Anda di halaman 1dari 19

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Sektor Publik

Disusun oleh:
Dewi Aprilianti 31620723
Reri Antoni 31620722

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah tentang “Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik” ini disusun dalam
rangka memeneuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik.
Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Saya sebagai penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi saya selaku
penyusun makalah pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta bisa menjadi
tambahan referensi di bidang ilmu Komunikasi Data bagi penyusun makalah di masa yang
akan datang.

Bandung, Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................6
BAB II STADAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK..........7
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik...................7
2.2 Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik.....8
2.3 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor
Publik di Indonesia............................................................................8
2.4 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik.......................8
2.5 Pertimbangan Pemilihan Dasar Akrual.............................................9
2.6 Keuntungan Dasar Akrual.................................................................9
2.7 Standar Akuntansi Pemerintahan......................................................10
2.7.1 Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan..............................11
2.7.2 Tujuan dan Strategi KSAP......................................................12
2.7.3 Pelaporan Keuangan................................................................13
2.7.4 Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan.........................14
2.7.5 Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan..................14
2.7.6 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan...........................16
2.7.7 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan......................16
2.7.8 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan.......................................17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................18
3.1 Kesimpulan........................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Partisipasi masyarakat yang lebih besar merupakan perwujudan dari tuntutan
Akuntabilitas Publik dan Otonomi Daerah. Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Kawedar, 2011:11)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004, adalah 2 (dua) undang-undang yang berupaya mewujudkan otonomi daerah
yang lebih luas. Sebagai Penjabaran dari otonomi tersebut di bidang administrasi keuangan
daerah, berbagai peraturan operasional juga telah dikeluarkan. Beberapa peraturan yang
relevan itu adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan Dekosentrasi dan
Tugas Pembantuan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD.
Arti penting akuntabilitas dalam tata pemerintahan yang baik sudah disadari dan sudah
direflesikan dalam berbagai peraturan pemerintah diatas. Akan tetapi, rincian penyajian
Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah yang antara lain berisikan Neraca, Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas masih harus ditingkatkan kualitasnya.
Ditinjau dari uraian diatas, problematika yang dihadapi lebih pada kapasitas teknis,
dimana kajian kebijakan politik masih dibutuhkan. Secara teknis, pemahaman konsep, sistem
dan prosedur akuntansi masih perlu diperdalam secara terpisah dari konteks regulasi.

4
Sementara itu, konsekuensi logis dari reformasi regulasi mulai terlihat dari berbagai peraturan
pelaksana, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000. Ide pembaharuan dapat
dirinci sebagai berikut:
a. Reformasi anggaran melalui perubahan struktur dan format anggaran, proses penyusunan
anggaran, perubahan administrasi pelaksanaan, serta penerapan standar akuntansi.
b. Reformasi pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan dana,
prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan pembelanjaan
defisit.
c. Reformasi pelaporan melalui pengembangan standar akuntansi pemerintah,
penyederhanaan sistem dan prosedur akuntansi, proses audit internal dan eksternal, dan
pengembangan pelaporan kinerja.
Kata kunci dari seluruh agenda reformasi keuangan diatas adalah orientasi hasil.
Orientasi hasil merupakan asumsi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang menekankan
pada pembuktian kinerja. Secara khusus, di pasal 8 dan pasal 20 ayat 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 105 Tahun 2000, mekanisme pengukuran kinerja dilakukan sejak awal penyusunan
anggaran daerah (APBD) melalui penentuan tolak ukur yang akan digunakan (Bastian, 2005:
129-130)
Jadi intinya, yang menjadi dasar kebutuhan standar akuntansi keuangan sektor publik
adalah rincian penyajian Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah yang antara lain
berisikan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas masih harus
ditingkatkan kualitasnya. Sehingga secara teknis, pemahaman konsep, sistem dan prosedur
akuntansi masih perlu diperdalam. Pada akhirnya muncul reformasi regulasi yang terlihat dari
berbagai peraturan pelaksana .
Ide pembaharuan tersebut berupa reformasi anggaran, pendanaan dan pelaporan. Di
dalam reformasi anggaran diperlukan penerpan standar akuntansi dan dalam reformasi
pelaporan diperlukan pengembangan standar akuntansi. Kata kunci dari seluruh agenda
reformasi keuangan diatas adalah orientasi hasil. Pada intinya standar akuntansi dibutuhkan
untuk meningkatkan hasil berupa kinerja keuang sektor publik. Selain itu terdapat batas
waktu bagi pemerintah daerah untuk dapat menyajikan laporan keuangan tersbut sehingga
diperlukan pedoman akuntansi berupa standar akuntansi keuangan sektor publik.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat makalah dengan judul “Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik”.

5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?
2. Apa Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?
3. Bagimana Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia ?
4. Apa Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?
5. Bagimana Pertimbangan Pemilihan Dasar Akrual ?
6. Apa Keuntungan Dasar Akrual ?
7. Apa itu Standar Akuntansi Pemerintahan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulis melakukan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
2. Untuk mengetahui Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
3. Untuk mengetahui Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik di
Indonesia
4. Untuk mengetahui Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
5. Untuk mengetahui Pertimbangan Pemilihan Dasar Akrual
6. Untuk mengetahui Keuntungan Dasar Akrual
7. Untuk mengetahui Apa itu Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II

6
STADAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Standar Akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur
perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para
pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang
digunakan untuk mengimplementasikan standar. Standar akuntansi sangat diperlukan untuk
untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang
memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas
informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam
pengauditan (Mardiasmo, 2009:148-149).
Standar akuntansi keuangan merupakan salah satu standar akuntansi. Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) adalah aturan-aturan yang harus digunakan di dalam pengukuran dan
penyajian laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal. Sektor Publik adalah suatu
entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Sehingga standar akuntansi keuangan sektor publik dapat didefinisikan sebagai aturan-
aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk
kepentingan pihak eksternal oleh suatu entitas yang akitvitasnya berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.

2.2 Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Tujuan penyusunan standar akuntansi keuangan sektor publik adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan pemerintah daerah yang berlaku saat ini,
terutama dengan pemberlakuan otonomi daerah yang baru.
b. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan
klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuai
dengan siklus kegiatan pemerintah daerah yang mencakup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporan (Bastian, 2005:130).

2.3 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

7
di Indonesia
Pada tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntansi Sektor Publik (IAI-
KASP) telah mengembangkan serangkaian standar-standar akuntansi yang direkomendasikan
untuk digunakan pada entitas-entitas sektor publik yang dinamakan Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Dalam standar ini, IAI-KASP telah berusaha melakukan
harmonisasi terhadap akuntansi, laporan keuangan dan auditing antara yurisdiksi dan mana
yang paling tepat, antara sektor publik dengan sektor swasta, dan untuk mengharmonisasikan
laporan keuangan antara accounting basis dan economic basis.
SAKSP dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku ditingkat internasional
dengan harapan tencapainya informasi keuangan yang konsisten dan dapat dibandingkan
untuk semua yurisdiksi. Walaupun dalam praktek dan aplikasi prinsip-prinsip akuntansi dan
manajemen keuangan pada entitas sektor publik dapat terjadi baik pada entitas dengan level
yurisdiksi yang sama maupun yang berbeda. Semuanya tergantung pada kebijakan dan
praktik yang ada.
Selama ini aktivitas sektor publik dikelola dengan kualitas informasi keuangan yang
belum baik. Tidak terdapat informasi atas asset dan liabilities dan hanya memperlihatkan item
revenue seperti penjualan atas unit bisnis atau aset pemerintah. Sehingga informasi yang
tersedia acap kali tidak andal, tidak diaudit dan hanya dapat dipakai sebagai pertimbangan
keputusan untuk periode setelah periode pelaporan tersebut.
Penerapan SAKSP akan mengarahkan sistem akuntansi dan manajemen keuangan
pemerintah yang lebih baik. Jadi laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai informasi
yang lebih baik dan forecasting serta budgeting yang lebih realiabel sama seperti manajemen
terhadap sumber daya ekonomis (Bastian, 2005:130-131).

