Anda di halaman 1dari 87

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN

KONSELING PERKEMBANGAN
Oleh Prof. Dr. Ahman, M.Pd.
A. Pengantar
Penyajian materi dalam bagian ini membekali guru bimbingan dan konseling
(konselor) untuk mengubah paradigma kerja dari konselor yang sekadar
menunggu klien yang bermasalah, menjadi konselor yang proaktif untuk
mengembangkan tugas-tugas perkembangan siswa. Dalam materi konsep dasar
bimbingan dan konseling perkembangan terlingkup penjelasan tentang definisi
dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling perkembangan, asumsi bimbingan
dan konseling perkembangan, tugas perkembangan sebagai dasar layanan
bimbingan dan konseling, karakteristik perkembangan siswa SMP, faktor-faktor
yang memengaruhi perkembangan siswa SMP, dan tugas-tugas perkembangan
siswa SMP.
B. Kompetensi
Materi ini dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi sebagai
berikut:
K.3. Menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu.
K.5. Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling.
C. Indikator
Subkompetensi dan indikator yang diharapkan dicapai para konselor dari
kajian materi ini, antara lain:
K.3.3. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu
Indikator K.3.3.a. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
K.3.3.b. Menjelaskan proses perkembangan individu
K.3.3.c. Menjelaskan aspek-aspek perkembangan
K.3.3.d. Menjelaskan fase dan tugas perkembangan
K.3.3.e. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
K.5.1. Memahami konsep dasar, landasan, asas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling
Indikator K.5.1.a. Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling
K.5.1.c. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling
K.5.1.e. Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
D. Strategi
Strategi pokok yang digunakan didalam mengkaji materi dalam upaya
mengembangkan kompetensi di atas ialah:
1. Ekspose tentang konsep dasar bimbingan dan konseling perkembangan
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E. Deskripsi Materi
1. Definisi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Bimbingan dan konseling perkembangan adalah pemberian bantuan kepada
siswa yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan
isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan
bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bimbingan
perkembangan mengutamakan pertumbuhan aspek positif dari setiap individu,
ketimbang menekankan pada orientasi krisis. Model ini melibatkan guru kelas,
dan kepala sekolah, serta melibatkan orangtua dalam kerja sama yang merupakan
suatu tim bimbingan.
Model bimbingan perkembangan memungkinkan guru/konselor untuk
memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan emosional siswa, melainkan lebih
mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas
perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan
meningkatkan sumber daya serta kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap
perkembangan murid secara optimal. Isi program bimbingan dan konseling
perkembangan dilaksanakan melalui komponen layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, layanan perencanaan individual, dan pendukung sistem.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik.
Pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat
digunakan di SMP, karena pendekatan ini lebih berorientasi pada pengembangan
ekologi perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan konseling (konselor)
yang menggunakan pcndekatan perkembangan melakukan identifikasi
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan siswa agar berhasil di sekolah dan
dalam kehidupannya.
Dalam pelaksanaan bimbingan perkembangan, guru dapat melibatkan tim
kerja atau berbagai pihak yang terkait terutama orangtua siswa, sehingga akan
lebih efektif ketimbang bekerja sendiri. Bimbingan perkembangan dirancang
secara sistem terbuka, dengan demikian penyempurnaan dan modifikasi dapat
dilakukan setiap saat sepanjang diperlukan. Bimbingan perkembangan
mengintegrasikan berbagai pendekatan, dan orientasinya multi-budaya, sehingga
tidak mencabut klien dari akar budayanya. Tidak fanatik menolak suatu teori,
melainkan meramu apa yang terbaik dari masing-masing terapi; dan yang lebih
penting lagi mengkaji bagaimana masing-masing terapi bermanfaat bagi klien atau
keluarga.
Menurut Muro dan Kottman (1995:50-53) bimbingan dan konseling
perkembangan adalah program bimbingan yang didalamnya mengandung prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa
Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan konseling
diasumsikan diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di dalamnya siswa yang
memiliki kesulitan. Seluruh siswa ingin memperoleh pemahaman diri,
meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki kematangan dalam
memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa
memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki
kematangan dalam rnemahami nilai-nilai. Semua siswa memerlukan rasa dicintai
dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya, dan
memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.
b. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada pembelajaran
siswa
Sekolah saat ini memerlukan tenaga-tenaga yang spesialis. Spesialis untuk
membantu siswa membaca, memainkan instrumen musik, dan membantu
perkembangan fisik. Guru bimbingan dan konseling (konselor) dapat dipandang
sebagai spesialis dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam
mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa. Guru bimbingan dan
konseling (konselor) juga bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum
dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan
fisik. Kurikulum yang dikembangkan konselor menitikberatkan pada
pembelajarann manusia dan pemanusiaan peserta didik. Secara operasional,
konselor merupakan anggota tim yang terdiri atas orangtua, guru, pengelola, dan
spesialis lainnya. Tugas mereka membantu siswa untuk belajar. Siswa yang
memiliki kesulitan hendaknya tetap belajar, dan siswa yang lambat belajar
hendaknya dibantu untuk belajar sebanyak mungkin, dengan demikian semua
siswa terlibat dalam. proses pembelajaran. Tujuan sekolah adalah pembelajaran.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling perkembangan adalah membantu
siswa untuk belajar.
c. Guru bimbingan dan konseling (konselor) dan guru merupakan fungsionaris
bersama dalam program bimbingan perkembangan
Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih berorientasi pada
siswa ketimbang pada pelajaran. Oleh karena itu, konselor dan guru bekerja sama
membantu menyelesaikan masalah siswa. Guru bimbingan dan konseling
(konselor) membantu guru dalam menelusuri permasalahan siswa, mendengarkan
sungguh-sungguh perasaan yang dicurahkan guru, memperjelas, menentukan
pendekatan yang akan digunakan, dan membantu mengevaluasi kegiatan
pengajaran yang baru.
d. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting
dalam bimbingan perkembangan
Seluruh program bimbingan perkembangan hendaknya berisi perencanaan dan
pengorganisasian kurikulum yang matang. Sama halnya dengan kurikulum
sekolah yang biasa seperti matematika, IPA dan IPS, layanan dasar bimbingan
perkembangan berisi tujuan dan sasaran imiuk membantu siswa dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kurikulum menekankan pada
aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Materi program berupa
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi,
kemampuan pemecahan masalah, perumusan tujuan, perencanaan, efektivitas
hubungan antarpribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas budaya,
dan perilaku yang bertanggung jawab.
e. Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri,
pemahaman diri, dan pengayaan diri (self-enhancement)
Kegiatan dalam bimbingan perkembangan dirancang untuk membantu siswa
mengetahui lebih banyak tentang dirinya, menerima dirinya, serta memahami
kekuatan pada dirinya.
f. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada proses
mendorong perkembangan (encouragement)
Metode encouragement diarahkan untuk: (a) menempatkan nilai pada diri
siswa sebagaimana dirinya sendiri; (b) percaya pada dirinya, (c) percaya akan
kemampuan diri siswa; membangun penghargaan akan dirinya; (d) pengakuan
untuk bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh; (e) memanfaatkan
kelompok untuk mempermudah dan meningkatkan perkembangan siswa; (f)
memadukan kelompok sehingga siswa merasa memiliki tempat dalam kelompok;
(g) membantu pengembangan keterampilan secara berurutan dan secara psikologis
memungkinkan untuk sukses; (h) mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan
aset siswa; dan (i) memanfaatkan minat siswa sebagai energi dalam pengajaran.
g. Bimbingan perkembangan mengakui pengembangan yang terarah ketimbang
akhir perkembangan yang definitif
Guru bimbingan dan konseling (konselor) perkembangan mengakui bahwa
perkembangan siswa sebagai suatu proses ”menjadi”, sehingga pertumbuhan fisik
dan psikologisnya memiliki berbagai kemungkinan sebelum mencapai masa
dewasa.
h. Bimbingan perkembangan sebagai tim oriented-menuntut pelayanan dari
konselor profesional
Keberhasilan program bimbingan perkembangan memerlukan upaya bersama
seluruh staf di sekolah. Untuk memperoleh keefektivan maksimum dari program,
sekolah hendaknya memiliki akses terhadap pengetahuan dan keterampilan
konselor yang terlatih antara lain dalam konseling individual, konseling
kelompok, pengukuran, dan perkembangan siswa.
i. Bimbingan perkembangan peduli dengan indentifikasi awal akan kebutuhan-
kebutuhan khusus dari siswa
Guru bimbingan dan konseling (konselor) bekerja sama dengan guru untuk
menemukan kebutuhan siswa yang jika tidak terpenuhi akan menjadi kendala
dalam kehidupan siswa selanjutnya. Melakukan pendekatan dengan siswa baik
secara kelompok maupun individual. Menjalin hubungan erat dengan orangtua
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan indentifikasi
kebutuhan siswa.
j. Bimbingan perkembangan peduli dengan penerapan psikologi
Guru bimbingan dan konseling (konselor) perkembangan tidak sekadar peduli
pada asesmen kemampuan anak untuk belajar, melainkan pada bagaimana anak
menggunakan kemampuannya.
k. Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar dari psikologi anak,
psikologi perkembangan, dan teori-teori pembelajaran
Dalam implementasi bimbingan perkembangan mengaplikasi prinsip-prinsip
dari psikologi anak, psikologi perkembangan, dan dari teori-teori belajar.
l. Bimbingan perkembangan mempunyai sifat mengikuti urutan dan lentur
Lentur dalam arti program hendaknya disesuaikan dengan perbedaan
individual. Berurutan berarti bahwa program bimbingan dirancang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
Bertolak dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
dan konseling perkembangan adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang
dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang
berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian penting dan
integral dari keseluruhan program pendidikan.
2. Asumsi Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Model bimbingan perkembangan memungkinkan konselor untuk
memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan emosional klien, melainkan lebih
mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas
perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan
meningkatkan sumber daya dan kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap
pola perkembangan yang optimal dari klien (Blocher, 1987:79).
Menurut Myrick (Muro dan Kottman, 1995:49):
“developmental guidance and counseling are based on the premise that
human nature moves individuals sequentially and positively toward self
enhancement”

Pendekatan ini juga memiliki asumsi bahwa potensi individu merupakan aset
yang berharga bagi kemanusiaan. Dorongan dari dalam ini memerlukan
kesepakatan dengan kekuatan dalam lingkungan. Pengembangan kemanusiaan
merupakan interaksi individual di mana ia berpijak dengan peraturan,
perundangan, dan nilai-nilai yang saling melengkapi.
Menurut Blocher (1974:5) asumsi dasar bimbingan perkembangan, yaitu
perkembangan individu akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara
individu dengan lingkungannya. Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi
pelaksanaan bimbingan di sekolah, yaitu:
a. Perkembangan adalah tujuan bimbingan; oleh karena itu para petugas
bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka berpikir konseptual untuk
memahami perkembangan siswa sebagai dasar perumusan isi dan tujuan
bimbingan.
b. Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan yang harus
dikembangkan oleh petugas bimbingan. Oleh karena itu, petugas bimbingan
perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
mengembangkan interaksi yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran
bimbingan di sekolah (Sunaryo Kartadinata, 1996:10).
Perkembangan perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian
tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan perkembangan. Oleh karena itu,
untuk memahami karakterisfik murid SMP sebagai dasar untuk pengembangan
program bimbingan di SMP difokuskan kepada pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang
penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
3. Tugas Perkembangan Sebagai Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling
Pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sangat berguna bagi pendidik. Havighurst (1961:5) mengajukan
dua alasan pentingnya pemahaman terhadap konsep tugas-tugas perkembangan
bagi pendidik, yaitu:
First, it helps in discovering and stating the purposes of education in school.
Education may be conceived as effort of the society, through the school, to
help the individual achieve certain of his developmental tasks.
The second use of concept is in the timing of educational efforts. When body is
ripe, and society requires, and the self is ready to achieve a certain tasks, the
teachable moment has come.

