KONSELING PERKEMBANGAN
Oleh Prof. Dr. Ahman, M.Pd.
A. Pengantar
Penyajian materi dalam bagian ini membekali guru bimbingan dan konseling
(konselor) untuk mengubah paradigma kerja dari konselor yang sekadar
menunggu klien yang bermasalah, menjadi konselor yang proaktif untuk
mengembangkan tugas-tugas perkembangan siswa. Dalam materi konsep dasar
bimbingan dan konseling perkembangan terlingkup penjelasan tentang definisi
dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling perkembangan, asumsi bimbingan
dan konseling perkembangan, tugas perkembangan sebagai dasar layanan
bimbingan dan konseling, karakteristik perkembangan siswa SMP, faktor-faktor
yang memengaruhi perkembangan siswa SMP, dan tugas-tugas perkembangan
siswa SMP.
B. Kompetensi
Materi ini dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi sebagai
berikut:
K.3. Menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu.
K.5. Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling.
C. Indikator
Subkompetensi dan indikator yang diharapkan dicapai para konselor dari
kajian materi ini, antara lain:
K.3.3. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu
Indikator K.3.3.a. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
K.3.3.b. Menjelaskan proses perkembangan individu
K.3.3.c. Menjelaskan aspek-aspek perkembangan
K.3.3.d. Menjelaskan fase dan tugas perkembangan
K.3.3.e. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
K.5.1. Memahami konsep dasar, landasan, asas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling
Indikator K.5.1.a. Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling
K.5.1.c. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling
K.5.1.e. Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
D. Strategi
Strategi pokok yang digunakan didalam mengkaji materi dalam upaya
mengembangkan kompetensi di atas ialah:
1. Ekspose tentang konsep dasar bimbingan dan konseling perkembangan
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E. Deskripsi Materi
1. Definisi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Bimbingan dan konseling perkembangan adalah pemberian bantuan kepada
siswa yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan
isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan
bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bimbingan
perkembangan mengutamakan pertumbuhan aspek positif dari setiap individu,
ketimbang menekankan pada orientasi krisis. Model ini melibatkan guru kelas,
dan kepala sekolah, serta melibatkan orangtua dalam kerja sama yang merupakan
suatu tim bimbingan.
Model bimbingan perkembangan memungkinkan guru/konselor untuk
memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan emosional siswa, melainkan lebih
mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas
perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan
meningkatkan sumber daya serta kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap
perkembangan murid secara optimal. Isi program bimbingan dan konseling
perkembangan dilaksanakan melalui komponen layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, layanan perencanaan individual, dan pendukung sistem.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik.
Pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat
digunakan di SMP, karena pendekatan ini lebih berorientasi pada pengembangan
ekologi perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan konseling (konselor)
yang menggunakan pcndekatan perkembangan melakukan identifikasi
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan siswa agar berhasil di sekolah dan
dalam kehidupannya.
Dalam pelaksanaan bimbingan perkembangan, guru dapat melibatkan tim
kerja atau berbagai pihak yang terkait terutama orangtua siswa, sehingga akan
lebih efektif ketimbang bekerja sendiri. Bimbingan perkembangan dirancang
secara sistem terbuka, dengan demikian penyempurnaan dan modifikasi dapat
dilakukan setiap saat sepanjang diperlukan. Bimbingan perkembangan
mengintegrasikan berbagai pendekatan, dan orientasinya multi-budaya, sehingga
tidak mencabut klien dari akar budayanya. Tidak fanatik menolak suatu teori,
melainkan meramu apa yang terbaik dari masing-masing terapi; dan yang lebih
penting lagi mengkaji bagaimana masing-masing terapi bermanfaat bagi klien atau
keluarga.
