Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Hukum (2009), hukum merupakan keseluruhan
peraturan-peraturan dimana tiap-tiap orang yang bermasyarakat wajib
mentaatinya, sistem peraturan untuk menguasai tingkah laku manusia dalam
masyarakat atau bangsa, Undang-Undang ,ordinasi atau peraturan yang di
tetapkan pemerintah dan ditandatangi ke dalam undang-undang
Profesi dapat diartikan sebagai bidang pekerjaan yg dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu sebagai contoh, dokter, dokter
gigi, apoteker, SKM, SKp, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, bidan,
perawat dan lain lain. Profesi tersebut dapat dikelompokkan menjadi
beberapa golongan profesi, salah satunya merupakan profesi kesehatan.
Profesi kesehatan adalah pekerjaan yang memenuhi kriteria: Diberikan
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan kepada klien maupun tenaga
kesehatan lain; mempunyai pendidikan formal untuk memperoleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan; melaksanakan pelayanan melalui kode
etik dan standar pelayanan yang diakui masyarakat profesional (Darwin. E.
dkk, 2014).
Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di
yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa
kebaikan itu adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu
apabila ia dikuasai oleh akal budi dan buruk itu apabila dikuasai oleh hawa
nafsu. (Franz Magnis Suseno, 1997:19) Etika merupakan filsafat praktis,
artinya filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku
manusia dengan memperlihatkan apa yang harus kita lakukan. Sifat praktis itu
bertahan sepanjang sejarah filsafat.
Sejarah etika sudah sering digambarkan dan sempat mengisi beberapa
buku tebal. Bahkan banyak gejala menunjukan bahwa di zaman kita minat
terhadap etika tidak berkurang tapi justru bertambah. Sebabnya tentu karena

1
kita lebih dari generasi-generasi sebelumnya yaitu dengan menghadapi
berbagai masalah moral yang baru dan berat. Masalah-masalah itu
ditimbulkan karena perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, tapi juga karena perubahan sosio-budaya yang mendalam dan pada
waktu yang bersamaan berlangsung di mana-mana dalam masyarakat modern.
Untuk lebih mengetahui perubahan perubahan yang di sebutkan tadi
kemungkinan akan di kaitkan dengan perubahan dalam etika medis yang
dewasa ini sering diperbincangkan di masyarakat luas karena seiring dengan
perubahan zaman masyarakat juga lebih peka terhadap kondisinya sekarang
dibandingkan waktu sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Etika dan Etika Profesi?
B. Bagaimana Jenis-Jenis Etika?
C. Apa Profesi Farmasi?
D. Bagiman Standar dan Kode Etik Apoteker?

1.3 Tujuan

A. Mengetahui Pengertian Etika dan Etika Profesi


B. Mengetahui Jenis-Jenis Etika
C. Mengetahui Profesi Farmasi
D. Mengetahui Standar dan Kode Etik Apoteker

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi


Menurut Qohar (2012), Etika Profesi adalah kesanggupan untuk secara
seksama berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan
kesungguhan, kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan
keahlian dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para warga masyarakat yang
membutuhkannya, yang bermuatan empat kaidah pokok.
Menurut Keraf (2005:14) Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang
dalam bentuk jamaknya ta etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseoang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola yang
terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
Menurut Priharjo (1995), etika merupakan suatu disiplin yang diawali
dengan mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan memutuskan
perilaku manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi
perilaku yang baik terhadap suatu situasi yang dihadapi.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which
can act as the performance index or reference for our control system”.
Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan atau standar
yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya.