Mengacu pada dua alasan Havighurst tersebut di atas, dalam kacamata


bimbingan pemahaman tugas-tugas perkembangan siswa SMP sangat berguna
bagi pengembangan program bimbingan dan konseling karena sangat membantu
dalam: (a) menemukan dan menentukan tujuan program bimbingan dan konseling
di SMP, (b) menentukan kapan waktu upaya bimbingan dapat dilakukan.
Bimbingan dan konseling perkembangan bertolak dari premise bahwa positif
regard dan respek terhadap martabat manusia (human dignity) merupakan aspek
yang amat penting dalam masyarakat. Guru bimbingan dan konseling (konselor)
memiliki tugas untuk mengembangkan potensi dan keunikan individu secara
optimal dalam perubahan masyarakat yang global. Dalam program bimbingan
yang komprehensif siswa diharapkan memperoleh keterampilan yang penting
dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat yang memiliki aneka budaya.
Dalam konteks bimbingan perkembangan, maka perkembangan perilaku yang
efektif sebagai tujuan pelaksanaan bimbingan dapat dilihat dari tingkat pencapaian
tugas-tugas perkembangan. Memahami karakteristik murid SMP sebagai dasar
untuk pengembangan program bimbingan di SMP difokuskan kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangan murid SMP. Mengkaji tugas-tugas perkembangan
merupakan hal yang penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan
peningkatan mutu layanan bimbingan. Secara konseptual tugas-tugas
perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam
menghadapi tugas-tugas berikutnya (Havighurst, 1961:2).
Mengingat bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan, maka
tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan
pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang
berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I Ayat 1. ”Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah (UUSPN, dan PP No. 29 Tahun 1990). Pengembangan kehidupan siswa
sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (a) memperkuat
dasar keimanan dan ketakwaan; (b) membiasakan untuk berperilaku yang baik; (c)
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar; (d) memelihara kesehatan
jasmani dan rohani; (e) memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk
kepribadian yang mantap dan mandiri, Pengembangan sebagai anggota
masyarakat mencakup: (a) memperkuat kesadaran hidup beragama dalam
masyarakat; (b) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup; dan
(c) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga
negara mencakup upaya untuk: (a) mengembangkan perhatian dan pengetahuan
hak dan kewajiban sebagai warga negara RI; (b) menanamkan rasa ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara; (c) memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengembangan sebagai umat manusia
mencakup upaya untuk: (a) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang
merdeka dan berdaulat; (b) meningkatkan kesadaran tentang HAM; (c)
memberikan pengertian tentang ketertiban dunia; (d) meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya persahabatan antarbangsa; dan (e) mempersiapkan peserta
didik untuk menguasai isi kurikulum.
Bertolak dari rumusan Tujuan Pendidikan Nasional, dan tujuan pendidikan
dasar dirumuskan seperangkat tugas-tugas perkembangan yang seyogianya
dicapai oleh siswa SMP. Secara operasional tugas-tugas perkembangan siswa
SMP adalah pencapaian perilaku yang seyogianya ditampilkan siswa SMP yang
meliputi: (1) Landasan Kehidupan Religius, (2) Landasan Perilaku Etis, (3)
Kematangan Emosional, (4) Kematangan Berpikir, (5) Kesadaran
Tanggungjawab, (6) Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita, (7) Penerimaan Diri
dan Pengembangannya (8) Kemandirian Perilaku Ekonomi, (9) Wawasan dan
Persiapan Karier, dan (10) Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Secara khusus layanan.bimbingan di SMP bertujuan untuk membantu siswa
agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan aspek
pribadi sosial, pendidikan, dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam
aspek perkembangan pribadi sosial layanan bimbingan membantu siswa agar:
a. Memiliki pemahaman diri
b. Mengembangkan sikap positif
c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat
d. Mampu menghargai orang lain
e. Memiliki rasa tanggungjawab
f. Mengembangkan ketrampilan hubungan antarpribadi
g. Dapat menyelesaikan masalah
h. Dapat membuat keputusan secara baik.
Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa
agar dapat:
a. Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
b. Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
c. Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya
d. Memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian.
Dalam aspek perkembangan karier, layanan bimbingan membantu siswa agar
dapat:
a. Mengenali macam-macam dan ciri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan
b. Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
c. Mengeksplorasi arah pekerjaan
d. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan minat dengan jenis pekerjaan.
4. Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Pertama
Pada usia SMP berada pada masa remaja, masa pubertas atau adolesen. Pada
masa ini keadaan fisik, kemampuan berpikir, kondisi emosi, dan perilaku sosial
anak berbeda dengan pada masa sebelumnya. Masa remaja merupakan masa
peralihan atau transisi antara masa anak dengan dewasa. Meskipun perkembangan
aspek-aspek kepribadian telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi
puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini, sebab setclah melewati masa ini,
remaja telah berubah menjadi seorang dewasa. Pada masa transisi ini terjadi
perubahan-perubahan yang sangat cepat, terutama dalam perkembangan fisik dan
berpikir. Pertambahan tinggi badan remaja sangat cepat, disertai dengan adanya
perubahan atau munculnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya bulu-
bulu, perkembangan buah dada dan pinggul, serta datangnya menstruasi pada
wanita, tumbuhnya jakun serta perubahan suara pada laki-laki.
Sejalan dengan perkembangan fisik, kemampuan berpikir remaja juga
berkembang pesat, mereka telah mampu berpikir tahap tinggi, berpikir logis dan
rasional. Dalam perkembangan sosial remaja mulai ingin mandiri, mereka ingin
melepaskan diri dari ikatan keluarga dan membentuk ikatan dengan teman sebaya.
Perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segi fisik dan intelektual (berpikir)
rupanya menimbulkan goncangan-goncangan dalam kehidupan emosi remaja.
Suasana emosi remaja, terutama remaja awal (usia SMP) mudah sekali berubah,
suasana yang riang gembira mudah sekali berubah menjadi rasa sedih yang
mendalam, kemanjaan kepada orangtua dengan persoalan sepele bisa berubah
menjadi rasa antipati.
a. Perkembangan Fisk
Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan tampak dari luar adalah
perkembangan fisik. Pada masa remaja perkembangan fisik mereka sangat cepat
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa remaja awal (usia SMP)
anak-anak ini tampak tinggi-tinggi tetapi kurus, lengan, kaki dan leher mereka
panjang-panjang, baru kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir
masa remaja, proporsi tinggi dan berat badan mereka seimbang. Pada usia 11-12
tahun tinggi badan anak laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda, pada usia 12-13
tahun pertambahan tinggi badan anak wanita lebih cepat dibandingkan dengan
anak laki-laki, tetapi pada usia 14 -15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya,
sehingga pada usia 18-19 tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari wanita, lebih
tinggi sekitar 7 sampai dengan 10 cm. Rata-rata pertambahan tinggi badan masih
dapat diperkirakan, tetapi pertambahan berat lebih sulit diperkirakan. Hal itu
disebabkan karena besarnya pengaruh faktor luar, seperti kondisi sosial ekonomi,
pengaruh komposisi dan gizi makanan. Perubahan yang sangat cepat dalam tinggi
ini, tidak berjalan sejajar dengan kekuatan dan keterampilannya. Keduanya agak
tertinggal dibandingkan dengan tinggi badan. Anak yang pada usia SD jagoan
dalam olahraga, pada usia SMP mengalami sedikit kemunduran karena belum ada
penyesuaian dengan perubahan-perubahan fisik yang dialami, gerak-gerik mereka
pun tampak kaku dan canggung.
Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat, pada masa remaja
berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula. Perkembangan ini ditandai
dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer
berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi, baik pada pria maupun
wanita. Pada awal masa remaja anak wanita mulai mengalami menstruasi dan
laki-laki mengalami mimpi basah, dan pengalaman ini merupakan pertanda bahwa
mereka telah memasuki masa kematangan seksual. Pengalaman pertama
menstruasi pada wanita, seringkali dirasakan oleh remaja sebagai sesuatu yang
mengagetkan, menakutkan, menimbulkan rasa cemas, takut dan malu. Adakalanya
mereka menutup-nutupi atau menyembunyikan pengalaman tersebut. Penerangan
dan bimbingan dari orangtua terutama dari ibu sangat diperlukan menjelang
mereka memasuki masa remaja. Pengalaman mimpi basah pertama pada anak
pria, juga menimbulkan kekagetan walaupun tidak sebesar pada anak wanita.
Setelah pengalaman tersebut biasanya terjadi perubahan perhatian dan perasaan
terhadap lawan jenis. Ciri-ciri kelamin sekunder, berkenaan dengan tumbuhnya
bulu-bulu pada seluruh badan (pada bagian tertentu lebih cepat dan lebat),
perubahan suara menjadi semakin rendah-besar (lebih-lebih pada pria),
membesarnya buah dada dan puting susu pada wanita, tumbuhnya jakun pada
pria. Dengan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder ini, secara fisik remaja
mulai menampakkan ciri-ciri orang dewasa.
Masih dalam kaitan dengan perkembangan fisik, pada masa remaja juga
terjadi perkembangan hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar endocrine
yang masuk dalam darah. Hormon yang terpenting yang berkaitan dengan
perkembangan kehidupan seksual adalah testoterone dan estrogen. Keduanya ada,
baik pada pria maupun wanita, tetapi konsentrasi yang tinggi dari testosterone ada
pada pria, sehingga sering disebut sebagai hormon kepriaan dan estrogen
terkonsentrasi tinggi pada wanita disebut hormon kewanitaan. Memang kedua
jenis hormon tersebut memengaruhi perkembangan karakteristik kepriaan dan
kewanitaan. Hormon tersebut tidak hanya memengaruhi perkembangan seksual,
tetapi juga pertumbuhan fisik.
Testosterone merangsang pertumbuhan otot dan tulang-tulang, baik pada pria
maupun wanita. Sampai dengan usia sekolah dasar pertumbuhan otot dan tulang
keduanya sama, tetapi pada masa remaja terdapat perbedaan. Pertumbuhan otot-
otot dan tulang-tulang pria lebih besar dan panjang dibandingkan wanita.
Perbedaan keduanya diperbesar oleh pengaruh dari lingkungan. Pria dituntut dan
mereka mengerjakan pekerjaan dan latihan-latihan yang banyak menggunakan
otot, sehingga pertumbuhan otot dan tulang-tulang mereka menjadi lebih pesat.
Estrogen merangsang pertambahan penyimpanan lemak di bawah kulit, dan
mendorong pematangan tulang-tulang sehingga mencapai bentuk dan kekuatan
sebagai orang dewasa. Dalam usia sekolah dasar pria dan wanita dengan
rangsangan estrogen memiliki jumlah lemak yang hampir sama, sekitar seperlima
dari tubuhnya, tetapi pada masa pubertas, pertambahannya menjadi berbeda.
Pertambahan timbunan lemak pada wanita lebih banyak dibandingkan pria. Hal
itulah yang menimbulkan penampilan pria berbeda dengan wanita. Pria tampil
lebih kekar, otot dan kulitnya lebih kasar, sedang wanita lebih lembut, licin, dan
halus. Sudah tentu kelembutan dan kehalusan otot dan kulit wanita akan
berkurang apabila dia melakukan pekerjaan dan latihan-latihan kekuatan otot yang
keras. Demikian juga halnya pada pria, kekuatan dan kekasaran otot dan kulitnya
akan berkurang apabila dia jarang sekali melakukan pekerjaan dan latihan-latihan
kekuatan otot.
Bertolak dari perkembangan fisik ini, maka karakteristik profil perkembangan
fisik dan perilaku psikomotorik siswa SMP (remaja awal) adalah sebagai berikut:
(Abin Syamsuddin Makmun, 1996: 92):
Tabel 3.1 Karaktieristik Perkembangan Fisik Siswa SMP
No Siswa SMP (Remaja Awal) Keterangan
1 Laju perkembangan secara umum berlangsung
secara pesat
2 Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering
kurang seimbang (termasuk otot dan tulang
belulang)
3 Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu
pada pubic region, otot mengembang pada
baglan-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya
sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita &
polasi pada pria pertama kali)
4 Gerak-gerik tampak canggung dan kurang
terkoordinasikan
5 Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan
yang dicobanya

b. Perkembangan Intelek
Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan
berpikirnya. Pada usia sekolah dasar, kemampuan berpikir anak masih berkenaan
dengan hal-hal yang konkret atau berpikir konkret, pada masa SMP mulai
berkembang kemampuan berpikir abstrak, remaja mampu membayangkan apa
yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa umpamanya perang nuklir, kiamat,
dan sebagainya. Remaja telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik
dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-
ide, yang oleh Jean Piaget seorang ahli Psikologi dari Swiss disebutnya sebagai
berpikir formal operasional.
Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai
dengan tiga hal penting. Pertama, anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada usia sekolah dasar anak hanya mampu
melihat kenyataan, maka pada usia remaja mereka telah mampu berpikir tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kedua, anak telah mampu berpikir ilmiah. Remaja
telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah, dari mulai merumuskan
masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah
data sampai dengan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ketiga, remaja telah mampu
memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran abstrak yang kompleks
telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan yang logis.
Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada
pemecahan masalah-masalah berpikir secara sistematik. Dalam kehidupan sehari-
hari para remaja demikian juga orang dewasa jarang menggunakan kemampuan
berpikir formal, walaupun mereka sebenarnya rnampu melaksanakannya. Mereka
lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin. Hal
itu mungkin disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya tantangan yang
dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang dihadapi atau dialami sebagai
tantangan, atau orangtua dan masyarakat tidak membiasakan remaja menghadapi
tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.
Kemampuan berpikir tentang kemungkinan ke depan, mengarahkan remaja
kepada pemikiran tentang pekerjaan. Pemikiran tentang pekerjaan berkembang
sesuai dengan pertambahan usia. Pada remaja muda (usia SMP) pemikiran tentang
pekerjaan masih diwarnai oleh fantasinya, sedang pada remaja dewasa (usia
SLTA) telah lebih realistik.
Pada usia sekolah dasar anak sudah memiliki kemampuan mengingat
informasi dan keterampilan memproses informasi tersebut. Dengan telah
dikuasainya kemampuan berpikir formal, maka keterampilan memproses
informasi ini berkembang lebih jauh. Pemrosesan informasi yang mencakup
penerimaan informasi oleh alat dria ditahan sebentar kemudian dilanjutkan ke
terminal ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam suatu bentuk yang
dapat disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL). Keterampilan memproses
informasi ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan ini sangat memegang peranan
penting dalam penyelesaian tugas-tugas pengajaran maupun pekerjaan. Sesuai
dengan pelajaran dan tugas-tugas yang mereka hadapi, para remaja mempunyai
keunggulan keterampilan, umpamanya mereka sudah mengerti dan dapat
mengerjakan dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari guru,
mereka telah mampu mencari hal-hal penting pada waktu membaca buku, mereka
telah mempunyai minat terhadap hal-hal khusus umpamanya mata pelajaran atau
bidang tertentu. Penguasaan keterampilan memproses informasi ini
menyempurnakan atau membulatkan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Karakteristik perkembangan intelektual siswa SMP dapat diuraikan dalam
tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Karakteristik Perkembangan Intelektual Siswa SMP
No Siswa SMP (Remaja Awal) Keterangan
1 Proses berpikirnya sudah mampu
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
(asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan
kausalitas) dalam ide-ide atau pemikiran abstrak
(meskipun relatif terbatas)
2 Kecakapan dasar umum (general intelligence)
menjalani laju perkembangan yang terpesat
(terutama bagi yang belajar di sekolah)
3 Kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitude)
mulai menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan lebih jelas.