Menurut Muro dan Kottman (1995:50-53) bimbingan dan konseling
perkembangan adalah program bimbingan yang didalamnya mengandung prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa
Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan konseling
diasumsikan diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di dalamnya siswa yang
memiliki kesulitan. Seluruh siswa ingin memperoleh pemahaman diri,
meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki kematangan dalam
memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa
memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki
kematangan dalam rnemahami nilai-nilai. Semua siswa memerlukan rasa dicintai
dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya, dan
memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.
b. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada pembelajaran
siswa
Sekolah saat ini memerlukan tenaga-tenaga yang spesialis. Spesialis untuk
membantu siswa membaca, memainkan instrumen musik, dan membantu
perkembangan fisik. Guru bimbingan dan konseling (konselor) dapat dipandang
sebagai spesialis dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam
mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa. Guru bimbingan dan
konseling (konselor) juga bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum
dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan
fisik. Kurikulum yang dikembangkan konselor menitikberatkan pada
pembelajarann manusia dan pemanusiaan peserta didik. Secara operasional,
konselor merupakan anggota tim yang terdiri atas orangtua, guru, pengelola, dan
spesialis lainnya. Tugas mereka membantu siswa untuk belajar. Siswa yang
memiliki kesulitan hendaknya tetap belajar, dan siswa yang lambat belajar
hendaknya dibantu untuk belajar sebanyak mungkin, dengan demikian semua
siswa terlibat dalam. proses pembelajaran. Tujuan sekolah adalah pembelajaran.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling perkembangan adalah membantu
siswa untuk belajar.
c. Guru bimbingan dan konseling (konselor) dan guru merupakan fungsionaris
bersama dalam program bimbingan perkembangan
Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih berorientasi pada
siswa ketimbang pada pelajaran. Oleh karena itu, konselor dan guru bekerja sama
membantu menyelesaikan masalah siswa. Guru bimbingan dan konseling
(konselor) membantu guru dalam menelusuri permasalahan siswa, mendengarkan
sungguh-sungguh perasaan yang dicurahkan guru, memperjelas, menentukan
pendekatan yang akan digunakan, dan membantu mengevaluasi kegiatan
pengajaran yang baru.
d. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting
dalam bimbingan perkembangan
Seluruh program bimbingan perkembangan hendaknya berisi perencanaan dan
pengorganisasian kurikulum yang matang. Sama halnya dengan kurikulum
sekolah yang biasa seperti matematika, IPA dan IPS, layanan dasar bimbingan
perkembangan berisi tujuan dan sasaran imiuk membantu siswa dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kurikulum menekankan pada
aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Materi program berupa
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi,
kemampuan pemecahan masalah, perumusan tujuan, perencanaan, efektivitas
hubungan antarpribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas budaya,
dan perilaku yang bertanggung jawab.
e. Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri,
pemahaman diri, dan pengayaan diri (self-enhancement)
Kegiatan dalam bimbingan perkembangan dirancang untuk membantu siswa
mengetahui lebih banyak tentang dirinya, menerima dirinya, serta memahami
kekuatan pada dirinya.
f. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada proses
mendorong perkembangan (encouragement)
Metode encouragement diarahkan untuk: (a) menempatkan nilai pada diri
siswa sebagaimana dirinya sendiri; (b) percaya pada dirinya, (c) percaya akan
kemampuan diri siswa; membangun penghargaan akan dirinya; (d) pengakuan
untuk bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh; (e) memanfaatkan
kelompok untuk mempermudah dan meningkatkan perkembangan siswa; (f)
memadukan kelompok sehingga siswa merasa memiliki tempat dalam kelompok;
(g) membantu pengembangan keterampilan secara berurutan dan secara psikologis
memungkinkan untuk sukses; (h) mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan
aset siswa; dan (i) memanfaatkan minat siswa sebagai energi dalam pengajaran.
g. Bimbingan perkembangan mengakui pengembangan yang terarah ketimbang
akhir perkembangan yang definitif
Guru bimbingan dan konseling (konselor) perkembangan mengakui bahwa
perkembangan siswa sebagai suatu proses ”menjadi”, sehingga pertumbuhan fisik
dan psikologisnya memiliki berbagai kemungkinan sebelum mencapai masa
dewasa.