2.4 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) :
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan pemerintah.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan.
c. Meningakatkan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang
sama (Bastian, 2005:131).

2.5 Pertimbangan Pemilihan Dasar Akrual

8
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik telah memilih dasar akrual sebagai basis
pencatatan akuntansi. Dasar akrual mengakui transaksi dan kejadian pada saat transaksi dan
kejadian tersebut terjadi. Elemen-elemen dalm dasar akrual yang diakui adalah aktiva,
kewajiban, net worth, pendapatan, dan biaya. Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada
pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas. Akuntansi
dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna tentang sumber daya yang dikendalikan
oleh suatu entitas, biaya dalam menjalankan operasinya, informasi lain yang terdapat pada
posisi keuangan dan perubahannya, serta informasi yang dapat digunakan untuk menilai
entitas tersebut beroperasi secara ekonomis dan efisien.
Model Pelaporan terdiri dari: Neraca, Laporan Kinerja Keuangan, dan Laporan Arus
Kas. Materialitas merupakan konsep dalam pelaporan keuangan yang menghubungkan
karakteristik-karakteristik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitas laporan
keuangan akrual dapat diukur : dapat dipercaya, relevan pada kebutuhan pemakai, mudah
dipahami, jelas dan akurat, disajikan menurut periodisasi, konsisten, komparabilitas diantara
entitas yang sama, dan materialitas. Materialitas , informasi dikatan material apabila kelalaian
dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.

2.6 Keuntungan Dasar Akrual


a. Tujuan umum pelaporan keuangan dasar akrual mempunyai peran akuntabilitas dan
peran informatif sehingga laporan keuangan memberikan informasi kepada pengguna
tentang :
1. Penilaian kinerja, posisi keuangan, dan aliran arus kas suatu entitas
2. Menilai kepatuhan entitas terhadap undang-undang, regulasi, hukum dan perjanjian
kontrak yang berkait dengan pelaporan kinerja keuangan serta jasa, posisi keuangan,
dan aliran arus kas
3. Pengambilan keputusan tentang penggunaan sumber daya dalam menjalankan
usahanya
b. Dalam kontes sektor publik, akuntansi dasar akrual memberikan informasi bahwa:
1. Pemerintah menerapkan akuntanbilitas untuk sumber daya yang digunakannya.
2. Pemerintah menerapkan akutabilitas untuk manajemen atas aktifa dan kewajiban yang
diakui dalam laporan keuangan
3. Menunjukkan bagaimana sektor publik membiayai kegiatannya dan memenuhi
persyaratan kas-nya.
4. Mengizinkan publik untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah dalam membiayai
aktivitasnya dan memenuhi segala kewajiban serta komitmennya.

9
5. Menunjukkan kondisi keuangan pemerintah dan perubahan dalam kondisi keuangan
tersebut.
6. Informasi yang disajikan berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam biaya
pelayanan jasa kepada publik, efisiensi, dan pencapaiannya/accomplishments
c. Manajemen sektor publik mensyaratkan informasi seluruh posisi keuangan dan informasi
rinci atas aktiva dan kewajiban untuk:
1. Mengambil keputusan tentang kelayakan jasa yang ingin diberikan.
2. Menerapkan akuntabilitas kepada publik untuk mengelola aktiva dan kewajibannya.
3. Perencanaan pendanaan atas pemeliharaan dan penggantian aktiva.
4. Perencanaan pelunasan dan kelangsungan kewajiban.
5. Pengelolaan posisi kas dan pembelanjaan.
d. Manajemen sektor publik perlu mengetahui pengaruh keputusan yang lalu terhadap
posisi keuangan saat ini, dan pengaruh keputusan saat ini terhadap posisi keuangan masa
datang.informasi ini dapat diperoleh jika tersedia informasi yang rinci atas aktiva dan
kewajiban.
e. Para manajer organisasi sektor publik acapkali dipercaya mengelola aktiva dan
kewajiban, sehingga mereka perlu menentukan cara paling efisien dalam menggunakan
aktiva, pengendalian kewajiban, pelaporan atas pengelolaannya.
f. Akuntansi akrual mensyaratkan organisasi memelihara pencatatannya atas aktiva dan
kewajibannya, termasuk informasi berhubungan dengan kepemilikkan dan pengendalian,
yang merupakan isyarat yang tepat atas aktiva dan kewajiban.

