilitas merupakan modal dasar
bagi pemerintah yang solid dan berwibawa, yang pada gilirannya akan memberi peluang bagi upaya
pembangunan bangsa selanjutnya.
Salah satu ukuran kesehatan partai politik yang disepakati oleh wakil-wakil partai politik (Parpol) di
Lembaga Tinggi Negara (MPR/DPR) adalah adanya akuntansi partai politik, auditing dan
peraturannya, serta prosedur dan transparansi untuk dana sumbangan pemilu bagi Parpol. Aspek
keuangan dan akuntansi Parpol dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, antara
lain sebagai berikut :
1. Melaksanakan pendidikan politik, kesadaran atas hak dan kewajiban berakuntansi (gagasan
pasal 7a)
2. Keuangan Partai Politik (Pasal 12), iuran, sumbangan, usaha lain yang sah, bantuan tahunan
dari APBN/APBD (Penjelasan Ps. 12.2), akuntabilitas asal sumbangan diterima (asing
dilarang, pasal 12 dan 16.b), dan sumbangan diberikan kepada asing (Pasal 16c) yang dapat
merugikan bangsa/negara.
3. Tidak mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha (komersial, Pasal 13)
dengan sanksi pencabutan hak ikut pemilu (Pasal 18.2 dan 3).
4. Transparansi dan akuntabilitas sumbangan (Pasal 14 dan 16), terbuka untuk (spesial) audit
sumbangan oleh Akuntan Publik dan atau general audit saja dengan sanksi pencabutan hak
ikut Pemilu (Pasal 18.2 dan 3).
5. Menyampaikan Daftar Sumbangan dan laporan keuangan tiap akhir tahun takwim, 15 hari
sebelum pemilu, 30 hari setelah pemilu kepada Mahkamah Agung RI (Pasal 15) dengan
sanksi penghentian bantuan dari APBN (Pasal 18).
6. Laporan keuangan sewaktu-waktu (berarti tidak harus atau tidak selalu) dapat diaudit
akuntan publik yang ditunjuk MA.
Aspek keuangan dan akuntansi Parpol dalam UU No.3 tahun 1999 tentang Pemilu menyebutkan,
antara lain :
1. Dana kampanye pemilu diaudit oleh akuntan publik, dilaporkan oleh partai ke KPU 15 hari
sebelum pemilu dan 25 hari setelah pemilu (Pasal 49). Daftar sumbangan dan laporan
keuangan dilaporkan ke MA, mungkin harus dilengkapi Laporan auditan Dana Kampanye
Pemilu (yang dilaporkan kepada KPU, Pasal 49 UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu) agar
dapat direkonsiliasi dan Laporan Bukan Keuangan, misalnya sesuai dengan Pasal 39 UU No. 3
tahun 1999 tentang Syarat Keikutsertaan dalam Pemilu.
2. Apabila belum ada standar khusus, partai menggunakan PSAK 45 entitas nirlaba.
Keuntungan bagi partai politik menyusun akuntansi dan laporan keuangan yang baik serta menerima
opini WTP dari auditor eksternal, antara lain sebagai berikut :
a. Menunjukkan pada stakeholder bahwa corporate governance telan berjalan baik dalam
partai politik tersebut. Corporate governance berinti keadilan, transparansi dan
akuntabilitas, akan memberi ciri luhur serupa bagi partai politik tersebut.
b. Stakeholder yang ragu memilih di antara beberapa partai yang disukainya menjadi mantap
dan memilih partai yang telah berhasil mencapai butir pertama tersebut.
c. Partai menjadi lahan latihan bagi para kader partai, untuk membiasakan diri ber-corporate
governance, sehingga bila suatu hari nanti menjadi birokrat (pejabat tinggi pemerintah), dia
dapat diharapkan menjadi agen pembaharuan menuju Indonesia Baru.
d. Partai apapun yang memenangkan Pemilu tertarik untuk berkolaborasi dalam kabinet baru
dengan partai-partai yang telah berhasil menjalankan partainya. Partai pemenang Pemilu
tentu saja akan menjaga dan membangun legitimasinya dengan kabinet yang profesional
dan solid. Bila partai pemenang suara terbanyak dalam pemilu telah berhasil juga
menjalankan corporate governance dalam partainya, dapat diharapkan oleh para
stakeholder, termasuk bukan pemilihnya, bahwa partai tersebut dapat mendirikan clean and
strong government. Hal ini amat penting, apabila suatu hari nanti Indonesia memilih
presiden secara langsung. Manajemen keuangan dan akuntansi partai politik adalah sarana
ujian bagi calon pemimpin bangsa yang menjadi pemenang pemilu. Masyarakat boleh
berharap pertanggungjawabannya sebagai Presiden RI nanti akan serapi
pertanggungjawaban keuangan partai yang dipimpinnya.