c. Pemikiran Sosial dan Moralitas


Ketrampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial.
Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka
tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah
mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis ini mereka
sering kali menghadapi kebingungan antara pemikirannya sendiri dengan
pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja sikap
egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada
umumnya. Egosentrisme remaja sering kali muncul atau diperlihatkan dalam
hubungan dengan orang lain, mereka tidak dapat memisahkan perasaan dia dan
perasaan orang lain tentang dirinya. Remaja sering berpenampilan atau
berperilaku mengikuti bayangan atau sosok gang-nya. Mereka sering membuat
trik-trik atau cara-cara untuk menunjukkan kehebatan, kepopuleran atau kelebihan
dirinya kepada sesama remaja. Para remaja seringkali membuat atau memiliki
cerita atau dongeng pribadi, yang menggambarkan kehebatan dirinya. Cerita-
cerita yang mereka baca atau dengar coba diterapkan atau dijadikan cerita dirinya.
Secara berangsur-angsur remaja mengurangi sifat egosentrisme-nya, dalam
hubungan pribadinya berkembang etika pribadi mereka, berkenaan dengan
pengetahuan dan penghayatan tentang apa yang baik dan yang jahat. Ada dua
aspek nilai yang menjadi perhatian utama para remaja, yaitu nilai-nilai keadilan
dan kesejahteraan. Pada wanita dan pria walaupun tidak terlalu ekstrem ada
sedikit perbedaan mengenai nilai-nilai tersebut. Kedua jenis mengembangkan
kedua nilai, tetapi pria lebih peduli terhadap nilai-nilai keadilan dan kejujuran
sedangkan wanita terhadap nilai-nilai kesejahteraan, baik dalam lingkup keluarga,
hubungan sebaya maupun masyarakat.
Dalam perkembangan nilai-nilai keadilan dan kejujuran, remaja kurang
oportunistik dibandingkan dengan masa sebelumnya. Secara berangsur telah
berkurang penilaian yang didasarkan atas ganjaran dan hukuman langsung atas
dasar pengalaman dirinya, walaupun masih dalam tahap konvensional (Kohlberg).
Para remaja umumnya dalam memberikan penilaian terhadap suatu situasi masih
berpegang pada prinsip-prinsip yang berlaku dalam kehidupan kekerabatan dan
sebaya serta peraturan-peraturan kenegaraan. Baru pada menjelang akhir masa
remaja, mereka mampu berpegang pada nilai-nilai yang lebih tinggi (pasca
konvensi Kohlberg).
Pada masa remaja rasa kepedulian terhadap kepentingan dan kesejahteraan
orang lain cukup besar, tetapi kepedulian ini masih dipengaruhi oleh sifat
egosentrisme. Mereka belum bisa membedakan kebahagiaan atau kesenangan
yang dasar (hakiki) dengan yang sesaat, memerhatikan kepentingan orang secara
umum atau orang-orang yang dekat dengan dia. Sebagian remaja sudah bisa
menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu perbuatan mulia, tetapi itu hal
yang sulit, mereka mencari keseimbangan antara membahagiakan orang lain
dengan kebahagiaan dirinya. Pada masa remaja juga telah berkembang nilai moral
berkenaan dengan rasa bersalah, telah tumbuh pada mereka bukan saja rasa
bersalah karena berbuat tidak baik, tetapi juga bersalah karena tidak berbuat baik.
Dalam perkembangan nilai moral ini, masih tampak adanya kesenjangan. Remaja
sudah mengetahui nilai atau prinsip-prinsip yang mendasar, tetapi mereka belum
mampu melakukannya, mereka sudah menyadari bahwa membahagiakan orang
lain itu adalah baik, tetapi mereka belum mampu melihat bagaimana
merealisasikannya.
Profil perkembangan pemikiran sosial dan moralitas siswa SMP dipetakan
seperti tampak pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Karakteristik Perkembangan Pemikiran Sosial dan Moralitas Siswa
SMP
No Siswa SMP (Remaja Awal) Keterangan
1 Diawali dengan kecenderungan ambivalensi
keinginan menyendiri dan keinginan bergaul
dengan banyak tetapi bersifat temporer
2 Adanya ketergantungan yang kuat kepada
kelompok sebaya disertai semangat komformitas
yang tinggi
3 Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari
dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orangtuanya
4 Dengan sikapnya dan cara berpikirnya yang
kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem
nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya (orang
dewasa)
5 Mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh
moralitas yang dipandang tepat dengan tipe
idolanya

d. Perkembangan Pemikiran Politik


Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama dengan perkembangan
moral, karena memang keduanya berkaitan erat. Remaja telah mempunyai
pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari anak-anak sekolah dasar.
Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak, dan
telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut. Mereka dapat melihat
pembentukan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan melihat
hal-hal tersebut dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan bukan pada
kelompok-kelompok khusus. Pemikiran politik ini jelas menggambarkan unsur-
unsur kemampuan berpikir formal operasional dari Piaget dan pengembangan
lebih tinggi dari bentuk pemikiran moral Kohlberg. Remaja juga masih
menunjukkan adanya kesenjangan dan ketidakajegan dalam pemikiran politiknya.
Pemikiran politiknya tidak didasarkan atas prinsip ”seluruhnya atau tidak sama
sekali”, sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak
didasari oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus. Meskipun
demikian pemikiran mereka sudah lebih abstrak dan kurang bersifat individual
dibandingkan dengan usia anak sekolah dasar.
e. Perkembangan Agama dan Keyakinan
Perkembangan kemampuan berpikir remaja memengaruhi perkembangan
pemikiran dan keyakinan tentang agama. Kalau pada tahap usia sekolah dasar
pemikiran agama ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh pemikiran yang
bersifat konkret dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka pada masa
remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran rasional,
menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi hal-hal yang
lebih luas. Remaja yang mendapatkan pendidikan agama yang intensif, bukan saja
telah memiliki kebiasaan melaksanakan kegiatan peribadatan dan ritual agama,
tetapi juga telah mendapatkan atau menemukan kepercayaan-kepercayaan khusus
yang lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan
dalam merespons terhadap masalah-masalah dalam kehidupannya. Keyakinan
yang lebih luas dan mendalam ini, bukan hanya diyakini atas dasar pemikiran,
tetapi juga atas keimanan. Pada masa remaja awal gambaran Tuhan masih
diwarnai oleh gambaran tentang ciri-ciri manusia, tetapi pada masa remaja akhir
gambaran ini telah berubah ke aiah gambaran sifat-sifat Tuhan yang
sesungguhnya.
Karakteristik perkembangan agama dan keyakinan siswa SMP adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Karakteristik Perkembangan Agama dan Keyakinan Siswa SMP
No Siswa SMP (Remaja Awal) Keterangan
1 Mengenai eksistensi (keberadaan), sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis
2 Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari
dilakukan mungkin didasarkan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang
memaksa dari luar dirinya
3 Masih mencari dan mencoba menemukan
pegangan hidupnya

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Siswa SMP


“Ma ... tolong saya. Saya ... kecanduan putauw”.
Cuma dua kalimat pendek itulah yang meluncur dari bibir Gambit. Selebihnya
ia menangis sesenggukan, memeluk lutut ibunya dengan tangan gemetar. Sejurus
Ibu Suryani, Ibu Gambit, terpaku. Tak adasatu pun yang dapat dilakukan selain
diam mematung. Sementara tangis Gambit semakin hebat. ”Tidak mungkin!
Hatiku meronta dan sibuk menolak perkataan Gambit,” ucap Suryani. Masih
dalam. Keadaan limbung Gambit dipeluk erat. Dia memanggil putra sulungnya,
Ambi. Ambi cuma membelalakkan matanya mendengar igauan adiknya,
”Benar .... Saya enggak bohong. Saya sudah terjerat putauw ... Saya sudah tidak
tahan,” tangis Gambit meledak lagi. ”Di depan mataku dua kakak-beradik
berangkulan, Ya Tuhan ...! Ini sebuah bencana.” Air mata Suryani pun membanjir.
Bayangkan saja, Gambit, bocah 15 tahun yang sebelumnya ia lihat berperilaku
normal dan berprestasi stabil di sekolah, ternyata telah terjerat serbuk putih yang
memabukkan itu (Suara Republika, 28 Agustus 1999).
Itulah sekelumit kisah yang sengaja dicuplik, untuk memberikan gambaran
betapa rawannya usia remaja terhadap pengaruh dari lingkungan? Apakah perilaku
remaja itu hanya dari lingkungan saja? Atau dengan pertanyaan lain faktor-faktor
apakah yang memengaruhi perkembangan anak usia sekolah menengah?
Menjawab pertanyaan faktor-faktor apakah yang memengaruhi perkembangan
anak usia sekolah menengah, pada dasarnya bukan hal yang mudah. Karena di
balik pertanyaan itu, tersirat pertanyaan yang lebih mendasar, apakah perilaku
manusia itu dipengaruhi oleh faktor bawaan atau faktor lingkungan. Sekiranya
dipengaruhi faktor lingkungan, lingkungan yang mana yang paling berpengaruh,
apakah lingkungan rumah atau lingkungan di luar rumah?
Pertanyaan seperti itu, pada dasarnya telah menjadi pertanyaan para ahli sejak
abad ke-17 yang lalu. Thomas Hobbes (1588-1679 dalam Sigelman dan Shaffer,
1995:29) berpendapat bahwa anak-anak secara alamiah adalah berperilaku nakal,
pengganggu, dan sebagainya. Menjadi tugas masyarakatlah untuk mengontrol
perilaku anak, dan mengajar mereka sehingga berperilaku baik. Sebaliknya, Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa anak secara alamiah adalah
baik, sejak lahir secara naluriah anak mampu membedakan mana perilaku yang
baik dan yang buruk. Lingkungan bertugas untuk memberikan arahan agar anak
berperilaku baik. Dalam perkembangan lebih lanjut pandangan yang beranggapan
bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan (heredity) dikenal
dengan mazhab nativisme.
Filosof dari Inggris, John Locke (1632-1704) terkenal dengan teori tabula
rasa. Anak bagaikan kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui
pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir baik atau buruk,
tetapi ia akan berkembang bergantung pada pengalaman yang ia peroleh. Saat ini
pandangan ini dikenal dengan mazhab empirisme.
Di antara. dua poros nativisme dan empirisme akhirnya muncul poros tengah
yang berupaya mengakomodasikan kedua mazhab. Mazhab ini dikenal dengan
konvergensi. Menurut penganut konvergensi bahwa. perilaku manusia dipengaruhi
baik oleh pembawaan maupun oleh lingkungan. Tokoh yang mengembangkan
teori konvergensi adalah William James (1742-1804). Teori inilah yang dianut
oleh kebanyakan ahli saat ini, dan mewarnai pembahasan selanjutnya dalam
modul ini. Untuk lebih jelasnya Anda dapat membuka-buka kembali materi pada
Modul 1.
Menurut Papalia dan Olds (1992:7-8) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal melawan
faktor eksternal, dan pengaruh normatif melawan pengaruh bukan normatif.
Faktor internal adalah faktor pembawaan sejak lahir yang disebut heredity. Faktor
heredity ini adalah segala yang dibawa sejak lahir, yang diterima anak dari
orangtuanya. Sementara itu, yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor
yang berpengaruh terhadap diri individu yang berasal dari lingkungan
(environment influences). Faktor lingkungan ini diperoleh individu berdasarkan
pengalamannya selama berperilaku dalam lingkungan di luar dirinya.
Beberapa peneliti seperti Baltes, Reese, dan Lipsitt (Papalia dan Olds, 1992:8)
mencoba memilahkan pengaruh terhadap perkembangan individu itu menjadi
pengaruh normatif dan pengaruh non-normatif. Disebut pengaruh normatif jika
pengaruh terhadap kebanyakan orang dalam kelompok tertentu adalah sama.
Sebagai contoh pengaruh tingkatan usia disebut pengaruh normatif karena
pengaruh lingkungan dan pengaruh biologis terhadap perkembangan adalah sama
terhadap sekelompok manusia pada tingkatan usia yang sama, kapan pun dan di
mana pun individu hidup. Pengaruh-pengaruh tersebut termasuk peristiwa
biologis seperti masa puber dan masa menopause.
Peristiwa kehidupan yang non-normatif adalah peristiwa yang luar biasa yang
memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Kejadian-kejadian
seperti meninggalnya orangtua pada saat anak masih muda, sakit parah, dan
kelainan dalam kelahiran akan berpengaruh terhadap kehidupan anak.
Baik pengaruh normatif maupun pengaruh non-normatif terhadap individu
terjadi pada tingkatan lingkungan tertentu. Pandangan seperti ini dikenal dengan
pendekatan ekologis terhadap perkembangan (ecological approach to
development). Menurut Urie Bronfenbrenne (Papalia dan Olds, 1992:9) terdapat
empat tingkatan pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan yang
paling intim sampa lingkungan yang sangat global. Dengan demikian, untuk
memahami perkembangan individual, hendaknya memahami masing-masing
individu dalam konteks lingkungan yang ganda. Keempat tingkatan pengaruh
lingkungan tersebut mencakup:
Pertama, pengaruh lingkungan sistem mikro (micro system), yaitu lingkungan
kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, lingkungan rumah, dan
Lingkungan tempat kerja. Termasuk di dalamnya suasana pergaulan dengan
orangtua, guru-guru, lingkungan teman sebaya, dan sebagainya. Sikap guru dalam
mengajar akan berpengaruh terhadap perilaku siswa di sekolah. Sering dijumpai
siswa yang membenci mata pelajaran Fisika, Kimia, dan sebagainya, disebabkan
ia memperoleh pengalaman kurang menyenangkan dari guru pengajar mata
pelajaran yang bersangkutan. Kita cukup getir mendengar pengakuan salah
scorang pelajar di Jakarta yang suka tawuran, karena dikondisikan oleli kakak-
kakak seniornya. Ketika terjadi tawuran, ia bagaikan tameng bagi kakak-kakak
senior, terjepit di antara dua kekuatan besar, di depan menghadapi musuh dari
sekolah lain, di belakang ada kakak-kakak senior yang siap menyergap jika ia
berusaha mundur.
Kedua, pengaruh lingkungan sistem meso (mezzo system), yaitu keterkaitan
antarvariasi tingkatan sistem yang melibatkan individu didalamnya. Perilaku
siswa sekolah menengah akan dipengaruhi oleh keterkaitan antara lingkungan
rumah dengan lingkungan sekolah, pengaruh keterkaitan lingkungan rumah
dengan lingkungan masyarakat. Meskipun aturan tata tertib di sekolah
dilaksanakan dengan ketat, toh tidak sedikit siswa yang menyalahgunakan obat
terlarang, karena terpengaruh oleh kelompok gang siswa yang bersangkutan di
masyarakat.
Ketiga, pengaruh lingkungan sistem exo (exo system) adalah pengaruh
institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh sekolah, pengaruh media
massa, bahkan pengaruh lingkungan pemerintahan. Masih segar dalam ingatan
kita bagaimana perilaku seks bebas di kalangan pelajar telah melanda tidak saja
remaja di kota-kota besar, namun telah merambah pula ke kota-kota pinggiran
bahkan ke desa. Biang keladi yang ditenggarai banyak meracuni perilaku remaja
ini adalah media massa yang terlalu vulgar.
Keempat, pengaruh lingkungan yang paling luas adalah pengaruh sistem
makro (macro system). Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan, pengaruh
agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi terhadap
perkembangan individu. Kita menjadi prihatin mencermati perilaku siswa-siswa
sekolah menengah di Timor-Timur (ketika masih menjadi bagian dari RI) yang
begitu tega menganiaya guru, hanya karena pengaruh perbedaan politik.
Pandangan ekologis dalam perkembangan menekankan peranan sistem baik di
dalam keluarga maupun sistem di luar keluarga yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
Dalam pola pandangan yang konvensional, diyakini bahwa terdapat tiga faktor
dominan yang memengaruhi proses perkembangan anak usia sekolah menengah.
Ketiga faktor itu adalah: faktor pembawaan (heredity), faktor lingkungan
(environment), dan faktor waktu (time). Faktor pembawaan adalah faktor yang
bersifat alamiah (nature), faktor lingkungan yang memungkinkan proses
perkembangan (nurture), sedangkan faktor waktu adalah saat tibanya masa peka
atau kematangan (maturation).
Ketiga faktor dominan yang memengaruhi perkembangan pribadi anak usia
sekolah menengah dapat dirumuskan secara fungsional sebagai berikut:.
P = f (H, E, T)
P adalah Person, yaitu perilaku atau pribadi anak sekolah menengah sebagai
perwujudan dari perkembangan. f adalah fungsi dari H = Heredity atau
pembawaan, E = Environment yaitu lingkungan sekitar individu, dan T = Time,
yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan. Dengan demikian, perkembangan
pribadi anak merupakan fungsi dari pembawaan, lingkungan, dan kematangan
aspek perkembangan itu sendiri.
Upaya belajar akan mendapatkan hasil yang optimal sekiranya dilakukan pada
saat kematangan dalam perkembangan fisik dan psikologis tiba. Sebagai contoh:
pada usia sebelum memasuki masa remaja (kurang lebih 12-14 tahun) merupakan
masa yang sangat peka untuk memulai mengajarkan bahasa (Lonnerberg, dalam
Papalia dan Olds, 1992:10).
Di pihak lain, pada usia sekolah menengah dalam pengembangan kemampuan
berbahasa ini dapat menimbulkan masalah lain. Bagi individu-individu tertentu,
mempelajari bahasa asing bukanlah merupakan hal yang menyenangkan.
Keinginan untuk berbahasa asing sangat tinggi, sementara kemampuan tidak
menunjang, akhirnya mereka cas-cis-cus menggunakan bahasa prokem yang
hanya dipahami oleh kalangan mereka sendiri. Kelemahan-kelemahan dalam
fonetik bahasa asing, juga dapat merupakan bahan cemoohan kawan-kawannya.
Akhirnya, mereka memiliki sikap negatif kepada pelajaran bahasa asing. Tidak
mengherankan jika relatif banyak siswa sekolah menengah yang alergi terhadap
pelajaran bahasa asing.
Pada usia remaja lingkungan yang sangat berpengaruh adalah kelompok. Dari
pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting
dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang dewasa, belajar bekerja
sama, mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar
menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajari olahraga dan permainan kelompok, belajar keadilan
demokrasi.
Faktor pengaruh kelompok ini ditenggarai sebagai faktor dominan yang
berpengaruh terhadap perilaku remaja. Remaja lebih patuh terhadap aturan dan
norma kelompok sebaya, bahkan jika dibandingkan dengan kepatuhan terhadap
peraturan di dalam keluarga. Simak kasus Gambit seperti yang dikisahkan pada
awal kegiatan belajar kedua ini. Di rumah Gambit menunjukkan perilaku yang
baik, namun karena pengaruh kelompok sebaya ia terjerumus ke dalam
penyalahgunaan narkoba (narkotika dan obat bius).
Bertolak dari gambaran di atas tampak bahwa keterikatan hidup siswa sekolah
menengah dalam kelompok, rawan untuk menimbulkan kenakalan remaja, seperti
perkelahian antarsekolah, tindak pencurian, perilaku seks bebas, penyalahgunaan
obat bius, dan bentuk-bentuk perilaku anti sosial lainnya. Namun, sekiranya pada
masa ini mendapat bimbingan yang memadai justru akan menjadikan remaja yang
berguna. Seperti siswa sekolah menengah yang bisa menjadi juara Olimpiade
Fisika. Oleh karena itu, pada masa sekolah menengah ini merupakan masa krisis
yang disebut the best of time atau the worst of time (Conger dalam Abin
Syamsuddin M, 1996:91). Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan
yang dihadapi secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan
dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada
pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.
Pemahaman terhadap faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan anak
usia sekolah menengah, dapat menambah wawasan bagi calon guru sekolah
menengah untuk memahami perilaku siswa sekolah menengah. Perkembangan
perilaku dan pribadi siswa sekolah menengah merupakan perwujudan pengaruh
dari ketiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan, kematangan, dan faktor
lingkungan termasuk belajar dan latihan. Ketiga faktor tersebut berpengaruh
terhadap siswa secara khas dan bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan
atau menghambat laju proses perkembangan.
6. Tugas-tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Pertama
Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau
suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan
tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Havighurst, (1961:2)
menyatakan bahwa:
A developmental task is a task which arises at or abouttainc period in the life
of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and
to success with later tasks, while failure leads to unhappyness in the
individual, disapproval by the society, and difficult with later tasks.