h. Bimbingan perkembangan sebagai tim oriented-menuntut pelayanan dari
konselor profesional
Keberhasilan program bimbingan perkembangan memerlukan upaya bersama
seluruh staf di sekolah. Untuk memperoleh keefektivan maksimum dari program,
sekolah hendaknya memiliki akses terhadap pengetahuan dan keterampilan
konselor yang terlatih antara lain dalam konseling individual, konseling
kelompok, pengukuran, dan perkembangan siswa.
i. Bimbingan perkembangan peduli dengan indentifikasi awal akan kebutuhan-
kebutuhan khusus dari siswa
Guru bimbingan dan konseling (konselor) bekerja sama dengan guru untuk
menemukan kebutuhan siswa yang jika tidak terpenuhi akan menjadi kendala
dalam kehidupan siswa selanjutnya. Melakukan pendekatan dengan siswa baik
secara kelompok maupun individual. Menjalin hubungan erat dengan orangtua
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan indentifikasi
kebutuhan siswa.
j. Bimbingan perkembangan peduli dengan penerapan psikologi
Guru bimbingan dan konseling (konselor) perkembangan tidak sekadar peduli
pada asesmen kemampuan anak untuk belajar, melainkan pada bagaimana anak
menggunakan kemampuannya.
k. Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar dari psikologi anak,
psikologi perkembangan, dan teori-teori pembelajaran
Dalam implementasi bimbingan perkembangan mengaplikasi prinsip-prinsip
dari psikologi anak, psikologi perkembangan, dan dari teori-teori belajar.
l. Bimbingan perkembangan mempunyai sifat mengikuti urutan dan lentur
Lentur dalam arti program hendaknya disesuaikan dengan perbedaan
individual. Berurutan berarti bahwa program bimbingan dirancang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
Bertolak dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
dan konseling perkembangan adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang
dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang
berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian penting dan
integral dari keseluruhan program pendidikan.
2. Asumsi Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Model bimbingan perkembangan memungkinkan konselor untuk
memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan emosional klien, melainkan lebih
mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas
perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan
meningkatkan sumber daya dan kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap
pola perkembangan yang optimal dari klien (Blocher, 1987:79).
Menurut Myrick (Muro dan Kottman, 1995:49):
“developmental guidance and counseling are based on the premise that
human nature moves individuals sequentially and positively toward self
enhancement”
Pendekatan ini juga memiliki asumsi bahwa potensi individu merupakan aset
yang berharga bagi kemanusiaan. Dorongan dari dalam ini memerlukan
kesepakatan dengan kekuatan dalam lingkungan. Pengembangan kemanusiaan
merupakan interaksi individual di mana ia berpijak dengan peraturan,
perundangan, dan nilai-nilai yang saling melengkapi.
Menurut Blocher (1974:5) asumsi dasar bimbingan perkembangan, yaitu
perkembangan individu akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara
individu dengan lingkungannya. Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi
pelaksanaan bimbingan di sekolah, yaitu:
a. Perkembangan adalah tujuan bimbingan; oleh karena itu para petugas
bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka berpikir konseptual untuk
memahami perkembangan siswa sebagai dasar perumusan isi dan tujuan
bimbingan.
b. Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan yang harus
dikembangkan oleh petugas bimbingan. Oleh karena itu, petugas bimbingan
perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
mengembangkan interaksi yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran
bimbingan di sekolah (Sunaryo Kartadinata, 1996:10).
Perkembangan perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian
tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan perkembangan. Oleh karena itu,
untuk memahami karakterisfik murid SMP sebagai dasar untuk pengembangan
program bimbingan di SMP difokuskan kepada pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang
penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
3. Tugas Perkembangan Sebagai Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling
Pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sangat berguna bagi pendidik. Havighurst (1961:5) mengajukan
dua alasan pentingnya pemahaman terhadap konsep tugas-tugas perkembangan
bagi pendidik, yaitu:
First, it helps in discovering and stating the purposes of education in school.
