Anda di halaman 1dari 7

ORIENTASI BIROKRASI TENAGA TEKNIS KEHUTANAN DI ERA RESENTRALISASI SEKTOR

KEHUTANAN DI KABUPATEN BONE

ORIENTATION OF FORESTRY TECHNICAL RESEARCH IN ERA RESENTRALIZATION OF FORESTRY


SECTOR IN BONE DISTRICT

Desi Ratnasari1), Yusran2), Muhammad Alif KS2)


1) Mahasiswa, Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar;
desi.r78@yahoo.com
2) Staf Pengajar, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRACT

Resentralization is a process of recall of government affairs that have been delegated into Law No. 23 of
2014 on Regional Government. Conditions in the era of forest sector decentralization provide the basis for
transfer of bureaucratic authority so as to provide bureaucratic rigidity to Forestry Technical Workers. This
research is intended for further information on the bureaucracy of the Forestry Technical Workers and
repositioning the bureaucracy of the Forest Technical Officer after the transition. Data collection in this research
is done by direct observation, interview, and document search with qualitative approach. The results of the
research indicate the bureaucratic orientation of Forestry Technical Officers who choose to switch to the
Provincial Forestry Office of South Sulawesi 75 peoples with professional reasons while the Selected Forestry
Engineers in Kabupaten Bone numbered 26 peoples. The bureaucratic orientation shows the repositioning of the
change of positions to senior high officials, administrators, supervisors, and implementers.

Keywords; Bureaucratic Orientation, Forestry Technical Workers, Resentralization

PENDAHULUAN 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah


Sumberdaya alam termasuk hutan selalu (Simanjutak, 2015).
menjadi bagian dari pembentukan dan perubahan Sejak dikeluarkannya UU 23 Tahun 2014
peraturan perundang-undangan. Penempatan tentang Pemerintah Daerah dianggap sebagai proses
pengelolaan sumberdaya alam dalam kebijakan tidak resentralisasi yang sempurna (Sahide, et al, 2016).
terlepas dari kedudukan sumberdaya alam sebagai Kondisi pada era resentralisasi sektor kehutanan
sumberdaya yang mendatangkan kemampuan belum jelas pembagian adanya tugas, wewenang,
finansial negara untuk menyelenggarakan pelayanan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat, Kabupaten,
dasar. Sebagai produk politik, sumberdaya alam dan Provinsi, sehingga pelaksanaan kebijakan sektor
dalam peraturan perundang-undangan terbagi kehutanan itu perlu diperjelas lagi dalam bentuk
menjadi 2 yaitu kebijakan atau kewenangan mengenai pedoman umum oleh Departemen Kehutanan yang
desentralisasi dan resentralisasi (Simarmata, dkk., diberi petunjuk pelaksanaannya oleh Dinas Provinsi
2016). dan petunjuk teknis oleh Dinas Kabupaten dalam
Kebijakan desentralisasi secara umum dibahas setiap program pembangunan kehutanan (Azhar,
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 2012). UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
tentang Pemerintah Daerah, di mana Undang-Undang Daerah memberikan dasar perpindahan kewenangan
tersebut masih memberikan kewenangan kepada birokrasi kehutanan dari Kabupaten ke tingkat Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengelola susuai arahan tata pengelolaan hutan yang konteks di
sumberdaya alam. Kebijakan desentralisasi memiliki era resentralisasi (Maryudi, 2016).
dampak negatif dari terbukanya otoritas yang cukup Ketidakpastian birokrasi terhadap Tenaga
luas bagi daerah memunculkan berbagai persoalan Teknis Kehutanan menyebabkan kebingungan
birokrasi, seperti tumpang tindih kewenangan pusat dengan adanya pilihan birokrasi sejak berlakunya UU
dan daerah. Undang-Undang yang terakhir ini Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
dianggap memulai proses menarik kembali urusan Tenaga Teknis Kehutanan dapat memilih beralih ke
pemerintahan yang sudah dilimpahkan ke daerah Dinas Kehutanan Provinsi sebagai pegawai
yang disebut dengan resentralisasi dalam UU Nomor kehutanan atau tetap bekerja di Kabupaten tetapi non