Tugas-tugas tersebut bersumber dari kematangan fisik, lingkungan


kebudayaan, keinginan, aspirasi, dan nilai-nilai kepribadian yang sedang tumbuh.
Bertolak dari rumusan Tujuan Pendidikan Nasional, dan tujuan pendidikan
dasar dirurnuskan seperangkat tugas-tugas perkembangan yang seyogianya
dicapai oleh siswa SMP. Secara operasional tugas-tugas perkembangan siswa
SMP adalah pencapaian perilaku yang seyogianya ditampilkan siswa SMP yang
meliputi: (1) Landasan Kehidupan Religius, (2) Landasan Perilaku Etis, (3)
Kematangan Emosional, (4) Kematangan Berpikir, (5) Kesadaran Tanggung
Jawab, (6) Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita, (7) Penerimaan Diri dan
Pengembangannya, (8) Kemandirian Perilaku Ekonomi. (9) Wawasan dan
Persiapan Karier, dan (10) Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Rincian dari perilaku pada masing-masing tugas perkembangan adalah sebagai
berikut.
a. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
1) Berdoa kepada Tuhan
2) Belajar Agama
3) Sabar
4) Syukur
b. Etika
1) Menyayangi orang lain
2) Rendah hati
3) Kejujuran
4) Disiplin
c. Kemandirian emosional
1) Suasana emosional menghadapi kekecewaan
2) Suasana emosional dalam interaksi sosial
3) Suasana emosional menghadapi ancaman
4) Menghargai orangtua tanpa bergantung padanya
d. Kematangan intelektual
1) Berpikir kritis
2) Membuat keputusan
3) Musyawarah (Demokratis)
4) Memahami hak dan kewajiban siswa
e. Perilaku yang bertanggung jawab
1) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat
3) Menolong orang lain
4) Menjalin persahabatan dengan teman
f. Peran sosial sebagai pria atau wanita
1) Berpenampilan sesuai dengan jenis kelamin sendiri
2) Bekerja sesuai dengan jenis kelamin sendiri
3) Mempersiapkan karier sesuai dengan jenis kelamin sendiri
4) Mempelajari peranan pria atau wanita di masyarakat
g. Penerimaan diri dan pengembangannya
1) Keadaan fisik
2) Bakat (kemampuan khusus)
3) Sifat
4) Prestasi
h. Kemandirian ekonomi
1) Menabung
2) Mengatur uang
3) Bekerja keras (sungguh-sungguh)
4) Mengatur waktu
i. Persiapan karier
1) Informasi sekolah lanjutan
2) Informasi kursus
3) Informasi syarat-syarat pekerjaan
4) Kegiatan ekstra kurikuler yang mendukung pekerjaan
j. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
1) Bekerja sama
2) Hubungan antarpribadi
3) Berperan dalam kelompok
4) Penempatan diri sesuai dengan jenis kelamin dalam kelompok
F. Soal-soal Latihan
Bubuhkan tanda silang pada salah satu alternatif jawaban yang paling benar!
1. Ciri-ciri perkembangan fisik pada masa remaja adalah:
a. pertambahan tinggi badan yang sangat cepat
b. munculnya ciri-ciri kelamin sekunder
c. perubahan suara pada laki-laki
d. tidak ada yang benar
e. semua benar
2. Matangnya organ reproduksi pada remaja merupakan ciri perkembangan fisik
yang :
a. primer
b. sekunder
c. tersier
d. semua benar
e. semua salah
3. Ciri perkembangan berpikir pada masa remaja:
a. berpikir konkret
b. berpikir logis
c. telah mampu berpikir tahap tinggi
d. a dan b benar
e. b dan c benar
4. Ciri perkembangan sosial masa remaja
a. mulai ingin mandiri
b. membentuk ikatan dengan keluarga
c. membentuk ikatan dengan teman sebaya
d. a dan b benar
e. a dan c benar
5. Hormon kewanitaan disebut:
a. estrogen
b. testosterone
c. endokrin
d. hemaglobin
e. endurance
6. Yang termasuk operasi kaidah-kaidah logika berpikir formal pada remaja
adalah:
a. asosiasi
b. diferensiasi
c. komparasi
d. kausalitas
e. semua benar
7. Alur pemrosesan informasi yailg benar adalali:
a. penerimaan oleh alat dria-terminal informasi singkat (TIS) terminal
informasi lama (TIL)
b. alat dria-TIL-TIS
c. TIS-TIL-alat dria
d. TIL-TIS-alat dria
e. TIL-alat dria-TIS
8. Pengembangan nilai-nilai yang lebih menonjol pada pria adalah:
a. kejujuran
b. kesejahteraan
c. keadilan
d. a dan c benar
e. semua benar
9. Ciri perkembangan politik masa remaja adalah:
a. memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak,
b. melihat banyak hubungan antarhal
c. melihat pembentukan peraturan-peraturan legal secara demokratis
d. melihat hukum dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat
e. semua benar
10. Ciri perkembangan agama anak usia sekolah menengah adalah:
a. pemikiran agama bersifat konkret
b. pemikiran agama didasari pemikiran rasional
c. pemikiran agama bersifat dogmatis
d. semua benar
e. semua salah
11. Profil perkembangan agama remaja akhir (siswa sekolah menengah) adalah:
a. keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis
b. penghayatan kehidupan keagamaan dilakukan atas pertimbangan dari luar
dirinya
c. mulai menemukan pegangan hidup yang definitif
d. semua benar
e. semua salah
12. Tokoh yang memiliki anggapan bahwa sejak lahir anak adalah pengganggu
dan berperilaku nakal, adalah:
a. John Locke
b. Thomas Hobbes
c. Jacques Rousseau
d. William James
e. Pestalozzi
13. Aliran pendidikan yang berpendapat bahwa lingkungan sangat berpengaruh
terhadap pendidikan anak disebut:
a. naturalisme
b. tabularasa
c. empirisme
d. heredity
e. konvergensi
14. Tokoh aliran pendidikan konvergensi adalah:
a. John Locke
b. Thomas Hobbes
c. Jacques Rousseau
d. William James
e. Pestalozzi
15. Pengaruh lingkungan terhadap kebanyakan orang dalam kelompok tertentu
adalah sama disebut pengaruh:
a. introvert
b. internal
c. eksternal
d. normatif
e. non-normatif
16. Sistem pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak usia sekolah
menengah adalah:
a. sistem mikro (micro system)
b. sistem mezo (mezzo system)
c. sistem exo (exo system)
d. sistem makro (macro system)
e. semua benar
17. Masa individu remaja mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi
secara integratif disebut:
a. the worst of time
b. the best of time
c. identity crisis
d. Sturm und Drang
e. semua betul
G. Daftar Rujukan
Abin Syamsuddin Makmun. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda
Karya.
Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Dasar, Disertasi PPS IKIP Bandung
Elkind, David. (1992). Developmentally Appropriate Practice. Philosophical and
Practical Implications.
Gage, N.L and Berliner, David C. (1984) Educational Psychology. Boston:
Houghton Mifflin Company
Havighurst, Robert J. (1961). Human Development and Education. New York:
Longmans Green and Co.
Muro, J.James and Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in
Elementary School and Middle School. Iowa: Brown and Benchmark
Publisher
Papalia, Diane E., dan Olds, Sally Wendkos. (1992). Human Development. New
York: McGraw-Hill, Inc.
Sunaryo Kartadinata, dkk. (2001), Peningkatan Mutu dan Pengembangan Sistem
Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Laporan
Penelitian RUT VIII LIPPI-UPI Bandung.
PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH
O1eh Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd
A. Pengantar
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program bimbingan
dan konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang
lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Peserta didik sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya
dan lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di
samping itu, terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu
tidak selalu berlangsung secara mulus, atau steril dari masalah. Dengan kata lain,
proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,
psikis maupun sosial. Sifat inherent lingkungan adalah perubahan. Perubahan
yang terjadi dalam lingkungan dapat memengaruhi gaya hidup (life style) warga
masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar
jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan diskontinuitas perkembangan
perilaku individu, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan,
masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan
yang diduga memengaruhi gaya hidup, dan diskontinuitas perkembangan tersebut,
di antaranya: ledakan penduduk, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat
sosial ekonomi masyarakat, revolusi informasi, pergeseran fungsi atau struktur
keluarga, dan perkembangan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan yang kurang sehat ternyata memengaruhi perkembangan
pola perilaku atau gaya hidup peserta didik (terutama pada usia remaja) yang
cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti
pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, meminum minuman keras,
penyalahgunaan obat-obat terlarang atau Narkoba (narkotika, alkohol, ecstasy,
putau, dan sebagainya), kriminalitas, dan pergaulan bebas atau free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena
tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1)
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) berakhlak mulia; (3)
memiliki pengetahuan dan keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan
rohani; (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri; serta (6) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan ini mempunyai implikasi imperatif bagi semua jenjang, jenis, dan jalur
pendidikan untuk memantapkan proses pendidikannya ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Proses pendidikan akan berhasil dengan baik, apabila
mengintegrasikan tiga komponen pokoknya, yaitu (1) bidang kepemimpinan atau
administrasi; (2) bidang pengajaran; dan (3) bidang bantuan terhadap siswa atau
bimbingan dan konseling.
Sesuai dengan trend (kecenderungan) model bimbingan dan konseling yang
berkembang dewasa ini, maka bimbingan dan konseling yang dikembangkan
adalah yang berbasis tugas-tugas perkembangan, yaitu yang berorientasi kepada
upaya memfasilitasi potensi peserta didik, yang meliputi aspek personal (pribadi),
sosial, akademik, dan karier.
B. Kompetensi
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing
(konselor) adalah kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling.
Rumusan kompelensi (berikut subkompetensi dan indikatornya) tercantum dalam
Standar Kompetensi Konselor Indonesia, yang diterbitkan oleh ABKIN (Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia) sebagai berikut.
Kompetensi Sub-Kompetensi Indikator
K.6. Memiliki K.6.1. Memiliki a. Menerapkan prinsip-prinsip
kemampuan pengetahuan perencanaan
mengelola dan b. Melakukan penilaian
program keterampilan kebutuhan layanan
bimbingan perencanaan bimbingan dan konseling
dan konseling program c. Merumuskan tujuan dan
bimbingan dan menentukan prioritas
konseling program bimbingan dan
konseling
d. Menyusun program
bimbingan dan konseling
K.6.2. Mampu a. Mengidentifikasi personalia
mengorganisasi dan sasaran program
kan dan bimbingan dan konseling
mengimplemen b. Mengoordinasikan dan
tasikan mengorganisasikan sumber
program daya yang dibutuhkan dalam
bimbingan dan penyelenggaraan program
konseling bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan program
bimbingan dan konseling
dengan melibatkan partisipasi
aktif seluruh komponen yang
terkait.
K.6.3. Mampu a. Mengkaji program
Mengevaluasi bimbingan dan konseling
program berdasarkan standar
bimbingan dan penyelenggaraan program
konseling b. Menggunakan pendekatan
evaluasi program bimbingan
dan konseling
c. Mengoordinasikan kegiatan
evaluasi program bimbingan
dan konseling
d. Membuat rekomendasi yang
tepat untuk perbaikan dan
pengembangan program
bimbingan dan konseling
e. Melaporkan hasil dan
temuan-temuan evaluasi
penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling
kepada pihak yang
berkepentingan
f. Mengontrol implementasi
program bimbingan dan
konseling agar senantiasa
berjalan sesuai dengan desain
perencanaan program
K.6.4. Mampu a. Memanfaatkan hasil evaluasi
mendesain untuk perbaikan dan
perbaikan dan pengembangan program
pengembangan bimbingan dan konseling
program b. Menerapkan prinsip-prinsip
bimbingan dan keberlanjutan program
konseling bimbingan dan konseling

