Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

“KOMUNIKASI INTERPERSONAL”

Disusun oleh :
Laila Utami 183310811
Shendy Wira Putra 183310822

Dosen Pengampu :
Drs. Maswardi, M. Kes

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam makalah ini kami banyak menyajikan mengenai konsep konsep dari
komunikasi interpersonal. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula
dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna dimasa yang akan datang.

Padang, 21 Februari 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh
aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi dengan
sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menghindari dari suatu tindakan yang
disebut komunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan
manusia itu sendiri.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran
informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi
merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan
kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi.
Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara
perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi. Manusia
memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar
interaksi manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi
antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran
komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang
baik akan meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan
meminimalisir rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja.
Komunikasi yang baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi
informasi dalam mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa
menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan
rasa memiliki organisasi.
Setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek
seperti tidak memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal
ini di pengaruhi karena masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda,
cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam
kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam menciptakan
komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing
individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi.
Suatu ketika terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa
diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal itu
akan menjadi bumerang dan akan memperkuat ego dari individu tersebut yang akan
berdampak pada terhambatnya proses komunikasi yang efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal ?
2. Apa sajakah tujuan dari komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana model-model komunikasi interpersonal?
4. Bagaiman caranya melakukan komunikasi interpersonal yang efektif?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi interpersonal
2. Untuk memahami tujuan komunikasi interpersonal
3. Untuk menjelaskan model-model komunikasi interpersonal
4. Untuk mengetahui cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal


Kamus Psikologi (Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai
penyampaian energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses
penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan
perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang
dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak
langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata
komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti
“pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber
dari istilah “communis” yang berarti “sama makna”.
Komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik
berupa verbal (kata-kata) maupun non verbal (gerakan) oleh seseorang kepada orang
lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan
adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga
yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu
komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi,
saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi
konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena
setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan
sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan
perilaku
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal.
Menurut Suranto A.W, komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:
1) Sumber / komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni
keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional
maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk
memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi
interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan,
dan menyampaikan pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan
pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun
berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik
komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik
verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi,
pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh
komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau
yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi
tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan.
Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan
melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan
balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama
oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain secara umum. Pentafsiran si penerima pesan
(komunikan) ketika mendapatkan pesan dari (komunikator).
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah
tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.
Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti
respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon
negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh
komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan
dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga
dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan
konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan.
Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan,
misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-


orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah
sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan
memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk
memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak
dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu,
misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan,
saluran, decoding, maupun pada diri penerima. Prosesnya adalah sebagai berikut :
Terdapat seorang komunikator yang ingin menyampaikan pesannya (message). Pesan
tersebut diekspresikan (encoded) melalui berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa
tersebut mungkin berupa simbol kata-kata, simbol-simbol matematik, diagram,
sentuhan dan seterusnya. Pesan disampaikan melalui perantaraan. Berbagai media
komunikasi digunakan dalam organisasi meliputi: percakapan tatap muka, percakapan
telepon, memo-memo tertulis, sistem alamat umum, serta banyak media lainnya.
Terdapat satu atau lebih penerima pesan (recipients). Bilamana seorang penerima
menerima pesan, maka pesannya ditafsirkan (decoded).

B. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Arni Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai
beberapa tujuan, yaitu :
1. Menemukan Diri Sendiri
Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar
banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal
memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan
orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran,
dan tingkah laku kita.
2. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi
yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah
informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan
akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan
orang lain.
4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain
dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara
tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film,
menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
5. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal
itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu.
Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita
semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-
hari.
Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap
individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.

Komunikasi intrapersonal terbagi menjadi dua jenis yaitu :


a. Komunikasi diadik (Dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang.
Misalkan, anda berkomunikasi dengan seseorang yang anda temui di jalan. atau sedang
menelpon seseorang yang lokasinya jauh dari saudara.
b. Komunikasi triadik (Triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku
komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang
komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi
diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang
komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal memiliki beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah,
suasana nonformal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak yang
dekat, dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan serta
spontan, baik verbal maupun non verbal.
Fungsi Komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan respon/ umpan
balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi. Tipe komunikasi
interpersonal, yang pertama adalah komunikasi dua orang (mencakup segala jenis
hubungan antarpribadi, antara satu orang dengan orang lain, mulai dari hubungan yang
paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama dan mendalam).
Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal dimana
dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab seperti saat orang
melamar pekerjaan. Seorang HRD mewawancari karyawan yang sedang melamar
kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe
komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan,
percakapan, diskusi, musyawarah, dan sebagainya.