1
kehutanan yang akan mempengaruhi kinerja birokrasi B. Metode Pelaksanaan Penelitian
dalam pengelolaan sumberdaya manusia. 1. Populasi dan Sampel
Tenaga Teknis Kehutanan pada hakekatnya Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan
adalah petugas kehutanan yang merupakan salah tidak secara random. Pemilihan sampel dilakukan
satu alat kontrol yang dapat melakukan pengawasan dengan sengaja (purposive sampling). Populasi pada
terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan dan penelitian ini adalah Tenaga Teknis Kehutanan yang
melestarikan sumberdaya hutan sebagai aset negara bekerja sebelum peralihan di Kabupaten Bone.
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tenaga Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
Teknis Kehutanan memiliki peran strategis, baik ditentukan berdasarkan spesialisasi Tenaga Teknis
dalam rangka penanganan kerusakan hutan serta Kehutanan serta jabatan. Sampel pada penelitian ini
pelestarian sumberdaya hutan (Handajani, dkk., dapat dilihat pada Tabel 6.
2014). Tabel 1. Sampel Penelitian di Birokrasi Kehutanan
Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh Kabupaten Bone
resentralisasi sektor kehutanan mempengaruhi No. Jabatan Jenjang Jabatan Jumlah
berbagai perubahan tata kelola kehutanan termasuk Pejabat Tinggi Kepala Dinas Kehutanan dan
1 1 Orang
Pratama Perkebunan
salah satunya adalah pilihan birokrasi Tenaga Teknis Kasubag Keuangan dan
1 Orang
Kehutanan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu Perlengkapan
dilakukan kajian tentang Orientasi Birokrasi Tenaga Kepala Bidang Bina
2 Pengawas 1 Orang
Kehutanan
Teknis Kehutanan di Era Resentralisasi Sektor Kasi Rehabilitasi Hutan dan
1 Orang
Kehutanan di Kabupaten Bone. Kabupaten Bone Lahan
dipilih sebagai lokasi kajian karena kabupaten ini 3 Pelaksana Staf Umum 3 Orang
Polisi Kehutanan 3 Orang
memiliki areal hutan seluas 145.053 ha atau 31,82 % 4 Fungsional
Penyuluh Kehutanan 3 Orang
dari luas wilayah Kabupaten Bone. Kawasan ini 5 Tenaga Honor 2 Orang
melebihi standar luas kawasan hutan dari suatu 2. Pengumpulan Data
wilayah (21%). Hasil kajian ini tentunya akan menjadi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan terdiri dari dua jenis yaitu :
dalam pengelolaan hutan. 1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan Tenaga Teknis Kehutanan
TUJUAN DAN KEGUNAAN dan akan didukung dengan observasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lapangan.
orientasi birokrasi Tenaga Teknis Kehutanan 2. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi
Kabupaten Bone di era resentralisasi tingkat provinsi yang terkait dengan penelitian.
serta reposisi penempatan birokrasi Tenaga Teknis Penelitian ini menggunakan beberapa metode,
Kehutanan setelah peralihan. Kegunaan dari diantaranya sebagai berikut:
penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan 1. Observasi/survei lapangan dilakukan
informasi tentang politik birokrasi kehutanan di era pengumpulan data dengan pengamatan
resentralisasi. langsung dan pencatatan secara sistematis
terhadap objek yang akan diteliti (Nasution,
METODE PENELITIAN 2003). Observasi dilakukan untuk mengetahui
A. Alat dan Bahan Penelitian kinerja birokrasi kehutanan di era
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan resentralisasi.
data, yakni : 2. Wawancara mendalam (in-depth interview)
bertujuan untuk menggali informasi oleh staf
1. Pedoman wawancara secara umum mencakup pegawai yang tetap bekerja di Kabupaten Bone
pemahaman dasar terkait UU Nomor 23 Tahun dan staf pegawai yang telah pindah ke Provinsi
2014 dan orientasi pilihan birokrasi Tenaga Sulawesi Selatan yang lebih mendalam tentang
Teknis Kehutanan. berbagai aspek yang berhubungan dengan
2. Alat perekam suara dan kamera digunakan penelitian.
untuk melengkapi catatan-catatan pada saat 3. Penelusuran dokumen/literatur untuk
penelitian (Rohidi, 2011). mendukung penelitian yaitu dokumen
3. Dokumen yang berhubungan langsung dengan kepegawaian, peraturan perundangan, dan
penelitian berupa dokumen kepegawaian, hasil penelitian lainnya.
peraturan perundangan dan hasil penelitian C. Analisis Data
lainnya. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini
4. Alat Tulis Menulis. merupakan metode pendekatan kualitatif dengan