Kompetensi yang dikembangkan dalam kali ini incliputi: K.6.1.b,c,d;


K.6.2.a,b,c; dan K.6.3.a,b,c.
C. Strategi Workshop
1. Ceramah
2. Diskusi kelompok atau kelas
3. Simulasi
4. Pengerjaan tugas-tugas, terutama latihan menyusun rumusan program BK,
sesuai dengan format yang tertera pada lampiran II.
5. Refleksi
D. Deskripsi Materi
1. Perumusan Kebutuhan Berdasarkan Hasil Asesmen
Konselor perlu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, tugas-tugas dan
tingkat perkembangan peserta didik, sebelum merumuskan tujuan dan rancangan
program bimbingan dan konseling perkembangan. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, yaitu; (1)
mengkaji kebutuhan atau masalah peserta didik yang nyata di lapangan; dan (2)
mengkaji harapan sekolah dan masyarakat terhadap peserta didik secara ideal.
Kebutuhan atau masalah siswa dapat diidentifikasi melalui (1) karakteristik siswa
seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif
belajar, sikap dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung,
atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab); atau (2) tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk
memberikan layanan bimbingan.
Salah satu cara untuk memahami kebutuhan siswa seperti dikemukakan di
atas, adalah melalui pengukuran tugas-tugas perkembangannya. Untuk
mengetahui tugas-tugas perkembangan siswa ini dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai instrumen pengumpul data yang salah satunya adalah
Inventori Tugas-tugas Perkembangan (ITP). ITP ini dikembangkan oleh Sunaryo
Kartadinata dkk. melalui penelitian di semua jenjang pendidikan, termasuk SMP,
yang telah teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengolah hasil ITP
dikembangkan software yang ”computerized”, yaitu Analisis Tugas Perkembangan
(ATP). Software ini dirasakan sangat membantu upaya peningkatan efisiensi dan
manajemen layanan bimbingan dan konseling di sekolah, karena informasi
tentang siswa dapat diketahui secara cepat dan akurat.
2. Perumusan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan,
atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan.
Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan
kualitas perilaku atau pribadi siswa yang diharapkan berkembang melalui
berbagai strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar
memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-
tugas perkembangan yang harus dikuasainya. Kemampuan menginternalisasi itu
meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman (awareness), sikap (accommodation),
dan keterampilan atau tindakan (action). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
rumusan tujuan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut.
Aspek Tahap
Tujuan
Perkembangan Internalisasi
1. Keimanan dan 1. Pengenalan Mengenal arti dan tujuan ibadah
ketakwaan 2. Akomodasi Berminat mempelajari arti dan tujuan
kepada Tuhan ibadah
YME 3. Tindakan Melakukan berbagai kegiatan ibadah
dengan kemauan sendiri
2 Berperilaku 1. Pengenalan Mengenal jenis-jenis norma dan
etis memahami alasan pentingnya norma
dalam kehidupan
2. Akomodasi Bersikap positif terhadap norma
3. Tindakan Berperilaku sesuai dengan norma yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat
3 Kematangan 1. Pengenalan Mengenal emosi sendiri dan cara
emosi mengekspresikannya secara wajar
(tidak kekanak-kanakan atau impulsif)
2. Akomodasi Berminat untuk lebih memahami
keragaman emosi sendiri dan orang
lain
3. Tindakan Dapat mengekspresikan emosi atas
dasar pertimbangan kontekstual
(norma/budaya)
4 Kematangan 1. Pengenalan 1. Mengenal cara belaiar yang efektif.
intelektual 2. Mengenal cara-cara pemecahan
masalah dan pengambilan
keputusan.
2. Akomodasi 1. Memiliki sikap dan kebiasaan
belajar yang positif.
2. Berminat untuk berlatih
memecahkan masalah.
3. Tindakan 1. Dapat memecahkan masalah dan
mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan yang matang.
2. Bertanggungjawab atas risiko yang
mungkin terjadi
5 Kesadaran 1. Pengenalan Memahami pentingnya berperilaku
Tanggung yang bertanggungjawab dalam
Jawab Sosial kehidupan sosial.
2. Akomodasi Memiliki sikap-sikap sosial dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain
yang bersifat heterogen (multietnis,
budaya, dan agama) seperti sikap
altruis, empati, kooperatif, kolaboratif,
dan toleran.
3. Tindakan Berperilaku sosial yang
bertanggungjawab dalam berinteraksi
dengan orang lain.
6 Pengembangan 1. Pengenalan Memahami karakteristik diri sendiri.
pribadi 2. Akomodasi Menerima keadaan diri sendiri secara
positif dan realistik.
3. Tindakan Menampilkan perilaku yang
merefleksikan pengembangan kualitas
pribadinya.
7 Kematangan 1. Pengenalan Memahami norma-norma (etika)
hubungan pergaulan dengan teman sebaya yang
dengan teman beragam latar belakangnya.
sebaya 2. Akomodasi Menyadari tentang pentingnya
penerapan norma-norma dalam
bergaul dengan teman sebaya.
3. Tindakan Bergaul dengan teman sebaya secara
positif dan konstruktif.
8 Kematangan 1. Pengenalan Mengenal jenis-jenis dan karakteristik
karier studi lanjutan (SLTA) dan pekerjaan.
2. Akomodasi Memiliki motivasi untuk
mempersiapkan diri dengan
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan studi
lanjutan atau pekerjaan yang
diminatinya.
3. Tindakan Mengidentifikasi ragam alternatif
studi lanjutan atau pekerjaan yang
mengandung elevansi dengan
kemampuan dan minatnya.

3. Komponen (Struktur) Program


Program bimbingan dan konseling perkembangan meliputi empat komponen
program, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual,
dan dukungan sistem. Masing-masing komponen itu dijelaskan sebagai berikut.
a. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi seluruh siswa (for
all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara
sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya secara
optimal.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai
upaya membantu siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri
dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial-budaya, dan agama); (2)
mampu mengembangkan ketrampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab
atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian dirinya dengan
lingkungannya; (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan
masalahnya; dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai
tujuan hidupnya.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan ”layanan bantuan bagi para siswa yang
memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera
(immediate needs and concerns)”.
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya
yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami
hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.
Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri
atau perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).
c. Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa
depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan Perencanaan Individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karier, dan sosial pribadinya. Membantu siswa memantau dan
memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan
dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu sesuai dengan pemantauan dan
pemahamannya itu.
Dapat juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing
seluruh siswa agar (a) memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan,
perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier; (b) dapat belajar memantau dan
memahami perkembangan dirinya; dan (c) dapat melakukan kegiatan atau
tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara
proaktif.
d. Dukungan Sistem (System Support)
Ketiga komponen program di atas, merupakan pemberian layanan BK kepada
para siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen
program yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa, atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan profesional hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas;
manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program ini memberikan dukungan kepada guru bimbingan dan konseling
dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas.
Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.
Keterkaitan keempat komponen program bimbingan dan konseling di atas
dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1 Komponen Program Bimbingan dan Konseling


4. Perumusan Isi/Materl Program
Perumusan materi atau bahan sajian program bimbingan merujuk kepada tugas-
tugas perkembangan yang ditetapkan sebagai tujuan bimbingan dan konseling.
Pada hakikatnya tugas-tugas perkembangan ini, isinya merefleksikan kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa.
Melalui penyajian materi ini, siswa diharapkan dapat mempelajari berbagai
kecakapan hidup dan perilaku baru, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,
akademik, maupun karier.
Tugas-tugas
Perkembangan Kompetensi Siswa Materi Bimbingan
(Tujuan BK)
1 Keimanan dan 1. Mengenal berbagai kegiatan Makna dan tujuan
ketakwaan ibadah ibadah dalam
kepada Tuhan 2. Mengamalkan ibadah dengan kehidupan
YME kemauan sendiri sesuai
dengan agama yang dianutnya
2 Berperilaku etis Mengenal nilai/norma dan Fungsi norma dalam
alasan perlu mentaatinya dalam kehidupan
berperilaku
3 Kematangan 1. Memiliki konsep diri yang 1. Konsep diri
emosi positif 2. Kiat-kiat
2. Memiliki pemaharnan tentang mengernbangkan
potensi diri dan terampil potensi diri
dalam cara 3. Ciri-ciri remaja
mengembangkannya 4. Kiat-kiat mernelihara
3. Memahami perkembangan kebersihan,
dirinya sebagai remaja kesehatan, dan
4. Mampu memelihara kebugaran diri
kebersihan, kesehatan, dan 5. Bahayanya minuman
kebugaran diri keras, narkoba, dan
5. Mampu menghindarkan diri pergaulan bebas
dari minuman keras,
narkoba/naza, dan pergaulan
bebas
4 Kematangan 1. Mengenal emosi dan mampu 1. Mengelola emosi
intelektual mengekspresikannya secara 2. Hidup hemat
wajar
2. Memiliki sikap hemat
3. Menghargai kegiatan-
kegiatan yang bernilai
ekonomis
5 Kesadaran 1. Memahami sikap-sikap sosial Pengembangan sikap-
Tanggung Jawab 2. Berperilaku sosial yang sikap sosial (altruis,
Sosial bertanggung jawab empati, kooperasi,
kolaborasi, dan
toleransi
6 Pengembangan 1. Mampu menjalin hubungan 1. Pengembangan
pribadi sosial yang sehat dan dinamis kesadaran
dengan teman sebaya yang pentingnya
bersifat heterogen (suku, persahabatan
budaya, dan agama). 2. Kiat-kiat
2. Mampu berkornunikasi berkornunikasi yang
dengan lancar, baik secara efektif
lisan maupun tulisan. 3. Memelihara sikap
3. Memiliki sikap respek respek terhadap
(hormat) terhadap orangtua, orangtua, guru, dan
guru-guru, dan orang dewasa orang lain
lainnya. 4. Peranan diri dalam
4. Memiliki kemampuan untuk keluarga, sekolah,
memerankan diri secara wajar dan masyarakat
dalam kehidupan keluarga, 5. Pentingnya
sekolah, dan masyarakat. memelihara
5. Memiliki kemampuan untuk lingkungan
mernelihara kebersihan,
ketertiban, dan keamanan
lingkungan.
7 Kematangan 1. Memiliki sikap dan kebiasaan 1. Sikap dan kebiasaan
hubungan dengan belajar yang positif. belajar
teman sebaya 2. Memiliki motivasi untuk 2. Motivasi Belajar
belajar sepanjang hayat. 3. Sumber-sumber
3. Mengenal dan mampu belajar dan
memanfaatkan sumber- pernanfaatannya
sumber belajar bagi 4. Pemecahan masalah
pengembangan dirinya.
4. Mampu memecahkan masalah
(problem solving)
8 Kematangan 1. Memiliki sikap positif 1. Pengembangan sikap
karier terhadap studi lanjutan dan positif terhadap studi
pekerjaan. lanjutan dan
2. Mengenal jenis-jenis studi pekerjaan
lanjutan dan pekerjaan. 2. Jenis-jenis studi
3. Memiliki kesiapan, dengan lanjutan dan
cara mengembangkan pekerjaan
pengetahuan dan 3. Persiapan mernasuki
keterampilan sesuai studi lanjutan dan
kebutuhannya untuk pekerjaan
melanjutkan studi atau
mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.

5. Strategi Peluncuran Program


Strategi peluncuran program ini terkait dengan keempat komponen program
yang telah dijelaskan di atas. Strategi peluncuran bagi masing-masing komponen
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Strategi Layanan Dasar
1) Bimbingan Klasikal (Classrom Guidance)
Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan di atas, bahwa layanan dasar
diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program
yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung
dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan
bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan ini melalui pemberian informasi
tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa.
2) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil. Bimbingan ini ditujukan untuk merespons kebutuhan dan minat
para siswa.
3) Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua
pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran. Konselor
berkolaborasi dengan guru dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa
(prestasi dan pribadinya), dan mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dengan
peranan guru mata pelajaran dalam pemberian layanan bimbingan kepada para
siswa. Aspek-aspek itu di antaranya: (a) menciptakan iklim sosio-emosional kelas
yang kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik
dan beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e)
mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru bimbingan dan konseling; (f) memberikan informasi
tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g)
memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan
keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h)
menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan ”figure central” bagi
siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata
pelajaran yang diberikannya secara efektif.
4) Kerja Sama dengan Orangtua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor
perlu melakukan kerja sama dengan para orangtua siswa. Kerja sama ini penting
agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi
juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerja sama ini memungkinkan terjadinya
saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antarkonselor dan
orangtua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah
yang mungkin dihadapi siswa.
b. Strategi Layanan Responsif
1) Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orangtua, atau pihak
pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam
memberikan bimbingan kepada para siswa.
2) Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang
mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Melalui konseling, siswa (konseling) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
3) Konseling Krisis
Konseling krisis ini diberikan kepada siswa dan keluarga yang menghadapi
situasi atau masalah yang krisis (darurat). Konselor memberikan intervensi agar
siswa atau keluarga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan segera.
4) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalih-tangankan klien
kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan
kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah,
seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit
kronis.
5) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi
sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu, dia juga
berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan
informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu
mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.
c. Strategi Layanan Perencanaan individual
1) Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or Small-Group Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa
menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar
siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui
kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahamaii penerimaan, dan
pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
2) Individual or Small-Group Advisement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan, dan karier yang diperolehnya untuk: (a) merumuskan tujuan,
dan perencanaan kegiatan (alternatif kegiatan yang menunjang pengembangan
dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (b)
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan; dan (c) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
d. Strategi Dukungan Sistem
1) Pengembangan Profesional
Konselor secara terus-menerus berusaha untuk ”meng-update pengetahuan
dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi
profesi, atau (c) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana).
2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orangtua,
staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah dan swasta)
untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang
telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referral, serta meningkatkan
kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, strategi ini
berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerja sama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
jalinan kerja sama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah; (2)
instansi swasta; (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia); (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan orangtua siswa; (5) MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling); dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa
kerja/lapangan pekerjaan).
3) Manajemen Program
Suatu program layanan binibingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta,
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut:
“Management is the process of planning, organizing, leading and controlling
the efforts of organizing members and of using all other organizational
resources to achieve stated organizational goals”.