Education may be conceived as effort of the society, through the school, to
help the individual achieve certain of his developmental tasks.
The second use of concept is in the timing of educational efforts. When body is
ripe, and society requires, and the self is ready to achieve a certain tasks, the
teachable moment has come.
b. Perkembangan Intelek
Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan
berpikirnya. Pada usia sekolah dasar, kemampuan berpikir anak masih berkenaan
dengan hal-hal yang konkret atau berpikir konkret, pada masa SMP mulai
berkembang kemampuan berpikir abstrak, remaja mampu membayangkan apa
yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa umpamanya perang nuklir, kiamat,
dan sebagainya. Remaja telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik
dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-
ide, yang oleh Jean Piaget seorang ahli Psikologi dari Swiss disebutnya sebagai
berpikir formal operasional.
Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai
dengan tiga hal penting. Pertama, anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada usia sekolah dasar anak hanya mampu
melihat kenyataan, maka pada usia remaja mereka telah mampu berpikir tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kedua, anak telah mampu berpikir ilmiah. Remaja
telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah, dari mulai merumuskan
masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah
data sampai dengan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ketiga, remaja telah mampu
memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran abstrak yang kompleks
telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan yang logis.
Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada
pemecahan masalah-masalah berpikir secara sistematik. Dalam kehidupan sehari-
hari para remaja demikian juga orang dewasa jarang menggunakan kemampuan
berpikir formal, walaupun mereka sebenarnya rnampu melaksanakannya. Mereka
lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin. Hal
itu mungkin disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya tantangan yang
dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang dihadapi atau dialami sebagai
tantangan, atau orangtua dan masyarakat tidak membiasakan remaja menghadapi
tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.
Kemampuan berpikir tentang kemungkinan ke depan, mengarahkan remaja
kepada pemikiran tentang pekerjaan. Pemikiran tentang pekerjaan berkembang
sesuai dengan pertambahan usia. Pada remaja muda (usia SMP) pemikiran tentang
pekerjaan masih diwarnai oleh fantasinya, sedang pada remaja dewasa (usia
SLTA) telah lebih realistik.
Pada usia sekolah dasar anak sudah memiliki kemampuan mengingat
informasi dan keterampilan memproses informasi tersebut. Dengan telah
dikuasainya kemampuan berpikir formal, maka keterampilan memproses
informasi ini berkembang lebih jauh. Pemrosesan informasi yang mencakup
penerimaan informasi oleh alat dria ditahan sebentar kemudian dilanjutkan ke
terminal ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam suatu bentuk yang
dapat disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL). Keterampilan memproses
informasi ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan ini sangat memegang peranan
penting dalam penyelesaian tugas-tugas pengajaran maupun pekerjaan. Sesuai
dengan pelajaran dan tugas-tugas yang mereka hadapi, para remaja mempunyai
keunggulan keterampilan, umpamanya mereka sudah mengerti dan dapat
mengerjakan dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari guru,
mereka telah mampu mencari hal-hal penting pada waktu membaca buku, mereka
telah mempunyai minat terhadap hal-hal khusus umpamanya mata pelajaran atau
bidang tertentu. Penguasaan keterampilan memproses informasi ini
menyempurnakan atau membulatkan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Karakteristik perkembangan intelektual siswa SMP dapat diuraikan dalam
tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Karakteristik Perkembangan Intelektual Siswa SMP
No Siswa SMP (Remaja Awal) Keterangan
1 Proses berpikirnya sudah mampu
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
(asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan
kausalitas) dalam ide-ide atau pemikiran abstrak
(meskipun relatif terbatas)
2 Kecakapan dasar umum (general intelligence)
menjalani laju perkembangan yang terpesat
(terutama bagi yang belajar di sekolah)
3 Kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitude)
mulai menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan lebih jelas.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian
lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa
melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya tindakan atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria
atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada
terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan, kebutuhan peserta didik dan pihak-
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian
diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai
sejauli mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan
informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki
dan mengembangkan program selanjutnya.