2
mengkaji latar pilihan di setiap Aparat/Staf pada unit Kabupaten yaitu Tenaga Honor 24 orang atau
birokrasi yang diwawancarai untuk mendapatkan 23,76%, Jabatan Tinggi Pratama 1 orang atau 0,99%
informasi atau data faktual langsung. Data yang dan Administrator 1 orang atau 0,99%. Sebagai
digunakan berupa pengelolaan data yang dapat pegawai non kehutanan, yang memilih tetap di
diperoleh dari dokumen-dokumen dan responden Kabupaten tersebar dibeberapa instasi di lingkup
(narasumber) (Sahide et. al., 2016). Hasil pada Pemerintah Kabupaten Bone yaitu Dinas Pemadam
penelitian ini disusun dalam bentuk tabel dan Kebakaran, Dinas Perpustakaan Daerah, Dinas
diagramyang dibahas secara lengkap didalam Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Tanaman
pembahasan merujuk pada hasil wawancara dan Pangan Holtilkultura dan Perkebunan.
analisis dokumen. Desain hasil penelitian
selengkapnya dibahas berdasarkan tujuan dari BERALIH KE PROVINSI
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Orientasi Pilihan Birokrasi Tenaga Teknis 9.90%
Kehutanan 22.27%
Data hasil orientasi pilihan birokrasi Tenaga 13.86%

Teknis Kehutanan dapat dilihat berdasarkan jumlah 8.91% 18.81%


Tenaga Teknis Kehutanan di Kabupaten Bone yang
beralih ke Provinsi dan yang memilih tetap di
Kabupaten dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Teknis Kehutanan di Jabatan Tinggi Pratama Administrator
iiKabupaten Bone Pengawas Pelaksana
Polisi Kehutanan Penyuluh Kehutanan
Tenaga Honor

Gambar 1. Orientasi Tenaga Teknis Kehutanan yang


iiMemilih Beralih ke Provinsi
TETAP DI KABUPATEN
0.99%
0.99%

23.76%

Orientasi birokrasi akan memberikan gambaran Jabatan Tinggi Pratama Administrator


secara umum dan terinci dalam memaparkan jumlah Pengawas Pelaksana
operasional/personel yang memilih pindah ke lingkup Polisi Kehutanan Penyuluh Kehutanan
provinsi dan tetap memilih berkiprah di lingkup Tenaga Honor
Pemerintah Kabupaten Bone. Hasil penelitian dapat Gambar 2. Orientasi Tenaga Teknis Kehutanan yang
dilihat pada tabel 1 menunjukkan jumlah Tenaga iiMemilih Tetap di Kabupaten
Teknis Kehutanan di Kabupaten Bone yang beralih ke
Provinsi dan tetap di Kabupaten sejumlah 101 orang. Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa orientasi
Presentasi pilihan tertinggi yaitu yang memilih beralih birokrasi Tenaga Teknis Kehutanan diberikan ruang
ke Provinsi sejumlah 75 orang atau 74,26% yaitu pilih. Tenaga Teknis Kehutanan dapat memilih tetap
pada jabatan Fungsional 23 orang atau 22,77%, bekerja di Kabupaten atau dialihkan ke Provinsi.
Pengawas dan Pelaksana masing-masing 19 orang Orientasi pilihan Tenaga Teknis Kehutanan lebih
atau 18,81% dan Tenaga Honor (Polisi Kehutanan) 10 banyak memilih beralih ke Provinsi pada Jabatan
orang atau 9,90% sedangkan yang memilih tetap di Pengawas, Pelaksana, dan Fungsional. Sedangkan