2.7 Standar Akuntansi Pemerintahan


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

2.7.1 Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan


Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) :

1. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintahan yang telah diterima secara umum.
Hal diatur dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
mensyaratkan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan

10
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
2. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1 Tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut kepada komite
standar yang independen, dengan keputusan presiden tentang komite standar akuntansi
pemerintah.
3. Sesuai amanat Undang-Undang di atas, Presiden menetapkan Keputusan Presiden RI
Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi pemerintah (KSAP) tertanggal 5
Oktober 2004 dan terakhir diubah dengan Keputusan Presiden RI Nomor 2 tahun 2005
tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahaan. Keppres menguatkan KSAP dibentuk oleh Menteri Keuangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 308/KMK.012/2002 tentang Komite
Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertanggal 13 Juni 2002.
4. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite
konsulatif bertugas memberi konsultasi dan pendapat dalam rangka perumusan konsep
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite Kerja
bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. KSAP menyampaika konsep
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan kepada Menteri Keuangan
untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.
5. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi diterpakan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
6. Selain menyusun SAP,KSAP juga berwenang menerbitkan berbagai publikasi lainnya,
seperti IPSAP (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah) dan Buletin Teknis.
7. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman dan informasi lebih lanjut yang akan
diterbitkan oleh KSAP guna memudahkan pemahaman dan penerapan SAP, serta untuk
mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun masalah-masalah
akuntanasi maupun pelaporan keuangan.
Menurut PP No 71 Tahun 2010 Pasal 3 Ayat (1) IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan
lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah tafsir pengguna PSAP. Buletin Teknis
SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara
teknis penerapan PSAP dan/atau IPSAP.

2.7.2 Tujuan dan Strategi KSAP

11
1. KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan
pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi, termasuk
mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut.
Yang dimaksud akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Kawedar, 2011:11).
Yang dimaksud dengan andal adalah informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan materil, meyajkan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menghasilkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralisasi
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu (Kawedar, 2011:11).
2. Dalam mencapai tujuan KSAP mengacu pada praktik-praktik terbaik internasional,
diantaranya dengan mengadaptasi International Public Sector Accouting Standar (IPSAS)
diterbitkan oleh International Federaion of Accountant (IFAC).
3. Secara prinsip pengembangan SAP berorientasi pada IPSAS, namun disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku, praktik-
praktik keuangan serta kesiapan sumber daya para pengguna SAP.
4. Strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju
akrual (cash towards accrual). Dengan basis ini pendapatan, belanja dan pembiayaan
dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan
basis akrual.
5. Proses transisi standar menuju akrual diharapkan selesai pada tahun 2007.
6. Menyusun SAP, KSAP menggunakan materi/referensi yang dikeluarkan oleh:
a. International Federation of Accountants
b. International Accouting Standards Committee
c. International Monetary Fund
d. Ikatan Akuntansi Indonesia
e. Financial Accounting Standards Board-USA
f. Governmental Accounting Standards Board-USA
g. Pemerintah Indonesia berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara

12
h. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan,
akuntansi, dan audit pemerintahan.