b. Tujuan Evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan
ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
c. Fungsi Evaluasi
1) Memberikan umpan balik (feedback) kepada guru bimbingan dan konseling
(konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling
2) Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran,
dan orangtua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.
d. Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari
prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi
keefektifan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
1) kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2) keterlaksanaan program;
3) hambatan-hambatan yang dijumpai;
4) dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5) respons peserta. didik, personel sekolah, orangtua, dan masyarakat
terhadap layanan bimbingan;
6) perubahan kemajuan pesertta didik dilihat pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan
7) keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi
lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih
bersifat ”penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan layanan
bimbingan.
2) Mengungkapkan pemahaman peserta didik siswa atas bahan-bahan yang
disajikan atau pemahaman/pendalaman peserta didik atas masalah yang
dialaminya.
3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi peserta didik dan perolehan peserta
didik sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan
bimbingan
4) Mengungkapkan minat peserta didik tentang perlunya layanan bimbingan
lebih lanjut.
5) Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini
terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang
berkesinambungan).
6) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggara kegiatan
layanan.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk
angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi
tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman
peserta didik; kegunaan layanan menurut peserta didik; perolehan peserta didik
dari layanan; dan minat peserta didik terhadap layanan lebih lanjut;
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu; perolehan guru bimbingan dan
konseling; komitmen pihah-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana
penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana proses
penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi
kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan untuk
kegiatan layanan terhadap peserta didik.
e. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut:
1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi
adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan,
maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan hal-hal yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya
terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu: (a) tingkat
keterlaksanaan program (aspek proses), dan (b) tingkat ketercapaian tujuan
program (aspek hasil).
2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk
memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan
ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan
dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu di antaranya inventori, angket,
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu
dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
4) Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh,
maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua
kegiatan, yaitu (a) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat,
atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai; dan (b)
mengembangkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa
hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang
dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah lainnya. Di samping itu,
penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang
(pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen
Pendidikan Nasional Kota atau Kabupaten).
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain peserta didik,
kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat,
para pejabat Depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan
sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat
seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja
peserta didik, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan
penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian
dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program
layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan
cermat maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan
untuk pertanggungjawaban/akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
E. Soal-soal Latihan
1. Needs Assessment (NA) merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
menyusun program. Sehubungan dengan hal tersebut, coba Anda jelaskan
tentang pengertian needs assessment, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan kegiatan tersebut!
2. Selama anda bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling apakah anda
melakukan needs assessment? Apabila ya, bagaimana prosedurnya, dan apabila
tidak, apa alasannya?
3. Dalam menyusun program, anda dituntut untuk merumuskan tujuan. Bagaimana
anda mengembangkan rumusan tujuan itu?
4. Program bimbingan terdiri atas beberapa komponen. Jelaskan komponen-
komponen tersebut, dan kaitkan dengan strategi peluncuran dari setiap
komponen tersebut!
5. Bagaimana anda merumuskan materi bimbingan, dan mencakup apa saja materi
bimbingan tersebut?
6. Dalam mengimplementasikan program, apakah perlu alokasi waktu secara
terjadwal masuk kelas? jika ya atau tidak, kemukakan alasannya!
7. Jelaskan bagaimana prosedur evaluasi program itu!
F. Tugas-tugas Workshop
Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan para guru, maka dalam
workshop pengembangan program dan manajemen BK kepada para guru
diberikan beberapa tugas. Untuk melaksanakan tugas ini, para guru dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil (8-10 orang).
Tugas-tugas itu adalah sebagai berikut.