3
memilih tetap di Kabupaten yaitu pada Jabatan otonomi daerah, penebangan hutan merajalela, dan
Tenaga Honor, Jabatan Tinggi Pratama, dan Pemerintah Provinsi dianggap tidak mampu mengurus
Administrator. seluruh hutan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap serta kordinasi yang susah karena Pemerintah
Tenaga Teknis Kehutanan yang memilih beralih ke Provinsi menjadi penghambat.
Provinsi lebih berorientasi pada alasan profesional Kementerian dalam negeri menyebut UU
dibanding pribadi. Orientasi profesional dikarenakan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ini
sesuai aturan yang mengharuskan Dinas Kehutanan memiliki tujuan menciptakan penyelenggaraan
dialihkan ke Provinsi, karir lebih baik, dan tunjangan pemerintahan yang efektif, hal ini juga diperjelas
yang lebih tinggi, selain itu kondisi birokrasi kehutanan dalam hasil wawancara dengan Pegawai Provinsi
akan semakin baik dengan pelimpahan kewenangan Sulawesi Selatan menganggap dengan peralihan
yang berpusat dimana koordinasi akan semakin cepat kebijakan dari kabupaten ke provinsi dalam
dan informasi yang didapatkan tidak bias, pengelolaan hutan akan lebih efektif karena hutan
kewenangan tidak bertentangan dengan otonomi adalah persoalan internasional. UU Nomor 23 Tahun
daerah, serta tidak ada tekanan dari Pemerintah 2014 Tentang Pemerintah Daerah bertujuan untuk
Kabupaten. mendorong daya guna dan hasil guna
Orientasi pribadi bagi Tenaga Teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam
Kehutanan yang memilih tetap di Kabupaten juga mensejahterakan masyarakat, melalui peningkatan
sesuai aturan karena Tenaga Honor dialihkan pelayanan publik dan daya saing daerah, serta
berdasarkan syarat tertentu. Ketentuan dari memacu sinergi penyelenggaraan Pemerintahan
Pemerintah yakni Tenaga Honor telah bekerja kurang Daerah dengan Pemerintah Pusat. Penyeleggaraan
lebih 5 Tahun, Jabatan bagi personel yang bekerja urusan bidang kehutanan secara teknis mengacu
sebagai Tenaga Honor yakni Polisi Kehutanan. pada target pembangunan nasional.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ketentuan dan penjelasan didalam UU Nomor
Pegawai Provinsi (Kasubag. Umum Kepegawaian dan 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Hukum) di dalam UU Nomor 23 Tentang Pemerintah menyiratkan kehendak untuk memusatkan kembali
Daerah Tenaga Honor tidak ada yang dialihkan, tetapi penyelenggaraan pemerintahan sentralistik tersebut,
Polisi Kehutanan dengan status honor sementara Undang-Undang ini membangun sejumlah argumen
diverifikasi untuk dialihkan ke provinsi sesuai yang mengenai asal-usul kekuasaan pemerintahan.
dibutuhkan dalam pengawasan dan pengelolaan Undang-Undang ini berargumen bahwa dalam negara
hutan. Polisi Kehutanan dengan status honor kesatuan, Pemerintah Pusatlah yang pertama kali
memilikiSertifikat dari Surat Keputusan Nomor 39 mendapatkan kekuasaan tersebut kemudian dibagi-
Tahun 2009 dan sementara menunggu Surat bagi ke Pemerintah Daerah. Oleh karena itu,
Penugasan terbaru dari Pemerintah Provinsi. Pemerintah Daerah berada di bawah pembinaan dan
Tumpang tindih peran dan kewenangan pengawasan pusat dalam menyelenggarakan urusan
diantara berbagai institusi/lembaga terkait seringkali pemerintahan. Tanggung jawab akhir
menjadi akar dari carut-marut pengelolaan hutan penyelenggaraan pemerintahan ada pada Pemerintah
sehingga akan menimbulkan ketidakpastian hukum Pusat sebagai sumber asal kekuasaan pemerintahan
yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan. Menurut (Dapu, 2016).
sebagian besar Pengawas, Pelaksana, dan
Fungsional setuju dengan pengalihan kewenangan B. Reposisi Penempatan Birokrasi Tenaga
dialihkan ke Provinsi, karena dalam melaksanakan Teknis Kehutanan
tugas dan fungsinya selalu bertentangan dengan Data hasil reposisi penempatan birokrasi
otonomi daerah, mereka menganggap Pemerintah Tenaga Teknis Kehutanan berdasarkan jabatan.
Daerah memberikan batasan dalam menjaga dan Reposisi penempatan ditujukan pada Tabel 8.
melestarikan hutan. Tabel 3. Reposisi Penempatan Birokrasi berdasarkan
Berdasarkan hasil wawancara Mantan Kepala Jabatan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan menanggap tidak
setuju dengan pengalihan kewenangan kembali ke
pusat karena selama ini tugas dan fungsinya sudah
berjalan dengan baik. Ada beberapa kerugian dalam
pengalihan kewenangan yaitu Polisi Kehutanan honor
tidak diangkat sebagai Pegawai Negeri, perencanaan
pembuatan Taman Hutan Raya (TAHURA) ±1000 ha
di Kabupaten Bone gagal, bertentengan dengan

