Anda di halaman 1dari 12

HADITS DHA’IF DAN MAUDHU DI BULAN RAJAB

Tidak terasa waktu yang berlalu kembali membawa kita semua pada satu bulan yang termasuk
dalam bulan haram yaitu bulan rajab. Maka banyak sekali amalan-amalan yang dilakukan oleh
sebagian besar kaum muslimin untuk memuliakan bulan ini yang pada hakikatnya banyak pula
dari kaum muslimin tersebut hanya ikut-ikutan melaksanakan amalan tersebut tanpa mengetahui
apa yang menjadi dasar dari amalannya tersebut. Disini akan saya kutipkan salah satu qaidah
yang disepakati oleh para fuqaha bahwasanya “Setiap ibadah itu pada dasarnya adalah haram
sampai ada dalil yang memerintahkannya”. Maka dalam artikel ini ana mencoba untuk
menyampaikan sedikit dari apa yang telah saya baca tentang berbagai hadits yang dijadikan
sebagian besar kaum muslimin sebagai sandaran untuk beribadah dibulan rajab beserta
derajatnya

a. Hadits Pertama

“Barangsiapa menghidupkan malam pertama bulan rajab, maka hatinya tidak akan mati ketika
hati manusia mati, Allah akan menuangkan kebaikan dari atas kepalanya, dia akan keluar dari
dosa-dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya, dan dia akan memberi syafa’at untuk
70.000 orang yang berbuat kesalahan yang telah ditetapkan masuk neraka”

Hadits ini tidak ditemukan perawinya, termasuk dalam kitab khusus mengenai hadits-hadits
tentang bulan rajab yang dikarang oleh Ibn Hajar dan ‘Ali al-Qari dan hadits ini menurut Dr
Ahmad Luthfi Fathullah dihukumi Maudhu’ (palsu) karena berdasarkan qaidah yang diberikan
oleh Ibnu Hajar al-Asqalani ketika beliau berkata :

“Tidak dijumpai hadits shahih yang dapat dijadikan hujjah mengenai keutamaan bulan Rajab,
puasa Rajab, puasa pada hari tertentu dibulan Rajab dan beribadah pada malam tertentu
dibulan Rajab. Kepastian ini telah ditetapkan sebelumnya oleh al-Imam al-Hafizh Abu Ismail al-
Harawi, dia berkata:”Adapun hadits-hadits mengenai Keutamaan bulan Rajab atau Keutamaan
puasa Rajab atau puasa pada hari-hari tertentu dibulan Rajab cukuplah jelas dan tebagi
menjadi dua bagian yaitu Dha’if (lemah) dan Maudhu’ (Palsu)

Sebelum Ibnu Hajar, Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga telah mengisyaratkan qaidah yang
disebutkan oleh Ibnu Hajar. Beliau berkata dalam kitab al-Manar al-Munir

“Semua Hadits mengenai puasa Rajab dan Shalat pada beberapa malam dibulan Rajab adalah
dusta yang nyata”

Jadi hadits ini dihukumi Maudhu’ (palsu) sebab tidak terdapat dalam beberapa hadits yang dha’if
yang disebutkan oleh Ibnu Hajar. Hal ini berarti bahwa hadits ini termasuk hadits palsu meskipun
Ibnu Hajar tidak menyebutkannya secara langsung, namun isyarat dan penegasan beliau bahwa
selain beberapa hadits dha’if yang disebutkan adalah palsu. Kemudian beliau memberikan
sebagian kecil contoh-contoh hadits palsu yang dimaksudkan. Wallahu A’lam

b. Hadits Kedua
“Barangsiapa melakukan shalat setelah maghrib pada malam bulan Rajab sebanyak 20 raka’at,
pada setiap raka’at dia membaca Al-Fatihah dan surat al-Ikhlas dan salam sebanyak 20 kali
(maksudnya 20 raka’at dikerjakan dua raka’at-dua raka’at), maka Allah Ta’ala akan
menjaganya, penghuni rumahnya dan keluarganya darai bencana didunia dan azab diakhirat.”