2.7.3 Pelaporan Keuangan Pemerintah


1. Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum pelaporan
keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakainya. Penggunaan
istilah “laporan keuangan” semua laporan dan berbagai penjelasannya yang mengikuti
laporan tersebut.
Tujuan Umum pelaporan keuangan adalah menyajikan informasi keuangan perusahaan.
Tujuan khusus yang dimaksud adalah kebutuhan pihak tertentu yang format laporannya
tidak sesuai dengan format SAP. Misalnya saja pelaporan keuangan dengan format
Permendagri.
2. Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas pelaporan
dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun untuk kebutuhan
khusus. KSAP mendorong penggunaan SAP dalam penyusunan laporan keuangan
bertujuan khusus apabila diperlukan.
Yang dimaksud dengan entitas pelaporan adalah unit pemerintah yang teridiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban. (Kawedar:2011:11)

2.7.4 Kedudukan SAP


Kedudukan SAP dibagi meanjadi dua macam :
1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keungan Negara, SAP ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintahan.
2. Setiap entitas pelaporan pemerintahan pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan
SAP. Selain itu, diharapkan juga adanya upaya pengharmonisasian atas berbagai peraturan
baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan SAP.

2.7.5 Ruang Lingkup SAP


1. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan yaitu, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
unit organisasi di lingkungan peamerintah pusat/daerah. Jika menurut peraturan
perundang-undangan unit organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
2. Keterbatasan dari penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit pada setiap standar
yang diterbitkan.

13
3. Proses penyiapan SAP (Due Process) merupakan mekanisme prosedural yang meliputi
tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam stiap penyusunan Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh komite.
4. Proses penyiapan SAP berlaku umum saeacara internasional dengan penyesuaian terhadap
kondisi yanga ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan
kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan
melaksanakan standar yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP sebagai berikut :
a. Identifikasi Topik untuk dikembangkan menjadi standar. Tahap ini merupakan proses
pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan yang berkembang dan
memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi pemerintahan.
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP. Pokja bertugas membahas
topik-topik yang telah disetujui. Keanggotan pokja berasal dari berbagai instnasi yang
kompeten di bidangnya.
c. Riset terbatas oleh Kelompok Kerja. Pokja melakukan riset terhadap literatur-literatur
standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-parktik akuntansi yang
sehat, serta peraturan-peraturan dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
topik yang akan dibahas.
d. Penulisan Draf oleh Kelompok Kerja. Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan
lainnya, Pokja menyusun draft SAP. Draft yang telah selesai disusun selanjutnya
dibahas oleh Pokja secara mendalam.
e. Pembahasan Draft oleh Komite Kerja. Draf yang telah disusun oleh Pokja tersebut
dibahas oleh angota komite kerja. Pembahasan ini lebih diutamakan pada substansi dan
implikasai penerapaan standar dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi
standar akuntansi yang berkualitas. Dalam pembahasan ini tidak menutup kemungkinan
terjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh Pokja. Pada tahap ini,
Komite Kerja juga melakukan diskusi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
menyampaikan persepsi.
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan. Komite Kerja berkonsultasi
dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasi
SAP.
g. Peluncuran Draf Publikasi SAP (Exosure Draft). KSAP melakukan peluncuran draf
SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholder, antara lain masyarakat,
legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh
tanggapan.
h. Dengar Pendapatan Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearing). Dengan pendapat dilakukan dua tahap yaitu dengar pendapat terbatas dan

14
dengar pendapat publik. Dengar pendapat terbatas dilakukan dengan mengundang
pihak-pihak dari kalangan akdemisi, pratiksi, pemerhati akuntansi pemerintahan utnuk
memperoleh tanggapan/masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian.
Dengar pendapat publik merupakan proses dengar pendapat dengan maasyarakat yang
berkepetingan terhadap SAP. Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta tanggapan
masyarakat terhadap draf SAP.
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf Publikasian. KSAP melakukan
pembahasan atas tanggapan atau masukan yang diperoleh dari dengar pendapat
terbatas, dengar pendapat publik dan maasukan lainnya dari berbagaai pihak untuk
menyempurnakan draf publikasian.
j. Finalisasi Standar. Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan
pertimbangan dari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir dari
penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi, maupun bahasa. Finalisasi setiap
PSAP ditandai dengan penandatanganan draft PSAP oleh seluruh anggota KSAP.

