Kwu Print Ya
Kwu Print Ya
Disusun Oleh :
Kelompok 5/3B
Pak Arifin :”Di seberang itu rumah saya. Kebetulan kita di luar negeri juga ada,
di gedung tertinggi di dunia, di Burj Khalifa”.
Pak Arifin : “Sini, di Rita kami mau buka, terus satu lagi kecil di depan
kecamatan. Kita udah jalan 7 bulan tapi sudah 3 tempat yang kami buka”.
Pak Arifin :” Eee...jadi kita kan satu orang pribumi, yang kedua umur itu sudah
mapan kepala 5 jadi kalo orang hidup kerja kerja kerja sampai mati pun tetep
kerja, jadi harus bisa usaha, gituu. Sedangkan dalam ajaran Islam kan agama
mengatakan tangan di atas itu lebih mulia dari tangan yang di bawah”.
Fajrul : “Maaf nih pak sebelumnya pekerjaannya emang buka usaha ini atau ada
pekerjaan lain?”
Pak Arifin : “saya mulai umur 22 tahun, saya sudah ada di saudi arabia. Itu foto
saya saat masih muda itu. Saya bisa haji bisa umroh. Jadi anak muda itu pertama
itu dikala muda harus mau bekerja keras. Step pertama itu orang harus berkerja
keras, setelah bekerja keras kita harus bisa mandiri dan harus bisa
memperkerjakan orang. Itu seperti itu...”
Gilang : “Terus kenapa Pak Arifin itu lebih memilih berjualan bakso gak bikin
usaha yang lain?”
Pak Arifin : “siapa saja itu sebenarnya bisa bekerja dan bisa usaha bisa
memproduksi. Ini tangan saya bisa melakukan pengobatan beberapa macam
terapi. Dan kitapun memberikan service terapi juga kita itu free. Artinya itu kita
memberikan suatu nilai sosial bahwa kita kalo memang.. mampu ya kita
membantu kepada sesama”.
Fajrul : “betul pak, lalu Untuk modal awalnya membangun usaha ini darimana
pak?”
Pak arifin :”contohnya kita punya 3 kran mata air, satu kran mata air saya
gunakan untuk makan keluarga satu kran lagi untuk mengembangkan usaha, satu
mata air lagi kita gunakan untuk.. apa namanya.. sosial. Itu seperti itu.. jadi kalo
yang ini kita tidak begitu jalan ada yang lain jalan. Membangun relationship itu
tidak butuh waktu yang sebentar”
Pak arifin : “awal usaha kita di dubai, di dubai saya liatkan ya fotonya. Ini salah
satu restoran saya yang ada di sana..yang ada di dubai. Ini saya waktu enam tahun
yang lalu”.
Pak Arifin : “kita ada staff orang Medan, ada orang India, ada orang Bangladesh
kita punya karyawan 6 orang disana. Termasuk istri saya ada disana, jadi saya pun
mungkin tahun depan saya kesana dua bulan tiga bulan tinggal disana, dengan
harapan setelah disini sudah ada yang bisa memegang bisa menjalankan, seperti
itu...”
Gilang :” Kalau di sini ada berapa karyawan pak?”
Pak arifin : “sementara kita karyawan basic nya hanya sebagai pekerja. Kalau
menganai management keuangan semua saya yang pegang, seperti itu...”
Fajrul : “kalau pemasaran pak..e.. ada kaya selembaran atau disebar di media
sosial mungkin pak?”
Pak Arifin :” kita punya facebook, facebook itu sebagai sarana untuk..untuk e..
memasarkan produk juga memberikan informasi kepada pelanggan. Kita punya
terapi center untuk sarana juga..untuk memberikan informasi”.
Pak arifin :” ooh tentu.. kita paling susah itu ketemu dengan e...dengan
masyarakat yang mereka latar belakang pendidikannya itu sangat rendah. Jadi
contohnya kaya gini, saya mendidik kepada mereka dalam waktu 3 bulan untuk
belajar masak. Setelah mereka bisa kemudian mereka keluar tiba-tiba keluar
alasan gak boleh sama istrinya alasan..pengen istirahat, setelah diketahui mereka
buka usaha sendiri. Tapi nikmati aja bahwa semuanya itu kita kembalikan lagi
dengan tujuan visi dan misi diantaranya juga untuk sosialisasi, kita bersosial. Itu
seperti itu...”
Pak arifin :” pendapatan...kita biasanya kalau hari minggu bagus. Hari senin
kurang bagus..gak tentu. Jadi naik turun”.
Pak arifin :” kalo musim libur bagus. Kaya kemaren hari minggu juga bagus.
Kaya jam sekolah jam segini sini sepi tapi kita yang di Rempoah rame itu seperti
itu..”
Shinta : “Jadi...awal mulai usahanya kan di dubai ya pak, modal usaha awal itu
darimana pak untuk bikin usaha disana?”
Pak arifin : “saya modal pertama kali itu..saya kerja itu kalo pagi ya, pagi saya
kerja dengan profesi sebagai tukang masak. Pas hari liburnya saya jualan sendiri.
Itu pengumpulan modalnya itu disitu. Nah dalam hal mencari identitas orang
pengen maju itu kita itu harus belajar mandiri. Jangan sampe kita mempunyai
gengsi. Menciptakan lapangan pekerjaan kan lebih mulia daripada..kita duduk
manis minta-minta sama orang tua terus”.
Gilang : “pak berarti kalau disini emm.. bakso-baksonya itu bapak mengolah
sendiri ya pak..”
Pak arifin : “iya.. saya yang masak bikin tapi ada yang karyawan yang
menghidangkan”.
Gilang : “untuk kaya aspek kesehatan lingkungan sama higienitas dari tempat
usaha bapak disini itu bagaimana sih pak?”
Pak arifin : “makanan saya itu standarnya sudah internasional ya.. jadi..saya
makanan yang kalo yang sudah lebih dari dua hari itu sama saya saya buang, saya
masukan ke kolam untuk makan ikan. Kadang misalnya masih layak untuk
dimakan saya kasihkan sama yang bekerja buat dibawa pulang, begitu aja..”
Fajrul : “ya.. emm.. saya kira dari kami sudah cukup kami tanyakan semua.
Terimakasih atas informasi yang diberikan. Kami harap kedepannya usaha yang
bapak bikin semakin maju”.