Berikut ini diuraikan aspek-aspek sistem manajemen program layanan


bimbingan dan konseling.
a) Kesepakatan Manajemen
Kesepakatan manajemen atas program bimbingan dan konseling sekolah
diperlukan untuk menjamin implementasi program dan strategi peluncuran dalam
memenuhi kebutuhan siswa dapat dilakukan secara efektif. Kesepakatan ini
menyangkut pula proses meyakinkan dan niengembangkan komitmen semua
pihak di lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan konseling sebagai
bagian terpadu dari keseliruhan program sekolah.
b) Keterlibatan Stakeholder
Komite Sekolah sebagai representasi masyarakat atau stakeholder
memerlukan penyadaran dan pemahaman akan keberadaan dan pentingnya
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
c) Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling komprehensif diarahkan oleh data.
Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin
setiap peserta didik memperoleh manfaat dari layanan bimbingan dan konseling.
Konselor harus. menunjukkan bahwa setiap aktivitas diimplementasikan sebagai
bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling yang didasarkan atas
analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data terkait peserta didik. Data
yang diperoleh dan digunakan perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat.
manajemen data dilakukan secara manual maupun komputer. Dalam era teknologi
informasi, manajemen data peserta didik dilakukan secara komputer. Database
peserta didik perlu dibangun daii dikembangkan agar perkembangan setiap peserta
didik dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data peserta didik dan
lingkungan sekolah yang tertata dan dimenej dengan baik untuk kepentingan
memonitor kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh peserta didik
menerima apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah. Konselor harus
cermat dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan
perkembangan peserta didik dapat dimonitor dari: prestasi belajar, data yang
terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan tugas-tugas
perkembangan atau kompetensi.
d) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran
program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program yang menggambarkan struktur
isi program, baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi
peserta didik mencapai tugas perkembangan atau kompetensi.
e) Pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang
dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan
dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh,
misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai peserta didik secara langsung
dan 20% digunakan untuk dukungan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran
masing-masing komponen program dapat ditetapkan sesuai dengan pertimbangan
sekolah. Misalnya:
(1) layanan dasar (30-40%),
(2) responsif (15-25%),
(3) perencanaan individual (25-35%),
(4) dukungan sistem (10-15%).
Ini contoh, dan setiap sekolah bisa mengembangkan sendiri. Dalam konteks
Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling Perkembangan,
perlu ditetapkan waktu secara terjadwal untuk layanan bimbingan dan konseling
klasikal.
f) Kalender Kegiatan
Program bimbingan dan konseling sekolah yang telah dituangkan ke dalam
rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender
kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, mingguan.
g) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen
bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermatberapa anggaran yang
diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk
ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.
h) Penyiapan Fasilitas
Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah ialah ruangan tempat bimbingan
yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya
proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya
sedemikian rupa sehingga di satu segi para peserta didik yang berkunjung ke
ruangan tersebut merasa senang, dan segi lain di ruangan tersebut dapat
dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan
kode etik bimbingan dan konseling. Terkait dengan fasilitas bimbingan dan
konse1ing, di sini dapat dikemukakan tentang unsur-unsurnya, yaitu (1) tempat
kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan
bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang
perpustakaan; (2) instrumen dan kelengkapan administrasi, seperti: angket siswa
dan orangtua, pedoman wawancara, pedoman observasi, format konseling, format
satuan layanan, dan format surat referal; (3) buku-buku panduan, buku informasi
tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi
layanan bimbingan; (4) perangkat elektronik (seperti komputer, dan tape
recorder); dan (5) filling cabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data
siswa).
Di dalam ruangan itu hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat
instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data peserta didik, dan berbagai
data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat
berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan,
informasi tentang kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. Yang tidak kalah
penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana
bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama
bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara. Saran yang diperlukan untuk
penunjang layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
(1) Alat pengumpul data, baik tes maupun nontes
Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes
bakat sekolah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi
belajar. Alat pengumpul data yang berupa nontes yaitu pedoman observasi,
catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman
wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
(2) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data
Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk
kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu,
sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan
berbagai keterangan, informasi ataupun data untuk masing-masing peserta
didik, perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek
data peserta didik yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu
alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan, yaitu buku pribadi.
(3) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat
bantu bimbingan
Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan
layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat,
kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.
i) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam manajemen program
layanan bimbingan dan konseling. Dalam pengendalian program, koordinator
sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan konseling hendaknya
memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan
terciptanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personel-
personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar meiliki tanggung
jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya
maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
Pengendalian program bimbingan ialah: (a) untuk menciptakan suatu
koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada; (b) untuk
mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya; dan (c)
memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah
direncanakan.
j) Organisasi dan Personel
Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab
kepala sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara
operasional. Personel lain yang mencakup wakil kepala sekolah, guru bimbingan
dan konseling (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas memiliki peran dan
tugas masing-masing dalam Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
Secara rinci deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personel, serta
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat pada lampiran I.
6. Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung,
dan (b) tanpa kontak langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak langsung
yang dilakukan secara klasikal di kelas (layanan dasar) perlu dialokasikan waktu
terjadwal 1-2 jam pelajaran per kelas per minggu. Sementara kegiatan langsung
yang dilakukan secara individual dan kelompok dapat dilakukan di ruang
bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan
bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat dilaksanakan melalui
tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah
(home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral)
7. Evaluasi Program
a. Pengertian Evaluasi
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.
Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian
program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan
program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, bahwa
keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang
hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan
pendapatnya:
“Evaluation consist of making systematic judgments of the relative
effectiveness with which goals are attained in relation to special standards”

Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian
lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa
melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya tindakan atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria
atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada
terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan, kebutuhan peserta didik dan pihak-
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian
diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai
sejauli mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan
informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki
dan mengembangkan program selanjutnya.
b. Tujuan Evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan
ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
c. Fungsi Evaluasi
1) Memberikan umpan balik (feedback) kepada guru bimbingan dan konseling
(konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling
2) Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran,
dan orangtua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.
d. Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari
prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi
keefektifan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
1) kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2) keterlaksanaan program;
3) hambatan-hambatan yang dijumpai;
4) dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5) respons peserta. didik, personel sekolah, orangtua, dan masyarakat
terhadap layanan bimbingan;
6) perubahan kemajuan pesertta didik dilihat pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan
7) keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi
lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih
bersifat ”penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan layanan
bimbingan.
2) Mengungkapkan pemahaman peserta didik siswa atas bahan-bahan yang
disajikan atau pemahaman/pendalaman peserta didik atas masalah yang
dialaminya.
3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi peserta didik dan perolehan peserta
didik sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan
bimbingan
4) Mengungkapkan minat peserta didik tentang perlunya layanan bimbingan
lebih lanjut.
5) Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini
terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang
berkesinambungan).
6) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggara kegiatan
layanan.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk
angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi
tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman
peserta didik; kegunaan layanan menurut peserta didik; perolehan peserta didik
dari layanan; dan minat peserta didik terhadap layanan lebih lanjut;
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu; perolehan guru bimbingan dan
konseling; komitmen pihah-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana
penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana proses
penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi
kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan untuk
kegiatan layanan terhadap peserta didik.
e. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut:
1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi
adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan,
maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan hal-hal yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya
terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu: (a) tingkat
keterlaksanaan program (aspek proses), dan (b) tingkat ketercapaian tujuan
program (aspek hasil).
2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk
memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan
ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan
dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu di antaranya inventori, angket,
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu
dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
4) Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh,
maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua
kegiatan, yaitu (a) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat,
atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai; dan (b)
mengembangkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa
hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang
dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah lainnya. Di samping itu,
penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang
(pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen
Pendidikan Nasional Kota atau Kabupaten).
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain peserta didik,
kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat,
para pejabat Depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan
sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat
seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja
peserta didik, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan
penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian
dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program
layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan
cermat maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan
untuk pertanggungjawaban/akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
E. Soal-soal Latihan
1. Needs Assessment (NA) merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
menyusun program. Sehubungan dengan hal tersebut, coba Anda jelaskan
tentang pengertian needs assessment, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan kegiatan tersebut!
2. Selama anda bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling apakah anda
melakukan needs assessment? Apabila ya, bagaimana prosedurnya, dan apabila
tidak, apa alasannya?
3. Dalam menyusun program, anda dituntut untuk merumuskan tujuan. Bagaimana
anda mengembangkan rumusan tujuan itu?
4. Program bimbingan terdiri atas beberapa komponen. Jelaskan komponen-
komponen tersebut, dan kaitkan dengan strategi peluncuran dari setiap
komponen tersebut!
5. Bagaimana anda merumuskan materi bimbingan, dan mencakup apa saja materi
bimbingan tersebut?
6. Dalam mengimplementasikan program, apakah perlu alokasi waktu secara
terjadwal masuk kelas? jika ya atau tidak, kemukakan alasannya!
7. Jelaskan bagaimana prosedur evaluasi program itu!
F. Tugas-tugas Workshop
Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan para guru, maka dalam
workshop pengembangan program dan manajemen BK kepada para guru
diberikan beberapa tugas. Untuk melaksanakan tugas ini, para guru dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil (8-10 orang).
Tugas-tugas itu adalah sebagai berikut.
1. Tugas I. Masing-masing kelompok merumuskan tugas-tugas perkembangan
(kompetensi) siswa SMP yang dipandang sesuai dengan nilai-nilai agama,
budaya, dan kematangan psikofisik siswa.
2. Tugas II. Masing-masing kelompok mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
diketahui melalui needs assessment (NA), dan menyusun instrumen yang
relevan untuk melakukan kegiatan NA.
3. Tugas III. Masing-masing kelompok menyusun rancangan program BK secara
matrik, yang isinya meliputi: domain/aspek perkembangan, tujuan, materi,
strategi, waktu pelaksanaan, dan keterangan.
4. Tugas IV. Masing-masing kelompok mengidentifikasi aspek-aspek ymg
dievaluasi dan menyusun instrumen untuk mengevaluasi program tersebut.
G. Daftar Rujukan
Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model for School
Counseling Programs. ASCA (American School Counselor Association).
Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur
Balitbang.
Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The
Educational Resources Information Center.
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The
Elementary and Middle Schools. Madison: Brown & Benchmark.
Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan Perangkat Lunak Analisis
Tugas Perkembangan Siswa dalam Upaya Meningkatkan Mutu Layanan dan
Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Laporan Riset Unggulan
Terpadu VIII). Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi RI, LIPI.
Syamsu Yusuf LN. (1998). Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan
Ekologis. Disertasi. Bandung: PPs UPI.
Stoner, James A. (1987). Management. London: Prentice-Hall International Inc.
Lampiran I
DESKRIPSI DAN TANGGUNG JAWAB
PERSONEL SEKOLAH DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala
sekolah ialah:
1. mengoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah;
2. menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
3. memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling
di sekolah;
4. melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah;
5. menetapkan koordinator guru bimbingan dan konseling yang bertanggung
jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
berdasarkan kesepakatan bersama guru bimbingan dan konseling;
6. membuat surat tugas guru bimbingan dan konseling dalam proses bimbingan
dan konseling pada setiap awal catur wulan;
7. menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan
ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
8. mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling.
B. Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal:
1. mengoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada
semua personel sekolah;
2. melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.
C. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Tugas-tugas koordinator bimbingan dan konseling dapat dirinci seperti:
1. mengoordinasikan para guru bimbingan dan konseling dalam:
a. memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling;
b. menyusun program bimbingan dan konseling;
c. melaksanakan program bimbingan dan konseling;
d. mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
e. menilai program bimbingan dan konseling;
f. mengadakan tindak lanjut
2. membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya
tenaga, sarana, dan prasarana;
3. mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
kepada kepala sekolah.
D. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Adapun tugas guru bimbingan dan konseling ialah:
1. memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling;
2. merencanakan program bimbingan dan konseling;
3. merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
4. melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya
5. menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling;
6. menganalisis hasil penilaian;
7. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian
8. mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling;
9. mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru
bimbingan dan konseling.
E. Guru Mata Pelaiaran
Guru adalah personel yang sangat penting dalam aktivitas bimbingan dan
konseling. Tugas-tugasnya adalah:
1. membantu memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
2. melakukan kerjasama dengan guru bimbingan dan konseling dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling;
3. mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling
kepada guru bimbingan dan konseling;
4. mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program
perbaikan dan program pengayaan);
5. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling;
6. membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
layanan bimbingan dan konseling; serta
7. ikut serta dalam program layanan bimbingan dan konseling.
F. Wali Kelas
Wali kelas sebagai mitra kerja konselor, juga memiliki tugas-tugas bimbingan
dan konseling, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik,
khususnya di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, untuk mengikuti layanan
bimbingan dan konseling;
3. memberikan informasi tentang peserta didik di kelasnya untuk memperoleh
layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling;
4. menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang peserta didik yang
perlu diperhatikan khusus; serta
5. ikut serta dalam konferensi kasus.
G. Staf Administrasi
Seperti personel bimbingan lain, staf administrasi pun adalah personel yang
memiliki tugas bimbingan khusus, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling (konselor) dan koordinator dalam
mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
2. membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling;
3. membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan
konseling.
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lampiran II
RANCANGAN STRUKTUR PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Rasional/Landasan
Rumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam
keseluruhan program sekolah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep
dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/
implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap
gaya hidup masyarakat (termasuk para siswa), dan hal-hal lain yang dianggap
relevan.
2. Visi dan Misi
Runuskan sepanjang memungkinkan, dan dirumuskan sejalan dengan visi,
misi sekolah. Mungkin juga terkandung secara implisit/eksplisit dalam rasional.
3. Deskripsi Kebutuhan Siswa
Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) siswa dan
lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai
siswa. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas
perkembangan/kompetensi. Bidang-bidang perkembangan/kompetensi bisa
merujuk kepada yang disepakati bersama.
4. Tujuan
Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai siswa setelah memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Sangat baik
apabila tujuan dapat dirumuskan ke dalam tataran/level tujuan:
a. Penyadaran
b. Akomodasi
c. Tindakan
5. Komponen Program
a. Komponen Layanan Dasar
b. Komponen Responsif
c. Komponen Perencanaan Individual
d. Komponen dukungan sistem (manajemen)
6. Rencana Operasional (Action Plan)
Atas dasar komponen program di atas lakukan:
a. Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan.
Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang
harus dikuasai siswa.
b. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap
kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau
terus-menerus.
c. Tuangkan kegiatan dimaksud ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk
selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik.
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu dicantumkan silakan disepakati, sepanjang
tidak mengganggu makna dari rencana operasional ini.
7. Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)
Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan
yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan
8. Pengembangan Satuan Layanan (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik.
9. Evaluasi
Rumuskan rencana evaluasi perkembangan siswa atas dasar tujuan yang ingin
dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus
kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas layanan bimbingan
dan konseling.
10. Anggaran
Nyatakan rencana anggaran untuk mendukung implementasi program secara
cermat dan rasional/realistik.
11. (Hal lain yang dianggap perlu, silakan didiskusikan)
You are free to and responsible for the development of school guidance and
counseling program. Do not hesitate to decide and implement the program that
you think the best for your client.
Lampiran III
CONTOH PERENCANAAN
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Perkembangan Pribadi-Sosial
Aspek : Manajemen Diri dan Perilaku Tanggungjawab
Kompetensi : Pentingnya pertumbuhan dan perubahan perilaku
Topik/Tema : Pertanyaan Mutu Perilaku
Tingkat kelas : 6-8 Waktu 2 sesi kelas

