Anda di halaman 1dari 3

Secara keseluruhan biasanya hasil belajar akan tampak berupa:

1.Kebiasaan, seperti peserta didik belajar bahasa berkali menghidari kecendrungan


penggunaan kata atau struktur yang keliru sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2.Keterampilan, seperti menulis dan berolahga yang bersifat motoric, keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indra-indra secara objektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
4. Berfikir Asosiatif yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan
menggunakan daya ingat.
5. Berfikir Rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” why.
6. Sikap yakni kecendrungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).

9.Perilaku Afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih,
gembira, kecewa, senang, benci, khawatirdan sebagainya1

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar

Pelaksanaan interaksi belajar mengajar dikelas seharusnya sesuai dengan apayang


tertera didalam perencanaan pembelajaran, namun hal tersebut tidaklah selalu berjalan sesuai

1
Deni kurniawan, dkk. Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan Komunikasi (Depok: PT RAJA GRAFINDO
PERSADA, 2011), hlm.11-12
perencanaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar
didalam kelas diantaranya :

a. Faktor Guru

b. Faktor Siswa

c. Faktor Kurikulum

d. Faktor Lingkungan

Paradigma Baru Penyelenggaraan Pendidikan

1. Pendidikan Berorientasi pada Kecakapan Hidup (Life Skill)

Kecakapan hidup (lifeskill) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mau dan
berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya
mampu mengatasinya. Kecakapan hidup (lifeskill) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja,
apalagi sekedar keterampilan manual.orang yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan
hidup, karena akan tetap menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Maka dari itu
dalam hidup dimana pun atau kapan pun orang akan selalu menghadapi masalah yang harus
dipecahkan. Inilah pentingnya kecakapan hidup (lifeskill).

Kecakapan hidup dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Kecakapan mengenal diri (Self Awareness) yang sering disebut kemampuan personal
(Personal Skill)

b. Kecakapan berfikir rasional (Thinking Skill)

c. Kecakapan Sosial (Social Skill)

d. Kecakapan Akademik (Academic Skill)

e. Kecakapan Vokasional (vocational Skill)


kecakapan mengenai diri (Self awareness), yang sering disebut kemampuan personal
(personal skill) mencangkup (1) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat,
warga negara dan (2) menyadari dan mensyukuri kelebihan yang dimilikinya.2

Kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus


komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing,
penguasaan pengetahuan dan teknologi menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu
bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah berubah dari modal fisik atau sumber daya
alam ke modal intelektual, pengetahuan, social dan kepercayaan. Hal ini membutuhkan
pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (lifeskill), yaitu yang memberikan keterampilan,
kemahiran dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik, sehingga selalu mampu
bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya.
Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini melalui pendidikan formal disekolah
maupun yang bersifat informal yang akan membuatnya menjadi masyarakat berpengetahuan
yang belajar sepanjang hayat (life long learning).3

2
Elham Rohmanto dan Zainal Aqib, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah (Bandung:CV.
YRAMA WIDYA, 2007), hlm.40-41

3
Ibid., hlm.123-124

Anda mungkin juga menyukai