Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensi

semakin meningkat pada usia dewasa hal ini di karenakan dengan pola hidup

yang kurang sehat seperti pola istirahat yang kurang, jarang olahraga, dan pola

makan yang tidak baik bagi kesehatan dan aktifitas sehari-hari yang sibuk

melakukan pekerjaan yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat

gangguan hormonal. Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang

ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan gangguan metabolisme pada

umumnya (Sudoyo, 2015).

Diabetes Mellitus terbagi menjadi dua yaitu Diabetes mellitus tipe I dan

Diabetes mellitus tipe II. Diabetes Mellitus tipe I sangat rentan terhadap

komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua

komplikasi yang erat berhubungan dengan perubahan kadar gula darah, yaitu

terlalu banyak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah

(hipoglikemia). Resiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan

senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolisme tubuh yang

menumpuk (ketoasidosis), dengan risiko mengalami koma diabetik berbeda

dengan DM Tipe II (Sustrani, 2012).

Diabetes Mellitus tipe II, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin,

yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (akibat penurunan

jumlah produksi insulin). Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat

saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka

1
2

dari itu, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi

insulin berkurang. Aktivitas fisik berupa olahraga berguna sebagai kendali gula

darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe II (Ilyas, 2011).

Penderita diabetes melitus tipe II sebagian besar di akibatkan oleh gaya hidup

yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, motivasi diri untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan yang kurang karena pemikiran yang terlalu

tinggi untuk pekerjaan sehari-hari (Arisman, 2011).

Prevalensi penduduk di dunia dengan Diabetes Mellitus diperhitungkan

mencapai 125 juta pertahun, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta

dalam 10 tahun akan mendatang. Data World Health Organization (WHO)

pada tahun 2010, di diamioleh 171 juta penderita Diabetes Mellitus dan akan

meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data WHO tahun

2016 jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia 200 juta jiwa.

Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000

yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya, terjadi

kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2013). Indonesia

menempati urutan ke-empat terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus

di dunia. Pada tahun 2016, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang

mengidap Diabetes Mellitus (Kemenkes RI, 2016).

Diabetes melitus yang paling umum diderita adalah diabetes melitus

tipe II dimana sekitar 90% orang mengalami penyakit ini. Diabetes melitus tipe

II biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa

tua,dewasa obesitas,etnik dan populasi ras tertentu (Black & Hawks, 2014).
3

Pada tahun 2014 ,jumlah pasien diabetes melitus tipe II di Indonesia

sebesar 9 juta jiwa. Angka-angka tersebut menunjukan bahwa jumlah pasien

diabetes tipe II di Indonesia sangat besar dan terus mengalami peningkatan

sebesar 2-3 kali lipat sampai tahun 2030 (Prasetyani, 2014).

Diabetes Mellitus sejak awal harus dicegah kemungkinan komplikasi

kronis sehingga penderita dapat hidup sehat dan wajar serta mengajarkan

pasien melakukan kegiatan mandiri. Pilar utama dalam pengelolaan Diabetes

Mellitus adalah pengaturan pola makan, latihan jasmani, obat berkhasiat

hipoglikemik, dan penyuluhan (Mansjoer, 2011).

Menurut Smeltzer (2012) Penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah

dengan cara memberikan terapi untuk mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi

vaskuler serta neuropati. Selain itu penatalaksanaan Diabetes mellitus ini harus

di perhatikan pola diet, kepatuhan terhadap mengkonsumsi obat-obatan

Diabetes Mellitus. Jika kadar gula dalam darah normal maka pola makan harus

di perhatikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan gula darah pada pasien

yang mengalami Diabetes Mellitus adalah: faktor predisposisi, lama

mengalami DM, tingkat stres dan jenis kelamin (Niven, 2012). Sugondo

(2012), mengatakan bahwa lamanya mengalami Diabetes Mellitus dapat

mempengaruh peningkatan gula darah. Pada usia tersebut sebagian besar

keadaan tubuh seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang kurang, hal ini

dapat terjadi dikarenakan organ tubuh dan kesehatan serta daya tahan tubuh

menurun, sehingga lebih rentan untuk terkena penyakit.


4

Penyakit DM tipe II dapat mempengaruhi aspek kualitas hidup

penderitanya dan memiliki resiko terhadap terjadinya komplikasi. Masalah

yang terjadi pada pasien DM tipe II dapat dikendalikan apabila pasien

melakukan manajemen diri terhadap penyakitnya. Manajemen diri akan

menggambarkan perilaku pasien secara sadar dan keinginan diri sendiri dalam

mengontrol penyakit DM tipe II (Funnell et al., 2009).