Bahan
Lembar kerja ”Pertanyaan Mutu Perilaku”.

Evaluasi
Peserta didik akan mengidentifikasi mutu perilaku dirinya dan mengaitkannya
dengan kepentingan kerja

Prosedur
1. Konselor mengarahkan diskusi kelas tentang mutu perilaku dan meminta
contoh dari kelas. Contoh ini ditulis dan didaftar dalam chart.
2. Hand out ”Pertanyaan Mutu Perilaku” dalam bentuk lembar kerja.
3. Jika peserta didik sudah selesai mengisi lembar kerja, diskusikan jawaban
mereka dan perintahkan mereka untuk mengidentifikasi dua cara perbaikan
perilaku yang dijawab ”tidak”.
4. Pilih tiga perilaku bermutu dari dirinya dan kaitkan kepentingan perilaku
tersebut dengan pekerjaan atau tugas-tugas akademik. Tulis di bagian
belakang lembar kerja.
PERTANYAAN MUTU PERILAKU

Jawab Ya atau Tidak atas pertanyaan berikut:


X
Ya Tidak
1. Apakah kamu selalu jujur? _____ _____

2. Apakah kamu mampu mengendalikan diri? _____ _____

3. Dapatkah kamu berkonsentrasi kerja? _____ _____

4. Apakah kamu bekerja dengan mutu tinggi? _____ _____

5. Apakah kamu mendengarkan orang lain? _____ _____

6. Apakah kamu selalu berbuat yang terbaik? _____ _____

7. Dapatkah kamu bekerja dengan orang lain dalam kelompok? _____ _____

8. Apakah kamu seorang pemimpin? _____ _____

9. Apakah kamu berbuat supaya orang lain berkesan baik? _____ _____

10. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas tepat waktu? _____ _____