Ibn al-Jauzi menyebutkan hadits seperti ini diriwayatkan oleh al-Jauzaqani dari Anas ibn Malik
dengan lafaz akhirnya :

“Maka Allah Ta’ala akan menjaga dirinya, hartanya, isterinya dan anaknya, diselamatkan dari
azab kubur dan dia akan melintasi shirat (jembatan) bagaikan kilat yang menyambar, tanpa
dihisab dan tanpa azab.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn al-Jauzi dalam al-Maudhu’at, jil 2, hal 123; Ibn Qayyim, dalam
al-Manar al-Munif, hal 96; al-Suyuthi dalam al-La’ali al-Mashunah jil 2 hal 55-56; ‘Ali al-Qari
dalam al-Asrar al-Marfu’ah hal 461; Ibn ‘Arraq dalm Tanzib al-Syari’ah, jil 2, hal 90; al-
Syaukani dalam al-Fawaid al-Majmu’ah hal 47. yang masing-masing ulama ini menghukumi
hadits ini adalah hadits palsu. Sebabnya seperti yang dikatakan oleh Ibn al-Jauzi kebanyakan dari
perawi dalam hadits tersebut adalah Majhul (tidak dikenal). Hadits ini termasuk dalam qaidah
yang disebutkan oleh Ibn Hajar diatas.

c. Hadits Ketiga

“Ingatlah bahwa sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan Allah yang bisu. Maka
barangsiapa yang berpuasa pada bulan ini satu hari karena iman dan mengharapkan pahala,
maka dia berhak mendapatkan ridha Allah Yang Maha Besar; barangsiapa yang berpuasa pada
bulan ini selama dua hari maka para penghuni langit dan bumi tidak dapat menggambarkan
kemuliaan yang diperolehnya disisi Allah; barangsiapa berpuasa selama tiga hari maka dia
akan selamat dari segala tiga hari, maka dia akan selamat dari segala bencana didunia, azab
diakhirat, gila, penyakit kusta/lepra penyakit belang dan fitnah Dajjal; barangsiapa berpuasa
selama 7 hari maka 7 pintu neraka Jahannam akan ditutup baginya; barangsiapa yang
berpuasa selama 8 hari, maka 8 pintu surga akan dibukakan baginya; barangsiapa yang
berpuasa selama 10 hari, maka dia tidak akan meminta apapun kepada Allah melainkan Dia
pasti memberinya; barangsiapa berpuasa selama 15 hari, maka Allah Ta’ala akan mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti keburukan-keburukannya dengan kebaikan-
kebaikan; dan barangsiapa menambah (hari berpuasa), maka Allah menambah pahalanya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Syu’ab dan Fadhail al-Auqat dan al-Asfahani
dalam al-Targhib. Semuanya melalui Usman ibn Mathar dari ‘Abd al-Ghafur dari ‘Abd al-‘Aziz
ibn Sa’id dari bapaknya.

Hadits ini adalah hadits Maudhu’ (palsu). Dalam sanad al-Baihaqi terdapat beberapa perawi yang
dha’if, amat dha’if dan seorang yang dituduh meriwayatkan hadits palsu dari perawi yang tsiqah
(terpercaya). Diantaranya adalah Usman ibn Mathar, dia dha’if menurut Abu Hatim, al-Nasa’i,
al-Dzahabi dan Ibn Hajar. Abu Shalih ‘Abd al-Ghafur al-Waisithi, menurut al-Bukhari mereka
meninggalkannya dan haditsnya munkar. Ibn ‘Adiy berkata : Dia dha’if dan haditsnya munkar.
Al-Nasa’i berpendapat dia ditinggalkan haditsnya. Ibn Hibban juga menyatakan bahwa dia
meriwayatkan hadits-hadits palsu dari perawi yang tsiqah.

Al-Baihaqi yang meriwayatkan hadits ini hanya mengatakan hadits ini dha’if, akan tetapi Ibn
Hajar yang diikuti oleh Ibn ‘Arraq menghukuminya dengan palsu.

d. Hadits Keempat

”Pada malam Mi’raj, aku melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih
dingin dari es dan lebih wangi dari minyak kesturi. Lalu aku bertanya : Sungai ini untuk siapa,
wahai Jibril? Dia menjawab : untuk orang yang membaca shalawat kepadamu pada bulan
Rajab”

Hadits ini belum ditemukan perawinya dan terdapat dalam kitab Zubdat al Wa’izhin. Meskipun
belum ditemukan perawi hadits ini , namun al-Sakhawai berkata “Tidak ada suatu haditspun
mengenai shalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dibulan Rajab yang Shahih.
Berdasarkan kaidah inilah hadits ini dihukumi palsu.

e. Hadits Kelima

“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah
bulan ummatku.”