1. Tugas I. Masing-masing kelompok merumuskan tugas-tugas perkembangan
(kompetensi) siswa SMP yang dipandang sesuai dengan nilai-nilai agama,
budaya, dan kematangan psikofisik siswa.
2. Tugas II. Masing-masing kelompok mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
diketahui melalui needs assessment (NA), dan menyusun instrumen yang
relevan untuk melakukan kegiatan NA.
3. Tugas III. Masing-masing kelompok menyusun rancangan program BK secara
matrik, yang isinya meliputi: domain/aspek perkembangan, tujuan, materi,
strategi, waktu pelaksanaan, dan keterangan.
4. Tugas IV. Masing-masing kelompok mengidentifikasi aspek-aspek ymg
dievaluasi dan menyusun instrumen untuk mengevaluasi program tersebut.
G. Daftar Rujukan
Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model for School
Counseling Programs. ASCA (American School Counselor Association).
Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur
Balitbang.
Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The
Educational Resources Information Center.
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The
Elementary and Middle Schools. Madison: Brown & Benchmark.
Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan Perangkat Lunak Analisis
Tugas Perkembangan Siswa dalam Upaya Meningkatkan Mutu Layanan dan
Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Laporan Riset Unggulan
Terpadu VIII). Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi RI, LIPI.
Syamsu Yusuf LN. (1998). Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan
Ekologis. Disertasi. Bandung: PPs UPI.
Stoner, James A. (1987). Management. London: Prentice-Hall International Inc.
Lampiran I
DESKRIPSI DAN TANGGUNG JAWAB
PERSONEL SEKOLAH DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala
sekolah ialah:
1. mengoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah;
2. menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
3. memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling
di sekolah;
4. melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah;
5. menetapkan koordinator guru bimbingan dan konseling yang bertanggung
jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
berdasarkan kesepakatan bersama guru bimbingan dan konseling;
6. membuat surat tugas guru bimbingan dan konseling dalam proses bimbingan
dan konseling pada setiap awal catur wulan;
7. menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan
ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
8. mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling.
B. Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal:
1. mengoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada
semua personel sekolah;
2. melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.
C. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Tugas-tugas koordinator bimbingan dan konseling dapat dirinci seperti:
1. mengoordinasikan para guru bimbingan dan konseling dalam:
a. memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling;
b. menyusun program bimbingan dan konseling;
c. melaksanakan program bimbingan dan konseling;
d. mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
e. menilai program bimbingan dan konseling;
f. mengadakan tindak lanjut
2. membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya
tenaga, sarana, dan prasarana;
3. mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
kepada kepala sekolah.
D. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Adapun tugas guru bimbingan dan konseling ialah:
1. memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling;
2. merencanakan program bimbingan dan konseling;
3. merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
4. melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya
5. menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling;
6. menganalisis hasil penilaian;
7. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian
8. mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling;
9. mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru
bimbingan dan konseling.
E. Guru Mata Pelaiaran
Guru adalah personel yang sangat penting dalam aktivitas bimbingan dan
konseling. Tugas-tugasnya adalah:
1. membantu memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
2. melakukan kerjasama dengan guru bimbingan dan konseling dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling;
3. mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling
kepada guru bimbingan dan konseling;
4. mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program
perbaikan dan program pengayaan);
5. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling;
6. membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
layanan bimbingan dan konseling; serta
7. ikut serta dalam program layanan bimbingan dan konseling.
F. Wali Kelas
Wali kelas sebagai mitra kerja konselor, juga memiliki tugas-tugas bimbingan
dan konseling, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik,
khususnya di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, untuk mengikuti layanan
bimbingan dan konseling;
3. memberikan informasi tentang peserta didik di kelasnya untuk memperoleh
layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling;
4. menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang peserta didik yang
perlu diperhatikan khusus; serta
5. ikut serta dalam konferensi kasus.
G. Staf Administrasi
Seperti personel bimbingan lain, staf administrasi pun adalah personel yang
memiliki tugas bimbingan khusus, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling (konselor) dan koordinator dalam
mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
2. membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling;
3. membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan
konseling.
