Anda di halaman 1dari 7

RKS PEKERJAAN PONDASI BOREPILE

1.1. PEKERJAAN PONDASI BOREPILE


1.2. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi ini adalah :
1) Pembuatan pondasi Borepile sesuai dengan gambar diameter 800 mm
2) Pondasi poer dimensi dan penulangannya disesuaikan dengan gambar.

a. Persyaratan Umum
1). Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-
peraturan atau normalisasi-normalisasi yang berlaku di Indonesia
2). Batu kali/batu pecah yang digunakan dari jenis yang keras, tidak berpori,
tidak berkulit dengan minimal tiga (3) muka pecahan.
3). Pasir untuk bahan adukan adalah pasir beton.

b. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


1) Penggalian
1. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk
menetapkan lokasi dan elevasi lubang-lubang pondasi sesui dengan
gambar kerja, hasil pengukuran harus disetujui oleh Pengawas
sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
2. Pergeseran as pondasi yang direncanakan maksimum 5 cm ke segala
arah. Dasar pondasi harus horisontal. Deviasi maksimum 5 cm.
3. Penggalian lubang pondasi harus dikerjakan secara terus menerus
sampai mencapai elevasi yang dipersyaratkan dan harus mendapat
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas.
4. Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dan dalam lubang pondasi
lubang harus bersih setiap saat.
2) Pengendalian mutu pondasi borepile
1. Kondisi tanah
Pengendalian mutu pondasi borepile harus dimulai dengan
pengetahuan kontraktor yang cukup baik mengenai tanah di mana
konstruksi hendak dilaksanakan. Kondisi tanah mudah longsor seperti
adanya pasir lepas atau medium mengharuskan kontraktor untuk
memobilisasi peralatan ekstra. Penyimpangan yang jauh dari kondisi
tanah yang diharapkan harus dilaporkan oleh Konsultan Pengawas,
karena berarti dapat saja terjadi perbedaan dalam daya dukung tanah
yang dapat mempengaruhi kinerja pondasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Konsultan Pengawas dan
khususnya kontraktor adalah :
a. adanya lapisan tanah pasir di bawah muka air tanah.
b. Adanya kerikil dan boulder
c. Muka air tanah.
3) Pengendalian galian borepile
Konsultan Pengawas mutu yang diperlukan untuk lubang galian
adalah pemeriksaan alignment yang terakhir, jenis tanah yang
diperoleh dan pembersihan dasar borepile.
Konsultan Pengawas wajib mengadakan klarifikasi keadaan lapangan
dalam bentuk format pemeriksaan tersendiri dan harus dilaporkan
dalam forum rapat pengendalian dan koordinasi proyek
4) Pemeriksaan mutu beton
a. Beton untuk pondasi borepile harus menggunakan campuran
dengan nilai slump tertentu. Campuran yang terlalu kental akan
mengakibatkan penggumpalan dan dapat membentuk lubang
sehingga daya dukung pondasi berkurang. Umumnya nilai slump
yang baik berkisar antara 15 – 18 cm.
b. Pengisi pondasi borepile menggunakan campuran mutu beton Fc’ =
20 Mpa.