4
personel yang bekerja sebagai Tenaga Honor yaitu
Polisi Kehutanan sementara diverifikasi oleh
Pemerintah Provinsi yang akan dialihkan ke provinsi.
Selain itu dengan adanya reposisi terjadi
perubahan struktur organisasi pada internal Dinas
Kehutanan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari
struktur organisasi antara Perda Nomor 24 tahun 2000
tanggal 22 Desember 2000 yang telah disahkan
dengan Surat Keputusan Bupati Bone Nomor 249
Tahun 2001 Struktur Organisasi Dinas Kehutanan dan
Perkebunan dengan Peraturan Gubernur Sulawesi
Selatan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan.
Adapun perubahan yang dimaksud dalam peraturan
tersebut yakni, aturan-aturan mengenai struktur
organisasi berubah dari perda menjadi pergub,
adanya penambahan struktur dari UPTD menjadi tiga
bagian, jenjang jabatan dinas kehutanan, dan
perubahan status birokrasi diinternal dinas kehutanan.
Dampak pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun
Tenaga Teknis Kehutanan mengalami kondisi
2014 Tentang Pemerintah Daerah fokus pada
yang dilematis dengan adanya perubahan struktur
organisasi pemerintahan ditingkat daerah menunjuk
organisasi dan tata kerja di birokrasi kehutanan di
pada perubahan-perubahan berupa penghapusan/
Kabupaten Bone. Para Jabatan Fungsional Umum
pembubaran, penggabungan atau pembentukan yang
tetap menjalankan tugasnya sebagai Pegawai Negeri
terjadi pada organisasi perangkat daerah baik di
seperti masuk dinas di hari kerja walaupun tidak ada
tingkat provinsi dan maupun kabupaten/kota.
tugas yang dijalankan. Selain itu para Pegawai Dinas
Perubahan tersebut sebagai akibat dari penghapusan
Kehutanan Kabupaten Bone tetap melakukan
ataupun penyerahan kewenangan (Simarmata, dkk.,
pertemuan dengan seluruh Tenaga Teknis Kehutanan
2016).
setiap tanggal 5 sebagai upaya untuk membahas
Reposisi penempatan birokrasi kehutanan di
permasalahan yang ada dalam kawasan hutan di
era resentralisasi berdasarkan jabatan yang dimiliki
Kabupaten Bone, sedangkan Polisi Kehutanan dan
oleh Pejabat Tinggi, Administrator, Pengawas, dan
Penyuluh Kehutanan tetap menjalankan pekerjaan
Pelaksana. Pejabat tinggi yaitu Kepala Dinas
lapangan sesuai aturan yang berlaku. Tugas dan
Kehutanan dan Perkebunan. Administrator yaitu
Fungsi Penyuluh Kehutanan berdasarkan Surat
sekertaris Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Pengawas yaitu Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian,
Sulawesi Nomor 013/SKTPS/IV.I/2017 tentang
dan Kepala Seksi Dinas Kehutanan berjumlah 23
Penugasan Sementara Penyuluh Kehutanan pada
Orang. Pelaksana yaitu staf Dinas Kehutanan
Wilayah Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
berjumlah 19 Orang. Jabatan fungsional yaitu Polisi
sedangkan Polisi Kehutanan tugas dan fungsinya
Kehutanan dan Penyuluh Kehutanan berjumlah 23
berdasarkan Surat Penugasan Nomor
Orang. Tenaga honor dengan jumlah 34 orang, 10
330/611/II.1/DISHUT yang telampir pada lampiran,
orang diantaranya sebagai Polisi Kehutanan.
sedangkan Polisi Kehutanan dengan status honor
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan reposisi
belum dikeluarkannya Surat Penugasan dari
penempatan birokrasi Tenaga Teknis Kehutanan
Pemerintah Provinsi. Kondisi Tenaga Teknis
berdasarkan jabatan dapat diketahui terjadi
Kehutanan tidak berjalan efektif sejak berlakunya UU
perubahan jabatan pada pejabat tinggi yaitu Kepala
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi Staff Ahli
sejak Januari 2017.
Bupati. Jabatan administrator menjadi Kepala bidang
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
di Badan Pemadam Kebakaran sedangkan pada
Daerah menghendaki perubahan penyelenggaraan
jabatan Pengawas dan Pelaksana sebagai Fungsional
pemerintahan ditingkat daerah. Penyelenggaraan
Umum, pada Polisi Kehutanan dan Penyuluh
pemerintahan dengan pembagian kewenangan seperti
Kehutanan jabatannya tetap. Tenaga Honor yang
yang diinginkan oleh UU tentang Pemerintah Daerah,
tetap di Kabupaten tersebar dibeberapa instasi di
ditargetkan sudah berjalan dua tahun setelah UU
lingkup Pemerintah Kabupaten Bone. Jabatan bagi
tersebut diberlakukan. Masa waktu 2 tahun setelah

