PASTEURISASI RAJUNGAN
4.1. Tujuan
yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Proses ini sering diikuti dengan
teknik lain misalnya pendinginan atau pemberian gula dengan konsentrasi tinggi.
Putri, 2013).
Salah satu sumber protein hewani yang berasal dari laut adalah rajungan,
proteinnya cukup lengkap, karena asam amino esensialnya tinggi, mudah dicerna
tubuh, serta merupakan sumber vitamin yang larut lemak dan air. Rajungan hidup
pada semua tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan laut. terdistribusi dari daerah
intertidal, laut dangkal dan ada yang mendiami perairan laut dalam. Walaupun
membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh.
Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit
luar) berfungsi untuk melindungi organ bagian kepala, badan dan insang (Sartika
et al., 2016).
adalah cara terbaik untuk membunuh Salmonella, ketahanan Salmonella dalam air
sangat tinggi. Bahkan bakteri ini dapat bertahan saat terjadi peningkatan salinitas
yang terjadi secara cepat dan stress tekanan osmotic yang berkepanjangan dengan
cara bergabung dengan cairan limbah dalam air payau. Salmonella merupakan
salah satu bakteri patogen yang berperan penting sebagai indikator keamanan dan
berpengaruh sangat besar pada kesehatan manusia. Bakteri ini merupakan salah
b. Bahan
4.3.2. Metode
Bersihkan rajungan
Picking rajungan menjadi bagian jumbo, clawmeat, backfin, lump, leg dan
special.
Masukkan daging rajungan kedalam botol jar hingga 1/2 bagian botol
4.4.1. Hasil
39 190 0.222 31 0 0
48 235 0.278 8 0 0
Fo = 61.235
Grafik Penetrasi Panas Proses Pasteurisasi
Rajungan
2.500 y = -0.018x + 2.107
2.000 R² = 0.960
1.500
Log ( ta-tb)
1.000
0.500
0.000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
-0.500
-1.000
-1.500
Waktu
Gambar . Grafik Penetrasi Panas Pasteurisasi Rajungan
4.4.2. Pembahasan
aktif, namun ketika sedang tidak aktif atau dalam keadaan tidak melakukan
pergerakan, rajungan akan diam di dasar perairan sampai kedalaman 35 meter dan
hidup membenamkan diri dalam pasir di daerah pantai berlumpur, hutan bakau,
dan batu karang. Rajungan juga dapat terlihat berenang dekat permukaan.
Rajungan yang masih segar memiliki penampakan yang bersih, tidak beraroma
busuk, dagingnya putih mengandung lemak berwarna kuning, dan bebas dari
bahan pengawet. Daging rajungan yang mulai membusuk terlihat dari warna
kulitnya yang pucat, terbuka dan merenggang, daging pun mengering, dan tak
terdapat lagi cairan dalam kulit, warna daging berubah kehitam-hitaman dan
berbau busuk. Daging rajungan dapat digolongkan menjadi lima jenis daging
yaitu jumbo lump atau kolosal yang merupakan jaringan terbesar yang
berhubungan dengan kaki renang. Backfin yang merupakan jumbo kecil dan
pecahan dari daging jumbo. Special yang merupakan daging yang berada disekitar
badan yang berupa serpihan-serpihan. Claw meat (daging merah) yang merupakan
daging dari bagian kaki sampai capit dari rajungan. Claw finger (daging merah)
yang merupakan bagian dari capit rajungan bersama dengan bagian shell yang
ekspor yang dipasarkan ke negara Amerika dengan bentuk produk kaleng daging
antara lain jumbo collosal, jumbo, jumbo undersize, super lump, lump, backfin,
dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa
menyebabkan penyakit. Bakteri patogen akan mati pada suhu dan waktu tertentu
tergantung dari jenis bakteri tersebut. Bakteri yang tahan hidup dapat
pisahkan bagian-bagian tubuh rajungan menjadi jumbo, claw meat, backfin, lump,
leg dan special. Bagian-bagian tubuh rajungan yang sudah dipisahkan kemudian
dimasukkan ke dalam botol jar. Menurut Sufiah et al., (2017) Tahapan proses
pengolahan Rajungan biasanya meliputi penerimaan, sortasi, pengecekan akhir
dan pengangkutan.
panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan
sampai suhu 80oC selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora
bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam
pengeringan dan pembekuan. Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam
kaleng yang berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik
penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu. Bakteri
Clostridium botulinum umum terdapat pada makanan kaleng dengan pH lebih dari
paralytic pada manusia dan hewan yang dikenal sebagai botulisme. Sumber
sering terlibat dalam episode botulisme adalah makanan yang diawetkan di rumah,
yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba target hingga mencapai level tertentu
pada suhu tertentu. Proses yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
menyatakan waktu proses pada suhu standar. Nilai Jh dapat diperoleh dari
membagi Tr-T dengan Ih dan nilai fh langsung dapat diperoleh dari kurva. Setelah
merupakan waktu dalam menit yang dibutuhkan kurva pemanasan untuk melewati
satu siklus. Jh adalah faktor “lag”, sebelum kurva pemanasan menjadi lurus.
akan di pasteurisasi seperti rajungan atau susu, jenis kemasan seperti kaleng, botol
jar, atau cup plastik, sistem retort (sistem pemanas) juga mempengaruhi waktu
produk pasteurisasi adalah kualitas bahan baku, jumlah bakteri awal, kondisi
kondisi penyimpanan.
4.5.1. Kesimpulan
1. Daging rajungan di picking menjadi beberapa bagian yaitu jumbo, claw meat,
backfin, lump, leg dan special kemudian ditata di dalam botol jar.
2. Faktor yang mempengaruhi proses pasteurisasi rajungan anara lain suhu, jenis
bahan, lama waktu pasteurisasi, media penghantar panas, pH dan daya tahan
mikroba.
4.5.2. Saran
1. Sebaiknya perebusan rajungan tidak terlalu lama agar rajungan tidak terlalu
matang.
2. Sebaiknya botol jar yang digunakan untuk memasukkan ikan pindang lebih
besar.
3. Sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Mikroba Termodurik dan Kualitas Kimia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. 12(1):1-7.
Jurnal BIOSAINS.18(2):1-15.
Sufiah, W. O., S Yusuf dan S. A Lawelle. 2017. Sistem Rantai Dingin Rajungan
Perikanan. 2(2):163.170.