5) Penggalian borepile
1. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk
menentukan lokasi dan elevasi lubang borepile sesuai dengan gambar
kerja, hasil pengukuran ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Penyedia barang dan jasa harus melakukan penggalian dengan alat
berat. Penggalian secara terus menerus sampai mencapai lapisan
tanah yang dipersyaratkan oleh Perencana yang sesuai dengan hasil
penyelidikan tanah. Penghentian penggalian harus mendapat
persetujuan tertulis dan ditandatangi oleh Konsultan Pengawas.
3. Penyedia barang dan jasa diwajibkan menjaga dinding borepile dari
kelongsoran selama pekerjaan Penyedia barang dan jasa berlangsung.
Penggalian harus menggunakan casing dengan diameter sesuai
dengan diameter pondasi borepile. Casing diambil kembali ketika
pengecoran pondasi borepile sudah selesai, dan campuran beton
masih dalam keadaan basah. Segala akibat kelongsoran dinding
lubang borepile menjadi tanggungjawab Penyedia barang dan jasa
sepenuhnya.
4. Penyedia barang dan jasa harus menjaga agar lubang borepile yang
terjadi harus tegak lurus vertikal, pergeseran titik pusat borepile dari
yang direncanakan maksimum 5 cm sebagai arah deviasi terhadap
ketegak lurusan maksimum 2 cm pada kedalaman 3 m pertama dan
selanjutnya maksimum 1 cm tiap tambahan kedalaman 3 m.
5. Besar diameter dan kebersihannya akan diperiksa oleh Konsultan
Pengawas. Bila syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi, maka ijin
tertulis untuk pengecoran dapat diberikan oleh Konsultan Pengawas.
6. Dasar pondasi borepile yang direncanakan terletak pada elevasi yang
disesuaikan dengan tipe pondasi. Hal ini untuk mengantisipasi
adanya kegagalan geser tanah. Penyedia barang dan jasa harus
melakukan pemeriksanaan terhadap contoh galian tanah dari hasil
penggalian untuk mengontrol kondisi leyer tanah.
7. Dasar pondasi borepile yang direncanakan harus masuk kedalaman
tanah keras.

6) Persyaratan-persyaratan pekerjaan poer dan plat


1. Semua pekerjaan beton tumbuk antara lain untuk lantai kerja.
2. Semua pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat konstruksinya
merupakan struktur utama antara lain: poer, plat, dan tie beam.
3. Semua pekerjan yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah
penggalian yaitu pekerjaan:
- pembuatan cetakan,
- persiapan dan pemasangan penulangan/stek-stek
- pengecoran
- pemeliharaan & pembukaan cetakan

7) Pengecoran
1. pengecoran baru boleh dimulai setelah ada persetujuan tertulis dan
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas.
2. Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk (beton mollen)
sekurang-kurangnya 5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan
ke dalam drum pengaduk. Setelah pengadukan selesai, adukan beton
harus memperlihatkan susunan dan warna seragam.
3. Perbandingan campuran harus sesuai dengan yang diperlukan untuk
menghasilkan mutu beton yang dipersyaratkan.
4. Angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang
ditakar dalam keadaan kering tanpa digetarkan.
5. Kapasitas mesin pengaduk dan material yang tersedia di lokasi
pekerjaan harus cukup untuk dapat melaksanakan pengecoran terus
menerus untuk satu lubang pondasi.
6. Penuangan adukan beton ke dalam lubang, di mana terdapat muka air
tanah yang cukup tinggi, maka air tersebut harus dipompa keluar
hingga kering. Setelah itu dilakukan pengecoran melalui corong (tremie
pipe) secara terus menerus sambil menjaga agar ujung corong selalu
berada di dalam beton.
7. Campuran beton selalu dibuat untuk memenuhi sifat-sifat yang
minimum compressive strngth dari mutu beton (untuk pondasi borepile)
= 20 Mpa. Untuk poer dan sloof mutu beton 25 Mpa.
8. Penyedia barang dan jasa harus selalu menjaga agar pengecoran
dapat dilakukan terus menerus dan mengisi seluruh rongga yang ada
dengan padat sehingga menjamin keutuhan bentuk dari pondasi
borepile tersebut.
9. Persyaratan-persyaratan lainnya untuk penggalian harus mengikuti
persyaratan pengecoran.

8) Baja Tulangan
1. Mutu baja yang digunakan adalah BJTD 40 untuk diameter > 13 mm
dan BJTP 24 untuk diameter < 13mm.
2. Untuk setiap pengiriman baja dilakukan pengujian diameter dan mutu
dengan hasil yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas sebagai
dasar penerimaan material.
3. Pemasangan dan pengikatan dari baja dilakukan pada keadaan
normal.
4. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada
gambar.
5. Penyedia barang dan jasa harus membuat detail shop drawing dengan
skala untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam pelaksanaannya.
6. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari
larutan-larutan, bahan-bahan atau material yang dapat memberikan
akibat pengurangan ikatan antara beton dan baja.
7. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan
sebelum pengecoran tulangan baja tidak berubah tempat.
8. Penahan-penahan jarak pembentuk balok-balok persegi atau gelang-
gelang untuk menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton harus
dipasang sebanyak minimum 4 buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
9. Jumlah luas, jenis/tipe maupun mutu dari baja tulangan harus sesuai
dengan gambar rencana.