11. Apakah kamu bersahabat? _____ _____

12. Apakah kamu merasa bahagia dalam banyak hal? _____ _____

13. Apakah kamu senantiasa berperasaan baik tentang dirimu? _____ _____

14. Apakah kamu senantiasa tepat waktu? _____ _____

15. Apakah kamu suka belajar? _____ _____


TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd.
A. Pengantar
Pemaparan materi ini dimaksudkan untuk mengembangkan kesadaran dan
orientasi tentang kemampuan melaksanakan dan mengelola program bimbingan
dan konseling. Pengembangan kesadaran dan orientasi ini merupakan bagian dari
tanggung jawab profesional seorang konselor. Lingkup kajian materi ini terdiri
atas teknik layanan dasar bimbingan, teknik layanan responsif, teknik layanan
perencanaan individual, teknik dukungan sistem, dan teknik penggunaan
teknologi dalam bimbingan dan konseling.
B. Kompetensi
Materi ini dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi berikut ini.
K.6. Kemampuan melaksanakan layanan bantuan.
C. Indikator
Subkompetensi dan indikator yang diharapkan dicapai para konselor dari
kajian materi ini adalah sebagai berikut.
Subkompetensi K.6.1. Memfasilitasi peningkatan perkembangan dan prestasi
peserta didik.
Indikator K.6.1.d. Melakukan konseling terhadap peserta didik yang
berkenaan dengan pilihan karier, pendidikan dan
keberhasilan yang diharapkan.
K.6.1.e. Berkolaborasi dengan guru, pimpinan sekolah,
orangtua dan tenaga kependikan lain dalam
menjamin keberhasilan pendidikan di sekolah.
K.6.1.f. Melakukan bimbingan kelompok untuk
mengembangkan kemampuan pribadi dan sosial.
Subkompetensi K.6.4. Melakukan Konseling
Indikator K.6.4.e. Melakukan konseling dan konsultasi
memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam
perbedaan budaya dan kebutuhan khusus.
Subkompetensi K.6.5. Melakukan advokasi untuk mengupayakan kepentingan
peserta didik.
Indikator K.6.5.b. Mampu memberikan bantuan pelatihan orientasi
dan bantuan konsultasi bagi pimpinan sekolah dan
guru dalam mengembangkan layanan bagi peserta
didik.
Subkompetensi K.6.6. Menggunakan teknologi informasi dalam bimbingan dan
konseling.
Indikator K.6.6.c. Menggunakan media komunikasi sebagai alat
bimbingan dan konseling
K.6.6.e. Menggunakan pesawat telepon untuk layanan
bimbingan dan konseling.
D. Strategi
Strategi pokok yang digunakan di dalam mengkaji materi teknik-teknik
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1. Penyajian informasi umum tentang teknik-teknik bimbingan dan konseling
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E. Deskripsi Materi
Teknik-teknik layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam meluncurkan layanan dasar bimbingan adalah bimbingan
kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta). Isi kegiatan bimbingan
kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam
bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas beranggotakan
15 sampai 20 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu
terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri
dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan
tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin
oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau guru.
Kegiatan ini banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerita yang
tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaannya konselor
mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat informatif.
Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya menggunakan prinsip dan proses
dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel, dan teknik
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik
pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi
dan tindak lanjutnya.
a. Langkah Awal
Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan
kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan
kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya
layanan bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian, tujuan, dan
kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya
menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat
menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan : a) materi
layanan; b) tujuan yang ingin dicapai; c) sasaran kegiatan; d) bahan atau sumber
bahan untuk bimbingan kelompok; e) rencana penilaian; f) waktu dan tempat.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut.
1) Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan
kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan
administrasi. Mengenai persiapan keterampilan untuk penyelenggaraan
bimbingan kelompok, guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu
melaksanakan teknik-teknik berikut ini. (a) Teknik umum yaitu ”Tiga M”:
mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan
positif; dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. (b) Keterampilan
memberikan tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan
sendiri; dan merefleksikan. (c) Keterampi memberikan pengarahan:
memberikan informasi; memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan
terbuka; memengaruhi dan mengajak; menggunakan contoh pribadi;
memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas masalah; dan
menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru bimbingan
dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada
seluruh peserta.
2) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 yaitu pembentukan. Temanya
pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Kegiatannya: (a) mengungkapkan
pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; (b) menjelaskan cara-cara dan
asas-asas bimbingan kelompok; (c) saling memperkenalkan dan
mengungkapkan diri; (d) teknik khusus; (e) permainan
penghangatan/pengakraban. Tahap 2 yaitu peralihan. Kegiatannya: (a)
menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; (b)
menawarkan atau mengamati apakah para anggola sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjuinya; (c) membahas suasana yang terjadi; (d)
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (e) kalau perlu kembali ke
beberapa aspek tahap pertama/tahap pembentukan. Tahap 3 yaitu kegiatan.
Kegiatannya: (a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau
topik; (b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal
yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan
pemimpin kelompok; (c) anggota membahas masalah atau topik tersebut
secara mendalam dan tuntas; (d) kegiatan selingan.
d. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan
pribadi peserta didik dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan
yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik
melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para
peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat
dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan
bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun kemungkinan keterlibatan
mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta
untuk mengemukakan (baik lisan mau tertulis) tentang hal-hal yang paling
berharga dan/atau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan,
yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri
peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat
penilaian ”dalam proses” yang dapat dilakukan melalui: (1) mengamati partisipasi
dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung; (2) mengungkapkan
pemahaman peserta atas materi yang dibahas; (3) mengungkapkan kegunaan
bimbingan kelompok bagi mereka, dan perolehan mereka sebagai hasil dari
keikutsertaan mereka; (4) mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang
kemungkinan kegiatan lanjutan; (5) mengungkapkan kelancaran proses dan
suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
e. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk
mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk
penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil
pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas
mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau
dalam pembahasan itu.
Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang
kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas
sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut di atas.
Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya
atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut
secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.
2. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara
pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta
didik). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan
sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional
dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling
ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam
masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat memilih dan
memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individu-
individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus karena dalam
interaksi tersebut konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam
hubungan ini konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti
masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli
saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi ini.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik)
dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses
penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam
konseling dapat membantu individu (peserta didik) membuat keputusan,
pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan
lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri
sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu
masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri
sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan
dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal
kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat lebih baik
menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya.
Konseling bertujuan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah
pribadi, baik sosial. maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan
datang.
Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-
fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling
memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental,
perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam
proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok
seorang konselor di Pusat Pendidikan.
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual, yaitu: (1)
attending/menghampiri klien; (2) empati; (3) refleksi; (4) eksplorasi; (5)
menangkap pesan utama; (6) bertanya untuk membuka percakapan; (7) bertanya
tertutup; (8) dorongan minimal; (9) interpretasi; (10) mengarahkan; (11)
menyimpulkan sementara; (12) memimpin; (13) memfokus; (14) konfrontasi; (15)
menjernihkan; (16) memudahkan; (17) diam; (18) mengambil inisiatif; (19)
memberi nasihat; (20) memberi informasi; (21) merencanakan; dan (22)
menyimpulkan.
Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu
sebagai berikut.
a. Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses
konseling dan menemukan definisi masalah klien. Tahap awal ini Cavanagh
(1982) menyebutkan dengan istilah introduction, invitation and environmental
support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal
itu adalah sebagai berikut.
1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami
masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan
dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan tersebut
dinamakan working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna,
dan berguna. Keberhasilan konseling di antaranya sangat ditentukan oleh
tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini di antaranya ditentukan oleh
keterbukaan konselor dan keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk
mengungkapkan isi hati, perasaan, dan harapan sehubungan dengan masalah
ini akan sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap konselor.
Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya untuk dapat
dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti, dan menghargai klien.
Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien untuk terus-
menerus dalam proses konseling.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling telah
terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama antara
konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian,
dan masalah yang dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan
masalahnya walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala masalah
yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui potensi yang dia miliki
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Tugas konselor adalah
membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan
kemampuannya itu dapat mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi
masalahnya itu terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan masalahnya
itu. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang dialami
kliennya itu.
3) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah. Konselor
berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan
lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya.
4) Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu,
tempat, tugas, dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien,
tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang akan
membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan
konseling termasuk kegiatan konselor dan klien. Ini artinya konseling adalah
kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di
samping itu, dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya.
b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal,
kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: (a) penjelajahan masalah yang
dialami klien, (b) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali
apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Cavanagh (1982)
menyebutkan tahap ini sebagai tahap action.
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh pemahaman
baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini
akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya pemahaman baru
berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi
masalahnya.
Adapun tujuan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan
lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan penjelajahan ini,
konselor berusaha agar kliennya mempunyai pemahaman dan alternatif
pemecahan baru terhadap masalah yang dialaminya. Konselor mengadakan
penilaian kembali dengan mehbatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-
sama menilai masalah yang dialami klien. Jika klien bersernangat, berarti
klien sudah begitu terlibat dan terbuka dalam proses konseling.
2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini dapat terjadi jika
klien merasa senang terlibat dalam proses konseling dan merasa butuh untuk
mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi masalah yang dialaminya.
Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor berupaya secara kreatif
menggunakan berbagai variasi keterampilan konseling serta memelihara
keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan bantuan
konseling. Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai
potensi yang ada pada klien dan lingkungannya untuk membantu dan
menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi
penyelesaian masalah dan pengembangan diri klien.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kontrak dinegosiasikan agar
betul-betul memperlancar proses konseling. Untuk itu konselor dan klien agar
selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat dalam pikirannya. Namun
demikian, untuk memperlancar proses konseling, konselor boleh menambah
kontrak lainnya dengan kliennya (fleksibel).
c. Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap
ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
1) Menurutnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan
keadaan kecemasannya.
2) Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat, dan
dinamik.
3) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program
yang jelas pula.
4) Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya,
dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia
luar, seperti orangtua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang
tidak bermasalah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien sejak
awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap
tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah: (a) terjadinya transfer of
learning pada diri klien; (b) melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu
mengatasi masalahnya; (c) mengakhiri hubungan konseling.
3. Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling
kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik
(peserta didik) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
penumbuhannya, dan selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula
bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam
suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan
kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya.
Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa klien-klien (peserta
didik) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar
dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam
kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang
lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan
dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk
mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-
individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan
kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis yang
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi
terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling memercayai,
saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan
saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam
suatu kelompok kecil melalui cara saling memedulikan di antara para peserta
konseling kelompok. Klien-klien dalam konseling kelompok pada dasarnya
adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan
persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya.
Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok
untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-
tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku
tertentu.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu (a)
Tahap pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. (b)
Tahap peralihan, temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap
ketiga. (c) Tahap kegiatan, temanya kegiatan pencapaian tujuan. (d) Tahap
pengakhiran, temanya penilaian dan tindak lanjut.
4. Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran program bimbingan adalah konsultasi.
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting karena banyak
masalah, karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak
langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai
nasihat dari seorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu
proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orangtua, administrator, dan
konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. Brown dan teman-temannya
telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab
konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada peserta
didik, tetapi secara tidak langsung melayani peserta didik melalui bantuan yang
diberikan orang lain.
Ada delapan tujuan konsultasi, yaitu: a) mengembangkan dan
menyempurnakan lingkungan belajar bagi peserta didik, orangtua, dan
administrator sekolah; (b) menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan
informasi di antara orang yang penting; (c) mengajak bersama pribadi yang
memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan
lingkungan belajar; (d) memperluas layanan dari para ahli; (e) memperluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator; (f) membantu orang lain
bagaimana belajar tentang perilaku; (g) menciptakan suatu lingkungan yang berisi
semua komponen lingkungan belajar yang baik; (h) menggerakkan organisasi
yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi, yaitu (a) menumbuhkan hubungan
berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti; (b) menentukan diagnosis
atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan; (c) mengembangkan
motivasi untuk melaksanakan kegiatan; (d) melakukan pemecahan masalah; (e)
melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
5. Kolaborasi dengan Personel Sekolah, Orangtua, dan Masyarakat
Pada saat merencanakan dan melaksanakan program layanan dasar bimbingan
di sekolah, konselor dapat bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, wali kelas, guru bidang studi, staf tata usaha, orangtua, dan masyarakat di
sekitarnya.
Pada saat merencanakan program layanan dasar bimbingan, konselor dapat
berkolaborasi dengan kepala sekolah tentang berbagai kebijakan sekolah yang
dapat didukung oleh program BK seperti meningkatkan prestasi sekolah dalam
bidang akademik, kesenian, olahraga, pramuka, dan kedisiplinan. Konselor dapat
berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai sumber-sumber tenaga dan biaya
untuk melaksanakan program BK.
Pada saat merencanakan program, konselor dapat juga berkolaborasi dengan
wakasek kurikulum, kesiswaan, dan sarana tentang penataan waktu pelaksanaan
BK di sekolah, sarana yang dibutuhkan BK, dan bentuk-bentuk kegiatan
kesiswaan yang dapat mendorong gairah peserta didik untuk mau belajar di
sekolah.
Konselor dapat juga bekerja sama dengan guru dalam merencanakan kegiatan-
kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang dapat mendorong anak merasa senang
untuk belajar. Konselor dapat juga bekerja sama dengan staf administrasi sekolah
dalam merencanakan teknik-teknik pengadministrasian dan pelaporan kegiatan
layanan dasar bimbingan.
Pada saat melaksanakan program layanan dasar bimbingan banyak hal yang
dapat dilakukan kolaborasi dengan pihak sekolah maupun luar sekolah. Pada saat
memberikan layanan orientasi sekolah, konselor dapat berkolaborasi dengan
kepala sekolah, wakasek, guru, dan staf Administrasi. Mereka diminta untuk
bersedia menjelaskan tugas pokok dan fungsinya kepada peserta didik baru,
sehingga peserta didik betul-betul memahami kedudukan dan tugas masing-
masing personel sekolah.
Pada saat melaksanakan layanan dasar bimbingan bidang belajar, konselor
dapat berkolaborasi dengan guru bidang studi, membantu para peserta didik
unggul untuk memperkaya belajarnya, membantu para peserta didik normal
(prestasi belajarnya biasa) untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan membantu
peserta didik yang asor (prestasi belajarnya di bawah rata-rata) untuk mengatasi
kesulitan belajarnya.
Pada saat memberikan layanan dasar bimbingan yang bersifat informasi,
konselor dapat berkolaborasi dengan anggota atau lembaga masyarakat yang ahli
di bidangnya masing-masing. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi
tentang kesehatan, konselor dapat berkolaborasi dengan Puskesmas dan dokter.
Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang keamanan dan ketertiban,
konselor dapat berkolaborasi dengan polisi. Pada saat peserta didik perlu
informasi tentang keagamaan/kerohanian, konselor dapat berkolaborasi dengan
Pesantren, Kiai, Pastur, dan Guru Agama. Pada saat peserta didik perlu informasi
tentang kewirausahaan, konselor dapat berkolaborasi dengan pengusaha atau
manajer perusahaan. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang
perguruan tinggi, konselor dapat berkolaborasi dengan alumni sekolah dan pihak
perguruan tinggi.
Pada saat mengevaluasi program layanan dasar bimbingan, konselor dapat
bekerja sama dengan pihak sekolah maupun orangtua peserta didik. Konselor
dapat meminta pendapat peserta didik, kepala sekolah, wakasek, guru bidang
studi, wali kelas, dan orangtua tentang perencanaan dan pelaksanaan program BK.
Mereka dapat diminta untuk efektivitas program BK dan keterlibatan personel
sekolah dan peserta didik dalam pelaksanaan BK.
6. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok peserta
didik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga
dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui
suatu proses interaksi berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol
dengan lebih memerhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi
objektif individu dan/atau kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya
dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam
keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara
skematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. (a)
Diagnostik kesulitan belajar mengajar. (b) Rekomendasi/referral. (c) Penelaahan
kembali kasus. (d) Pilihan alternatif tindakan, (e) Layanan konseling. (f)
Pelaksanaan pengajaran remedial. (g) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
(h) Revaluasi/rediagnostik. (i) Tugas tambahan. (j) Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif,
kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat
kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan.
Pendekatan preventif ditujukan kepada peserta didik tertentu yang diperkirakan
akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya.
Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang
dilakukan guru selama berlangsung program PBM.
7. Penggunaan Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Penggunaan Teknologi Komputer
Salah satu layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknologi
komputer khususnya internet adalah E-counseling. Konseling melalui e-mail
sering disebut juga dengan email therapy, online therapy, cyber counseling atau
e-counseling. Email counseling merupakan proses terapeutik yang di dalamnya
termasuk menulis selain pertemuan secara langsung dengan konselor.
Email merupakan cara baru untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif
melalui internet. Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap
muka, tetapi dapat menjadi salah satu cara dalam membantu klien memecahkan
masalahnya pada jarak jauh tanpa bertemu langsung dengan konselor. Email
counseling merupakan satu kesempatan untuk berkomunikasi antara klien dengan
konselor yang di dalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi
klien.
E-counseling merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses
konseling jarak jauh yang dilakukan antarkonselor dan klien untuk membantu
masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan
kehidupan klien melalui surat atau tulisan pada internet.
E-counseling memerlukan waktu dalam menulis kepada konselor mengenai
jenis bantuan apa yang diinginkan klien. Klien dapat mengirimkan inisial email
dengan keterangan pada suatu situasi yang dirasakan klien. Kemudian konselor
akan membalas email dalam waktu maksimum 72 jam (hari kerja sesegara
mungkin) atau dalam hari yang sama.
Mengirimkan atau menulis email kepada konselor merupakan proses
terapeutik karena klien tidak bertemu langsung dengan konselor
(http://www.google/practice/practicarole’s.com). Kekuatan e-counseling terletak
pada menulis. Respons, atau bantuan yang diberikan konselor bergantung kepada
informasi yang diberikan. Klien tidak perlu mengirimkan seluruh kisah hidupnya,
cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang
merupakan masalah.
Berikut ini adalah langkah-langkah menulis email kepada konselor yang
terdapat dalam http://www.google/practice/practicarole’s.com
1) Menuliskan nama awal atau nama panggilan.
2) Nama lengkap, nomor telepon dan alamat, tetapi hal ini tidak terlalu penting.
3) Alamat email yang digunakan dalam proses konseling.
4) Usia, jenis kelamin, dan posisi dalam keluarga.
5) Pengaruh masalah dalam kehidupan.
6) Lamanya masalah dalam kehidupan.
7) Usaha yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi masalah: hal-hal apa yang
telah dibantu dan apa yang belum dibantu.
8) Pengalaman terapi sebelumnya.
9) Informasi yang relevan mengenai latar belakang klien sebagai bahan
pertimbangan konselor, seperti pekerjaan, pendidikan, perjalanan karier, gaya
kepribadian, hubungan yang signifikan, keluarga dan latar belakang keluarga,
nilai-nilai yang dianut, stres, merasa kehilangan atau perubahan dalam hidup
dan hal-hal yang menjadi support dalam hidup.
10) Tantangan-tantangan lain yang menjadi penting.
11) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
12) Alasan mengapa memilih situs ini.
13) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
14) Meringkas beberapa pertanyaan di akhir.
Setelah klien menuliskan seperti langkah-langkah di atas, konselor akan me-
reply (menjawab) email yang dikirim klien dalam waktu lain (hari kerja) sesegera
mungkin atau dalam hari yang sama.
b. PenggunaanTeknologi Telepon
Perubahan tatanan kehidupan masyarakat global menuntut pemberian layanan
bimbingan dan konseling yang cepat, luas, dan mudah diakses oleh klien,
konseling melalui telepon. Ada etika dan panduan operasional dalam penggunaan
teknologi telepon dalam layanan konseling.
Etika pelayanan konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai
berikut.
1) Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien.
2) Gunakan suara lembut, volume yang rendah dan intonasi yang bersahabat.
3) Dengarkan pembicaraan sampai selesai, jangan menyela kata-kata klien
apalagi pada tahap awal pembicaraan.
4) Mengembangkan perasaan senang dan berpikir positif tentang siapa pun yang
menelepon.
5) Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian.
6) Memfokuskan pembicaraan untuk mengefektifkan penggunaan media
komunikasi.
7) Selalu mengakhiri pembicaraan dengan kesiapan untuk melakukan hubungan
komunikasi selanjutnya.
Adapun panduan operasional konseling dengan menggunakan telepon adalah
sebagai berikut.
1) Segera angkat telepon sebelum dering ketiga dan siapkan ATK yang
diperlukan.
2) Ucapkan Pass Word (Hot Line Counseling Service) ikuti dengan Selamat .....
(waktu).
3) Sebutkan nama: ”Dengan .... di sini, ada yang dapat saya bantu?”
4) Dengarkan apa yang disampaikan penelepon.
5) Tanyakan identitas klien sebagai bagian dari pembicaraan, misalnya: mohon
maaf, ... Dengan siapa saya berbicara ...?
6) Berikan informasi, solusi, jawaban, nasihat, atau alternatif sesuai kebutuhan
klien.
7) Kemukakan apa yang tidak dapat kita lakukan, kemudian tawarkan alternatif
solusi dan kemukakan keterbatasan yang dialami.
8) Catat deskripsi pembicaraan pada saat konseling berlangsung.
9) Akhiri pembicaraan, ucapkan terima kasih, dan nyatakan kesediaan untuk
dihubungi kembali. ”Terima kasih .....telah menghubungi Hot Line Counseling
Service. Kami siap membantu .... kembali jika diperlukan. Selamat ....
(waktu).”
10) Tutup telepon.
F. Soal-soal Latihan
1. Definisi Konsep
Di bawah ini terdapat sejumlah konsep utama (key concept) seperti anda baca
dan pelajari dalam materi pelatihan teknik dan jenis layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Definisikan atau jelaskan dengan kata-kata anda sendiri
secara singkat, padat, dan tepat (concise) setiap konsep tersebut.
a. Konseling Individual ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
b. Konsultasi ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
c. Konseling Kelompok ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
d. Bimbingan Kelompok ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
e. E-counseling ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Aplikasi Konsep
a. Buat perencanaan bimbingan klasikal dengan merancang sebuah satuan
layanan secara utuh dengan menurunkan tema atau topik dari tugas
perkembangan peserta didik.
b. Buat bagan prosedur konseling individual.
c. Buat bagan skematik prosedur dan strategi pengajaran remedial.
G. Daftar Rujukan
Abin Syamsuddin Makmun. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda
Karya.
Blocher, Donald. (1974). Developmental Counseling. New York: John Wiley and
Sons.
Borders, L. DiAnne & Drury, Sandra M. (1992). ”Comprehensive School
Counseling Programs: A Review for Policymaker and Practitioners”. Journal
of Counseling and Development 70, 487-495.
Burbach, Harold J. & Decker, Lavy E. (1977). Planning and Assessment in
Community Education. Michigan: Pendell Publishing Company.
Crow, Lester D. & Crow, Alice. (1962). An Introductions to Guidance. New
Delhi: Eurasia Publishing House.
Davis, B. (1987). Evaluation Report of the K-12 Comprehensive Guidance
Program of the San Diego City Schools. San Diego City Schools, Planning,
Research, and Evaluation Division.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (1994). Kurikulum
Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The
Educational Resources Information Center.
Henderson, P. (1988). A Comprehensive School Guidance Programs at Work.
Texas Association for Counseling and Development Journal, 15,25-27.
Havighurst, R.J. (1953). Developmental Tasks and Education. New York: David
McKay.
HLCS UPTLBK UPI. (2003). Konseling melalui Telepon. Bandung: UPTLBK -
Panitia Konvensi ABKIN.
Juntika Nurihsan. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
_______________. (1999). Aplikasi Model Bimbingan Komprehensif di Sekolah
Tinggi Ekonomi dan Manajemen Informatika Komputer. Bandung: STEMIK.
_______________. (2004). Sistem Pelayanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.
Kolarik, William J. (1995). Creating Quality. Singapore: McGraw-Hill.
Muro and Kottman. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and
Middle Schools. Iowa: Brown & Benchark Publisher.
New Hampshire Comprehensive Guidance and Counseling Project (1988). New
Hampshire Comprehensive Guidance and Counseling Program: A Guide to
an Approved Model for Program Development. Plymouth: Plymouth State
College.
Rochman Natawidjaja. (1988). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah.
Bandung: Abardin.
Rosenfield, Maxine. (1977). Counselling by Telephone. London: Sage
Publications.
Stoner, James A. (1987). Management. London. Prentice-Hall International Inc.
www.here2listen.com. (2001). A Concept of E-Counseling. Compiled Sunaryo
Kartadinata.

Anda mungkin juga menyukai