Hadits ini adalah potongan dari hadits panjang yang diriwayatkan oleh Ibn al Jauzi dalam
kitabnya al-Maudhu’’at dari Muhammad ibn Nashir al-Hafizh dari Abu al-Qasim ibn Mandah
dari Abu al-Hasan ‘Ali ibn Abdullah ibn Jahdam dari ‘Ali ibn Muhammad ibn Sa’id al-Bashri
dari bapaknya dari Khalaf ibn Abdullah dari Humaid al-Tahawil dari Anas.

Hadits ini adalah hukumnya adalah Maudhu’’ (Palsu) karena dalam sanadnya terdapat ‘Ali ibn
Abdullah ibn Jahdam al-Suda’i yang lebih dikenal dengan nama Ibn Jahdam, dia dituduh
pendusta. Sedangkan beberapa perawi lainnya dalam sanad ini tidak dikenal, bahkan beberapa
ulama hadits mengatakan bahwa barangkali mereka belum dilahirkan. Hadits ini juga dihukumi
palsu oleh Ibn al-Jauzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain.

f. Hadits Keenam

“Puasa pada hari pertama bulan rajab adalah kaffarat (pelebur dosa) untuk tiga tahun; puasa
pada hari ke 2 adalah kaffarat untuk dua tahun; puasa hari ketiga adalah kaffarat untuk satu
tahun kemudian setiap harinya (sisanya) adalah kaffarat untuk satu bulan.”

Hadits ini seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti, diriwayatkan oleh Abu Muhammad al-Khallal
dalam Fadhail Rajab dari Ibnu Abbas. Al-Suyuti menghukumi hadits ini dengan dha’if, akan
tetapi al-Munawi mengatakan lebuh dari itu, amat dha’if, kemudian beliau menukil pendapat Ibn
Shalah dan Ibn Rajab al-Hanbali yang mengisyaratkan palsunya hadits-hadits mengenai puasa
rajab. Hadits ini dapat dihukumi palsu berdasarkan qaidah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn
Hajar
g. Hadits Ketujuh

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak berpuasa setelah bulan Ramadhan
kecuali pada bulan rajab dan Sya’ban”

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Syu’ab dari Abu Hurairah dan al-Baihaqi
mengatakan bahwa sanad hadits ini adalah dha’if, beliau juga menambahkan bahwa terdapat
banyak riwayat yang berkaitan dengan masalah ini, namun semuanya munkar, dalam sanad-
sanadnya terdapat banyak perawi yang majhul dan perawi dha’if

h. Hadits kedelapan

‘Sesungguhnya disurga terdapat sebuah sungai yang dinamakan Rajab yang lebih putih dari
susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang berpuasa selama satu hari dibulan Rajab,
maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberinya minum dari sunagi tersebut.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majrubin dan al-Baihaqi dalam Fadhail al-
Auqat dan al-Syairazi dalam al-Alqab seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti. Kesemuanya dari
Anas. Hadits ini telah dihukumi palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jauzi, al-Dzahabi dan
Ibn Hajar dalam Lisan al-Mizan. Penyebabnya adalah didalam sanad hadits ini terdapat perawi
pendusta yaitu Manshur ibn Yazid. Ibn al-Jauzi mengatakan banyak yang tidak diketahui. Akan
tetapi al-Suyuti dan Ibn Hajar dalam kitab Tahyin al-‘Ajab hanya mendhaifkan hadits ini,
berbeda dengan hukuman beliau dalam kitab Lisan al-Mizan. Beliau berkata ”Isnadnya secara
umum adalah dha’if, akan tetapi ia belum sampai menjadikan hadits ini palsu”.

i. Hadits Kesembilan

“Setiap orang akan kelaparan pada hari kiamat kecuali para nabi dan keluarga mereka serta
orng-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, maka sesungguhnya
mereka ini dalam keadaan kenyang, mereka tidak merasakan lapar dan haus sama sekali.”

Hadits dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan dan hanya terdapat dalam kitab Zubdat al
Wa’izhin. Hadits ini boleh dihukumi palsu berdasarkan qaidah yang disebutkan oleh Ibn Hajar
dan Ibn Qayyim

Demikianlah beberapa hadits yang berkenaan dengan keutamaan bulan Rajab dan masih ada
banyak lagi hadits-hadits dha’if dan palsu yang bertebaran tentang bulan Rajab yang belum ana
temukan. Semoga dengan mengetahui hadits-hadits ini dapat menghindarkan kita dari beramal
yang sia-sia dan tertolak

Wallahu A’lam bishshowab

(Semua Hadits yang saya tuliskan ini saya kutipkan dari buku HADITS-HADITS LEMAH &
PALSU DALAM KITAB DURRATUN NASHIHIN yang ditulis oleh Dr Ahmad Luthfi
Fathullah MA)
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan Muharram yang artinya dimulyakan (Ada 4 bulan:
Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam
bulan-bulan mulya lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah,
Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram(mulya)." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah Riwayatnya al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan
oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat
Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul
menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh
kebanyakan orang.'"

Menurut al-Syaukani (Naylul Authar, dalam bahasan puasa sunat) ungkapan Nabi "Bulan
Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara
implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Adapun hadis yang Anda sebut itu, kami juga tak menemukannya. Ada beberapa hadis lain yang
menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:
 "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan,
bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka
dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya
dengan kebaikan."
 Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka
laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka
Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah
akan mengabulkan semua permintaannya....."
 "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih
daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan
Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
 Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu bulannya
Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

Hadis-hadis tersebut dha'if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam
kitab al-Haawi lil Fataawi.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih,
hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau
meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan puasa.

Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin
Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan
kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa
Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh,
karena tidak ada dalil yang kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus
menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan
landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu cukup menjadi
hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan
puasa di bulan Rajab.

Hadits hadits Tentang Amalan Bulan Rajab, Sya'ban Dan


Ramadhan Yang Perlu Diwaspadai

1. ‫ ووزن‬,‫ فله من الجر ضعفان‬.‫ فمن صام من رجب يومين‬.‫ ورمضان شهر أمتى‬,‫ وشعبان شهري‬,‫ رجب شهر ا‬: ‫حديث‬
‫ إلى خمسة‬:‫ ثم هكذا‬,‫ ثم سبعة أيام ثم ثمانية أيام‬,‫ ومن صام ستة أيام‬,‫ ثم ذكر أجر من صام أربعة أيام‬,‫كل ضعف مثل جبال الدنيا‬
‫عشر يوما منه‬.

Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa
Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua
hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung
yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari,
tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima
belas hari.

Hadits ini “Maudhu`” (Palsu). Dalam sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin Al Hasan
An Naqqaasy, dia perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy- rawi yang tidak dikenal (Majhul).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al Khudriy dengan
sanad yang sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab Allaalaiy.

1. ‫ أغلممق امم عنممه سممبعة أبممواب مممن‬,‫ من صام سبعة أيام من رجب‬,‫ كتب له صيام شهر‬,‫ من صام ثلثة أيام من رجب‬: ‫حديث‬
‫ ومن صام نصف رجب حاسبه ا حسابا يسيرا‬,‫ فتح ا له ثمانية أبواب من الجنة‬,‫ ومن صام ثمانية أيام من رجب‬,‫النار‬.
Artinya : “Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia berpuasa sebulan
penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana wa Ta`ala akan menutupkan baginya
tujuh pintu neraka, barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala akan
membukakan baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan Rajab itu
Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali.”

Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan


kemudian dari Anas secara Marfu` : Hadits ini tidak Shohih, sebab Abaan adalah perawi yang
ditinggalkan, sedangkan `Amru bin Al Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan :
Dikeluarkan juga oleh Abu As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapun Ibnu `Ulwaan
pemalsu hadits.

2. ‫ من صام منه يوما كتب له صوم ألف سنة – إلخ‬.‫ إن شهر رجب شهر عطيم‬: ‫حديث‬.
Artinya : “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari
di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari `Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab Allaalaiy :
Hadits ini tidak Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan hadits-hadits yang
munkar.

3. ‫إلخ‬-‫ عدل صيام شهر‬,‫ من صام يوما من رجب‬: ‫حديث‬


Artinya : “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa
sebulan penuh dan seterusnya”.

Diriwayatkan oleh Al Khathiib dari jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi : Al Furaat
bin As Saaib, dia ini perawi yang ditinggalkan.

Berkata Al Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al Amaaliy” : sepakat diriwayatkan hadist ini dari
jalan Al Furaat bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin bin Sa`ad, dan Al Hakim bin Marwaan,
kedua perawi ini lemah juga.