9) Penyelesaian.
1. Penyedia barang dan jasa harus membersihkan kembali daerah yang
telah selesai dikerjakan terhadap segala kotoran, sampah bekas
adukan, bobokan, tulangan dan lain-lain.
2. Kelebihan tanah bekas galian pondasi dan bobokan maupun material
yang tidak diperlukan lagi harus dibawa ke luar proyek atau ke tempat
lain dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Penyedia barang dan jasa harus tetap menjamin susunan tanah pada
daerah sekitar pondasi terhadap kepadatannya maupun terhadap peil
semula.
4. Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia barang dan jasa harus
berhati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran,
pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.

PASAL 2. PEKERJAAN PONDASI SUMURAN


1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi ini adalah :
3) Pembuatan pondasi Sumuran sesuai dengan gambar
4) Pondasi poer dimensi dan penulangannya disesuaikan dengan gambar.
5) Balok Sloof sebagai balok ikat antar poer pondasi.
2. Persyaratan Umum
a. Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-peraturan atau
normalisasi-normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PUBB, PBI, PMI, SK SNI Beton
1991 dan lain-lain.
b. Batu kali/batu pecah yang digunakan dari jenis yang keras, tidak berpori, tidak berkulit
dengan minimal tiga (3) muka pecahan.
c. Pasir untuk bahan adukan adalah pasir beton.
d. Pondasi sumuran menggunakan buis beton.

4. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


a. Penggalian
5. Tenaga ahli Pengawas Lapangan. Pemborong harus mengajukan daftar nama tenaga ahli
yang akan ditempatkan di lapangan. Tenaga ahli tersebut harus mengikuti petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh Pengawas dan tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di
lapangan untuk pengawasan.
6. Pemborong harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi dan elevasi lubang-
lubang pondasi sesui dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus disetujui oleh
Pengawas sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
7. Pergeseran as pondasi yang direncanakan maksimum 5 cm ke segala arah. Dasar
pondasi harus horisontal. Deviasi maksimum 5 cm.
8. Penggalian lubang pondasi harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai
elevasi yang dipersyaratkan dan harus mendapat persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh Pengawas.
9. Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dan dalam lubang pondasi lubang harus
bersih setiap saat.
b. Pengendalian mutu pondasi sumuran
2. Kondisi tanah
Pengendalian mutu pondasi sumuran harus dimulai dengan pengetahuan kontraktor
yang cukup baik mengenai tanah di mana konstruksi hendak dilaksanakan. Kondisi
tanah mudah longsor seperti adanya pasir lepas atau medium mengharuskan
kontraktor untuk memobilisasi peralatan ekstra misalnya diperlukan casing dan
membutuhkan waktu lebih lama apalagi kondisi site development bangunan gedung
parkir ini terletak di tepi sungai yang memungkinkan terjadinya longsor.
Penyimpangan yang jauh dari kondisi tanah yang diharapkan harus dilaporkan oleh
Konsultan pengawas, karena berarti dapat saja terjadi perbedaan dalam daya dukung
tanah yang dapat mempengaruhi kinerja pondasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konsultan pengawas dan khususnya kontraktor
adalah :
d. adanya lapisan tanah pasir di bawah muka air tanah.
e. Adanya kerikil dan boulder
f. Adanya bekas-bekas bangunan lama.
g. Tanah timbunan
h. Lapisan batuan induk
i. Muka air tanah.
3. Pengendalian galian sumuran
Pengawasan mutu yang diperlukan untuk lubang galian adalah
pemeriksaan alignment yang terakhir, jenis tanah yang diperoleh dan
pembersihan dasar sumuran.
Konsultan pengawas wajib wajib mengadakan klarifikasi keadaan
lapangan dalam bentuk format pemeriksaan tersendiri dan harus
dilaporkan dalam forum rapat pengendalian dan koordinasi proyek
4. Pemeriksaan mutu beton
c. Beton untuk pondasi sumuran harus menggunakan campuran
dengan nilai slump tertentu. Campuran yang terlalu kental akan
mengakibatkan penggumpalan dan dapat membentuk lubang
sehingga daya dukung pondasi berkurang.
Disyaratkan nilai slump yang baik berkisar antara 15 – 18 cm.
d. Pengisi pondasi sumuran :
‐ Beton cyclope campuran 1 pc : 3 psr : 5 kerikil dengan. Mutu
disyaratkan fc’ = 15 Mpa.
‐ Batu kali belah hitam. Perbandingan volume batu kali belah
hitam 60 %, beton cyclope 40 %.
c. Penggalian sumuran
8. Pemborong harus melakukan pengukuran untuk menentukan lokasi dan elevasi lubang
sumuran sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran ini harus disetujui oleh
Pengawas.
9. Pemborong harus melakukan penggalian secara terus menerus sampai mencapai
lapisan tanah yang dipersyaratkan oleh Perencana yang sesuai dengan hasil penyelidikan
tanah. Penghentian penggalian harus mendapat persetujuan tertulis dan ditandatangi oleh
Pengawas.
10. Pemborong diwajibkan menjaga dinding sumuran dari kelongsoran selama pekerjaan
pemborong berlangsung. Segala akibat kelongsoran dinding lubang sumuran menjadi
tanggungjawab Pemborong sepenuhnya.
11. Pemborong harus menjaga agar lubang sumuran yang terjadi harus tegak lurus vertikal,
pergeseran titik pusat sumuran dari yang direncanakan maksimum 5 cm sebagai arah
deviasi terhadap ketegak lurusan maksimum 2 cm pada kedalaman 3 m pertama dan
selanjutnya maksimum 1 cm tiap tambahan kedalaman 3 m.
12. Besar diameter dan kebersihannya akan diperiksa oleh Pengawas. Bila syarat-syarat
tersebut sudah terpenuhi, maka ijin tertulis untuk pengecoran dapat diberikan oleh
Pengawas.
13. Dasar pondasi sumuran yang direncanakan terletak pada elevasi yang disesuaikan
dengan tipe pondasi. Hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan geser tanah.
Pemborong harus melakukan pemeriksanaan terhadap contoh galian tanah dari hasil
penggalian untuk mengontrol kondisi leyer tanah.
14. Dasar pondasi sumuran yang direncanakan harus masuk kedalaman tanah keras.
d. Persyaratan-persyaratan pekerjaan poer dan plat
4. Semua pekerjaan beton tumbuk antara lain untuk lantai kerja.
5. Semua pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat konstruksinya merupakan struktur
utama antara lain: poer, plat, dan tie beam.