3
2.2 Jenis-Jenis Etika
Etika di bagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Etika deskriptif
Etika deskriptif merupakan penggambaran atau pelukisan tingkah
laku moral secara kritis dan rasional secara menyeluruh atau universal.
Etika deskriptif tidak memberikan penilaian, tetapi menggambarkan atau
pelukisan moralitas pada individu tertentu, kebudayaan tertentu dan dalam
waktu tertentu. Etika deskriptif berkaitan dengan adat istiadat, kebiasaan,
anggapan baik ataupun buruk, tindakan yang diizinkan dan yang tidak
diizinkan untuk dilakukan dalam suatu kebudayaan, serta kebudayaan dan
subkultur tertentu yang terjadi pada suatu periode sejarah.
Contoh etika deskriptif yaitu Pandangan terhadap negara Uni Soviet
yang dikenal sebagai negara komunis atau atheis dan Pandangan
masyarakat terhadap praktek pengguguran kandungan yang masih banyak
terjadi.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan penilaian tentang perilaku manusia dan
juga member norma yang menjadi kerangka atau dasar perilaku. Etika
normative bersifat memerintahkan (prespektif), tidak melukiskan
melainkan menentukan benar tidaknya suatu perilaku. Etika normatif
mengandung argumentasi atau alasan atas dasar norma atau latar belakang
perilaku bisa dianggap baik atau buruk, disertai dengan analisis moral dan
dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam
praktek.
3. Meta Etika
Metaetika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata ‘meta’ yang berarti
melebihi atau melampaui. Metaetika merupakan kajian dari etika deskriptif
dan normatif. Metaetika mempelajari tentang logika khusus dari ucapan-
ucapan etis. Metaetika menjelaskan mengenai ciri-ciri dan istilah yang
berkaitan dengan tindakan moral

4
2.3 Profesi Farmasi
International pharmaceutical federation mengidentifikasi profesi farmasi
adalah kemauan individu farmasi untuk melakukan praktek kefarmasian
sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta memenuhi standar profesi
dan etika kefarmasian (ISFI,2005). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai apoteker.
Adapun kewajiban Apoteker:
1. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik
di dalam lingkungan kerjanya.
2. Seorang Apoteker dalam raga kepribadian profesinya harus bersedia
untuk menyumbangka keahlian dan pengetahuannya.
3. Seorang Apoteker hendaknya selalu melibatkan diri di dalam
pembangunan Nasional khususnya di bidang kesehatan.
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan
kesehatan.
2.4 Standar dan Kode Etik Apoteker
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,
mengatur, dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan
Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahawa apoteker dilarang
melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker. Oleh karena itu
apoteker harus memahami isi kode etik apoteker. Kode etik apoteker dibagi
menjadi 3 bagian utama yaitu :
1. Kewajiban apoteker terhadap masyarakat dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian.

2. Kewajiban apoteker terhadap rekan sejawat.

5
3. Kewajiban apoteker terhadap rekan kesehatan lainnya.

a. Prinsip-prinsip etika profesi


1. Prinsip tanggung jawab

JawabTerhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.


Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2. Prinsip keadilan

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.

3. Prinsip Otonomi

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

b. Tujuan kode etik profesi


1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
c. Fungsi dari kode etik profesi
1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab
terhadap pasien, klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya.
2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan
apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-
dilema etika dalam pekerjaan

6
3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama
dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-
kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu.
4. Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan
moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika
menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika
(kode etik) profesi dalam pelayanannya.
5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan
integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.
6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan
hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar
kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk
organisasi profesinya

7
BAB III

PEMBHASAN

Menurut Qohar (2012), Etika Profesi adalah kesanggupan untuk secara


seksama berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan
kesungguhan, kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan
keahlian dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para warga masyarakat yang
membutuhkannya, yang bermuatan empat kaidah pokok.
Menurut Keraf (2005:14) Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang
dalam bentuk jamaknya ta etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseoang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola yang
terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
Etika di bagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Etika deskriftif
2. Etika normatif
3. Meta etika
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,
mengatur, dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela. Kode etik
apoteker dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
1. Kewajiban apoteker terhadap masyarakat dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian.

2. Kewajiban apoteker terhadap rekan sejawat.

3. Kewajiban apoteker terhadap rekan kesehatan lainnya.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya ta
etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseoang maupun
pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat
International pharmaceutical federation mengidentifikasi profesi farmasi
adalah kemauan individu farmasi untuk melakukan praktek kefarmasian
sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta memenuhi standar profesi
dan etika kefarmasian (ISFI,2005). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai apoteker.
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,
mengatur, dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan
Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahawa apoteker dilarang
melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker. Oleh karena itu
apoteker harus memahami isi kode etik apoteker.

4.2 Saran

Saya menyadari bahwa pembuatan paper ini masih belu, sempurna,


untuk itu saya mengharapakan keritik dan saran dari dosen pengampu
khususnya dan para pembaca umumnya. Dan juga semoga paper ini
bermanfaat untuk penulis khusnya dan pembaca umumnya.

Anda mungkin juga menyukai