C. Model Komunikasi Interpersonal


Menurut Coleman dan Hammen (dalam Jallaludin Rakhmat buku Psikologi
Komunikasi) , ada empat buah model komunikasi interpersonal, yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial
Rakhmat menjelaskan dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ganjaran
merupakan setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap
nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran itupun berbeda-beda tergantung waktu
dan strata sosial pelaku komunikasi. Sedangkan biaya dijelaskan sebagai akibat yang
dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Sebagaimana ganjaran, biaya pun
berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
Dengan kata lain, model pertukaran sosial dapat di ibaratkan sebagai suatu
transaksi dagang. Karena, orang berinteraksi dengan orang lainnya hanya
mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Model Peranan
Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi
dagang, model peranan melihatnya sebagi panggung sandiwara. Di sini setiap orang
harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan
ekspedisi peranan dan tuntutan peranan.
Tuntutan peranan adalah dasakan soaial yang memaksa individu untuk
memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hubungan interpersonal,
desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu,
kadang disebut juga kompetensi sosial. Dibedakan menjadi keterampilan kognitif
menunjukkan kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain
dari dirinya dan keterampilan tindakan merupakan kemampuan melaksanakan peranan
sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi bila individu tidak sanggup
mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3. Model Permainan
Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People Play,
mmengklasifikasikan model permainan ini dalam tiga kepribadian manusia. Yaitu
Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent, Adult, Child). Orang Tua adalah aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita.
Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional,
sesuai dengan situaisi, dan biasanya berhubungan dengan masalah yang membutuhkan
pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur yang diambil dari perasaan
dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas,
dan kesenangan. Dan kita akan memunculkan salah satu aspek kepribadian kita pada
saat berkomunikasi interpersonal, dan orang lain akan membalasnya dengan salah satu
aspek tersebut juga.
4. Model interaksional
Komunikasi interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi,
ekspektasi dan pelaksanan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat,
model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran sosial, peranan dan
permainan. Model yang memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan.

D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal


Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian
efektifitas menurut Hidayat, yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai.
Efektifitas komunikasi interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara dua
individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi tingkah
laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang suatu
tujuan.
Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan
bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat
langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan
oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication


Book”, efektifitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat)
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan
segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi
biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan
tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita
ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan
dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk
menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya
(kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai;
(2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan
kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness) dan Umpan Balik
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang ditimbulkan
harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak, efektif atau tidak.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua
aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain.
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh
kesetaraan,
Ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain,
atau menurut istilah kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif
tak bersyarat” kepada orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan
emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita pahami,
tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang berkumpul dalam
satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan
merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang
ia benci, maka itu akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan
demikian seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau ingin
segera mengakhiri komunikasi tersebut.
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga syarat :
1) Pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud
oleh komunikator.
2) Ditindak lanjuti dengan perbuatan secara sukarela.
3) Meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1) Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu.
2) Menyampaikan pengetahuan atau informasi.
3) Mengubah sikap dan perilaku
4) Pemecahan masalah hubungan antar manusia
5) Citra diri menjadi lebih baik
6) Jalan menuju sukses

Komunikasi interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan, yaitu :


1) Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat
melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri.
2) Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3) Bisa mengurangi noise (gangguan) dalam berkomunikasi karena terjadi secara
langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4) Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa
komunikasi verbal.
5) Tidak memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan
continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan
biaya.
6) Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi
kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.

Selain mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga


mempunyai kelemahan, yaitu :
1) Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk
bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk
melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat
bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2) Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena
jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk
menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap
muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.

Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa hambatan yang ada,


hambatan- hambatan tersebut antara lain sebgai berikut :
1) Bahasa : Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan
salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu
komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan
menjadi hambatan dalam komunikasi .
2) Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini
dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3) Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan
agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar
sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
4) Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan
komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada
pemutusan hubungan.
5) Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus
bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi
apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
6) Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling
mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan
sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan
perilaku.
Komunikasi interpersonal memiliki beberapa komponen yaitu Sumber /
komunikator, encoding, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan, dan
konteks komunikasi.
Tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan diri sendiri, menemukan
dunia luar, membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi
sikap dan tngkah laku, mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, dan
memberikan bantuan (konseling).
Model komunikasi interpersonal adalah model pertukaran sosial, model peranan,
model permainan, dan model interaksional.
Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan
bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat
langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan
oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat)
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Dalam komunikasi interpersonal memiliki beberapa hambatan yaitu bahasa,
budaya, tujuan yang tidak jelas, salah paham, mengangap enteng lawan bicara, dan
mendominasi pembicaraan.

B. Saran
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau sekelompok
kecil yang saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun pendapat yang
mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari penerima pesan. Diharapkan
dengan kehidupan sehari-hari melakukan komunikasi, kejelasan, keterbukaan, dan
bahasa yang sopan santun harus ditingkatkan untuk menjalin komunikasi baik antar
teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain halnya.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan penyusun
yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia
menerima kritik dan saran dari teman-teman, yang membangun guna untuk menambah
wawasan penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. 2005. p.159.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja


Rosdakarya. 2000. p.73.

Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011. p.9.

Anda mungkin juga menyukai