Sesungguhnya Al Baihaqiy juga meriwayatkan hadits ini di kitabnya : “Syu`abul Iman” dari
hadits Anas, yang artinya : “Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya dia
berpuasa satu tahun.” Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di sanad hadits ini
juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy, dia ini perawi yang
ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : “Dia ini termasuk orang orang yang memalsukan hadits”.

4. ‫ أطعمه ا من ثمار الجنة – إلخ‬.‫ وصام يوما‬,‫ من أحيا ليلة من رجب‬: ‫حديث‬.
Artinya : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang
harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”

Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang
kitab : Hadits ini Maudhu` (palsu).

5. ‫ وإن ل ل يدخلها إل من صام رجب‬,‫ فإن ل فى كل ساعة منه عتقاء من النار‬.‫ أكثروا من الستغفار فى شهر رجب‬: ‫ديث‬.
Artinya : “Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan
hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota
di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.

Dikatakan dalam “Adz dzail” : Dalam sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa
dipercaya.

6. ‫إلخ‬-‫ كان له من الجر كمن صام مائة‬.‫ وقام تلك الليلة‬,‫ من صام ذلك اليوم‬,‫ فى رجب يوم وليلة‬: ‫حديث‬.
Artinya : “Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu, dan
mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun dan
seterusnya.

Dikatakatan dalam “Adz dzail” : Di dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi yang
ditinggalkan.

Dan demikian disebutkan tentang : “Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu.”
Disebutkan juga dalam “Adz dzail : Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan sebahagian atas
sebahagian lainnya, di dalam sanadnya ada perawi perawi yang pendusta : Dan demikian
diriwayatkan : “Bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at sepekan
sebelum bulan Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Hai sekalian manusia!
Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang mulia. Rajab bulan adalah bulan Allah
yang Mulian, dilipat gandakan kebaikan di dalamnya, do`a do`a dikabulkan, kesusahan
kesusahan akan di hilangkan.” Ini adalah Hadist yang Munkar.

Dan dalam hadits yang lain : “Barang siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan mendirikan
satu malam dari malam malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan membangkitkannya
dalam keadaan aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya.”

Di dalam sanad hadits ini : Kadzaabun (para perawi pendusta).

Demikian juga hadits : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan
berpuasa di siang harinya: Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari Sorga-
dan seterusnya.”

Didalam sanadnya : Para perawi pembohong/pemalsu hadits.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan itu
buat diri-Nya. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan penuh keimanan
dan mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam Jannah Allah Ta`ala- dan
seterusnya.”

Didalam sanadnya : Para perawi yang ditinggalkan.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu `alaihi
wa Sallam, Ramadhan bulan ummat Saya.” Demikian juga hadits : “Keutamaan bulan Rajab di
atas bulan bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al Quran atas seluruh perkataan perkataan
lainnya- dan seterusnya.”
Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.
Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : “Sesungguhnya apa apa yang
diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah
yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di
bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi
Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.”
Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada
bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini tidak
ada ashol sama sekali.

Dan demikian juga, “Dimana penduduk Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak
seperti bulan lainnya.” Ini tidak ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia berkata :
“Diantara yang diada-adakan oleh orang yang `awwam ialah : “Berpuasa di awal kamis di bulan
Rajab,” yang keseluruhannya ini adalah : Bid`ah.
Dan diantara yang mereka ada adakan juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : “Mereka
memperbanyak ketaatan kepada Allah melebihi dari bulan bulan lainnya.”

Adapun yang diriwayatkan tentang : “Bahwa Allah Ta`ala memerintahkan Nabi Nuh `Alaihi wa
Sallam untuk membuat kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin yang
bersama dia untuk berpuasa di bulan ini.” Ini Hadits Maudhu` (Palsu).

Diantara bid`ah-bid`ah yang menyebar di bulan ini adalah :


1. Sholat Ar Raghaaib.
Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan di setiap awal Jum`at di bulan Rajab.

Ketahuilah semoga Allah Tabaraka wa Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari ini,
malam ini sesungguhnya diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad keempat Hijriyah. (Lihat
literatur berikut ini tentang bid`ahnya sholat Raghaib :
1. “Iqtida` As Shiratul Mustaqim” : hal.283. Dan “Tulisan Ilmiyah diantara dua orang Imam ; Al
`Izz bin `Abdus Salam dan Ibnu As Sholah sekitar Sholat Raghaaib.”
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.

Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab
adalah palsu, sesungguhnya telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang palsunya
hadits sholat Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz Ibnu hajar, Adz Dzahabiy, Al
`Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy dan selain dari mereka.
Kandungan dari hadits-hadits yang palsu itu ialraah mengenai keutamaan berpuasa pada hari itu,
mendirikan malamnya, dinamakan “shalat Ar Raghaaib,” para ahli Tahqiiq dikalangan ahli ilmu
telah melarang mengkhususkan hari tersebut untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya
melaksanakan sholat dengan cara yang bid`ah ini, demikian juga pengagungan hari tersebut
dengan cara membuat makanan makanan yang enak-enak, mengishtiharkan bentuk bentuk yang
indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa hari ini lebih utama dari hari hari
yang lainnya.

2. Sholat Ummu Daawud di pertengahan bulan Rajab.

Demikian juga hari terakhir dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan
sholat “Ummu Daawud” ini juga tidak ada asholnya sama sekali. “Iqtidaus Shiraatul
Mustaqim” : hal. 293.
Berkata Al Imam Al Hafidz Abu Al Khatthaab : “Adapun sholat Ar Raghaaib, yang dituduh
sebagai pemalsu hadits ini ialah : `Ali bin `Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini
dengan menampilkan rawi rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab.” Pembahasan
Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam :
“Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.
Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab :
“Bahjatul Asraar fit Tashauf”.
Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.

Lihat terjemahannya dalam : “Al `Ibir fi Khabar min Ghubar.” : (3/116), “Al Mizan” : (3/142),
“Al Lisaan” : (4/238), “Maraatul Jinaan” (3/28), “Al Muntadzim” : (8/14), “Al `Aqduts Tsamiin”
: (6/179).

Asal daripada sholat ini sebagaimana diceritakan oleh : At Thurthuusyiy dalam “kitabnya” :
“Telah mengkhabarkan kepada saya Abu Muhammad Al Maqdisiy, berkata Abu Syaamah dalam
“Al Baa`its” : hal. 33 : “Saya berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah `Abdul `Aziz
bin Ahmad bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan darinya Makkiy bin
`Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai As Syaikh yang dipercaya, Allahu
A`lam.” Berkata dia: tidak pernah sama sekali dikalangan kami di Baitul Maqdis ini diamalkan
sholat Ar Raghaaib, yaitu sholat yang dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya`ban. Inilah bid`ah
yang pertama kali muncul di sisi kami pada tahun 448 H, dimana ketika itu datang ke tempat
kami di Baitil Maqdis seorang laki laki dari Naabilis dikenal dengan nama Ibnu Abil Hamraa`,
suaranya sangat bagus sekali dalam membaca Al Quran, pada malam pertengahan (malam
keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan sholat di Al Masjidil Aqsha dan sholat di
belakangnya satu orang, lalu bergabung dengan orang ketiga dan keempat, tidaklah dia
menamatkan bacaan Al Quran kecuali telah sholat bersamanya jama`ah yang banyak sekali,
kemudian pada tahun selanjutnya, banyak sekali manusia sholat bersamanya, setelah itu
menyebarlah di sekitar Al Masjidil Aqsha sholat tersebut, terus menyebar dan masuk ke rumah
rumah manusia lainnya, kemudian tetaplah pada zaman itu diamalkan sholat tersebut yang seolah
olah sudah menjadi satu sunnah di kalangan masyarakat sampai pada hari kita ini. Dikatakan
kepada laki laki yang pertama kali mengada-adakan sholat itu setelah dia meninggalkannya,
sesungguhnya kami melihat kamu mendirikan sholat ini dengan jama`ah. Dia menjawab dengan
mudah : “Saya akan minta ampun kepada Allah Ta`ala.”

Kemudian berkata Abu Syaamah : “Adapun sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul
Maqdis kecuali setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum ini.”
(Al Baa`itsu : hal. 32-33).

Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban

3. Sholat Al Alfiah.
Sesungguhnya As Syaikh Taqiyuddin Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah dimintai
fatwa tentang hal ini, lalu beliau menjawab :
“Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang
diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400
H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya. Lihat Hadist hadist ini
dalam kitab yang disebutkan di atas hal. 100-101, dan hal. 439-440.

Diterjemahkan dari kitab Al Fawaaid Al Majmu`ah, Al Ahadiits Al Maudhu`ah, karya Syaikhul


Islam Muhammad Bin `Ali As Syaukaniy (Wafat : 1250 H)

Puasa Rajab dan Hadits-Haditsnya

Bulan Rajab termasuk bulan-bulan Haram (mulia), karena bulan-bulan Haram terdiri dari Rajab,
Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Orang-orang Arab menghormati bulan-bulan ini. Islam
mengakui ini dan mengharamkan peperangan di dalamnya.