Manajemen diri merupakan suatu aktifitas yang dilakukan individu

dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan keinginannya dengan tujuan

mengelola penyakit yang diderita (Sugiyama et al., 2015). Aspek yang

berhubungan dengan manajemen diri meliputi umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, efikasi diri, lamanya menderita penyakit, komunikasi antar pasien,

jenis pelayanan, bahasa dan budaya, dan kepercayaan (Astuti, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih, 2019

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri pasien DM di

dapatkan hasil bahwa tingkat usia, pengetahuan, dan lamanya menderita

penyakit DM berhubungan dengan manajemen diri responden terhadap

pengontrolan gula darah pada pasien DM.

Manajemen diri yang efektif pada pasien diabetes merupakan hal yang

penting untuk meningkatkan pencapaian tujuan dalam penatalaksanaan DM

tipe II. Oleh karena itu, diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalankan

manajemen diri diabetes untuk meningkatkan kualitas hidup pasien terhadap

penyakit DM tipe II (Sugiyama et al., 2015).

Seseorang yang mengalami penyakit kronis dalam waktu yang lama

akan mempengaruhi terhadap penyakit yang di alaminya seperti penyakit


5

Diabetes Mellitus, Semakin lama seseorang mengalami penyakit Diabetes

Mellitus maka seseorang akan merasa bosan dalam proses pengobatan yang

sedang dijalaninya (Kemenkes,2015).

Penderita penyakit Diabetes Mellitus yang sudah menjalani pengobatan

5 tahun lebih akan merasa putus asa dibandingkan dengan penderita yang baru

menjalani pengobatan 2 tahun masih semangat untuk menjalani pengobatan.

Diabetes Mellitus dan begitu juga dengan hasil pemerikaan gula darah yang di

lakukan saat melakukan pengobatan. Penderita yang mengalami Diabetes

Mellitus sudah lama akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang baru

mengalami Diabetes Mellitus (Utami, 2014).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Andalas kota

Padang dilakukan wawancara kepada 10 orang responden penderita DM tipe II

yang berkunjung untuk berobat ke Puskesmas Andalas Padang, di dapatkan

hasil bahwa 6 orang (60 %) mengatakan sudah melaksanakan diet DM sesuai

anjuran dokter, 6 orang (60 %) mengatakan masih kurang dalam melakukan

latihan fisik yang dianjurkan pada penderita DM, dan 7 orang (70 %)

mengatakan sudah minum obat rutin dan melakukan pengecekan atau

monitoring gula darah sendiri. Hasil diskusi dan wawancara dengan bagian

administrasi Puskesmas Andalas di dapatkan hasil bahwa terdapat 140 orang

penderita DM yang berobat ke Puskesmas Andalas Padang.

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II memerlukan penatalaksanaan

Diabetes Mellitus secara baik dan teratur untuk menjaga kadar gula darah tetap

terkendali. Apabila Diabetes Mellitus tipe II tidak mengendalikan gula darah.


6

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan survei awal mengenai “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

manajemen diri terhadap pengendalian kadar gula darah pada pasien DM tipe

II tahun 2019 di Puskesmas Andalas Padang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan

manajemen diri terhadap pengendalian gula darah pada pasien DM tipe II

tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan manajemen diri terhadap pengendalian gula darah pada

pasien DM tipe II di Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui :

a. Distribusi frekuensi lamanya menderita DM pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

b. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

c. Distribusi frekuensi usia pada pasien DM tipe II di Puskesmas Andalas

Kota Padang tahun 2019.

d. Diketahui distribusi frekuensi manajemen diri pasien DM tipe II di

Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.


7

e. Hubungan lama menderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan manajemen

diri di Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

f. Hubungan tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus Tipe II dengan

manajemen diri terhadap pengendalian gula darah DM tipe II di

Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

g. Hubungan usia dengan manajemen diri terhadap pengendalian kadar

gula darah DM tipe II di Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

Diaharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:

1. Bagi Peneliti

Pengembangan diri dan kemampuan peneliti sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu tentang Riset Keperawatan yang telah di dapat di

bangku perkuliahan.

2. Bagi Pihak Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan

peran sertanya dalam memberikan pelayanan edukasi dan penyuluhan ke

pasien, serta membuat perencanaan sehingga pasien yang mengalami DM

dapat mengontrol dula darahnya.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat di jadikan bahan bacaan yang bisa

menambah ilmu oleh mahasiswa keperawatan di perpustakaan dan sebagai

masukan dan data dasar untuk menentukan masalah yang paling sering di

temukan pada pasien DM terutama masalah tentang cara mengontrol gula

darah di rumah.
8

4. Bagi Penelitian Berikutnya

Merupakan lanjutan penelitian dengan pengembangan desain atau

variabel yang belum di teliti. Data dan hasil yang diperoleh dapat menjadi

bahan dasar atau data pendukung untuk peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai