Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM II

PENETAPAN KADAR CH3COOH DALAM CUKA MAKAN

TITRASI ALKALIMETRI

Hari/Tanggal : kamis, 14 maret 2013

Nama : Dhika Juliana Sukmana

Nim : P07134012 009

I. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan titrasi penetapan kadar CH3COOH dalam cuka


makan dengan metode titrasi Alkalimetri.

II. Landasan Teori

Asam cuka atau asam asetat (acetic acid) adalah senyawa kimia
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan, selain dapat berfungsi juga sebagai pengawet bahan makanan.
Asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi
tubuh. Selain dalam makanan, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air dalam rumah tangga.

Selain digunakan dalam industri makanan dan rumah tangga, asam


asetat juga digunakan dalam industri produksi polimer dan berbagai macam
serat dan kain, dan industri obat-obatan. Asam asetat yang digunakan dalam
industri makanan haruslah asam cuka makan. Asam asetat encer, seperti
pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat

1
Asam Cuka
berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada
keasaman darah.
Alkalimetri melibatkan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam
yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh
dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai.
Larutan baku standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui
dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram
equivalen tertentu. Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran,
sedangkan larutan asam yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi
titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa digunakan adalah NaOH.
NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis
dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus
disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer didapat
dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam oksalat
(COOH)2.2H2O. Selain itu NaOH juga mudah bereaksi dengan CO 2 dalam
udara.
Dalam penentuan kadar CH3COOH digunakan larutan baku standar
NaOH dari indikator phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator
pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH.
Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH
tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar CH 3COOH
dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap
perubahan reaksi.

Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah cuka. Asam utama
dalam cuka adalah asam asetat dan standard federal (USA) mengisyaratkan

2
Asam Cuka
sekurangnya 4 gram asam asetat per 100 mL cuka. Kuantitas total asam
dapat dengan mudah ditetapkan dengan titrasi basa standard.

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia
asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada
makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat
murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH H+ + CH3COO-
sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:

 keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam


karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga
memberikan sifat asam.
 sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip
seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga
dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da
senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
 reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap banyak logam seperti
besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.

3
Asam Cuka
pembentukan asam cuka:
sukrosa mengalami reduksi menjadi glukosa, kemudian glukosa teroksidasi
menjadi etanol, etanol terhidrasi menjadi asetaldehid dan mengalamai
oksidasi kembali untuk membentuk asam cuka.
Cuka biang adalah larutan yang pekat dari cuka bercampur dengan zat
– zat lain. Untuk penentuan asam cuka tidak dapat dititrasi langsung, tetapi
diencerkan dahulu sampai konsentrasi cuka cukup rendah. Titrasi dilakukan
dengan NaOH standard.
Hidroksida dari Na, K dan Ba umumnya digunakan untuk pembuatan
alkali standard, zat – zat ini adalah basa kuat yang dapat larut dalam air.
NaOH adalah yang paling umum digunakan, karena murah harganya.

III. Prinsip dan Reaksi

a. Prinsip

Larutan asam cuka dititrasi dengan menggunakan larutan Natrium


Hidroksida (NaOH) yang telah distandarisasi dengan larutan baku primer
Asam Oksalat dan ditambahkan indicator PP hingga mencapai titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda.

b. Reaksi

NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

4
Asam Cuka
IV. Alat dan Reagensia

a. Alat

 Neraca Analitik

 Beaker Glass

 Erlenmeyer

 Gelas Ukur

 Pipet Volum Volume 10,0 dan 25,0 ml

 Batang pengaduk

 Labu Ukur

 Buret dan Stand

 Corong

 Tissue

b. Reagensia

 Cuka makan

 NaOH 0,1 N

 Asam Oksalat 0,1 N

 Indicator PP

 Aquadest

5
Asam Cuka
V. Cara Kerja

a. PEMBUATAN LARUTAN NaOH 0,1 N

 Ditimbang ±4 g NaOH

 Dimasukkan ke dalam gelas kimia 1 liter yang telah diisi aquadest 300
ml

 Diadukdan dipindahkan kedalam gelas ukur volume 1 liter

 Ditambahkan aquadest sampai tanda batas

 Dimasukkan ke dalam botol reagen tertutup dan dicampur dengan baik

 Diberi etiket dan tanggal pembuatan.

b. STANDARISASI LARUTAN NAOH DENGAN ASAM OKSALAT 0,1 N

 Ditimbang secara seksama 1,575 gram asam oksalat.2H2O

 Dimasukkan ke labu ukur volume 250,0 ml

 Ditambahkan aquadest sampai larut

 Diencerkan dengan aquadest sampai batas volume

 Dipipet 10,0 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu


Erlenmeyer volume 300 ml

 Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP

 Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah jingga

 Dihitung normalitas larutan NaOH tersebut

c. PENETAPAN KADAR CH3COOH

 Ditimbang secara seksama 3-5 gram cuka makan

 Dilarutkan dengan aquadest kedalam labu ukur volume 250,0 ml

6
Asam Cuka
 Dipipet 10,0 ml larutan tersebut dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer

 Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP

 Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berubah menjadi merah


muda

 Dihitung kadar CH3COOH tersebut

VI. Rumus Perhitungan

1. Normalitas NaOH : (N1 x V1) : V2

Keterangan :

N1 : normalitas baku primer

V1 : volume baku primer

V2 : volume baku sekunder

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑉1 𝑥 100% 𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑃 𝑥 100%
2. Kadar (%) CH3COOH : atau
𝑊(𝑚𝑔)𝑥 𝑉2 𝑊(𝑚𝑔)

Keterangan :

𝑉1
P=
𝑉2

P : pengenceran

V1 : volume seluruh sampel

V2 : volume sampel yang diperiksa

N : normalitas NaOH

7
Asam Cuka
VII. Data Percobaan

a. Data Penimbangan

Natrium Hidroksida : 4,1360 gram

Asam Oksalat : 1,5775 gram

b. Data Standarisasi

No. Volume dipipet (ml) Pembacaan buret (ml) Volume titrasi (ml)
1. 10,0 0,00 – 9,50 9,50
2. 10,0 9,50 – 19,40 9,90
3. 10,0 19,40 – 29,00 9,60

c. Data Titrasi Penetapan Kadar

No. Volume dipipet (ml) Pembacaan buret (ml) Volume titrasi (ml)
1. 10,0 0,50 – 2,00 1,50
2. 10,0 2,00 – 3,80 1,80
3. 10,0 3,80 – 4,00 0,20

VIII. Perhitungan

Asam Oksalat diketahui W : 1,5775 gram

BE : 63

Volume : 0,25 L

𝑊
N Asam Oksalat = 𝐵𝐸 𝑥 𝐿

1,5775
= 63 𝑥 0,25

= 0,1001 N

8
Asam Cuka
𝑁1 𝑥 𝑉1
Normalitas NaOH : 𝑉𝑡

𝑁1 𝑥 𝑉1
Percobaan 1 : Normalitas NaOH : 𝑉𝑡

0,1001 𝑥 10,0
= 9,50

= 0,1053 N

𝑁1 𝑥 𝑉1
Percobaan 2 : Normalitas NaOH : 𝑉𝑡

0,1001 𝑥 10,0
= 9,90

= 0,1011 N

𝑁1 𝑥 𝑉1
Percobaan 3 : Normalitas NaOH : 𝑉𝑡

0,1001 𝑥 10,0
= 9,60

= 0,1042 N

0,1053+0,1011+0,1042
NNaOH rata-rata = 3

= 0,1035 N

Kadar CH3COOH

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑃
Kadar (%)CH3COOH = 100%
𝑊

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑃
Percobaan 1 : Kadar (%)CH3COOH = 100%
𝑊

1,50 𝑥0,1035 𝑥 60,05 𝑥 25


= 100%
4027,3

= 5,78 %

9
Asam Cuka
𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑃
Percobaan 2 : Kadar (%)CH3COOH = 100%
𝑊

1,80 𝑥0,1035 𝑥 60,05 𝑥 25


= 100%
4027,3

= 6,94 %

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑃
Percobaan 3 : Kadar (%)CH3COOH = 100%
𝑊

0,2 𝑥0,1035 𝑥 60,05 𝑥 25


= 100%
4027,3

= 0,77 %

5,78+6,94+0,77
Kadar CH3COOH rata-rata = 3

=4,496 %

= 4,5 %

IX. Persyaratan

Pada etiket yang ada pada botol cuka makan yang ditetapkan kadarnya
tertera kadar CH3COOH sebesar 20 %.

X. Hasil dan Kesimpulan

Hasil Percobaan:

Dari percobaan penetapan kadar CH3COOH dengan larutan NaOH


yang telah distandarisasi menggunakan larutan baku primer asam oksalat
dengan titrasi alkalimetri didapatkan larutan CH3COONa dan H2O dengan
titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi merah muda dari penambahan indikator PP.
Kesimpulan:

10
Asam Cuka
Berdasarkan hasil penetapan kadar CH3COOH dengan larutan NaOH
dari proses titrasi didapatkan bahwa kadar CH3COOH sebesar 4,5 % nilai ini
berada jauh dibawah angka yang tertera pada etiket.

XI. Pembahasan
Percobaan ini melakukan titrasi penetapan kadar CH3COOH dengan
larutan NaOH. NaOH yang digunakan adalah NaOH yang telah
distandarisasi dengan baku primer asam oksalat. Dalam standarisasi NaOH
dan penetapan kadar CH3COOH, dibutuhkan indicator untuk mengetahui titik
akhir titrasi. Indikator yang dipilih adalah PP karena titrasi ini dilakukan
dengan basa kuat dan dan larutan CH3COOH yang bersifat asam, sehingga
kemungkinan pH >7. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa indicator PP
akan berubah warna ketika berada pada larutan yang bersifata basa. Setelah
penambahan 3-4 tetes indikator PP ke dalam larutan asam oksalat dan
dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Hal ini juga berlaku pada saat titrasi penetapan
kadar CH3COOH. Setelah titrasi sampai didapatkan titik akhir diperoleh
kadar CH3COOH yang sebenarnya adalah 4,5 %.

XII. Catatan dan Dokumentasi

a. Catatan

 pada saat menimbang sampel yang akan ditentukan


kadarnya, tidak harus tepat 3 atau 3mpat namun diberikan
kisaran antara 3 sampai 5 karena, berapapun berat yang
didapatkan akan dimasukkan kedalam perhitungan.
Sehingga, kadar yang didapatkan dapat mewakili sampel.

11
Asam Cuka
 Pada saat titrasi, harus tetes demi tetes. Tidak boleh
langsung seperti air mengalir dengan volume yang
diprediksikan karena, bias saja titik akhir titrasi akabn
terlewatkan.

b. Dokumetasi

Larutan sebelum dan sesudah ditambahkan Indikator PP masih tidak


berwarna

12
Asam Cuka
Larutan setelah titrasi standarisasi dan penetapan kadar berubah warna
menjadi merah pudar.

13
Asam Cuka

Anda mungkin juga menyukai