Ketika bulan Rajab datang, banyak orang yang melakukan puasa dengan berbagai macam alasan.
Bagaimana sebenarnya hukum berpuasa pada bulan Rajab dan apa dasarnya? Sesungguhnya
puasa bulan Rajab adalah sunnah karena Nabi SAW bersabda,

‫صكم ممون اَكلرحررمم وواَكترركك‬


‫ْ ر‬،‫صكم ممون اَكلرحررمم وواَكترركك‬
‫ْ ر‬،‫صكم ممون اَكلرحررمم وواَكترركك‬
‫ ر‬.

“Puasalah dalam bulan Haram dan tinggalkanlah, puasalah dalam bulan Haram dan
tinggalkan, puasalah dalam bulan Haram dan tinggalkanlah.”

Beliau bersabda sambil berisyarat tiga jari dengan menggabungkannya lalu merenggangkannya.
(HR. Abu Dawud)

Hadits ini tidak berbicara khusus tentang bulan Rajab, tetapi berbicara tentang bulan-bulan
Haram secara umum. Oleh karena itu, hendaklah dalam berpuasa Rajab mengikuti Sunnah Nabi,
yakni tidak berpuasa penuh, karena Nabi SAW berpuasa satu bulan penuh hanya dalam bulan
Ramadhan. Ibnu Abbas RA berkata, “Nabi SAW tidak berpuasa satu bulan penuh kecuali bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Dan bulan selain Ramadhan dimana beliau melakukan puasa paling banyak daripada bulan-bulan
yang lain adalah bulan Sya’ban. Aisyah RA berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah SAW
menyempurnakan puasa satu bulan kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat beliau lebih banyak
berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari)

Adapun hadits-hadits seputar keutamaan bulan Rajab secara khusus tidak ada yang shahih
sebagaimana yang diterangkan para ulama.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Tabyin al-Ajab (hlm. 11) mengatakan, “Tidak ada hadits
shahih yang dapat dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, puasa bulan Rajab, puasa
tertentu darinya, dan shalat malam tertentu di dalamnya.”
Ibnu Qayyim dalam al-Manar al-Munif (hlm. 96) mengatakan, “Setiap hadits yang berbicara
tentang puasa bulan Rajab dan shalat sebagian malam di dalamnya adalah kedustaan yang
dibuat-buat.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (25/290) mengatakan, “Tentang puasa
Rajab secara khusus, hadits-haditsnya secara keseluruhan dhaif, bahkan maudhu’ (palsu) yang
tidak dijadikan pijakan hukum oleh para ulama. Hadits-haditsnya tidaklah termasuk hadits-hadits
yang boleh diriwayatkan dalam fadha`il al-a’mal (keutamaan-keutamaan amal), bahkan secara
umum termasuk hadits-hadits yang maudhu’.”

Imam Suyuthi dalam al-Amr bil-Ittiba’ (hlm. 17) mengutip pernyataan Imam Abdullah al-
Anshari Syaikh Khurasan. Ia berkata, “Tidak ada hadits shahih tentang keutamaan bulan Rajab
dan puasannya.”

Oleh karena itu, jika kita berpuasa bulan Rajab, kita melakukannya sebagai puasa sunnah di
salah satu bulan Haram, bukan berdasarkan hadits-hadits yang dhaif atau maudhu’ itu. Kemudian
jangan melakukannya sebulan penuh karena Nabi SAW melakukan puasa satu bulan penuh
hanya pada bulan Ramadhan dan puasa beliau yang paling banyak dalam selain Ramadhan
adalah puasa Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah RA. Sesungguhnya kebaikan
yang sempurna adalah kebaikan yang telah dilakukan atau dicontohkan Nabi SAW. Allah SWT
berfirman,

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (al-Ahzab:
21)

Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

‫ب ممون اَكلوجننمة وويربواَّمعرد ممون اَلنناَّمر إملل ووقوكد برييون لورككم‬


‫شكيءء يرقوير ر‬
‫وماَّ بوقموي و‬.

“Tidak ada sesuatu yang tersisa yang mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka
kecuali telah dijelaskan kepada kalian.” (HR. Thabrani)

Anda mungkin juga menyukai