5
UU tentang Pemerintah Daerah secara penuh, untuk pengelolaan hutan di wilayahnya, dan hilangnya
memastikan persiapan tersebut berjalan dengan baik kewenangan dalam penerbitan berbagai perizinan.
dan sesuai target waktu, sejumlah Menteri Perubahan yang sangat drastis terkait kewenangan
mengeluarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten/kota dalam bidang kehutanan,
Pemerintah Daerah. Tujuannya untuk mengingatkan kabupaten/kota hanya memiliki 1 kewenangan yaitu
ketentuan-ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 pelaksanaan pengelolaan TAHURA. Pelaksanaan dan
tentang Pemerintah Daerah yang menginginkan pengelolaan TAHURA menjadi bagian dari sub urusan
Pemerintah Daerah melakukan langkah-langkah konservasi sumberdaya alam hayati dan
persiapan, dan memberikan arahan mengenai ekosistemnya yang diperjelas dalam Pasal 14 UU
tindakan dan perubahan-perubahan yang perlu Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
dilakukan dalam rangka menyambungkan antara dan Pasal 22 PP 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
situasi/perbuatan yang sudah dilakukan sebelumnya Daerah.
dengan ketentuan dalam UU tentang Pemerintah Berhubung UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Daerah. Bagian-bagian berikut akan memaparkan Pemerintah Daerah baru berlaku kurang lebih
perbuatan administratif oleh sejumlah Kementerian setahun, dampak pemberlakuan yang dipaparkan
(Pemerintah Pusat) dalam rangka melaksanakan UU belum merupakan hal-hal yang kongkrit seperti
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah penambahan jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dalam bentuk membuat Surat Edaran (Simarmata, Provinsi atau penghapusan satuan kerja perangkat
dkk., 2016). daerah tingkat kabupaten/kota..
Sebagai kementerian yang bertanggung jawab UPT merupakan lengan Kementerian
atas pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Kehutanan yang mempunyai tupoksi tertentu. UPT
Pemerintah Daerah, Kementerian dalam negeri yang dapat menjadi institusi pendukung bagi pelaksanaan
dalam hal ini diwakili oleh Menteri, membuat dan pengelolaan hutan, terutama pada masa transisi
menyebarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada sebelum KPH menjadi unit pengelolaan yang mandiri.
Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia. Surat Fasilitas dan dukungan dari UPT ini bisa mencakup
edaran tersebut bertanggal 16 Januari 2015 berbagai aspek seperti perencanaan, teknis
(Simarmata, dkk., 2016) kehutanan, dan sumberdaya manusia. UPT bersama
Tindakan-tindakan yang disarankan dilakukan dengan Dinas Kehutanan dapat menyusun rencana
