2. TINJAUAN PUSTAKA
Secara ekosistem situ memiliki berbagai nilai dan manfaat untuk kepentingan
makhluk hidup diantaranya (Puspita et al. 2005) :
a. Nilai ekologis situ
Berdasarkan nilai ekologis situ diantaranya dimanfaatkan sebagai habitat
berbagai jenis tumbuhan dan hewan baik yang endemik maupun yang dilindungi,
sebagai pengatur fungsi hidrologis karena dapat menampung air tanah maupun
limpasan air permukaan serta menjaga sistem dan proses-proses alami yaitu
dijadikan lahan pertanian karena tanahnya menjadi subur, kesuburan tersebut
disebabkan adanya proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi serta situ
berperan sebagai penghasil oksigen melalui berbagai jenis fitoplankton yang hidup
didalamnya.
b. Nilai ekonomis situ
Berdasarkan nilai ekonomis situ diantaranya dimanfaatkan sebagai penghasil
sumberdaya alam yang bernilai ekonomis baik hewan maupun tumbuhan, penghasil
energi, sarana wisata dan olahraga, sumber air dan memiliki nilai sosial dan budaya
situ.
Menurut Ubaidillah dan Maryanto (2003) situ merupakan salah satu
sumberdaya yang potensial dan belum dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan
fungsinya. Namun, situ memiliki beberapa permasalahan diantaranya:
a. Aspek kelembagaan
Permasalahan pada aspek kelembagaan diantaranya belum adanya
keberpihakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam mengupayakan
konservasi situ, belum adanya pembagian tugas dalam melakukan pengelolaan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, belum adanya perpaduan dalam
pelaksanaan program pengelolaan situ, keterbatasan kapasitas dan kemampuan
kelembagaan pemanfaatan situ serta masih lemahnya kampanye publik mengenai
manfaat dan fungsi situ, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
b. Aspek hukum
Permasalahan aspek hukum diantanya kurangnya penegasan hukum yang
berorientasi pada wisata, kurang diberlakukan Undang-Undang No.22 Tahun 1991
tentang pemerintah daerah dan belum adanya legalitas penguasaan atas situ.
7
terlarut di dalam air. Oksigen yang terlarut di perairan dari proses fotosintesis oleh
fitoplankton atau tumbuhan air dan difusi udara (APHA. 1992 in Effendi 2003).
Sumber oksigen yang terlarut berasal dari difusi oksigen di atmosfer (sekitar 35%)
dan sebagian besar berasal dari hasil sampingan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan
air dan fitoplankton (Novotny dan Olem 1994). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi
(Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tidak langsung
kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob
untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air, diukur pada
suhu 20o selama 5 hari dengan keadaan tanpa cahaya (Davis & Cornwell 1991 in
Effendi 2003). Kadar keasaman (pH) berkaitan dengan karbondioksida dan
alkalinitas (Mackereth et al. 1989 in Effendi 2003), semakin tinggi nilai pH maka
nilai alkalinitas akan semakin tinggi pula dan kadar karbondioksida bebas semakin
sedikit.
Faktor pembatas biologi di perairan yang dianalisis adalah biota perairan
yaitu ikan dan tanamana air. Keberadaan ikan diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara dengan wisatatawan pemancing, sedangkan tanaman air diperoleh
melalui pengamatan kemudian diidentifikasi.
suatu area tertentu. Kegiatan wisata sangat tergantung pada kehidupan dan
formasi tumbuhan seperti misalnya ekowisata pada kawasan konservasi
alam/ hutan lindung.
7. Fauna, berperan sangat signifikan terhadap aktivitas wisata baik di pandang
dari sisi konsumsi (misalnya wisata berburu dan memancing) maupun non-
konsumsi (misalnya birdwatching).
Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam
pembangunan pariwisata, karena elemen pariwisata memerlukan sumberdaya
manusia untuk menggerakkannya (Pitana dan Diarta 2009). Selain itu, sumberdaya
manusia menentukan eksistensi pariwisata sebagai salah satu industri jasa yang
diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada
kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya
sedangkan sumberdaya budaya dijadikan sebagai faktor penarik dalam
mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi. Selain itu pariwisata budaya
dapat dijadikan sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan
menghargai karakter dari destinasi, kekayaan, dan keragaman budayanya dan
memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat lokal
(Pitana dan Diarta 2009).
Sumberdaya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata
diantaranya sebagai berikut (Pitana dan Diarta 2009) :
1. Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs budaya
kuno dan sebagainya.
2. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan
seni, pusat desain, studio artis, industri film dan penerbit dan sebagainya.
3. Seni pertunjukkan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi
foto, festival dan even khusus lainnya.
4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs dan sejenisnya.
5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar,
tekhnologi tradisional, cara kerja dan sistem kehidupan setempat.
6. Perjalanan ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (berkuda,
dokar, cikar, dan sebagainya).
7. Mencoba kuliner (masakan) setempat.
12
untuk menguraikan kondisi kawasan rekreasi. Selain itu, ROS juga didefinisikan
sebagai suatu konsep pemikiran yang digunakan dalam pengelolaan kawasan alam
dan perencanaan kawasan wisata yang bertujuan menangani terjadinya suatu konflik
penggunaan lahan melalui identifikasi kegiatan wisata berdasarkan pada tingkat
keberagaman faktor alam, infrastruktur dan pengelolaan yang ada di suatu kawasan.
Konsep ROS merekomendasikan pembagian zonasi dan kegiatan rekreasi dimana
pemanfaatan kawasan diklasifikasikan dan dibagi berdasarkan kondisi lingkungan
dan aktivitas rekreasi. Pemanfaatkan dan pengembangan suatu potensi pariwisata
harus memperhatikan faktor lingkungan, sosial dan pengelolaan sesuai dengan
peruntukan dan tujuan pengembangan suatu kawasan.
Faktor lingkungan (environmental conditions) dilihat dari kondisi suatu
kawasan apakah masih bersifat alami atau sudah tekontaminasi oleh aktivitas
manusia. Faktor lingkungan suatu kawasan pariwisata beguna untuk menentukan
jenis dan arah pengembangan wisata, sedangkan faktor sosial (social conditions)
berguna untuk menggambarkan intensitas pemanfaatan suatu kawasan wisata. Oleh
karena itu, diperlukan strategi khusus untuk mempertahankan kondisi yang telah ada
menjadi lebih baik.
Faktor utama yang dianalisis ROS adalah identifikasi parameter kondisi
kawasan rekreasi (setting). Parameter kondisi kawasan rekreasi merupakan kondisi
dari keseluruhan kawasan rekreasi termasuk parameter fisik, sosial dan pengelolaan
sebagai satu kesatuan. Parameter fisik berpengaruh dalam menentukan jenis
kegiatan dan tipe rekreasi yang dapat dikembangkan. ROS merangkum keragaman
dari berbagai parameter kondisi kawasan wisata berdasarkan pengalaman tertentu.
Kombinasi dari parameter - parameter tersebut membentuk suatu spektrum yang
mengarah pada jenis tipe rekreasi yang dapat dikembangkan bagi kawasan wisata
tersebut. Berikut parameter kondisi kawasan rekreasi (Recreation Setting Attribute)
pada Tabel 1.
16