Anda di halaman 1dari 20

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi basah
dengan zat aktif parasetamol.
Menentukan evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat

II. Teori Dasar


Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk
kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Keduanya efektif
memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan
pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada
umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok
untuk obat-obat yang kurang stabil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244)
Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet
mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof)
Hal – hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di
usus atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar –
besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lachman, hlm 645)

Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :


1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan
sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih
menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat
yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau
penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan
terlebih dahulu. (Lachman, 647-648)

Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain
formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut
:

1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat
berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan
sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul
yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu
tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang
dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan
pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau
selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada
antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat
sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan)
Stickland mendeskripsikan:
 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama
proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya ada
dinding cetakan.
 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah
tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang
lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidan dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan
teradhesi pada permukaan granul.
(Goeswin, hlm 288-291)
Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya ditambahkan pula
agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah, agen penyalutan, pembentuk matriks
dan pewarnaan (zat warna).
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya
sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).
f. memenuhi keseragaman ukuran
g. memenuhi keseragaman bobot
h. memenuhi waktu hancur
i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam
batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm
304)
Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa
obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak. Mesin pencetak
tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak ganda berputar atau
rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai
berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul
yang akan dicetak
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari
hopper ke dalam die.
(Lachman ,halaman 662)

. Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung
dan granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara
melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar .
Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi
kering.

a. Granulasi Basah
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara
granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan
gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah
yaitu :
1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien
2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling
3. Preparasi larutan pengikat
4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa basah
5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12
6. Pengeringan granul basah
7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
9. Pengempaan tablet
(Goeswin Agoes halaman : 254)

Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta penetapan
sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi meliputi :
a. Evaluasi Granul
1. Sifat alir
2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
3. Kelembaban
b. Evaluasi Tablet
1. Organoleptis
2. Keseragaman Ukuran
3. Keseragaman bobot
4. Friabilitas
5. Kekerasan dan kerenyahan tablet
6. Waktu hancur
7. Kandungan obat dan pelepasannya

Parasetamol atau asetominofen memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan


antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting halaman : 318)
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak
memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung
pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan
nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan
demam setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact)

Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein
dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal
lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang
diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya
tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat
menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi
pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak
interaktif.

Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4
g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni
rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat
Penting ed IV, hlm 318-319)
III. Formula (FORNAS, Hal : 3)

Tiap tablet mengandung :

Acetaminophenum 500 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya

IV. Rancangan Formula

Direncanakan bobot tiap tablet 500 mg dibuat 200


tablet

Tiap tablet mengandung :

Parasetamol 500 mg

PVP 2%

Amylum 10%

Laktosa qs

Mg Stearat 1%

Talk 2%

Pewarna qs
BAHAN KADAR
Paracetamol 500 mg
Lactosa q.s
Fase dalam
Amylum 10% 10%
PVP 2%
Amylum 5%
Fase luar Talk 2%
Mg stearat 1%

V. Perhitungan
 Formula
Kadar parasetamol = 500 mg
Bobot tablet 700 mg = dibuat untuk 250 tablet
Fase dalam (92%) :
92
1 tablet = 100 × 700 𝑚𝑔 = 644 𝑚𝑔

250 tablet = 644 𝑚𝑔 × 250 = 161 𝑔𝑟𝑎𝑚


Zat / Bahan Berat tiap tablet Berat untuk 500 tablet

Parasetamol 250 mg 125 gram

PVP 25 mg 12,5 gram

Explotab 50 mg 25 gram

Laktosa 160 mg 80 gram

Aqua qs. qs.

Magnesium Stearat 5 mg 2,5 gram

Talk 10 mg 5 gram
Total 500 mg 250 gram

Perhitungan Kondisi
Formula Perhitungan 1 Tablet
500 Tablet Sebenarnya
Fase dalam (92%)
Parasetamol 500 mg 500 mg x 250 125,24 gram
= 125 gram
PVP 2% 2 14 mg x 250 = 3500 gram
× 700 𝑚𝑔 = 14 𝑚𝑔
100 3,5 gram
Amylum 10%
10
× 700 𝑚𝑔 = 70 𝑚𝑔 70 mg x 250 = 17,506 gram
100
17,5 gram
Laktosa q.s (644 − 500 − 14 − 70)𝑚𝑔 =
60 mg x 250 = 15,000gram
60 mg
15 gram
Fase luar (8%)
Amylum 5% 5% 5 6,520 gram
× 119,977 𝑔 = 6,520 𝑔
92
1
Mg stearat 1% 5% × 119,977 𝑔 = 1,304 𝑔 1,304 gram
92