untuk penyerahan penyelenggaraan urusan jangka panjang pengelolaan hutan. Selain itu, UPT
pemerintah misalnya serah terima Personil, dapat memberikan asistensi teknis kegiatan
Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen pengelolaan hutan dan menjalankan fungsi koordinasi
(P3D) yang merupakan amanat dari Pasal 404 UU antara KPH dengan Pemerintah Daerah terutama
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. dalam penentuan kawasan rehabilitasi dan
Kondisi pendanaan terhadap Tenaga Teknis pemeliharaan serta pemanfaatan tanaman.
Kehutanan baik gaji pokok, tunjangan tergantung dari Pasca UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
golongan tiap jabatan. Gaji Pokok dan tunjangan Pemerintah Daerah Dinas Kehutanan daerah
setelah pengalihan terhambat, Tenaga Teknis dialihkan ke Provinsi maka akan dibentuk UPT KPH di
Kehutanan menerima gaji 3 bulan sekali. Dicabutnya setiap daerah. Pembentukan UPT KPH di Kabupaten
berbagai kewenangan Pemerintah Daerah dalam Bone belum terbentuk sampai saat ini. Status birokrasi
urusan kehutanan akan mengakibatkan berkurangnya kehutanan akan terbentuk ditandai dengan adanya
anggaran secara drastis pada Anggaran Pendapatan rancangan pembentukan UPT KPH. Rencana
dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota, pembentukan UPT KPH yang dirancang yaitu UPT
sedangkan sarana dan prasarana yang telah dialihkan KPH Cenrana di Kabupaten Bone.
ke provinsi yaitu 33 buah sepeda motor, 2 unit Adapun beberapa kendala terlambatnya
komputer, 7 buah note book, 3 buah printer, dan 2 pembentukan UPT KPH setiap wilayah di Provinsi
gedung pos jaga permanen yang terletak di Ureng Sulawesi Selatan yakni, adanya perubahan aturan
Kec. Palakka dan di Mattirowalie Kec. Mare dari Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2017 yang
Kabupaten Bone. Dinas Kehutanan di Kabupaten awalnya membagi 22 unit KPH menjadi 16 Unit KPH
Bone hanya memiliki Izin Pemungutan Hasil Hutan Sesulawesi selatan sesuai dengan Peraturan Menteri
Non Kayu (Getah Pinus) yang telah dialihkan sejak Nomor 17 Tahun 2017.
tahun 2016. Selain itu, tidak adanya Satuan Kerja KPH diharapkan mampu menjadi pengelola di
Perangkat Daerah (SKPD) yang mengurusi kehutanan tingkat tapak untuk mencapai terwujudnya
secara khusus pada tingkat kabupaten/kota, hilangnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Kebijakan
kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk KPH diharapkan berfungsi sebagai upaya
menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur memperbaiki tata kelola hutan, memperlambat laju

6
degradasi, mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan, DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan perlindungan dan pengamanan hutan, [Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Buku Pintar
pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan hutan, Bidang Planologi Kehutanan. Jakarta.
meningkatkan stabilitas pasokan hasil hutan, dan http://www.dephut.go.id/index.php/news/details
menyediakan data dan informasi kawasan hutan. /2584
KPH dikonseptualisasikan sebagai Azhar, M. A., 2012. Desentralisasi dan Konflik
penyelenggara pengelolaan hutan di tingkat tapak. Kewenangan. (Studi Kasus Konflik antara
Kebijakan pembangunan KPH yang diatur oleh pusat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
dipandang dapat menambah kompleksitas terhadap dengan Pemerintah Kota Kendari dalam kasus
struktur pengurusan dan pengelolaan yang sudah ada Pemberian Izin Investasi PT. Artha Graha
selama ini. Hal ini diperkuat dengan adanya UU Group), Volume III, Nomor 1.
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Dapu, Yelli Meivi. 2016. Implikasi UU Nomor 23 Tahun
yang secara nyata menunjukkan upaya resentralisasi 2014 terhadap Kewenangan Urusan
tersebut (Maryudi, 2016) Pemerintahan Daerah di Bidang Kelautan dan
Perikanan. Vol.IV/No.8/Ags/2016
KESIMPULAN Handajani, Rini., Djumadi., E. Passele. 2014. Peran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pengawas Tenaga Teknis (WASGANIS)
Kabupaten Bone, maka dapat disimpulkan sebagai dalam Meningkatkan Efektifitas Pengawasan
berikut : Bidang Kehutanan di UPTD Pengendalian
a. Orientasi birokrasi Tenaga Teknis Kehutanan Peredaran Hasil Hutan Wilayah Selatan
di Kabupaten Bone yang beralih ke Provinsi Provinsi Kalimantan Timur. eJurnal
dan tetap di Kabupaten sejumlah 101 orang. Administrative Reform, 2014, 2 (3): 1456-
Tenaga Teknis Kehutanan yang memilih 1468. ar.main.fisip-unmul.ac.id. Diakses 18
beralih ke Provinsi sejumlah 75 orang April 2017
sedangkan yang memilih tetap di Kabupaten Maryudi, A., 2016. Arahan Tata Hubungan
sejumlah 26 orang. Orientasi pilihan Tenaga Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutsn
Teknis Kehutanan lebih banyak memilih beralih (KPH) di Indonesia. Volume 10 No.1.
ke Provinsi pada Jabatan Pengawas, Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Sumatera Utara:
Pelaksana, dan Fungsional yang lebih Universitas Sumatera Utara.
berorientasi pada alasan profesional dibanding Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metode Penelitian.
pribadi, sedangkan Tenaga Teknis Kehutanan Sahide, M. A. K., Supratman, S., Maryudi, A., Kim Y.
yang memilih tetap di Kabupaten yaitu Tenaga S., & Giessen, L. 2016. Decentralisation
Honor, Jabatan Tinggi Pratama, dan Policy as Recentralisation Strategy: Forest
Administrator. Management Units and Community Forestry
b. Reposisi penempatan birokrasi Tenaga Teknis in Indonesia 1. International Forestry
Kehutanan pasca pengalihan terjadi perubahan Review, 18 (1), 78-95.
jabatan pada pejabat tinggi yaitu Kepala Dinas Simanjuntak, Kardin M. 2015. Implementasi Kebijakan
Kehutanan dan Perkebunan menjadi Staf Ahli Desentralisasi Pemerintahan di Indonesia.
Bupati. Jabatan administrator menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bidang di Badan Pemadam Kebakaran. Provinsi Papua
Sedangkan pada jabatan Pengawas dan Simarmata, Rikardodan F. AsepYunan. 2016.
Pelaksana sebagai fungsional umum, pada Pemberlakuan UU No. 23/2014 dan
Polisi Kehutanan dan Penyuluh Kehutanan Desentralisasi di Bidang Pengelolaan
jabatannya tetap. Personel yang bekerja Sumberdaya Alam. Perkumpulan untuk
sebagai Tenaga Honor yaitu Polisi Kehutanan Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat
dialihkan ke Provinsi berdasarkan aturan dan dan Ekologis (HuMa). Jakarta
sementara diverifikasi oleh Pemerintah Provinsi
untuk Surat Penugasan terbaru.

Anda mungkin juga menyukai