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lampiran II
RANCANGAN STRUKTUR PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Rasional/Landasan
Rumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam
keseluruhan program sekolah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep
dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/
implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap
gaya hidup masyarakat (termasuk para siswa), dan hal-hal lain yang dianggap
relevan.
2. Visi dan Misi
Runuskan sepanjang memungkinkan, dan dirumuskan sejalan dengan visi,
misi sekolah. Mungkin juga terkandung secara implisit/eksplisit dalam rasional.
3. Deskripsi Kebutuhan Siswa
Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) siswa dan
lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai
siswa. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas
perkembangan/kompetensi. Bidang-bidang perkembangan/kompetensi bisa
merujuk kepada yang disepakati bersama.
4. Tujuan
Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai siswa setelah memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Sangat baik
apabila tujuan dapat dirumuskan ke dalam tataran/level tujuan:
a. Penyadaran
b. Akomodasi
c. Tindakan
5. Komponen Program
a. Komponen Layanan Dasar
b. Komponen Responsif
c. Komponen Perencanaan Individual
d. Komponen dukungan sistem (manajemen)
6. Rencana Operasional (Action Plan)
Atas dasar komponen program di atas lakukan:
a. Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan.
Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang
harus dikuasai siswa.
b. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap
kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau
terus-menerus.
c. Tuangkan kegiatan dimaksud ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk
selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik.
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu dicantumkan silakan disepakati, sepanjang
tidak mengganggu makna dari rencana operasional ini.
7. Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)
Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan
yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan
8. Pengembangan Satuan Layanan (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik.
9. Evaluasi
Rumuskan rencana evaluasi perkembangan siswa atas dasar tujuan yang ingin
dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus
kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas layanan bimbingan
dan konseling.
10. Anggaran
Nyatakan rencana anggaran untuk mendukung implementasi program secara
cermat dan rasional/realistik.
11. (Hal lain yang dianggap perlu, silakan didiskusikan)
You are free to and responsible for the development of school guidance and
counseling program. Do not hesitate to decide and implement the program that
you think the best for your client.
Lampiran III
CONTOH PERENCANAAN
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Perkembangan Pribadi-Sosial
Aspek : Manajemen Diri dan Perilaku Tanggungjawab
Kompetensi : Pentingnya pertumbuhan dan perubahan perilaku
Topik/Tema : Pertanyaan Mutu Perilaku
Tingkat kelas : 6-8 Waktu 2 sesi kelas
Bahan
Lembar kerja ”Pertanyaan Mutu Perilaku”.
Evaluasi
Peserta didik akan mengidentifikasi mutu perilaku dirinya dan mengaitkannya
dengan kepentingan kerja
Prosedur
1. Konselor mengarahkan diskusi kelas tentang mutu perilaku dan meminta
contoh dari kelas. Contoh ini ditulis dan didaftar dalam chart.
2. Hand out ”Pertanyaan Mutu Perilaku” dalam bentuk lembar kerja.
3. Jika peserta didik sudah selesai mengisi lembar kerja, diskusikan jawaban
mereka dan perintahkan mereka untuk mengidentifikasi dua cara perbaikan
perilaku yang dijawab ”tidak”.
4. Pilih tiga perilaku bermutu dari dirinya dan kaitkan kepentingan perilaku
tersebut dengan pekerjaan atau tugas-tugas akademik. Tulis di bagian
belakang lembar kerja.
PERTANYAAN MUTU PERILAKU
7. Dapatkah kamu bekerja dengan orang lain dalam kelompok? _____ _____
9. Apakah kamu berbuat supaya orang lain berkesan baik? _____ _____
10. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas tepat waktu? _____ _____
12. Apakah kamu merasa bahagia dalam banyak hal? _____ _____
13. Apakah kamu senantiasa berperasaan baik tentang dirimu? _____ _____