Talk 2% 5% 2 2,608 gram


× 119,977 𝑔 = 2,608 𝑔
92

Batch 1
Massa granul yang diperoleh = 150,077 gram
Bobot granul teoretis menjadi = 119,977 gram
Fasa luar yang ditambahkan:
5
Amylum = 92 × 119,977 𝑔 = 6,520 𝑔

1
Mg Stearat = × 119,977 𝑔 = 1,304 𝑔
92
2
Talk = × 119,977 𝑔 = 2,608 𝑔
92

Kadar lembab pada granul = 2,67 %


2,67
= × 119,977 𝑔 = 3,203 𝑔
100

Bobot granul = 119,977 g – 3,203 g = 116,774 g


116,774 g
Jumlah tablet yang dapat dibuat = × 250 = 181,3 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
161g

(119,977+6,520+1,304+ 2,608 )g
Bobot tablet = = 0,719 𝑔 = 719 𝑚𝑔
181,3

VI. Prosedur
A. Fase dalam
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Proses milling
a. Haluskan bahan yang akan digunakan
b. Timbang bahan aktif dan bahan tambahan sebanyak:
 Paracetamol =125 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Amylum = 17,5 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Polivinilpirrolidon = 3,5 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Lactosa = 15 gram dikertas yang telah disesuaikan
3. Proses mixing
a. Siapkan wadah mixing (yang tersedia di laboratorium adalah toples)
b. Masukkan dalam toples dari bahan yang terkecil yaitu lactosa sebanyak 15 g
c. Ditambahkan amylum kurang lebih sebanyak 9,75 g kemudian toples ditutup
d. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
e. Ditambahkan sisa amylum dan kurang lebih 12 g paracetamol kemudian toples
ditutup
f. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
g. Ditambahkan kurang lebih 40 g paracetamol kemudian toples ditutup
h. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5,toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
i. Ditambahkan sisa paracetamol kemudian toples ditutup
j. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
4. Pembuatan larutan pengikat
a. Timbang 3,5 g povidon/polivinil pirolidon
b. Dimasukkan dalam beaker glas 50 ml
c. Ditambahkan kurang lebih 10,5 ml aquades
d. Diaduk sampai povidon/polivinil pirolidon larut sempurna menggunakan
batang pengaduk

5. Proses granulasi
a. Serbuk yang telah melalui proses mixing ditambahkan larutan pengikat sedikit
demi sedikit sambil diaduk perlahan sampai larutan pengikat habis
b. Diukur kelembaban serbuk,jika belum sesuai ditambahkan aquades sampai
kelembaban yang diinginkan
c. Masukkan serbuk dalam mesin granulasi
d. Lakukan granulasi sampai serbuk habis
6. Proses pengayakan
Granul yang sudah terbentuk diayak melalui mesh no. 12
7. Proses pengeringan
a. Granul ditempatkan dalam wadah yang permukaanya luas (dalam praktikum
digunakan loyang)
b. Dimasukkan dalam oven
c. Atur suhu oven pada temperatur 37 0C
8. Dilakukan evaluasi granul meliputi:
a. Berat granul
b. BJ nyata,BJ mampat dan % komprebilitas (% K)
c. Kecepatan aliran
d. Kandungan lembab
9. Proses mixing dengan fase luar
a. Timbang fase dalam ,hitung jumlah fase luar yang akan digunakan berdasarkan
jumlah fase dalam
b. Timbang bahan-bahan fase luar sebanyak:
 Amylum: 6,520 gram
 Talk: 2,608gram
 Mg stearat: 1,304 gram
c. Fase dalam dimasukkan dalam toples
d. Ditambahkan talk aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai
homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
e. Ditambahkan mg stearat aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai
homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
f. Ditambahkan amylum aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai
homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
g. Pengadukan fase luar tidak lebih dari 5 menit
10. Proses Pencetakan Tablet
a. Dilakukan optimasi berat dengan mencetak satu tablet. Berat yang diinginkan
719.
b. Setelah didapat berat yang diinginkan dilakukan optimasi kekerasan tablet.
Kekerasan tablet yang diinginkan berkisar 70 – 120 N.
c. Setelah mendapat berat dan kekerasan yang sesuai. Kemudian mesin disetting
otomatis.
d. Granul dimasukkan ke dalam hopper mesin tablet single punch.
e. Dilakukan pencetakan tablet hingga granul dalam hopper habis.