6. Semua pekerjan yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah penggalian yaitu
pekerjaan:
- pembuatan cetakan,
- persiapan dan pemasangan penulangan/stek-stek
- pengecoran
- pemeliharaan & pembukaan cetakan
e. Pelaksanaan Pengecoran Beton Cyclope dengan Batu Kali Belah Hitam
10. Pengecoran baru boleh dimulai setelah ada persetujuan tertulis dan ditandatangani oleh
pengawas.
11. Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk (beton mollen) sekurang-
kurangnya 5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk.
Setelah pengadukan selesai, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna
seragam.
12. Perbandingan campuran harus sesuai dengan yang diperlukan untuk menghasilkan mutu
beton yang dipersyaratkan.
13. Angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar dalam
keadaan kering tanpa digetarkan.
14. Kapasitas mesin pengaduk dan material yang tersedia di lokasi pekerjaan harus cukup
untuk dapat melaksanakan pengecoran terus menerus untuk satu lubang pondasi.
15. Penuangan adukan beton ke dalam lubang, di mana terdapat muka air tanah yang cukup
tinggi, maka air tersebut harus dipompa keluar hingga kering.
16. Setelah itu dilakukan pengecoran melalui corong (tremie pipe) secara terus menerus
sambil menjaga agar ujung corong selalu berada di dalam beton.
17. Pertama kali dituangkan beton cyclope kedalam buis beton yang telah dimasukkan
kedalam galian pondasi sumuran, kira-kira setinggi 30 cm berfungsi sebagai dasar
pondasi.
18. Sebelumnya harus telah disiapkan batu kali belah hitam yang sesuai dengan persyaratan
material yang berlaku, sebagai bahan pengisi pondasi sumuran.
19. Kemudian dimasukkan batu kali belah hitam kedalam lubang galian pondasi sumuran
secara bertahap, tahap pertama kira-kira setinggi 50 cm. Dilanjutkan penuangan beton
cyclope kedalam galian pondasi dengan volume kira-kira 40 % dari volume batu kali belah
yang telah dimasukkan terlebih dahulu. Agar terbentuk campuran yang baik antara beton
cyclope dan batu kali belah hitam maka dilakukan pengadukkan dengan alat bantu
berupa galah/bambu yang dapat menjangkau kedalaman galian sumuran yang paling
bawah. Kemudian dimasukkan kembali batu kali belah hitam yang diikuti dengan
penuangan beton cyclope sebagai manan langkah sebelumnya.
20. Langkah di atas dilakukan secara berulang sehingga mencapai permukaan galian
sumuran.
21. Pemborong harus selalu menjaga agar pengecoran dapat dilakukan terus menerus dan
mengisi seluruh rongga yang ada dengan padat sehingga menjamin keutuhan bentuk dari
pondasi sumuran tersebut.
22. Sebelum pengecoran mencapai 1 m di bawah permukaan sumuran perlu diperhatikan
tentang pemasangan baja tulangan sesuai gambar detail pondasi sumuran. Stek-stek
baja tulangan ini disisakan pada permukaan pondasi sumuran dengan panjang sesuai
gambar rencana. Stek-stek baja tulangan ini berfungsi untuk pengikat dengan poer
pondasi.
23. Persyaratan-persyaratan lainnya untuk penggalian harus mengikuti persyaratan
pengecoran.
f. Baja Tulangan
10. Mutu baja yang digunakan adalah BJTD 32 untuk diameter > 16 mm dan BJTP 24 untuk
diameter < 16 mm.
11. Dilakukan uji kuat tarik baja tulangan di laboratorium
12. Untuk setiap pengiriman baja dilakukan pengujian diameter dan mutu dengan hasil yang
ditandatangani oleh Pengawas sebagai dasar penerimaan material.
13. Pemasangan dan pengikatan dari baja dilakukan pada keadaan normal.
14. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar.
15. Pemborong harus membuat detail shop drawing dengan skala untuk disetujui oleh
Pengawas dalam pelaksanaannya.
16. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberikan akibat pengurangan ikatan antara
beton dan baja.
17. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum pengecoran
tulangan baja tidak berubah tempat.
18. Penahan-penahan jarak pembentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang untuk
menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton harus dipasang sebanyak minimum 4
buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
19. Jumlah luas, jenis/tipe maupun mutu dari baja tulangan harus sesuai dengan gambar
rencana.
g. Penyelesaian.
5. Pemborong harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai dikerjakan terhadap
segala kotoran, sampah bekas adukan, bobokan, tulangan dan lain-lain.
6. Kelebihan tanah bekas galian pondasi dan bobokan maupun material yang tidak
diperlukan lagi harus dibawa ke luar proyek atau ke tempat lain dengan persetujuan
pengawas.
7. Pemborong harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah sekitar pondasi terhadap
kepadatannya maupun terhadap peil semula.
8. Pada pelaksanaan pembersihan, pemborong harus berhati-hati untuk tidak mengganggu
setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.

Anda mungkin juga menyukai