e. Dukungan nasional dan internasional, sponsor dan donatur tidak ragu mengalirkan dana ke
partai tersebut, yang dinilai transparan dan bertanggung jawab dalam manajemen keuangan
partai.
f. Tak ada kasus-kasus keuangan timbul dalam partai yang dikelola dengan baik, sehingga
dikemudian hari tak menimbulkan preseden buruk, kasus, skandal, isu, rumor yang
menggoyang legitimasi kader partai yang menduduki jabatan lembaga tinggi atau pejabat
tinggi birokrasi.
g. Perpecahan pengurus partai secara teoritis dapat pula disebabkan oleh kegusaran finansial
sebagai pengurus partai yang hengkang dan mendirikan partai baru, dilatarbelakangi aroma
KKN dalam partai. Demikian akuntansi berfungsi sebagai sarana kerukunan dan pemersatu.
h. Tak ada bukti statistik, namun boleh diduga ada korelasi kuat kualitas para simpatisan partai
dengan kualitas manajemen dan corporate governance partai tersebut.
Dalam rangka pesta demokrasi perlu tidaknya suatu pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke
Partai Politik maupun peserta pemilu. Idealnya mereka harus transparan karena sebagai suatu
entitas yang menggunakan dana publik yang besar tanggung jawab keuangan merupakan hal yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Parpol harus mempertanggungjawabkan sumber daya keuangan
yang digunakan kepada para konstituennya dan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada Undang-
undang. Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta pemilu, adalah dengan
menyampaikan Laporan Dana kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus
untuk Parpol), yang harus diaudit oleh Akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk
diakses publik.
Pada kenyataannya, sebagian besar partai politik peserta Pemilu di Indonesia belum menyusun
laporan keuangan dengan baik. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2002, parpol memiliki kewajiban
untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang, dan jumlah sumbangan yang
diterima yang terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah, membuat laporan
keuangan secara berkala satu tahun sekali, dan dilaporkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tutup buku kepada Komisi Pemilihan Umum setelah diaudit oleh akuntan publik. Partai politik juga
berkewajiban untuk memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan
laporan dana kampanye setelah diaudit akuntan publik kepada Komisi Pemilihan Umum paling
lambat 97 hari setelah hari pemungutan suara.
Sebagaimana kita tahu bersama bahwa parpol memerlukan dana yang besar untuk menyukseskan
program-programnya, terutama untuk memperoleh kemenangan dalam pemilu. Sumber dana yang
utama berasal dari sumbangan para simpatisan. Banyak kelompok tertentu baik secara individual
maupun dalam bentuk entitas bisnis melakukan pendekatan kepada suatu partai politik dengan cara
memberikan sumbangan dalam jumlah besar (siginifikan). Hal itu dilakukan agar kepentingan
mereka dapat diakomodasi oleh partai politik tersebut. Bentuk akomodasi kepentingan tertentu
yang di dalamnya ada unsur vested interest tercermin dalam perumusan kebijakan yang menyangkut
kepentingan publik. Untuk menjaga agar partai politik tidak berpihak pada sekelompok kepentingan
tertentu, maka diperlukan pembatasan-pembatasan dalam hal pemberian sumbangan, baik oleh
individu maupun organisasi tertentu.
Parpol sebagai entitas nirlaba mempunyai batasan-batasan yang secara ketat diatur dalam Undang-
undang. Sehingga dalam menjalankan sisi operasionalnya baik rutin maupun kampanye harus selalu
berada dalam koridor Undang-undang. Suatu aturan pembatasan merupakan salah satu upaya
menjaga netralitas parpol dalam mempertahankan idealisme memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sebagai contoh parpol dilarang menerima sumbangan dari pihak asing, pihak yang tidak jelas
identitasnya, BUMN, dan BUMD. Parpol juga dilarang memiliki kepentingan suatu usaha bisnis yaitu
larangan untuk mendirikan badan usaha dan mempunyai kepemilikan terhadap suatu badan usaha
(saham). Selain itu sumbangan individu maksimal sebesar 200 juta rupiah per tahun sedangkan
sumbangan Badan Usaha sebesar 800 juta rupiah per tahun.
Sementara itu sumbangan individu untuk kampanye parpol maksimal sebesar 100 juta rupiah,
sedangkan sumbangan badan usaha untuk kegiatan kampanye parpol dibatasi sebesar maksimal 750
juta rupiah. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut dikenai sanksi pidana berupa
hukuman kurungan maupun denda uang.