11. Dilakukan evaluasi tablet , meliputi :


a. Organoleptik
b. Keseragaman ukuran
c. Friabilitas
d. Keseragaman bobot
e. Kekerasan tablet
f. Waktu hancur

VII. Evaluasi Granul dan Tablet


1. Evaluasi Granul
a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk
500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index.
bobot granul
BJ nyata 
volume granul

bobot granul
BJ mampat 
volume mampat

BJ mampat  BJ nyata
%K   100%
BJ mampat

Penafsiran hasil : Jika % K:

5 – 10 % artinya aliran sangat baik


11 – 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk

BJ Nyata
Batch 1
Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Bobot granul
Volume granul
BJ Nyata
Rata-Rata BJ Nyata = 0,394 g/mL

1. Organoleptis

Warna, Bau, Rasa, Bentuk

2. Kadar Air

1. Timbang 2 gram granul

2. Panaskan botol timbang tertutp pada suhu 1050C selama 30 menit

3. Timbang botol dan catat hasil

4. Masukkan granul ke dalam botol, lalu timbang dan catat hasil

5. Panaskan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama kurang lebih 20 menit

6. Timbang dan catat hasilnya

7. Lakukan hal yang sama sebanyak 3 kali

8. Hitung hasilnya

9. Persyaratan : 2-4 %

Bobot awal – bobot akhir X 100 %

Bobot awal

3. Uji Kecepatan Alir

1. Timbang 100 gram granul

2. Siapkan corong
3. Tutup bagian bawah corong dan masukkan granul ke dalam corong

4. Buka tutup bawah corong, pada saat bersamaan nyalakan stopwatch


dan catat hasilnya

5. Hitung berapa kecepatan alir

Kecepatan alir =Berat Granul(gram)/waktu(detik)

Kecepatan alir (gram/detik) Sifat Aliran

>10 Sangat baik

4-10 Baik

1,6-4 Sukar

<1,6 Sangat sukar

4. Sudut Istirahat

1. Timbang 100 gram granul

2. Masukkan corong yang bagian bawahnya di tutup

3. Kemudian tutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir seluruhnya dari corong
dimana granul ditampung menggunakan kertas grafik

4. Lalu diukur diameter dasar granul dan tinggi kerucut yang terbentuk dengan
penggaris

5. Kemudian diukur sudut istirahatnya dengan rumus

Tg α = h/r

Dimana: α = sudut istirahat

h = tinggi tumpukan granul


r = jari-jar

Sudut Istirahat (Tg α) Sifat Alir

<25 Sangat baik

20-30 Baik

30-40 Cukup

>40 Sangat buruk

5. Uji Kompresibilitas

1. Timbang 100 gram granul

2. Masukkan dalam gelas ukur 100 ml

3. Ukur volumenya (V1)

4. Massa granul di ketuk-ketuk secara manual sampai 500 kali (V2)

5. Lalu uji kompresibilitas dihitung dengan rumus

% Kompresibilitas = V0 – V x 100%

Vo

Keterangan :

V0 = Volume Awal

V = Volume Akhir

Persyaratan : < 20%

3.6 Evaluasi Tablet


1. Organoleptis

Warna =

Bau =

Rasa =

Bentuk =

2. Keseragaman bobot

1. Ambil 20 tablet

2. Timbang satu persatu

3. Hitung rata-rata bobot tablet

4. kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata.

5. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari 5 %, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari 10%.

3. Waktu Hancur

1. Siapkan alat isintegrator tester

2. Masukkan 6 tablet ke dalam keranjang

3. Isi wadah dengan air panas bersuhu 370C

4. Atur waktu selama 15 menit dengan kecepatan 32 kali per menit

5. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa,
kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut

6. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet


tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut
4. Uji kekerasan

1. Siapkan digital hardnes teste

2. Ambil 10 tablet

3. Ambil 1 tablet lalu letakkan pada alat

4. Putar alatnya hingga tablet patah dan dibaca skala yang tertera pada alat, lalu catat

5. Lakukan percobaan tersebut pada seluruh tablet

6. Catat hasil yang tertera pada alat

5. Uji Kerapuhan

1. Siapkan friabilator tester

2. ditimbang bobot 20 tablet (Wo)

3. tablet dimasukan kedalam alat kemudian alat dijalankan selam 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm

4. Tablet dikeluarkan dari alat

5. lalu timbang bobot tablet (Wf)

6. Hitung dengan rumus

F = (wo-wf)/wo x 100%

Ket : F : indeks kerapuhan

Wo : bobot awal

Wf : bobot akhir
.

Anda mungkin juga menyukai