2.7.6 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan


1. Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP melalui pemerintah, meminta
pertimbangan BPK RI atas draf SAP. Komite Konsultatif selanjutnya mengusulkan kepada
Presdien draf SAP Final melalui Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Pemerintah.
2. Sosialisasi Awal Standar
Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, SAP selanjutnya dipublikasikan dan
distribusikan kepada publik termasuk masyarakat, institusi, serta perwakilan organisasi.
Selain itu, KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk
sosialisasi awal yang dilakukan berupa seminar/diskusi dengan para pengguna, program
pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT), dan lain-lain
3. Bahasa
Seluruh draf dan standar, termasuk intepretasi dan buletin teknis diterbitkan oleh KSAP
dalam bahasa Indonesia. Proses pengalihan bahasa ke bahasa lain harus dikonfirmasikan
kepada KSAP. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Buletin
Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman
bagi pengguna.

2.7.7 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

15
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merumuskan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya adalah
sebagai acuan bagi:

a) Penyusunan standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakannya tugasnya;


b) Penyusunan laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar;
c) Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan
d) Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal apabila terdapat masalah
akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam hal terjadi
pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi yang diunggulkan adalah relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan
standar akuntansi di masa depan.

2.7.8 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan


Isi Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari yang tertera dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual
adalah 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), sebagai berikut:
1) PSAP 01- Penyajian Laporan Keuangan
2) PSAP 02- Laporan Realisasi Anggaran
3) PSAP 03- Laporan Arus Kas
4) PSAP 04- Catatan atas Laporan Keuangan
5) PSAP 05- Akuntansi Persediaan
6) PSAP 06- Akuntansi Investasi
7) PSAP 07- Akuntansi Aset Tetap
8) PSAP 08- Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9) PSAP 09- Akuntansi Kewajiban
10) PSAP 10- Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan Mendasar, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
11) PSAP 11- Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi

16
12) PSAP 12- Laporan Operasional.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Standar akuntansi keuangan sektor publik dapat didefinisikan sebagai aturan-aturan yang
harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan
pihak eksternal oleh suatu entitas yang akitvitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak
publik.
2. Tujuan SAKSP adalah menyediakan pedoman akuntansi yang diharapkan dapat diterapkan
bagi pencatatan transaksi keuangan dan dilengkapi dengan klasifikasi rekening dan
prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuai dengan siklus kegiatan
pemerintah daerah yang mencakup penganggaran, perbendaharaan, dan pelaporan.
3. Perkembangan SAKSP dimulai dengan Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntansi Sektor Publik (IAI-KASP) pada tahun 2012 mengembangkan serangkaian
standar-standar akuntansi yang direkomendasikan untuk digunakan pada entitas-entitas
sektor publik yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP).
4. Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah Meningkatkan
kualitas dan reliabilitas laporan, Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian,
Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan,
Meningakatkan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang
sama.
5. Pertimbangan pemilihan dasar akrual adalah karena karakteristik kualitas laporan
keuangan akrual dapat diukur, dapat dipercaya, relevan pada kebutuhan pemakai, mudah
dipahami, jelas dan akurat, disajikan menurut periodisasi, konsisten, komparabilitas
diantara entitas yang sama, dan materialitas.
6. Dengan menerapkan SAP berbasis akrual hal ini menunjukan bahwa pemerintah telah
menerapkan akuntanbilitas hal ini merupakan salah satu keunggulan dasar akrual.

17
3.2 Saran
Berdasarkan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari Bab II, maka saran yang
diberikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku harus dijadikan pedoman bagi pemerintah
pusat/daerah untuk melakukan sistem dan prosedur akuntansi.
2. SAP akrual yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan harus dimengerti oleh
semua pelaku ankuntansi, agar tersaji laporan keuangan yang relevan dan andal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga

Kawedar, Warsito dkk. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Semarang:Universitas Diponogoro.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.

19

Anda mungkin juga menyukai